Anda di halaman 1dari 104

TUGAS AKHIR

ANALISA DROP TEGANGAN MENENGAH 20KV PADA


PENYULANG PAGENTENAN DI PT PLN (Persero)
DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PAMEKASAN

Firman Rachmat Wahyudy


6410030049

Dosen Pembimbing
Catur Rakhmad Handoko, ST.MT

PROGRAM STUDI TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2013

iv
TUGAS AKHIR

ANALISA DROP TEGANGAN MENENGAH 20KV PADA PENYULANG


PAGENTENAN DI PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA
PAMEKASAN

Firman Rachmat Wahyudy

6410030049

Dosen Pembimbing

Catur Rakhmad Handoko, ST. MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK KELISTRIKAN KAPAL

Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

2013

i
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun


keseluruhan tugas akhir saya dengan judul “Analisa Drop Tegangan Menengah
20KV Pada Penyulang Pagentenan Di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Timur Area Pamekasan”. adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri,
diselesaikan tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan
merupakan karya pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri.
Semua referensi yang dikutip maupun dirujuk telah ditulis secara
lengkap pada daftar pustaka.
Apabila ternyata pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 23 Juli 2013

Firman Rachmat Wahyudy


NRP. 6410030049

ii
ANALISA DROP TEGANGAN MENENGAH 20KV PADA
PENYULANG PAGENTENAN DI PT PLN (Persero)
DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA PAMEKASAN

Nama : Firman Rachmat Wahyudy (6410030049)

Pembimbing : Catur Rakhmad Handoko, ST.,MT.

ABSTRAK

Pendistribusian tenaga listrik dari gardu induk (GI) mempunyai banyak


kerugian khususnya Tegangan Menengah (TM). PT PLN (Persero) Area
Pamekasan merupakan industri penyalur tenaga listrik ke pelanggan tegangan
tinggi 150kV, pelanggan tegangan menengah 20kV dan pelanggan tegangan
rendah 220/380v.
Setiap pendistribusian tenaga listrik dari gardu induk (GI) dibagi dari
beberapa penyulang, tergantung dari cakupan wilayah pendistribusian setiap
gardu. Tegangan pada penyulang ini merupakan tegangan menengah atau
bertegangan 20kV yang nantinya didistribusikan. Pada proses pendistribusian ini
terdapat kerugian yang dialami perusahaan, salah satunya drop tegangan yang
diakibatkan jauhnya pendistribusian listrik tersebut. Salah satu contoh drop
tegangan yang buruk dialami pada penyulang pagentenan.
Dengan metode analisa ini didapatkan titik drop tagangan yang buruk agar
menjadi pembenahan untuk perusahaan, sehingga proses pendistribusian tersebut
tidak mengalami kerugian, dan juga sesuai dengan standart PLN tentang tegangan
agar tidak ada pihak yang dirugikan baik perusahaan PLN dan juga Konsumen.

Kata Kunci : Drop Tegangan, Tegangan Menengah, Titik Drop Tegangan

iv
ANALYSIS OF 20KV MEDIUM VOLTAGE DROP ON
FEEDERS PAGENTENAN AT PT PLN (Persero)
DISTRIBUTION OF EAST JAVA AREA PAMEKASAN

Name : Firman Rachmat Wahyudy (6410030049)

Supervisor : Catur Rakhmad Handoko, ST.,MT.

ABSTRACT

Distribution of electric power substations (GI) has many electrical losses


especially Medium Voltage. PT PLN (Persero) area Pamekasan is electric power
supplier for high voltage 150kV, 20kV medium voltage customers and customers
low voltage 220/380V customer.
Each distribution of electric power substations (GI) divided to several
feeders, depending on the coverage area of each distribution substation. The
voltage of the feeder is medium-voltage 20kV which will be distributed. In the
distribution process, there are losses experienced by the company, one of the
voltage drop caused by the distribution lines. One of the worst experienced in
pagentenan feeders.
This analysis method obtained the points with high voltage drops which
are tobe improved by PLN in order to provide best service for the customers.

Keywords : Voltage Drop, Medium Voltage, Drop Voltage Point

v
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa


Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia sehingga Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayah handa
dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi
dukungan moral maupun materil dan selalu mengertai ananda dengan do’a sampai
ananda menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan akademis kelulusan
studi program D3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Banyak rintangan dan
hambatan yang dihadapi penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini, namun
dengan adanya pihak-pihak yang memberikan bantuan baik berupa materil,
spiritual, informasi maupun administrasi, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
laporan Kerja Praktek ini. Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapakan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ir. Muhammad Mahfud, M.MT. F.RINA. selaku direktur Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya.
2. Bapak Lilik Subiyanto, ST. MT. selaku Ketua Jurusan Teknik kelistrikan
kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
3. Catur Rakhmad Handoko, ST. MT. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, kritik dan saran selama pembuatan Tugas Akhir ini
4. Hendro Agus Widodo, SST. MT. selaku dosen wali yang telah banyak
membantu memberikan motivasi dan saran kepada kami selama menjadi
mahasiswa di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Umar Arif Selaku pembimbing OJT di PT PLN (Persero) Distribusi
Jawa Timur Area Pamekasan, yang telah memberikan masukan-masukan
untuk meyelesaikan Tugas Akhir ini.

vi
6. Kedua orang tua kami yang banyak memberikan curahan kasih sayang dan
doa serta dukungannya selama ini baik dari segi moril maupun materil,
semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala melimpahkan kasih sayang-Nya
kepada beliau.
7. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pamekasan yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat.
8. Seluruh tim Jaringan dan perencanan khususnya Pak I Gede Trinata, Pak I
Made, Pak Dadang, Pak Misnali, dan semuanya yang telah memberikan
materi baik teori maupun praktek selama OJT.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Teknik Kelistrikan Kapal
angkatan 2010 khususnya PE B.
10. Cewekku tersayang yang selalu memberikan semangat dan motifasi
diberikan kepada penulis.
11. Semua pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tiada gading yang tak retak, tiada pula kesempurnaan di dunia ini. Begitu juga
dengan adanya Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini
masih banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, Penulis
berterima kasih atas saran dan kritik yang bersifat membangun. Meskipun
masih banyak keterbatasan informasi dalam Tugas Akhir ini, penulis berharap
semoga Tugas Akhir dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.Amiin.

Surabaya, 23 Juli 2013

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4 Tujuan .................................................................................................. 2
1.5 Manfaat ............................................................................................... 3
1.6 Metodologi ........................................................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan .......................................................................... 4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sistem Distribusi Daya Listrik ............................................... 5
2.2 Pembagian Jaringan Distribusi ............................................................ 7
2.2.1 Distribusi Primer ........................................................................ 7
2.2.1.1 Sistem Radial ................................................................ 7
2.2.1.2 Sistem Hantaran Penghubung (Tie Line) ...................... 8
2.2.1.3 Sistem Loop .................................................................. 9
2.2.1.4 Sistem Spindel .............................................................. 9
2.2.2 Distribusi Sekunder .................................................................... 10

viii
2.3 Pembagian Dari Sistem Distribusi ....................................................... 11
2.4 Jaringan Distribusi Primer Menurut Tempat Peletakannya ................. 12
2.4.1 Hantaran Udara (Over Head Line) ............................................. 12
2.4.2 Hantaran Bawah Tanah (Under Ground Cable) ........................ 13
2.5 Jaringan Distribusi Primer Menurut Susunan Peletakannya ................ 14
2.6 Jaringan Distribusi Primer Menurut Bahan Konduktornya ................. 14
2.7 Peralatan Sistem Distribusi .................................................................. 15
2.8 Transformator Distribusi ...................................................................... 18
2.9 Drop Tegangan ..................................................................................... 19
2.10 Faktor Daya .......................................................................................... 20
2.11 Bahan Kawat Penghantar ..................................................................... 22
2.12 Bentuk Kawat Penghantar Jaringan ..................................................... 25
2.13 Karakteristik Elektris ........................................................................... 27
2.14 ETAP (Electric Transient Analysis Program) ..................................... 29

BAB III
METODOLOGI
3.1 Menentukan Lokasi Studi Kasus ......................................................... 33
3.2 Waktu Pelaksanaan .............................................................................. 34
3.3 Pemilihan Objek Studi Kasus .............................................................. 35
3.4 Pengumpulan data data ........................................................................ 36
3.4.1 Single Line Diagram Penyulang Pagentenan ............................. 36
3.4.2 Pendataan Beban-Beban Trafo Distribusi Persection................. 37
3.4.3 Panjang Kawat Penghantar Tegangan Menengah ...................... 39
3.4.4 Arus Persection Pada Penyulang Pagentenan............................. 39
3.4.5 Tabel Tahanan (R) dan Reaktansi (XL) Penghantar Tipe AAAC
Tegangan 20KV (SPLN 64:1985) ............................................. 39

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Saluran Distribusi Primer ..................................................................... 41

ix
4.2 Perhitungan Drop Tegangan Pada Penyulang Pagentenan Menggunakan
Rumus .................................................................................................. 41
4.3 Perhitungan Drop Tegangan Pada Penyulang Pagentenan Menggunakan
Program ETAP 4.0 ............................................................................... 46

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 51
5.2 Saran ..................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 53


LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 One Line Diagram Sistem Penyaluran Tenaga Listrik ................. 6
Gambar 2.2 Konfigurasi Jaringan Radial .......................................................... 7
Gambar 2.3 Konfigurasi tie line (Hantaran Penghubung) ................................ 8
Gambar 2.4 Konfigurasi Sistem Loop .............................................................. 9
Gambar 2.5 Konfigurasi Sistem Spindel .......................................................... 9
Gambar 2.6 Single Line Peyulang Pagentenan ................................................. 10
Gambar 2.7 Recloser ......................................................................................... 16
Gambar 2.8 Fuce cutout .................................................................................... 16
Gambar 2.9 Pemutus Tenaga (PMT) ................................................................ 17
Gambar 2.10 Arrester.......................................................................................... 17
Gambar 2.11 Belitan Bintang.............................................................................. 18
Gambar 2.12 Belitan Delta.................................................................................. 18
Gambar 2.13 Faktor Daya Tertinggal ................................................................. 21
Gambar 2.14 Faktor Daya Mendahului .............................................................. 21
Gambar 2.15 Bentuk kawat penghantar .............................................................. 27
Gambar 2.16 Menu Bar IEC & ANSI Program ETAP 4.0 ................................. 30
Gambar 2.17 Tampilan Window Program ETAP 4.0 ......................................... 30
Gambar 2.18 Icon Menu Bar Generator.............................................................. 31
Gambar 2.19 Icon Menu Bar Transformator Standart ANSI .............................. 31
Gambar 2.20 Icon Menu Bar Transformator Standart IEC ................................. 31
Gambar 2.21 Icon Menu Bar Circuit Breaker Hight Voltage & Low Voltage ... 32
Gambar 2.22 Icon Menu Bar Static Load ........................................................... 32
Gambar 2.23 Icon Menu Bar Lumped Load ....................................................... 32
Gambar 3.1 Penyulang Pagentenan ................................................................. 33
Gambar 3.2 Proses Perawatan Jaringan TM (Tegangan Menengah) ............... 34
Gambar 3.3 Proses Pengecekan Panel Trafo Distribusi................................... 34
Gambar 3.4 Trafo Distribusi Penyulang Pagentenan ....................................... 35
Gambar 3.5 Nameplat Trafo Distribusi ........................................................... 35
Gambar 3.6 Single Line Penyulang Pagentenan .............................................. 36

xi
Gambar 4.1 Grafik Perhitungan Manual Drop Tegangan Persection Penyulang
Pagentenan (KMS / ∆V (kV)) ..................................................... 45
Gambar 4.2 Grafik Perhitungan Manual Drop Tegangan Persection Penyulang
Pagentenan (Arus (A) / ∆V (kV)) ............................................... 45
Gambar 4.3 Perhitungan Drop Tegangan Persection Pada Penyulang Pagentenan
Menggunakan Program ETAP 4.0 .............................................. 46
Gambar 4.4 Grafik Drop Tegangan Persection Penyulang Pagentenan
Menggunakan Program ETAP 4.0 (Arus (A) / ∆V (kV)) ........... 49

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Beban-Beban Trafo Distribusi Persection Penyulang


Pagentenan ................................................................................................
37
Tabel 3.2 Panjang Kawat Penghantar Persection Penyulang Pagentenan .......................... 39
Tabel 3.3 Arus Persection Penyulang Pagentenan ............................................................. 39
Tabel 3.4 Tahanan (R) Dan Reaktansi (XL) Penghantar AAAC ................................ 39
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Manual Drop Tegangan. ....................................................... 44
Tabel 4.2 Hasil Drop Tegangan Menggunakan Program ETAP 4.0. ................................ 49
Tabel 4.3 Perbandingan Drop Tegangan Secara Perhitungan Manual
dengan program ETAP 4.0 ................................................................50

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT PLN (Persero) adalah perusahaan jasa yang bergerak dibidang


penyediaan tenaga listrik merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang dipercaya menyelenggarakan pelayanan umum (public services).
Sesuai dengan visi PLN “Menuju Kelas Dunia”, PT PLN (Persero) dituntut untuk
memberikan pelayanan yang memuaskan bagi seluruh pelanggannya, hal tersebut
juga merupakan salah satu program utama PT PLN (Persero) dalam peningkatan
pelayanan kepada pelanggan (customer value).

PLN sebagai perusahaan terbuka dituntut untuk memperoleh laba yang


sebesar-besarnya tetapi keberhasilan PLN juga diukur oleh kemampuan
perusahaan memberikan pelayanan terbaik kepada para pelanggan, sehingga
mereka mampu ikut serta aktif dalam kegiatan produktif dan memperoleh
kehidupan sejahtera.

Pada sistem ketenagalistrikan, susut teknis distribusi dipengaruhi oleh


panjang jaringan. Susut teknis distribusi atau drop tegangan merupakan salah satu
ukuran efisien atau tidak efisiensinya suatu sistem pendistribusian tenaga listrik.
Untuk meningkatkan efisiensi pendistribusian tersebut perlu dilakukan penekanan
susut teknis distribusi.

Berdasarkan tegangannya sistem distribusi tegangan listrik di Indonesia


dapat dikelompokkan menjadi dua macam tegangan yaitu, distribusi tegangan
menengah yang bertegangan 20KV dan distribusi tegangan rendah yang
bertegangan 220/380 Volt. Pada suatu sistem penyaluran sistem tenaga listrik baik
memakai sistem tranmisi, sub tranmisi maupun distribusi ada kemungkinan besar
akan terjadi drop tegangan.

1
2

Drop tegangan dapat juga terjadi karena penghantar yang digunakan mempunyai
tahanan. Oleh karena itu, penyaluran jarak jauh sangat memungkinkan terjadinya
drop tegangan, sehingga tegangan dan arus listrik banyak yang hilang. Salah satu
persyaratan penting dalam merencanakan suatu jaringan harus diperhatikan
masalah kualitas saluran, dan kontinuitas pelayanan yang baik terhadap
konsumen.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan judul dan alasan pemilihan judul yang tertuangkan dalam
latar belakang penyusunan Tugas Akhir, maka permasalahan yang akan menjadi
obyek penelitian adalah :

1. Apakah Drop tegangan sudah sesuai standart PLN.


2. Dimana titik Drop tegangan yang buruk.
3. Berapa Drop tegangan yang dialami PT.PLN.
4. Apa penyebab Drop tegangan.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, saya membataskan masalah sebagai


berikut :

Berapa drop tegangan setiap section pada penyulang pagentenan.


Berapa perhitungan drop tegangan pada ujung pada Ds. Sokobenah laok
penyulang pagentenan.

1.4 Tujuan

Tujuan yang tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui drop tegangan sesuai dengan standart PLN.


2. Mengetahui titik drop yang buruk.
3. Mengetahui besar drop tegangan yang dialami PLN.
4. Mengetahui alasan dan penyebab drop tegangan.
3

1.5 Manfaat

Manfaat yang didapat dalam penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Bagi diri sendiri


Sebagai kompetensi dasar ilmu penerapan teori dalam perkuliahan
tentang drop tegangan dalam dunia industri.
2. Bagi Institusi
Sebagai penunjang pembelajaran bagi semua civitas akademika
khususnya yang ada di PPNS.
3. Bagi perusahaan
Mempermudah mengetahui titik drop tegangan yang buruk.
Mempermudah antisipasi perbaikan pada titik drop tegangan yang
buruk.

1.6 Metodologi

Dalam penyusunan Tugas akhir ini, saya menggunakan tiga macam


metode yaitu :

Metode Literatur
Mengumpulkan bahan – bahan dan data-data yang berhubungan dengan
judul tugas akhir mulai dari buku-buku perpustakaan dan juga panduan
buku-buku PT.PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area pamekasan
selama proses OJT (On The Job Training).
Metode Interview/ wawancara
Konsultasi langsung kepada pembimbing di perusahaan dan juga dengan
karyawan yang mengatasi drop tegangan pada jaringan tegangan
menengah.
Metode Observasi
Melakukan pengamatan kondisi lapangan atau lokasi pada penyulang
pagentenan, sehingga mengetahui secara langsung situasi dan keadaan
sebenarnya.
4

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Merupakan bab pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,


perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan, mamfaat,
metodologi dan juga sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II Teori dasar

Berisikan penjelasan teori-teori pendukung atau kajian secara


umum dari berbagai sumber yang memberikan penjelasan yang
berkaitan erat dengan judul tugas akhir ini.

BAB III METODOLOGI PENULISAN

Berisikan tentang langkah – langkah cara penyelesaiaan field


project ini, sehingga menjadi field project yang mendekati
sempurna dan dapat berguna bagi penulis dan pembaca.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisikan tentang perbandingan berapa besar drop tegangan


persection yang terjadi pada penyulang pagentenan secara
perhitungan manual dengan perhitungan drop tegangan
menggunakan program ETAP 4.0

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisikan beberapa kesimpulan dari tugas akhir ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sistem Distribusi Daya Listrik

Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan


Menengah (JTM) 20 KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220
Volt hingga ke meter-meter pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan
dengan menarik kawat-kawat distribusi melalui penghantar udara. Penghantar
bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat-pusat beban. Pada sistem di
pamekasan belom ada terpasang jaringan bawah tanah karena keadaan kota atau
daerahnya belum memungkinkan untuk dibangun jaringan tersebut. jadi untuk
daerah ini tetap disuplai melalui hantaran udara 3 phasa 3 kawat.
Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo
distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang
lebih rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para
pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah
menjelajah ke sepanjang pusat-pusat pemukiman, baik itu komersial maupun
beberapa industri yang ada disini.
Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang
rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah
(sistem 20 kV) dan tegangan tinggi (sistem 150 kV) hanya dipergunakan sebagai
sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini
bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugi rugi daya dan
memliki tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran
transmisi ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

5
6

Gambar 2.1 One line diagram sistem penyaluran tenaga listrik

Keterangan dari gambar:


1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan
tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian
sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi
berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 kV
k dari Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt.
Tegangan rendah inilah yang kemudian didistriibusikan
didistriibusikan ke pelanggan kecil
melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang berupa sistem 3 phasa empat
kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar
yang biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat
untuk kemudian disalurkan
disalurkan ke Gardu Induk (GI ) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen
konsumen konsumen yang menggunakan tenaga
istrik dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga,
industri kecil, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
7

2.2 Pembagian Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-


bagianrangkaian listrik dari sumber daya ( Trafo Daya pada GI distribusi ) yang
besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan. Secara garis besar jaringan
distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

2.2.1 Distribusi Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan


menengah (20kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan
penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi skunder trafo daya yang terpasang pada
gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang
saluran. Pada jaringan distribusi primer terdapat 4 jenis dasar yaitu :
1) Sistem radial
2) Sistem hantaran penghubung (tie line)
3) Sistem loop
4) Sistem spindel

2.2.1.1Sistem Radial

Sistem distribusi dengan pola radial adalah yang paling sederhana dan
yang paling banyak dipakai, terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri,
yang seolah-olah keluar dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial.

Gambar 2.2 Konfigurasi jaringan radial


8

Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk


konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen
dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari
sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem
yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem
lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama
yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu
tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan
jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

2.2.1.2 Sistem Hantaran Penghubung ( Tie Line )

Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.3 umumnya digunakan untuk
pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan
lain-lain).

Gambar 2.3Konfigurasi tie line (hantaran penghubung)

Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan


Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, dan setiap
penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu
penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke
penyulang lain.
9

2.2.1.3 Sistem Loop

Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti


Gambar 2.4. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga
dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 2.4 Konfigurasi sistem loop

2.2.1.4 Sistem Spindel

Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.5 adalah suatu pola kombinasi
jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang
(feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut
berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 2.5 Konfigurasi sistem spindle


10

2.2.2 Distribusi Sekunder

Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam


kategori tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan
tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi
skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan.
Sistem jaringan distribusi skunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui
kawat berisolasi.

Gambar 2.6 Single line penyulang pagentenan


11

Gambar 2.6 diatas memperlihatkan sistem pelayanan yang disalurkan melalui


berbagai tujuan. Penyulang pagentenan merupakan salah satu penyulang Utama
20 kV yang mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya melalui sistem
pendistribusisn tegangan yaitu melalui penurunan tegangan 20 kV menjadi
380/220 Volt melalui tranformator step down.

2.3 Pembagian Dari Sistem Distribusi

Secara singkat fungsi dari bagian-bagian sistem distribusi diatas adalah


sebagai berikut :

a. Gardu Induk Tranmisi


Merupakan gardu yang mensuplai sumber daya listrik besar
b. Saluran Sub Tranmisi
Saluran subtranmisi adalah saluran yang berfungsi menyalurkan listrik dari
sumber daya besar menuju gardu induk pada suatu tegangan subtranmisi
yang terletak didaerah beban.
c. Gardu Induk Sub Tranmisi
Gardu induk berfungsi menerima daya listrik dari saluran subtranmisi dan
menurunkan tegangan saluran distribusi primer
d. Jaringan Distribusi Primer
Saluran primer adalah saluran yang menghubungkan gardu induk dengan
beberapa gardu distribusi pada suatu tegangan primer. Saluran ini biasanya
tiga fasa, terdiri dari kabel tanah, kabel udara, atau hantaran terbuka.
e. Gardu Hubung
Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk dan
menyalurkan tegangan primernya menuju gardu induk.
f. Gardu Distribusi
Gardu distribusi berfungsi mengubah tegangan primer menjadi tegangan
sekunder, kemudian membaginya ke setiap titik langganan.
g. Jaringan Distribusi Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran diantara gardu distribusi dan langganan,
saluran ini berfungsi menyalurkan daya dari gardu distribusi ke rangkaian
pemakai.
12

2.4 Jaringan Distribusi Primer Menurut Tempat Peletakannya

Jaringan distribusi primer menyalurkan daya listrik dari gardu induk ke


beberapa gardu distribusi. Jaringan ini terdiri dari saluran pengisi primer keluar
dari rel daya gardu induk menuju daerah beban kesisi primer dari setiap gardu
distribusi.
Saluran distribus primer dapat berupa hantaran udara terbuka (Over Head
Line) atau hantaran bawah tanah (Under Ground Cable), dan secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut :
2.4.1 Hantaran Udara (Over Head Line)

Hantaran udara dapat berupa kawat terbuka atau kabel udara, digunakan
pada pemasangan diluar bangunan, direnggankan pada isolator-isolator dianntara
tiang – tiang yang disediakan secara khusus.Bahan yang banyak dipakai untuk
untuk kawat penghantar sendiri alumunium telanjang (AAC atau All Alumunium
Cable) dan juga AAAC (All Alumunium Alloy Conductor). Sistem ini baik untuk
daerah dengan kerapatan daerah beban rendah, seperti daerah pinggiran kota
maupun daerah pedesaan, Hantaran udara murah untuk daerah seperti itu karena
harga. Keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai dari hantaran ini antara lain :
Mudah melakukan pencabangan untuk keperluan perkembangan beban.
Mudah mengadakan perbaikan gangguan, yang gangguan bersifat
sementara.
Mudah melakukan pemeriksaan jika terjadi gangguan pada jaringan.
Tiang – tiang jaringan distribusi primer dapat pula dipergunakan untuk
jaringan distribusi sekunder dan keperluan trafo atau gardu tiang (gardu
distribusi) sehingga secara keseluruhan harga instalasinya murah.
Jaringan hantaran udara menyalurkan daya listrik melalui kawat telanjang
atau kabel yang digantung pada tiang-tiang dengan peralatan isolator, disamping
itu juga mengurangi keindahan sekitarnya karena saluran kabel itu tidak
beraturan. Penghantar pada jaringan distribusi primer biasanya digunakan dari
jenis kabel atau kawat belitan dengan bahan penghantar dari jenis tembaga atau
aluminium. Tiang-tiang jaringan distribusi primer atau sekunder biasanya dapat
berupa tiang kayu, besi ataupun beton, tetapi biasanya untuk jaringan distribusi
13

yang paling banyak digunakan adalah tiang dari jenis besi karena memberikan
keuntungan antara lain.

Tiang tidak mudah terpengaruh oleh keadaan alam sehingga usia


pemakaian lebih panjang bila dibandingkan dengan tiang kayu.
Tiang besi juga dapat langsung berfungsi sebagai elektroda pentanahan

2.4.2 Hantaran Bawah Tanah (Under Ground Cable)

Hantaran bawah tanah menggunakan kabel tanah. Sistem ini biasanya


digunakan pada daerah-daerah dengan kerapatan beban tinggi, seperti daerah
pusat kota dan industri. Pada daerah-daerah tersebut, pembangunan hantaran
udara terutama yang menggunakan kawat hantaran bawah tanah lebih banyak
dipakai walaupun harganya relatife lebih mahal.
Keuntungan dari hantaran ini adalah tidak dipengaruhi oleh perubahan
cuaca, sambaran petir maupun oleh pepohonan serta gangguan yang disebabkan
oleh manusia. Sedangkan hal yang dipandang merugikan dari hantaran bawah
tanah ini adalah :
• Harga kabel yang relatife mahal.
• Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan
• Gangguan sering bersifat permanent
• Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama
dan lebih mahal
Secara umum kabel-kabel yang digunakan pada kedua system penyaluran
daya diatas sesuai dengan konsep sebagai berikut :
1. Inti / Teras (Core) : Tunggal, ganda, tiga, dan setengah
2. Bentuk (Shape) : Bulat, sector
3. Susunan (Arrangment) : Sabuk, bertasbir, berisi minyak, berisi gas,
diperkuat dan tidak diperkuat
4. Dielektris :Kertas (PILCTA), polyvinyl chloride
(PVC),rantai silang polyethylene (XLPE),
berisi gas(Nitrigen atau SF 6)
14

2.5 Jaringan Distribusi Primer Menurut Susunan Peletakannya


(Konfigurasi)

Konfigurasi yang digunakan PT PLN ada tiga macam :


a) Konfigurasi Vertikal, yaitu bila diantara ketiga saluran fasa pada sistem
tiga fasa (R, S, T) saling membentuk garis vertical (Tegak lurus bidang
tanah, sejajar dengan tiangnya). Dan dalam perkembangannya ada
konfigurasi vertical dan delta.
b) Konfigurasi horizontal, bila diantara ketiga saluran fasanya saling
membentuk garis lurus horizontal, sejajar dengan permukaan tanah.
Dimana konfigurasi horizontal ini ada dua macam yaitu konfigurasi
horizontal tanpa perisai pelindung dan konfigurasi horizontal dengan
perisai pelindung.
c) Konfigurasi segitiga atau delta ketiga fasanya membentuk bidang segitiga.
Peletakan kabel terisolasi pada sisi tegangan rendah dengan diletakkan di
atas cable tray menjadi pilihan gedung-gedung mal karena sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi medan yang indoor. Cable tray digantungkan pada
pelat – pelat beton struktur dengan lebar tray disesuaikan dengan diameter dan
jumlah kabel yang digunakan. Untuk penghantar kawat digunakan jenis kabel
NYY single core typedengan diameter berfariasi antara 1x 120 mm2 hingga 1x
400mm2. Beberapa kabel menggunakan kabel tahan panas untuk kebutuhan
sistem fire. Untuk sistem bawah tanah yang digunakan untuk instalasi tanam,
kabel ditanam dalam tanah dengan menggunakan kabel tanah tegangan rendah
jenis NYFGBY. Konfigurasi jaringan distribusi primer pada dasarnya hanya
dipengaruhi dan ditentukan oleh situasi medan dimana jaringan tersebut
dipasang.

2.6 Jaringan Distribusi Menurut Bahan Konduktornya.

Bahan konduktor yang paling populer digunakan adalah tembaga (copper)


dan alumunium. Tembaga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat
penghantar alumunium karena konduktifitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi
kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat daripada
alumunium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu kawat penghantar alumunium
15

telah menggantikan kedudukan tembaga.Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat


alumunium digunakan campuran alumunium (alumunium alloy). Oleh karena itu
ada beberapa macam jenis konduktor, yaitu :
a) AAC (All Alumunium Conductor)
Kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari alumunium.
b) AAAC (All Alumunium Alloy Conductor)
Kawat penghantar yang terbuat dari campuran alumunium.
c) ACSR (All Conductor Steel Reinforced)
Kawat penghantar alumunium berinti kawat baja.
d) ACAR (All Conductor Alloy Reinforced)
Kawat penghantar alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.

2.7 Peralatan Sistem Distribusi

Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan


dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun
peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-
peralatanm proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak
pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
1. Tiang Berfungsi : Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan
system seperti transformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan
sebagainya. Tiang dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton
sesuai dengan fungsi bawah tanah.
2. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada
gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada
sistem distribusi . Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah
tanah.
3. Kapasitor : Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system
penyaluran.
4. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis
ketika terjadi gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa
waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini
disetting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali
16

penyambungan . Apabila hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih


membuka dan menutup, berarti telah terjadi gangguan permanen.

Gambar 2.7 Recloser

5. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan


beban lebih maupun adanya gangguan hubung singkat.

Gambar 2.8 Fuse cutout


6. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap
out put. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara
otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena
adanya pemeliharaan jaringan.
17

Gamabar 2.9 Pemutus tenaga (PMT)


7. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga
sesuai dengan tegangan kerja yang diinginkan
8. Arrester : Berfungsi meneruskan arus atau tegangan lebih ketanah bila
terjadi surja yang mengalir pada kawat penghantar dan sebagai isolasi arus
atau tegangan tersebut bila pada keadaan operasi manual.

Gambar 2.10 Arrester


9. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke
tiang maupun ke penghantar lainnya.

Perlengkapan-perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama


untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya
kontinuitas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk
mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut.
18

Pemeliharan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat
diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

2.8 Transformator Distribusi

Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja untuk


menaikan tegangan serta menurunkan tegangan dengan perinsip kerja gandengan
elektromagnetik. Dalam sistem distribusi tenaga listrik transformator dapat dibagi
berdasarkan sistem kerja menjadi dua macam yaitu:
1. Transformator Step Up ( 11,6 kV menjadi 150 kV )
2. Transformator Down ( 150 kV menjadi 20 kV
k ) dan ( 20 kV
k menjadi 380 /
220 Volt) Sistem distribusi
distribusi menggunakan jenis transformator step down
untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam
sistem tenaga listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:

Gambar 2.11 Belitan bintang

Gambar 2.12Belitan delta


19

2.9 Drop Tegangan

Panjang sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dapat didesain dengan


mempertimbangkan drop tegangan (Voltage Drop). Drop tegangan adalah
perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya
impedansi pada penghantar. Jatuh tegangan selalu terjadi pada jaringan, baik pada
pelanggan maupun pada perusahaan listrik. Jatuh tegangan pada saluran transmisi
adalah selisih antara tegangan pada sisi kirim (sending end) dan tegangan pada
sisi terima (receiving end).
Dengan semangkin besar pula perbedaan nilai tegangan yang ada pada sisi
kirim dengan yang ada pada sisi terima. Apabila perbedaan nilai tegangan tersebut
melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran tersebut rendah. Di
dalam saluran tranmisi persoalan tegangan sangat penting, baik dalam keadaan
operasi maupun dalam perencanaan sehingga harus selalu diperhatikan tegangan
pada setiap titik saluran. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar)
untuk tegangan menengah harus diperhatikan. Berdasarkan dari standar SPLN 1 :
1978, dimana ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagian akibat jatuh
tegangan, karena adanya perubahan beban, maksimum +5% dan minimum -10%
dari tegangan nominalnya. Besarnya rugi tegangan pada saluran tranmisi tersebut,
diukur pada titik yang paling jauh (ujung).
Rumus drop tegangan adalah sebagai berikut :

∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ )

Besar persentasi drop tegangan pada saluran transmisi dapat dihitung dengan :

% ∆V = ∆V / V x 100%
Keterangan :
∆V = Drop tegangan (Volt)
R = Resistansi saluran (Ω)

X = Reaktansi saluran (Ω)

I = Arus beban (A)

l = Panjang hantaran tegangan menengah (kms)


20

Rumus menghitung Arus (A) adalah sebagai berikut :

( )
A=
( )

Keterangan :

Tegangan line to line = 34,64 kV

Standart PLN 1 : 1978, dimana ditentukan bahwa variasi tegangan


pelayanan, sebagian akibat jatuh tegangan (drop tegangan), karena adanya
perubahan beban, maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya.
Salah satu penyebab adanya voltage drop sendiri adalah jauhnya sistem
pentransmisian tenaga listrik ke pelanggan khusus yang jauh dari pusat – pusat
konsumsi tenaga listrik atau Gardu Induk (GI). Jarak pentransmisian bisa
mencapai ratusan kms agar pelanggan dapat menikmati listrik walaupun
menimbulkan drop tegangan ujung yang buruk. Titik drop tegangan yang buruk
adalah titik dimana drop tegangannya dibawah standart PLN atau tegangan nya
dibawah 18Kv dan tegangan yang baik berada pada range standart PLN antara 18
kV sampai dengan 21 kV yang dapat diukur tegangannya persection setiap
penyulang.

2.10 Faktor Daya

Faktor daya adalah perbandingan antara daya nyata dalam satuan watt dan
daya reaktif dalam satuan VoltAmpere Reaktif (VAR) dari daya yang disalurkan
oleh pusat-pusat pembangkit ke beban. Nilai faktor daya inimempengaruhi jumlah
arus yang mengalir pada saluran untuk suatu beban yang sama.
Faktor daya salah satunya disebabkan oleh penggunaan peralatan pada
pelanggan yang menyimpang dari syarat-syarat penyambungan yang telah di
tetapkan, dapat mengakibatkan pengaruh balik terhadap saluran, antara lain faktor
daya yang rendah dan ketidak seimbangan beban. Rendahnya faktor daya
disebabkan karena melebarnya sudut fasa antara arus dan tegangan. Faktor daya
yang terlalu rendah mengakibatkan rugi yang sangat besar pada saluran.
Pergeseran sudut fasa antara arus dan tegangan di tentukan oleh sifat impedansi
beban (resistif, induktif, kapasitif) yang dihubungkan dengan sumber arus
21

bolakbalik tersebut. Apabila beban mempunyai impedansi yang bersifat resistif,


maka arus dan tegangan sefasa atau besarnya pergeseran sudut fasa sama dengan
nol. Dengan demikian faktor daya sama dengan satu (unity power factor).
Impedansi beban bersifat induktif, vektor arus (I) terbelakang dari vektor
tegangan (V), kondisi tersebut disebut faktor daya tertinggal (lagging power
factor), seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.13, sedangkan untuk impedansi
beban yang bersifat kapasitif, vektor arus (I) mendahului vektor tegangan (V),
keadaan tersebutdinamakan faktor daya mendahului (leading power factor),
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.14

Gambar 2.13 Faktor daya tertinggal

Rumus Faktor Daya Tertinggal yaitu :



Faktor Daya (Power Faktor) = = =Sin

Gambar 2.14 Faktor daya mendahului


Faktor Daya (Power Faktor) = = = Cos

22

2.11 Bahan Kawat Penghantar

Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik biasanya


dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar, keras dan
mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta memiliki berat jenis
yang rendah.Juga logam yang tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan
suhu sertamempunyai titik cair yang lebihtinggi. Untuk memenuhi syarat-syarat
tersebut, kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang
merupakan percampuran dari beberapa logamyang dipadukan menjadi satu logam.
Dari hasil campuran ini didapatkan suatu kawat penghantar dengan
kekuatan tarik dan konduktivitas yang tinggi. Logam campuran yang banyak
digunakan untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga campuran(copper
alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminiumalloy). Karena faktor
ekonomis, saat ini lebih banyak digunakan kawat aluminium campuran untuk
jaringan distribusi. Sedangkan kawat lain seperti kawat tembaga, kawat tembaga
campuran, atau kawat aluminium berinti baja tidak banyak digunakan.
Berikut jenis – jenis kawat yang sering digunakan jaringan distribusi :
1. Kawat Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerahmerahan, yang
mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai
1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium. Kawat tembaga ini mempunyai
konduktivitas dan daya hantar yang tinggiPada mulanya kawat tembaga ini
banyak dipakai untuk penghantar jaringan, tetapi bila dibandingkan dengan kawat
aluminium untuk tahanan (resistansi) yang sama, kawat tembaga lebih berat
sehingga harganya akan lebih mahal. Dengan berat yang sama, kawat alauminium
mempunyai diameter yang lebih besar dan lebih panjang dibandingkan kawat
tembaga. Sekarang ini cenderung kawat penghantar jaringan digunakan dari
logam aluminium.

2. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya kira-kira
sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis tiga kali dari tembaga. Sifat
logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena lunaknya. Oleh
23

karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium lebih rendah dari kawat tembaga,
yaitu setengah dari kekuatan tarik kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium
hanya dapat dipakai pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk gawang
yang panjangdapat digunakan kawat aluminium yang dipilin menjadi satu dengan
logam yang sejenis maupun yang tidak sejenis, agar mempunyai kekutan tarik
yang lebih tinggi. Oleh karena itu kawat aluminium baik sekali digunakan sebagai
kawat penghantar jaringan.
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh suhu, sehingga
pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat akan menjadi kendor. Agar
kekendoran regangan kawat lebih besar, biasanya dipakai kawat aluminium
campuran(alloy aluminium wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu
kawat aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan tidak tahan
akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu lapisan dari logam lain sebagai
pelindung. Juga kawat aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila terjadi
hubung singkat (short circuit) akan cepat putus. Karena itu kawat aluminium ini
banyak digunakan untuk jaringan distribusi sekunder maupun primer yang sedikit
sekali mengalami gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan diperkuat oleh baja
(aluminium conductor steel reinforsed) atau (aluminium cladsteel).
3. Kawat Logam Campuran
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar yang terdiri dari
percampuran beberapa logam tertentu yang sejenis guna mendapatkan sifat-sifat
tertentu dari hasil pencampuran tersebut. Dimana di dalam pencampuran tersebut
sifat-sifat logam murni yang baik untuk kawat penghantar dipertahankan
sesuaidengan aslinya. Hanya saja pencampuran ini khusus untuk menghilangkan
kelemahan-kelemahan dari logam tersebut.
Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam campuran ini
adalah kawat tembaga campuran (copper alloy) dan kawat alumi-nium
campuran(alloy aluminium). Kawat tembaga campuran sedikit ringan dari kawat
tembaga murni, sehingga harganya lebih murah. Kekuatan tarik kawat tembaga
campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat digunakan untuk gawang yang panjang.
Sedangkan kawat aluminium campuran mempunyai kekuatan mekanis yang lebih
24

tinggi dari kawat aluminium murni, sehingga banyak dipakai pada gawang-
gawang yang lebih lebar. Juga kondiktivitasnya akan lebih besar serta mempunyai
daya tahan yang lebih tinggi terhadap perubahan suhu. yang mempunyai tahanan
jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari
kawat aluminium.
1. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat dari dua
atau lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki kekuatan mekanis dan
konduktivitas yang tinggi. Biasanya tujuan dari perpaduan antara logam-logam
tersebut digunakan untuk merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada kawat-kawat penghantar dari logam murninya.
Kawat logam paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat baja yang
berlapis dengan tembaga maupun aluminium. Karena kawat baja
merupakanpenghantar yang memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dari kawat
aluminiummaupun kawat tembaga, sehingga banyak digunakan untuk gawang-
gawang yang lebar. Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang
rendah. Oleh karena itudiperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai
konduktivitas yang tinggi, antara lain tembaga dan aluminium. Selain itu dapat
digunakan untuk melindungi kulit kawat logam paduan dari bahaya karat atau
korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis tembaga
(copper clad steel) dan kawat baja berlapis aluminium (aluminium clad steel).
Kawat baja berlapis tembaga mempunyai kekuatan mekanis yang besar dan dapat
dipakai untuk gawang yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis
aluminium mempunyai kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja berlapis
tembaga, tetapi konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena itu banyak digunakan
hanya untuk gawang-gawang yang tidak terlalu lebar. Logam liat berwarna
kemerah-merahan, yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9
dan titik cair sampai 1083° C, lebih tinggi dari kawat aluminium.
25

2.12 Bentuk Kawat Penghantar Jaringan

Dilihat dari bentuknya kawat penganta dapt diklasifikasikan menjadi 3


macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit (stranded wire), dan kawat
berongga (hallow wire).

a) Kawat Padat
Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang bulat dan
banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat padat yang berpenampang
besar akan kaku dan kokoh sehingga sukar dibengkokkan dan tidak fleksibel.
Oleh karena itu banyak sekali kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai kawat
padat tersebut, terutama bila terjadi kawat putus maupun bila terjadi proses korosi
pada kawat, dan kawat padat ini mempunyai kekuatan tarik yangrendah, sehingga
tidak ekonomis penggunaannya.
Biasanya kawat padat ini digunakan untuk jaringan distribusi sekunder
atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta untuk jaringan telepon
maupun instalasi rumah dan gedung-gedung. Walaupun digunakan untuk jaringan
distribusi tegangan rendah, hanya untuk gawang-gawang yang pendek.
Penggunakan kawat padat ini sudah mulai dihindari pemakaiannya, selain tidak
ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan mengalami hambatan-hambatan
bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala listrik lainnya.

b) Kawat Berlilit
Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilinsecara
berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam suatulilitan dengan
penampang yang sama. Salah satu kawat yang terdapatditengah sebagai pusat
kawat tidak ikut dipilin. Oleh karena itu kawatberlilit akan memiliki ukuran yang
besar, lebih kaku dan mempunyaikekuatan mekanis yang tinggi serta mudah
lentur.
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu jenis
kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit ini digunakan kawat yang
terdiri dari beberapa macam kawat. Kombinasi dari beberapa kawat penghantar
ini disesuaikan dengan penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada tegangan
yang dipakai. Makin tinggi tegangan suatu sistem makin disesuaikan kombinasi
26

kawat logam tersebut tanpa meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat
penghantar. Kawat berlilit yang dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya
untuksaluran transmisi tegangan tinggi maupun untuk saluran tegangan ekstra
tinggi (extra high voltage) dan saluran tegangan ultra tinggi (ultra high voltage)
untuk gawang-gawang yang lebar.
Jumlah serat (berkas) kawat dalam kawat penghantar tersebut ditentukan
oleh banyaknya lapisan, dan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
N = 3 n2 - 3 n + 1
Dimana :
n = jumlah lapisan
N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71, dan
127 berkas/serat.
Untuk jaringan distribusi pada umumnya dipakai 7 berkas/serat kawat
penghantar, dimana satu kawat sebagai kawat pusat yang berada ditengah
sedangkan 6 berkas/serat kawar melilitinya. Kawat berlilit ini selain
menguntungkan dari segi penggunaannya juga sangat baik dari segi keamanan dan
pemeliharaannya dibandingkan dengan kawat padat. Jenis kawat berlilit ini adalah
kawat tembaga berlilit (standed copper conductor), kawat aluminium berlilit
(stranded aluminium conductor), kawat aluminium campuran berlilit, dan kawat
tembaga capuran berlilit, dan sebagainya. Sedangkan kawat berlilit yang
menggunakan dua kawat sebagai kombinasi adalah kawat aluminium conductor
steel reinforced (ACSR) dan kawat aluminium conductor alloy reinforced (ACAR)
yang merupakan kombinasi kawat aluminium dengan kawat baja atau kawat
campuran (alloy). Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat
aluminium berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit. Perbaikan mutu kawat
aluminium ini akan menghasilkan kawat tarikan keras (hard drawn), kekuatan
mekanis tinggi dan beratnya lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah
dari kawat tembaga.
27

c) Kawat Berongga
Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk suatu
lingkaran dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu kawatpun, sehingga
merupakan rongga yang kemudian ditunjang oleh sebuah batang "I" (I beam) atau
sebuah segmen berbentuk cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan
untuk jaringan distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat. Biasanya
digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung. Kerana kokoh dan
ukurannya besar, kawat ini mempunyai kekuatan mekanis yang sngat besar.
Bentuk kawat berongga ini direncanakan untuk menghindarkan terjadinya
pangaruh kulit (skin effect) pada kawat penghantar.

Gambar 2.15 Bentuk kawat penghantar : (a) penghantar kawat padat, (b) kawat
penghantar berlilit, (c) kawat penghantar berongga

2.13 Karakteristik Elektris

a) Resistansi Kawat Penghantar

Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis (ρ) yang tertentu


besarnya. Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity) suatu logam makin baik
digunakan sebagai kawat penghantar. Seperti halnya kawat tembaga mempunyai
tahanan jenis yang paling rendah (0,0175) merupakan logam yang sangat baik
digunakan sebagai kawat penghantar dibandingkan dengan kawat aluminium yang
mempunyai tahanan jenis 0,030. Tahanan jenis inilah yang merupakan salah satu
faktor untuk menentukan besarnya tahanan (resistance) R dalam suatu kawat
penghantar, disamping faktor-faktor luas penampang kawat (A) dan panjang
kawat (l) pada suatu penghantar jaringan. Dimana besarnya tahanan dari suatu
28

kawat penghantar sebanding dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan


luas penampang kawat, yang dinyatakan dengan persamaan :

R =ρ
Dimana :
R = besarnya tahanan kawat (Ω)
ρ = nilai tahanan jenis kawat (m/mm)
l = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang kawat (mm2 )
Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus listrik
dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter kawat makin
besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai tahanan makin
kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar ukuran beban
pelayanan yang harus dilayani. Selain dari pada itu besarnya tahanan suatu kawat
penghantar akan berubah karena pengaruh suhu. Makin besar perbedaan kenaikan
suhu makin bertambah besar tahanan kawat penghantar. Perubahan besarnya nilai
tahanan tersebut sesuai dengan persamaan :
Rt = Rto {1 + α (t - to)}
Dimana :
Rt = besarnya tahanan pada kenaikan suhu t C (Ω)
Rto = besarnya tahanan pada suhu semula (Ω)
t = suhu sekarang (° C)
to = suhu mula-mula (° C)
α = koefisien suhu
b) Konduktifitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya dinyatakan
dengan persamaan :

C =
Dimana :
C = besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)
29

Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung pula pada
kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila kemurnian logam
bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya bertambah. Karena faktor-
faktor tersebut diatas maka besarnya konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat
100 %. Apabila digunakan aluminium yang sebelumnya mempunyai
konduktivitas sedikit rendah dari tembaga, nilainya tidak akan kurang dari 60 %.

2.14 ETAP (Electric Transient Analysis Program)

ETAP (Electric Transient Analysis Program) merupakan suatu software


(perangkat lunak) yang digunakan suatu sistem tenaga listrik.Perangkat ini dapat
bekerja dalam keadaan offline yaitu untuk simulasi tenaga listrik, dan juga dalam
keadaan online untuk pengelolaan data real time. Analisa tenaga listrik yang dapat
dilakukan dengan menggunakan ETAP antara lain :
1. Membuat aliran daya (Load Flow)
2. Hubung singkat (Short Circuit)
3. Drop tegangan (Voltage Drop)
4. Motor Starting
5. Arc Flash
6. Harmonics Power System
7. Kesetabilan Transien (Transient Stability)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan program ETAP
antara lain:
One Line Diagram merupakan notasi yang disederhanakan untuk
sebuah sistem tenaga listrik tiga fasa. Sebagai pengganti dari
representasi saluran tiga fasa yang terpisah, digunakanlah sebuah
konduktor. Hal ini memudahkan pembacaan dalam pembacaan
diagram maupun dalam analisa rangkaian.
Library merupakan informasi menegenai semua peralatan yang akan
dipakai dalam sistem kelistrikan. Data elektrik maupun mekanis dari
peralatan yang lengkap dapat mempermudah dan memperbaiki hasil
simulasi.
30

Standart yang dipakai pada program ETAP ini mengacu pada IEC dan
ANSI. Perbedaan anatar standart IEC dan ANSI terletak pada standart
frekuensi yang digunakan yang mengakibatkan perbedaan spesifikasi
peralatan yang digunakan. Jika pada standart IEC nilai frekuensi yang
digunakan adalah 50Hz, sedangkan standart ANSI nilai frekuensi yang
digunakan adalah 60Hz.
Berikut ini menu-menu bar dan tampilan window yang terdapat pada program
ETAP 4.0 yang dapat digunakan :

Gambar 2.16 Menu bar standart IEC &ANSI Program ETAP 4.0

Gambar 2.17 Tampilan window Program ETAP 4.0


31

Berikut ini penjelasan elemen menu bar program ETAP 4.0 :

• Generator
Merupakan suatu mesin listrik yang berfungsi untuk membangkitkan
listrik

Gambar 2.18 Icon menu bar generator


• Transformator
Merupakan peraltan yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan dengan rasio tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

Gambar 2.19 Icon menu bar transformator standart ANSI

Gambar 2.20 Icon menu bar transformator standart IEC


32

• Pemutus Rangkaian (Circuit Breaker)


Merupakan peralatan yang berfungsi untuk melindungi sebuah rangkaiaan
dari kerusakan yang disebabkan oleh kelebihan beban atau hubungan
pendek.

Gambar 2.21 Icon menu bar circuit breaker high voltage & low
voltage

• Beban

Gambar 2.22 Icon menu bar static load

Gambar 2.23 Icon menu bar lumped load


BAB III
METODOLOGI
BAB III

METODOLOGI

Dalam menyusun tugas akhir ini diperlukan beberapa kegiatan dengan


urutan yang tepat dan terperinci. Hal ini dimaksudkan agar tugas akhir ini dapat
tercapai tujuannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu
langkah-langkah pengerjaannya disusun secara sistematis.

3.1 Menentukan Lokasi Studi Kasus

Studi analisa drop tegangan menengah 20kV pada penyulang pagentenan


dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pamekasan.
Adapun yang diamati dalam studi kasus ini adalah penyulang pagentenan.

Gambar 3.1 Penyulang pagentenan

33
34

3.2 Waktu Pelaksanaan

Dalam studi kasus ini dilaksanakan selama 4 bulan (tanggal 1 Februari


sampai 23 Mei 2013). Selama pelaksanaan studi kasus dilakukan pengamatan
objek dan terjun langsung dilapangan untuk perawatan peralatan jaringan
tegangan menengah dengan pengawasan pembimbing lapangan.

Gambar 3.2 Proses perawatan jaringan TM (Tegangan Menengah)

Gambar 3.3 Proses pengecekkan panel trafo distribusi


35

3.3 Pemilihan Objek Studi Kasus

Objek studi/riset pada tugas akhir ini adalah penggambaran diagram, drop
tegangan persection yang dialami penyulang pagentenan. Studi dalam tugas akhir
ini sendiri dilakukan dengan menentukan beban-beban trafo dan panjang
penghantar setiap section.

Gambar 3.4 Trafo distribusi penyulang pagentenan

Gambar 3.5 Nameplat trafo distribusi


36

3.4 Pengumpulan Data

Pemilihan data - data yang tepat sebagai penunjang untuk tugas akhir ini
sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan agar tercapainya hasil studi yang baik
dengan waktu yang di tentukan. Data-data yang digunakan pada studi ini didapat
dari bagian perencanaan dan evaluasi yang memuat single line, spesifikasi beban-
beban trafo, penggunaan jenis kawat penghantar.

3.4.1 Single Line Diagram Penyulang Pagentenan

Berikut merupakan single line diagram penyulang pagentenan di PT. PLN


(Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pamekasan. Dengan melihat diagram
tersebut maka dapat diketahui letak hantaran TM (Tegangan Menengah) paling
jauh atau paling ujung yang di distribusikan oleh GI (Gardu Induk) Pamekasan.

Gambar 3.6 Single Line Penyulang Pagentenan


37

3.4.2 Pendataan Beban-Beban Trafo Distribusi Persection

Tabel 3.1 Data beban-beban trafo distribusi persection penyulang pagentenan


Daya BEBAN BEBAN 2
No Persection Trafo
KVA % kVA
GI Pamekasan - LBS KJ739 100 74.4 74.4
1
Pegantenan Total 74.4
KJ740 100 55 55
KJ741 100 74.8 74.8
KJ743 100 72.7 72.7
KJ755 25 42.3 10.575
KJ756 50 44.7 22.35
KJ757 50 35.4 17.7
KJ758 25 51.7 12.925
KJ762 25 67.3 16.825
KJ759 50 70.7 35.35
KJ123 50 19 9.5
KJ043 100 31.3 31.3
KJ088 50 50.8 25.4
KJ054 25 65 16.25
KJ052 25 65.7 16.425
KJ053 100 48.9 48.9
KJ055 50 42.4 21.2
LBS Pegantenan - LBS Bujur
2 KJ056 25 59.1 14.775
tengah
KJ057 25 85.2 21.3
KJ058 50 41.4 20.7
KJ059 100 45.9 45.9
KJ092 25 53.2 13.3
KJ070 160 37.4 59.84
KJ078 100 61 61
KJ015 160 67.8 108.48
KJ100 100 27.2 27.2
KJ012 100 66.6 66.6
KJ014 50 71.1 35.55
KJ105 50 45.9 22.95
KJ083 100 48.8 48.8
KJ030 50 57.3 28.65
KJ062 50 59.8 29.9
KJ063 50 36.3 18.15
KJ065 50 55.7 27.85
38

KJ076 25 51.3 12.825


KJ075 25 59.6 14.9
KJ064 50 28.2 14.1
KJ104 50 52.9 26.45
KJ109 25 88 22
KJ048 100 43.1 43.1
Total 1271.52
KJ095 25 97.9 24.475
KJ607 100 51.6 51.6
KJ625 25 26.3 6.575
KJ609 25 62 15.5
KJ611 160 79.5 127.2
KJ617 50 66 33
LBS Bujur tengah - LBS
3 KJ618 50 85.5 42.75
AVR Batu marmar
KJ615 160 78.3 125.28
KJ630 50 5.7 2.85
KJ627 50 73.9 36.95
KJ613 100 78.9 78.9
KJ621 50 63.2 31.6
Total 576.68
KJ622 100 50.3 50.3
KJ601 200 74.5 149
KJ628 50 78.7 39.35
LBS AVR Batu marmar -
4 KJ602 200 84 168
LBS Tamberu
KJ603 15 62.7 9.405
KJ623 25 48 12
Total 428.055
KJ514 160 44.3 70.88
KJ505 100 33.8 33.8
KJ512 100 77.1 77.1
KJ557 100 64 64
KJ501 160 65.2 104.32
KJ541 100 68 68
LBS Tamberu - Sokobanah KJ531 25 86.9 21.725
5
Laok KJ513 100 80.2 80.2
KJ510 100 86.5 86.5
KJ533 100 66.3 66.3
KJ536 50 47.3 23.65
KJ551 25 14.2 3.55
KJ511 50 75.7 37.85
Total 737.875
39

3.4.3 Panjang Kawat Penghantar Tegangan Menengah

Tabel 3.2 Panjang kawat penghantar persection penyulang pagentenan

Panjang hantaran
No Section PER LBS
(KMS)
1 GI Pamekasan – LBS Pagentenan 13,896
2 GI Pamekasan – LBS Bujur tengah 25,499
3 GI Pamekasan – LBS AVR Batu marmar 32,153
4 GI Pamekasan – LBS Tamberu 34,462
5 GI Pamekasan – Sokobanah laok 49,096

3.4.4 Arus Persection Pada Penyulang Pagentenan

Tabel 3.3 Arus persection penyulang pagentenan

No Section PER LBS Arus (A)


1 GI Pamekasan – LBS Pagentenan 2,14
2 GI Pamekasan – LBS Bujur tengah 38,85
3 GI Pamekasan – LBS AVR Batu marmar 55,5
4 GI Pamekasan – LBS Tamberu 67,85
5 GI Pamekasan – Sokobanah laok 89,15

3.4.5 Tabel Tahanan (R) dan Reaktansi (XL) Penghantar Tipe AAAC
Tegangan 20kV (SPLN 64:1985)

Tabel 3.4 Tahanan (R) dan Reaktansi (XL) penghantar AAAC

Luas penampang (mm2) R XL


16 2,0161 0,4036
25 1,2903 0,3895
35 0,9217 0,3790
50 0,6452 0,3678
40

70 0,4608 0,3572
95 0,3096 0,3449
120 0,2688 0,3376
150 0,2162 0,3305
185 0,1744 0,3239
240 0,1344 0,3158
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini, penulis akan menganalisa drop tegangan pada penyulang
pagentenan. Dalam menganalisa drop tegangan ini pengaruh dari panjang
hantaran TM (Tegangan Menengah), besar arus persection dan juga menganalisa
ukuran hantaran kabel yang berpengaruh terhadap resistansi dan reaktansinya.
Penulis juga menggunakan metode perhitungan secara manualdan program ETAP
4.0 yang dicocokkan dengan SPLN tentang jatuh tegangan atau drop tegangan.

4.1 Saluran Distribusi Primer

Saluran distribusi primer pada penyulang pagentenan adalah JTM


(Jaringan Tegangan Menengah) yang berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik
dari GI (Gardu Induk) dengan tegangan 20kV menggunakan penghantar yang
terbuat dari bahan alumunium atau AAAC(All Aluminum Alloy Conductor) 150
mm2ke gardu distribusi dengan tegangan 380/220 Volt.

Peralatan – peralatan utama yang digunakan untuk jaringan distribusi


20kV meliputi :
1) Tiang Dan asesoris pendukung
2) Gardu distribusi (Trafo distribusi)
3) Konduktor (Penghantar)

4.2 Perhitungan Drop Tegangan Pada Penyulang Pagentenan


Menggunakan Rumus

Drop tegangan atau biasa di sebut Voltage Drop merupakan selisih antara
tegangan sekunder dari trafo (tegangan kirim) dengan tegangan yang diterima.
Perhitungan drop tegangan berdasarkan data pengukuran yang dihitung dari titik
sumber sampai ke titik yang dihitung (titik beban) sesuai dengan panjang
penyulang dengan menggunakan persamaan.
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000

41
42

Besar persentasi drop tegangan pada saluran transmisi dapat dihitung dengan :

% ∆V = ∆V / V x 100%

Keterangan :

∆V = Drop tegangan (kV)

R = Resistansi saluran (Ω)

X = Reaktansi saluran (Ω)

I = Arus beban (A)

l = Panjang hantaran tegangan menengah (kms)

Maka dari persamaan diatas perhitungann drop tegangan sebagai berikut :

Nilai cosφ = 0,85 dan sinφ = 0,50

Section pertama :
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000
∆V = √3 x 2,148 x 13,849 x ((0,2162 x0,85 )+(0,3305x 0,50)) / 1000
∆V = 51,33 x (0,183+0,165)/1000
∆V = 18 / 1000
∆V = 0,018 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
!,! #
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 0,09

Section kedua
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000
∆V = √3 x 38,854 x 25,499 x ((0,2162 x0,85 )+(0,3305x 0,50)) / 1000
∆V = 599 /1000
∆V = 0,599 kV
43

Persentase drop (% ∆V)


% ∆V = ∆V / V x 100%
!,%&&
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 2,995

Section ketiga
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000
∆V = √3 x 55,502 x 32,153 x ((0,2162 x0,85 )+(0,3305x 0,50)) / 1000
∆V = 1079 /1000
∆V = 1,079 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
,!'&
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 5,395

Section keempat
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000
∆V = √3 x 67,859 x 34,462 x ((0,2162 x0,85 )+(0,3305x 0,50)) / 1000
∆V = 1414 /1000
∆V = 1,414 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
,( (
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 7,07

Section kelima
∆V = √3 x I x l x ( R cosφ + X sinφ ) / 1000
∆V = √3 x 89,160 x 49,096 x ((0,2162 x0,85 )+(0,3305x 0,50)) / 1000
∆V = 2646 /1000
∆V = 2,646 kV
44

Persentase drop (% ∆V)


% ∆V = ∆V / V x 100%
$,)()
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 13,23

Hasil perhitungan drop tegangan dengan rumus diatas akan dimasukkan dalam
tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Hasil perhitungan manual drop tegangan


No Section PER LBS I l ∆V % ∆V
GI Pamekasan – LBS
1
Pagentenan 2.148 13.896 0,018 0,09

GI Pamekasan – LBS Bujur


2 tengah 38.854 25.499 0,599 2,995

GI Pamekasan – LBS AVR


3
Batu marmar 55.502 32.153 1,079 5,395

GI Pamekasan – LBS
4 Tamberu 67.859 34.462 1,414 7,07

GI Pamekasan – Sokobanah
5
laok 89.160 49.096 2,646 13,23
45

Dari tabel 4.1 hasil perhitungan drop tegangan dapat di buat grafik di bawah ini :

Drop Tegangan Persection Penyulang Pagentenan


60,000
49,096
50,000

40,000 34,462
32,153
KMS

30,000 25,499

20,000 13,896

10,000

0
0,018 0,599 1,079 1,414 2,646

∆V (kV)

Gambar 4.1 Grafik perhitungan manual drop tegangan persection


penyulang pagentenan (KMS/∆V(kV)).

Drop Tegangan Persection Penyulang Pagentenan


3
2.646
2.5

1.5 1.414
∆V (kV)

1 1.079

0.5 0.599

0 0.018
0 25 50 75 100
-0.5

-1

Arus (A)

Gambar 4.2 Grafik perhitungan manual drop tegangan persection pada


penyulang pagentenan (Arus (A)/∆V (kV))
46

4.3 Perhitungan Drop Tegangan Pada Penyulang Pagentenan


Menggunakan Program ETAP 4.0

Gambar 4.3 Perhitungan drop teganganpersection menggunakan program ETAP


4.0
47

Maka dari gambar diatas didapat drop tegangan sebagai berikut :

Nilai cosφ = 1 dan sinφ = 0

Section pertama
persentase 95,7 % , jadi tegangan pada section pertama adalah
&%,'
20 kV x = 19,14 kV
!!
∆V = 20 kV – 19,14 kV
∆V = 0,86 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
!,#)
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 4,3

Section kedua
persentase 92,25 % , jadi tegangan pada section kedua adalah
&$,$%
20 kV x = 18,45 kV
!!
∆V = 20 kV – 18,45 kV
∆V = 1,55 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
,%%
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 7,75

Section ketiga
persentase 91,1 % , jadi tegangan pada section pertama adalah
& ,
20 kV x = 18,22 kV
!!
∆V = 20 kV – 18,22 kV
∆V = 1,78 kV
48

Persentase drop (% ∆V)


% ∆V = ∆V / V x 100%
,'#
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 8,9

Section keempat
persentase 90,83 % , jadi tegangan pada section pertama adalah
&!,#*
20 kV x = 18,166 kV
!!
∆V = 20 kV – 18,166 kV
∆V = 1,83 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
,#*
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 9,15

Section kelima
persentase 89,75 % , jadi tegangan pada section pertama adalah
#&,'%
20 kV x = 17,95 kV
!!
∆V = 20 kV – 17,95 kV
∆V = 2,05 kV
Persentase drop (% ∆V)
% ∆V = ∆V / V x 100%
$,!%
% ∆V = x 100%
$!
% ∆V = 10,25
49

Hasil perhitungan drop tegangan dengan program ETAP 4.0 diatas akan
dimasukkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 hasil drop tegangan menggunakan program ETAP 4.0


Persentase Panjang ∆V
No Section PER LBS ∆V
(%) hantaran (KMS) (%)
GI Pamekasan – LBS
1 95,7 13,896 0,86 4,3
Pagentenan

GI Pamekasan – LBS
2 92,25 25,499 1,55 7,75
Bujur tengah

GI Pamekasan – LBS
3 91,1 32,153 1,78 8,9
AVR Batu marmar

GI Pamekasan – LBS
4 90,83 34,462 1,83 9,15
Tamberu

GI Pamekasan –
5 89,75 49,096 2,05 10,25
Sokobanah laok

Dari tabel 4.2 hasil perhitungan drop tegangan dengan program ETAP 4.0 dapat di
buat grafik di bawah ini :

Drop Tegangan Persection Penyulang Pagentenan


50 49.096
45
Panjang Hantaran

40
35 34.462
32.153
(KMS)

30
25 25.499
20
15 13.896
10
0.7 0.9 1.1 1.3 1.5 1.7 1.9 2.1
∆V (kV)

Gambar 4.4 Grafik Drop Tegangan Persection pada Penyulang Pagentenan


menggunakan program ETAP 4.0 (KMS/∆V(kV)).
50

Dari perhitungan manual dan program ETAP 4.0 didapatkan hasil drop tegangan
sebagai berikut :

Tabel 4.3 Perbandingan drop tegangan secara perhitungan manual dengan


program ETAP 4.0
Perhitungan drop
tegangan Perhitungan
Panjang menggunakan manual drop
Section PER
No hantaran program ETAP tegangan
LBS
(KMS) 4.0
∆V ∆V
∆V ∆V
(%) (%)
GI Pamekasan –
1 13,896 0,86 4,3 0,018 0,09
LBS Pagentenan

GI Pamekasan –

2 LBS Bujur 25,499 1,55 7,75 0,599 2,995


tengah

GI Pamekasan –

3 LBS AVR Batu 32,153 1,78 8,9 1,079 5,395


marmar

GI Pamekasan –
4 34,462 1,83 9,15 1,414 7,07
LBS Tamberu

GI Pamekasan –
5 49,096 2,05 10,25 2,646 13,23
Sokobanah laok
BAB V
PENUTUP
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Drop tegangan di penyulang pagentenan tidak memenuhi syarat standart


PLN 1 : 1978, dimana ditentukan bahwa variasi tegangan pelayanan,
sebagian akibat jatuh tegangan, karena adanya perubahan beban,
maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya. Tegangan
yang diperoleh secara manual dengan menggunakan rumus sebesar
13,23% (dengan nilai cosφ = 0,85 dan sinφ = 0,50 konstan persection) dan
pada program ETAP 4.0 sebesar 10,25% (dengan nilai cosφ = 1 dan sinφ =
0 konstan persection).
2. Titik drop tegangan yang buruk adalah titik paling jauh yaitu dari GI
Pamekasan sampai didaerah sokobanah laok pada penyulang pagentenan
sesuai dengan tabel 4.3
3. Drop tegangan disebabkan oleh panjangnya pendistribusian tenaga listik,
beban persection dan luas penampang penghantar jaringan tegangan
menengah (TM).

5.2 Saran

1. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pamekasan diharapkan


dapat menekan drop tegangan pada penyulang pagentenan dengan cara
membuat penyulang baru atau memperbesar penghantar dari 150 mm2
menjadi 240 mm2 agar kontinuitas pendistribusian listrik kepada
konsumen dapat terlayani dengan baik.
2. PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Pamekasan diharapkan
memikirkan drop tegangan yang terjadi sebelum melakukan
pendistribusian terlalu jauh dan mengakibatkan drop tegangan yang

51
52

dibawah standart PLN yaitu maksimum +5% dan minimum -10% dari
tegangan kirim gardu induk sebesar 20kV agar tidak ada pihak yang
merasa dirugikan baik perusahaan ataupun pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

[1] D William, AnalisisSistemTenagaListrik, Jakarta, 1994

[2] http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-6-kawat-penghantar-
jaringan-distribusi.pdf

[3] http://novikaginanto.wordpress.com/2012/03/24/etap-electric-transient-
analysis-program/

[4] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27856/3/Chapter%20II.pdf

[5] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31916/3/Chapter%20II.pdf

[6] http://www.donisarosa.com/2013/02/pembagian-jaringan-distribusi-
dan_25.html

[7] Kadir Abdul, DistribusidanUtilisasiTenagaListrik, Jakarta, 2000

[8] Rifqi Muhammad, OperasidanPemeliharaanJaringanDistribusiTegangan


Menengah 20 kV, Semarang, 2010
LAMPIRAN A
SPLN
TEGANGAN - TEGANGAN STANDART
LAMPIRAN B
SPLN
HANTARAN ALUMUNIUM CAMPURAN
(AAAC)
BIOGRAFI PENULIS
BIOGRAFI PENULIS

Nama : Firman Rachmat Wahyudy


Alamat : Dsn.Serkeser dajah Rt. 8 Rw. 4
Kec.Pademawu,Pamekasan
Tempat, tgl lahir : Pamekasan, 23 Juli 1992
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum nikah
No.telepon : 085852200224
Email : Firmanrw49@gmail.com
Pendidikan :
1. SDN Buddagan 2, lulus tahun 2004
2. SMPN 1 Pamekasan, lulus tahun 2007
3. MAN 1 Pamekasan, lulus tahun 2010
4. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, lulus
tahun 2013
Pekerjaan :-

Anda mungkin juga menyukai