Anda di halaman 1dari 33

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN

TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV


TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

Disusun Oleh :

INDHI ERESA SEPTIA BUDI


NIM: 12020023
JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO
SEMESTER : 6

School of Technic

Universitas Suryadarma

Jakarta

2015
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
ABSTRAK

Pengahantar 150kV Maninjau Simpang Empat menghubungkan Gardu induk Maninjau


dengan Gardu induk Simpang empat dengan jumlah tower sebanyak 243, GI Simpang empat
tergolong gardu induk radial, karena GI Simpang Empat hanya mendapatkan suplai daya dari
PLTA Maninjau melalui Gardu induk Maninjau dengan 2 penghantar (double circuit).

Jika penghantar ini mengalami gangguan, misalnya karena petir, maka GI Simpang empat
akan mengalami kehilangan tegangan secara total dan suplai aliran daya ke distribusi pun
akan terganggu. Sistem pentanahan berperan sangat penting dalam meminimalisir dampak
gangguan yang disebabkan oleh petir. Untuk tower SUTT 150kV, Standar untuk nilai
pentanahan yang harus pakai adalah harus di bawah 10 Ohm.

Dari 9 tower yang dievaluasi, terdapat 1 tower yaitu tower 13 yang memiliki nilai tahanan
pentanahan diatas 10, upaya perbaikan pada tower 13 ini dapat dilakukan dengan
menambahkan 4 elektroda batang dengan ukuran panjang 2.4 meter, jari-jari elektroda 8mm
dan kedalaman penanaman elektroda sedalam 1 meter dibawah permukaan tanah. Metode
perbaikan ini dapat mereduksi nilai tahanan pentanahan tower 13 dari semula bernilai 12.8
hingga menjadi 7.21 . Perhitungan menggunakan aplikasi GUI di Matlab dapat
mempercepat proses perhitungan dalam perencanaan, baik untuk perhitungan tahanan jenis,
maupun tahanan pentanahan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kVadalah bagian dari sistem transmisi
tenaga listrik,saluran ini sangat sering terjadi gangguan akibatadanya sambaran petir yang
dapat mengakibatkankenaikan tegangan yang dapat merusak peralatanlistrik yang
digunakan sebagai pendukungpenyaluran tenaga listrik. Untuk meminimalisir haltersebut,
maka harus ada media untuk melindungipenghantar tersebut, yaitu dengan sistem
pentanahanatau kawat tanah yang dipasang sepanjang SUTT 150kV dan terhubung
langsung dengan tower yangdiketanahkan.

Oleh karena itu, pentanahan adalah suatu hal yang penting pada tower SUTT 150 kV.
Besarnya nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 kV harus sesuai dengan ketentuan
yang diperbolehkan untuk menjamin keandalan sistem bila terjadi tegangan lebih akibat
petir tadi. Pemasangan pentanahan tower SUTT 150 kV, memiliki standar pentanahan
yang sesuai dengan ketentuan, baik jenis elektroda, kedalaman penanaman elektroda,
ukuran elektroda maupun jarak antar elektroda yang digunakan dan sebagainya.

Sebagaimana diketahui, pentanahan ditanam dalam tanah, dalam kurun waktu yang
tertentu akan terjadi perubahan dalam besarnya tahanannya sangatlah besar. Proses
pengukuran, pemeriksaan secara berkala dan evaluasi sebaiknya terus dilakukan agar bisa
mempertahankan nilai tahanan pentanahan sesuai standar yang ditentukan.

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Batasan Masalah


Dikarenakan ukuran dan kompleksitas dari suatu sistem saluran transmisi sangat rumit
dan luas perhitungannya maka tidak dimungkinkan untuk memahami secara menyeluruh
fungsi dan perhitungan masing-masing komponen tersebut dalam waktu yang sangat
terbatas. Pembatasan masalah ini menambah kejelasan dan memudahkan dalam membuat
laporan ini. Adapun pembatas laporan ini adalah : mengevaluasi nilai tahanan pentanahan
tower saluran udara tegangan tinggi 150kV dengan menggunakan Digital Earth
Resistance & Soil Resistivity Tester.

1.4 Rumusan Masalah


Perumusan masalah pada judul laporan ini adalah : Evaluasi Nilai Tahanan Pentanahan
Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV Transmisi Maninjau Simpang
Empat, antara lain :
Membahas pengukuran tahanan jenis, pengukuran tahanan pentanahan pada kaki tower
dan perbaikan nilai tahanan pentanahan dengan cara manual yang menggunakan Tester
yang ada di Saluran Transmisi Maninjau Simpang Empat.

1.5 Maksud & Tujuan


Maksud dan tujuan dalam pembuatan laporan ini antara lain :
1. Menjelaskan cara pengukuran tahanan jenis pada saluran transmisi
2. Menjelaskan cara pengukuran tahanan pentanahan pada saluran transmisi
3. Menganalisa perhitungan nilai tahanan jenis dan tahanan pentanahan pada saluran
transmisi

1.6 Sitematika Penulisan


Laporan ini terbagi beberapa bab yang menjadi uraian secara garis besar yang kemudian
dibagi menjadi sub bab-bab yang menguraikan secara terperinci.
Dalam laporan ini sistem penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisikan latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah maksud dan tujuan serta sistematika
penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Landasan teori ini berisikan tetang komponen pentanahan dan sistem
pentanahan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pada bab ini berisikan tentang diagram alir penelitian, waktu dan tempat
penelitian, pengumpulan data & pengolahan data sebelum melakukan analisis
dan pengujian.

BAB IV ANALISA & PENGUJIAN


Pada bab ini berisikan tentang Evaluasi Nilai Tahanan Pentanahan Tower
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV Transmisi Maninjau
Simpang Empat.

BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan kesimpula dari Evaluasi Nilai Tahanan Pentanahan
Tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150kV Transmisi Maninjau
Simpang Empat dan daftar pustaka serta buku-buku referensi penyusunan
laporan ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Saluran Udara Tegangan Tinggi


Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) adalah sarana yang terbentang di udara untuk
menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk atau dari GI ke GI lainnya
yang disalurkan melalui konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
insulator-insulator dengan sistem tegangan tinggi (70 kV, 150 kV)

2.2 Pentanahan
Pentanahan peralatan adalah pentanahan bagian dari peralatan yang pada kerja normal tidak
dilalui arus. bila terjadi hubung singkat suatu penghantar dengan suatu peralatan, maka akan
terjadi beda potensial (tegangan)

2.3 Metoda Empat Titik


Untuk mengetahui tahanan jenis tanah, dapat digunakan metode empat titik, dengan peralatan
sebagai berikut:
4 batang pentanahan rod
1 buah ampere meter
1 buah volt meter sumber daya AC
Cara penyambungan:
4 batang besi (sebut saja sebagai batang C1, P1, P2 dan C2) ditancapkan ke tanah dalam satu
baris dengan jarak masing-masing a meter. Antara P1 dan P2 dipasang Voltmeter, antara C1
dan C2 disambungkan dengan Ampere meter dan sumber daya AC 110/220 VAC.

Cara pengukuran:
Sambungkan sumber daya, ukur berapa Ampere arus yang mengalir antara C1 dan C2,
misalnya I Ampere. Ukur berapa beda potensial antara P1 dan P2, misalnya V (Volt).
Masukkan besaran pada rumus:
= 2 a R
dengan
= 3,14
a = jarak antara batang besi (m)
2.4 Metoda Tiga Titik
Metode tiga titik (three-point method) dimaksudkan untuk mengukur tahanan pembumian.
Misalkan tiga buah batang pentanahan dimana batang 1 yang tahanannya hendak diukur dan
batang-batang 2 dan 3 batang pengentanahan pembantu yang diketahui tahanannya, seperti
pada gambar 2.2

2.5 Elektroda Pentanahan


2.5.1 Elektroda Batang
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang dipancangkan ke dalam
tanah. Elektroda ini merupakan elektroda pertama kali digunakan dan teori elektroda jenis ini.

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah (Gambar 2.14-a) nilai
tahanannya yaitu :

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari permukaan
tanah (Gambar 2.14-b), nilai tahanannya yaitu :

Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus dekat permukaan tanah dan menembus lapisan
tanah kedua (Gambar 2.14-c), nilai tahanannya yaitu :
Untuk elektroda yang ditanam tegak lurus pada kedalaman beberapa cm dari permukaan
tanah dan menembus lapisan tanah kedua (Gambar 2.14-d) nilai tahanannya yaitu :

Dengan :
R = Tahanan dari satu batang elektroda ()
L = Panjang batang elektroda dalam tanah (m)
r = Jari-jari batang elektroda (m)
1 = Tahanan jenis lapisan tanah pertama (-m)
2 = Tahanan jenis Lapisan tanah kedua (-m)
hb = Kedalaman penanaman elektroda (m)
h = Jarak permukaan tanah ke tanah lapisan ke dua
K = Faktor refleksi
N = Jumlah batang elektroda

Dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah Pada Gambar 2.15 dapat
dilihat bahwa kedua batang elektroda yang berbentuk silinder dengan panjang L yang
ditanam tegak lurus permukaan tanah dan dihubungkan di atas tanah dengan jarak S diantara
dua batang elektroda tersebut.
Rumus untuk dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus di dalam tanah juga diturunkan
oleh H.B. Dwight dengan besar tahanan pentanahan ialah :

Dengan:
S = Jarak penanaman antara kedua elektroda (m)

Beberapa batang elektroda ditanam tegak lurus ke dalam tanah Untuk jumlah konduktor
yang lebih banyak, tahanan pentanahan akan distribusi tegangan akan semakin merata.
Penanaman elektroda yang tegak lurus ke dalam tanah dapat berbentuk bujur sangkar atau
empat persegi panjang dengan jarak antara batang elektroda adalah sama seperti gambar di
bawah ini :

Gambar 2.5 Beberapa elektroda yang ditanam

Nilai tahanan pentanahan untuk beberapa batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke
dalam tanah di mana rod menembus lapisan tanah paling bawah/kedua, dihitung dengan
mengikuti persamaan berikut :
2.5.2 Elektroda Pita
Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran berbentuk pita atau berpenampang
bulat atau hantaran pilin yang pada umumnya ditanam secara dangkal.

2.5.3 Elektroda Pelat


Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau dari kawat
kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini digunakan bila diinginkan
tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis elektroda
yang lain.

2.6 Sistem Pentanahan


2.6.1 Sistem Pentanahan Driven Ground
Adalah pentanahan yang dilakukan dengan cara menancapkan batang elektroda ke tanah.

2.6.2 Sistem Pentanahan Counterpoise


Adalah pentanahan yang dilakukan dengan cara menanam kawat elektroda sejajar atau radial,
beberapa cm di bawah tanah (30cm-90cm).

2.6.3 Sistem Pentanahan Mesh


Adalah cara pentanahan dengan jalan memasang kawat elektroda membujur dan melintang di
bawah tanah, yang satu sama lain dihubungkan di setiap tempat sehingga membentuk jala
(mesh). Sistem pentanahan mesh biasanya dipasang di gardu induk dengan tujuan untuk
mendapatkan harga tahanan tanah yang sangat kecil (kurang dari 1 ohm).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengambilan Data di lapangan

Verifikasi Data

Data
Lengkap

Lakukan Pengukuran

Lakukan Perhitungan

Lakukan Analisis

Berhasil

Selesai

3.2 Tempat & Waktu Penelitian


Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2011 dan tempat
dilaksanakannya di Power Plant, sub Saluran Transmisi Tegangan Tinggi 150kV
Maninjau - Simpang Empat, Bukittingi, Sumatera Barat.
3.3 Parameter Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk mendukung
evaluasi nilai tehanan pentanahan. Data-data yang dikumpulkan tersebut diambil pada
rentang waktu tertentu yang ditetapkan peneliti. Data-data yang diperlukan diperoleh
dengan menggunakan dua metode, yaitu observasi secara langsung dan wawancara
dengan kepala lapangan mengenai pengukuran nilai tahanan yang sedang berjalan
sekarang. Melalui pengumpulan data secara langsung diperoleh data pengukuran tahanan
bulan Mei 2011 Agustus 2011. Maka dari data tersebut bisa membantu untuk proses
evaluasi nilai tahanan yang akan dilakukan.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Setelah tahap pengumpulan data selesai dilakukan maka tahap selanjutnya adalah tahap
pengolahan data. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai
berikut :
- Melakukan pengecekan tanah pada lokasi
- Melakukan analis data pada data-data yang sudah didapat sebelumnya
- Melakukan analisa pada kaki tower
- Menentukan rumus perhitungan
- Melakukan pengukuran dan perhitungan pada lokasi transmisi
- Melakukan perbaikan dalam perhitungan dan pengukuran di saluran transmisi
BAB IV

ANALISA & PENGUJIAN

4.1 Pengukuran Tahanan Jenis


Pengukuran tahanan jenis tanah dilakukan dengan menggunakan alat Digital Earth
Resistanceand Soil Resistivity Tester merk AEMC dengan menggunakan metoda empat titik
seperti gambar 3.1.

Gambar. 3.2 Pengukuran tahanan jenis tanah (metoda 4 titik) pada lokasi tower

Petunjuk pengukuran
1. Mempersiapkan alat ukur dan pengukuran
2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Soil Resistrivity
3. Membuat rangkaian pengujian dengan menjepit elektroda utama yang diuji dan
menanamkan elektroda bantu
4. Menentukan jarak elektroda bantu sesuai spesifikasi peralatan cukup keras, elektroda bantu
ditanam dengan memukul kepala elektroda dengan me martil.
5. Menekan tombol Test beberapa detik
6. Mencatat hasil pengukuran
7. Selesai dan membuka rangkaian pengukuran kembali
4.2 Pengukuran Tahanan Pentanahan
Pengukuran tahanan pentanahan dilakukan dengan menggunakan alat Digital Earth
Resistance and Soil Resistivity Tester merk AEMC dengan menggunakan metoda metoda tiga
titik seperti gambar 3.3

Petunjuk pengukuran
1. Mempersiapkan alat ukur dan pengukuran
2. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Earth
3. Membuat rangkaian pengujian dengan menjepit elektroda utama yang diuji dan
menanamkan elektroda bantu gambar 3.4
4. Menghubungkan terminal X dengan Xv (linked)
5. Menentukan jarak elektroda bantu sesuai spesifikasi peralatan. Jika permukaan tanah
cukup keras, elektroda bantu ditanam dengan memukul kepala elektroda dengan
menggunakan martil.
6. Menekan tombol Test beberapa detik
7. Mencatat hasil pengukuran
8. Selesai dan membuka rangkaian pengukuran kembali.

4.2.1 Pengukuran tahanan pentanahan pada kaki tower


Pengukuran ini dilakukan pada kaki tower tanpa terhubung dengan sistem pentanahan sendiri.
Jika suatu tower mempunyai pentanahan tambahan berupa counter poise maka kawat
pentanahan tersebut harus dipisahkan dulu dari kaki tower dengan cara membuka mur baut
pada kaki tower tersebut.

Gambar 3.4 Pengukuran tahanan pentanahan pada tower tanpa terhubung kawat tanah
Tabel 3.1 Hasil pengukuran tahanan pentanahan menggunakan metoda 3 titik

4.2.2 Pengukuran tahanan pentanahan dengan kondisi kawat pentanahan dilepas


Pengukuran ini dilakukan pada kawat pentanahan (sistem pentanahan tambahan) secara
langsung. Sistem pentanahan tambahan ini diukur dengan cara memisahkannya dengan kaki
tower untuk mendapatkan nilai murni dari tahanan pentanahan pada sistem itu sendiri. Jika
suatu tower tidak mempunyai sistem pentanahan tambahan seperti counterpoise, maka
pengukuran ini tidak bisa dilakukan.

Gambar 3.5 Pengukuran tahanan pentanahan pada sistem pentanahan (kawat tanahan dilepas)
Tabel 3.2 Pengukuran tahanan pentanahan dengan kondisi kawat pentanahan dilepas

4.2.3 Pengukuran tahanan pentanahan dengan kondisi kawat pentanahan disambung

Pengukuran ini dilakukan pada kaki tower dengan sistem pentanahan tambahan
(counterpoise) disambung. Ini bertujuan untuk mendapatkan hasil tahanan pentanahan kaki
tower tersebut setelah ditambahkan dengan sistem pentanahan sendiri untuk memperbaiki
nilaih tahanan pentanahan sebelumnya. Jika suatu tower tidak mempunyai sistem pentanahan
tambahan seperti counterpoise, maka pengukuran ini tidak bisa dilakukan.

Gambar 3.3 Pengukuran tahanan penanahan pada tower (kawat pentanahan disambung)

Tabel 3.4 Pengukuran tahanan pentanahan pada tower dengan kondisi kawat pentanahan
disambung.
4.3 Nilai Tahanan Jenis
Pada tower 4, nilai tahanan yang didapat setelah melakukan pengukuran dengan
menggunakan metoda empat titik adalah 80 . Perhitungan nilai tahanan jenis tanahnya dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan 2, dengan R= 80 (pengukuran metoda 4 titik)
a = 1 m, = 3.14
= 2 a R
= 2 x 3.14 x 1 x 80
= 502.40 Ohm meter
Untuk selanjutnya hasil pengukuran dan nilai tahanan jenis pada tower 13, 16, 17, 25, 90, 91,
92 dan 97 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Data hasil perhitungan nilai tahanan jenis tanah


4.3.1 Perhitungan Nilai Tahanan Pentanahan Menggunakan Elektroda Batang
Perhitungan nilai tahanan pentanahan dengan masing-masing nilai tahanan jenis yang
berbeda ini dilakukan dengan menggunakan elektroda jenis rod dengan panjang 240 cm,
diameter 5/8 inci (8mm), 16 mm dan 24 mm serta dengan kedalaman penanaman
elektroda 1 dan 2 meter serta variabel penggunaan elektroda dari 4 sampai 64 batang.

4.3.2 Satu batang elektroda ditanam tegak lurus ke dalam tanah


Pada lokasi tanah di tower 4, tahanan jenis yang didapat sebesar 502.40 Ohm meter, maka
perhitungan untuk satu batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah dengan
nilai tahanan jenis yang sudah diketahui dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 3,

Untuk selanjutnya perhitungan pada tower 13, 16, 17, 25, 90, 91, 92 dan 97 dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan (single rod)

4.3.3 Dua batang elektroda ditanam tegak lurus ke dalam tanah


A. Untuk S>L
Pada lokasi tanah di tower 4, tahanan jenis yang didapat sebesar 502.40 Ohm meter, maka
untuk perhitungan dua batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah dengan
nilai tahanan jenis yang sudah diketahui :
Panjang elektroda 240 cm dan jarak penanaman dua elektroda sejauh 800 cm, maka :

Untuk selanjutnya perhitungan pada tower 13, 16, 17, 25, 90, 91, 92 dan 97 dapat dilihat pada
tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan dua batang elektroda dengan S>L

B. Untuk S<L
Pada lokasi tanah di tower 4, tahanan jenis yang didapat sebesar 502.40 Ohm meter :

L = 240 cm (2,4 m), r= 5/8 inci (0.008 m), S= 200 cm (2 m), maka :
Untuk selanjutnya perhitungan pada tower 13, 16, 17, 25, 90, 91, 92 dan 97 dapat dilihat pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan dua batang elektroda dengan S<L

4.3.4 Beberapa batang elektroda di tanam tegak lurus ke dalam tanah


Pada lokasi tanah di tower 4, tahanan jenis yang didapat sebesar 502.40 Ohm meter, maka
untuk perhitungan beberapa batang elektroda yang ditanam tegak lurus ke dalam tanah
dengan nilai tahanan jenis yang sudah diketahui :

1=2= 502 , L= 240 cm (2.4 m), hb= 100 cm (1 m),


N= 4 batang, r= 5/8 inci (0.008 m), h= 2.2 m
Untuk selanjutnya perhitungan pada tower 13, 16, 17, 25, 90, 91, 92 dan 97 dapat dilihat pada
tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan 4 batang elektroda, r=0.008m, L=2.4m,
hb=1m (Multiple Rod).
Dengan menggunakan metode perhitungan yang sama, nilai r, L dan hb yang sama, maka nilai
R total untuk N=4 sampai 64 batang hasilnya seperti tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan dengan L=2.4m, r=0.008m, hb=1m dan
N=4 sampai 64 batang

Berdasarkan tabel 4.6, dengan variasi jumlah elektroda batang dari 4 sampai 64 batang, dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak elektroda batang yang digunakan maka nilai tahanan
pentanahan yang diperoleh akan semakin kecil.
Untuk L = 2.4 m, r = 0.016 m, hb= 1 m
Tabel 4.7 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan dengan L=2.4m, r=0.016m, hb=1m dan
N=4 sampai 64 batang
Untuk L = 2.4 m, r = 0.024 m, hb= 2 m
Tabel 4.8 Hasil perhitungan Nilai tahanan pentanahan dengan L=2.4m, r=0.024m, hb=2m dan
N=4 sampai 64 batang

Berdasarkan perbandingan perhitungan nilai tahanan pentanahan pada tabel 4.7 yang
menggunakan kedalaman penanaman elektroda sedalam 1 meter dengan perhitungan pada
tabel 4.8 yang menggunakan kedalaman penanaman elektroda sedalam 2 meter, dapat dilihat
bahwa nilai tahanan pentanahan yang diperoleh pada kedalaman elektroda 2 meter lebih kecil
dibandingkan dengan penanaman elektroda sedalam 2 meter.

4.4 Perhitungan Tahanan Jenis Tanah dan Tahanan Pentanahan Menggunakan


Aplikasi dari Matlab GUI

Tahanan jenis tanah


Masukkan data/variabel pengukuran yang dibutuhkan meliputi
- Tahanan tanah (metoda 4 titik)
- Jarak penanaman elektroda

Pada gambar 4.1 ini dilakukan perhitungan untuk mencari nilai tahanan jenis tanah
menggunakan aplikasi yang sudah dirancang dengan memasukkan data untuk perhitungan
pada tabel 4.1 (tower 13). Dengan nilai tahanan pada metoda 4 titik 124 dan jarak
elektroda pengukuran 1 meter.
Gambar 4.1 Perhitungan nilai tahanan jenis tanah menggunakan aplikasi

Untuk perhitungan tahanan jenis tanah pada tower 4, 13, 16, 17, 23, 90, 91, 92 dan 97
menggunakan aplikasi yang telah dibuat dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Data hasil perhitungan nilai tahanan jenis tanah menggunakan aplikasi.

Tahanan pentanahan (single rod)


Masukkan data/variabel pengukuran yang dibutuhkan meliputi :
- Tahanan jenis tanah
- Panjang elektroda yang digunakan
- Jari-jari batang elektroda

Pada gambar 4.2 ini dilakukan perhitungan untuk mencari nilai tahanan pentanahan (single
rod) menggunakan aplikasi yang sudah dirancang dengan memasukkan data untuk
perhitungan pada tabel 4.2 (tower 16). Dengan nilai tahanan jenis tanah 54.76 m, panjang
elektroda 2.4 m dan jari-jari elektroda 8mm.
Gambar 4.2 Perhitungan nilai tahanan pentanahan (single rod) menggunakan aplikasi

Untuk perhitungan tahanan pentanahan (single rod) pada tower 4, 13, 16, 17, 23, 90, 91, 92
dan 97menggunakan aplikasi yang telah dibuat dapat dilihatpada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil perhitungan nilai pentanahan (single rod) menggunakan aplikasi :

Tahanan Pentanahan (multiple rod)


Masukkan data/variabel pengukuran yang dibutuhkan meliputi :
- Tahanan jenis (1 dan 2)
- Jari-jari elektroda (r)
- Panjang elektroda (L)
- Jumlah elektroda (N)
- Kedalaman elektroda dari permukaan tanah (hb),
- Jarak permukaan tanah ke tanah lapisan ke dua (h)

Pada gambar 4.3 ini dilakukan perhitungan untuk mencari nilai tahanan pentanahan (multiple
rod) menggunakan aplikasi yang sudah dirancang dengan memasukkan data untuk
perhitungan pada tabel 4.6 (tower 4). Dengan nilai tahanan jenis 502 m, panjang elektroda
2.4 m, jari-jari elektroda 8mm dan kedalaman penanaman elektroda batang sedalam 1m.

Gambar 4.3 Perhitungan nilai tahanan pentanahan (multiple rod) menggunakan aplikasi

Untuk perhitungan tahanan pentanahan (multiple rod) pada tower 4, 13, 16, 17, 23, 90, 91, 92
dan 97 berdasarkan nilai tahanan jenis tanah menggunakan aplikasi yang telah dibuat dapat
dilihat pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan 4 batang elektroda, r=0.008m,
L=2.4m, hb=1m (Multiple Rod) menggunakan aplikasi :
4.4.1 Perbaikan Nilai Tahanan Pentanahan
Berdasarkan hasil pengukuran tahanan pentanahan dan tahanan jenis menggunakan AEMC
Digital Earth Resistance and Soil Resistivity Tester pada 9 tower SUTT transmisi Maninjau
SimpangEmpat, Pada tower 13 nilai tahanan pentanahan padakaki tower adalah 12.8 Ohm,
dengan nilai tahananjenis tanah 778 Ohm-meter.Berdasarkan tabel hasil pengukuran
denganmenggunakan variabel jari-jari elektroda, jumlahelektroda dan panjang elektroda yang
ditentukan,maka dengan nilai tahanan jenis 778 Ohm-metertahanan pentanahan tower 13
akan memiliki nilaitahanan pentanahan dibawah 10 (sesuai standarpentanahan tower
SUTT) dengan menggunakanpanjang elektroda 2.4 meter, jari-jari elektroda 2.4cm , jumlah
elektroda 56 batang dan kedalamanpenanaman elektroda sedalam 2 meter daripermukaan
tanah (tabel perhitungan pengukuran 4.8).Jika mengacu pada nilai tahanan pentanahanyang
didapat yaitu sebesar 12.8 Ohm (tabelpengukuran 3.1), maka perbaikan nilai
tahananpentanahan pada tower 13 ini bisa dirumuskandengan perhitungan sebagai berikut :

Dengan menggunakan aplikasi (Matlab) perhitungan tahanan pentanahan multiple rod, nilai
1 dan 2 31.68 Ohm-meter (struktur tanah dianggap homogen), penggunaan elektroda
sebanyak 4 batang, dengan panjang 2.4 meter, jari-jari 8mm serta kedalaman penanaman
sedalam 1 meter menghasilkan nilai tahanan pentanahan sebesar 7.21193 Ohm (<10 Ohm).

Gambar 4.4 Perhitungan perbaikan tahanan pentanahan tower 13 menggunakan aplikasi.


Gambar 4.5 Model rancangan perbaikan pentanahan pada tower 13

4.4.2 Hasil Analisis


Pengukuran tahanan jenis pada 9 jenis tanah di lokasi tower SUTT 150kV transmisi
Maninjau Simpang empat dilakukan dengan menggunakan metoda empat titik. Aplikasi
pengukuran ini tidak dilakukan secara manual, melainkan dengan menggunakan digital earth
resistance and soilresistivity tester merk AEMC. Pada pengukuran menggunakan metoda
empat titik maka didapat nilai tahanan (R). dan nilai resistansi jenis tanah akan dapat
diperoleh setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus.
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan pada tabel 4.1 diperoleh nilai resistansi jenis tanah
yang paling tinggi yaitu terdapat pada tower 13. Pada tower yang tidak memiliki sistem
pentanahan tambahan seperti pada tower 4, 13, 16, 17 dan 23, pengukuran tahanan
pentanahan hanya bisa dilakukan dengan satu bentuk pengukuran, yaitu pengukuran langsung
pada kaki tower SUTT. Karena sudah memiliki sistem pentanahan tambahan (counterpoise),
pengukuran tahanan pentanahan pada tower 90, tower 91, tower 92 dan tower 97 dapat
dilakukan dengan 3 kali bentuk pengukuran, diantaranya :

1. Pengukuran pada kaki tower (kawat pentanahan dilepas)


2. Pengukuran pada kaki tower (kawat pentanahan disambung)
3. Pengukuran pada kawat pentanahan (kawat pentanahan dan kaki tower dipisah)

Pada kondisi kawat pentanahan disambung, nilai tahanan pentanahan pada kaki tower 90, 91,
92 dan 97 ini direduksi karena sistem pentanahan tambahan itu sendiri.
Pada tower 13, dengan nilai tahanan jenis 778.72 m, nilai tahanan pentanahan 1 elektroda
batang diperoleh 314.65 (tabel 4.1), berdasarkan perhitungan ini maka diperlukan 56
batang elektroda berukuran panjang 2.4 meter dan jari-jari 24mm dengan kedalaman
penanaman elektroda sedalam 2 meter (tabel 4.8) untuk mereduksi nilai tersebut hingga 9.98
. Berdasarkan nilai tahanan pentanahan yang didapatkan dalam pengukuran pada kaki tower
13 yaitu bernilai 12.8 , nilai tahanan pentanahan ini bisa direduksi hingga 7.21 (gambar
4.4) dengan menambahkan 4 batang elektroda berukuran panjang 2.4 meter dan jari-jari 8mm
dengan kedalaman penanaman 1 meter. Perhitungan (tahanan jenis dan tahanan pentanahan)
dengan menggunakan aplikasi matlab memiliki hasil perhitungan yang sama dengan hasil
perhitungan yang dilakukan secara manual. Aplikasi ini akan mempercepat proses
perhitungan nilai tahanan pentanahan dan tahanan jenis tanah untuk membuat perencanaan
dalam perbaikan nilai tahanan pentanahan.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari 9 tower SUTT penghantar Maninjau Simpang empat yang dievaluasi, nilai
tahanan pentanahan dari 8 diantaranya (tower 4, tower 16, tower 17, tower 23, tower
90, tower 91, tower 92 dan tower 97) sudah memenuhi standar dibawah 10 , sesuai
dengan SK Dir PLN 113-114 tahun 2010. Sedangkan untuk tower 13 yang berlokasi
diperbukitan belum memenuhi standar yang ditentukan.

2. Dari tiga macam lokasi pengukuran tahanan jenisyaitu daerah sawah, bukit dan
perkebunan, Nilaitahanan jenis di daerah sawah adalah yang palingkecil, yaitu 54.76
Ohm-meter pada lokasi tower16, 57.96 Ohm-meter pada lokasi tower
17, 64.75Ohm-meter pada lokasi tower 23. Kemudianuntuk daerah perkebunan yaitu
238.95 Ohmmeterpada lokasi tower 90, 217.66 Ohm-meterpada lokasi tower 91,
257.48 Ohm-meter padalokasi tower 92. Dan untuk daerah perbukitan merupakan
yang paling tinggi yaitu 502.40 Ohmmeterpada lokasi tower 4, 778.72 Ohm-
meterpada lokasi tower 13 dan 659.40 Ohm-meterpada lokasi tower 97.

3. Nilai tahanan pentanahan pada tower 13 yangbernilai 12.8 Ohm dapat direduksi
hinggabernilai 7.2119 Ohm dengan menggunakan 4tambahan elektroda rod yang
memiliki panjang2.4 m, jari-jari 8mm dengan kedalamanpenanaman elektroda
sedalam 1 m daripermukaan tanah.

4. Nilai tahanan pentanahan dapat direduksi denganbeberapa cara, diantaranya :


- Menambah jumlah rod
- Memperbesar jari-jari rod
- Memperdalam penanaman rod

5. Perbaikan nilai tahanan pentanahan paling efektifadalah dengan menambah jumlah


elektroda,pemilihan cara ini akan membuat nilai tahananpentanahan tereduksi cukup
banyakdibandingkan dengan memperdalam penanamanatau memperbesar ukuran
elektroda.

6. Perhitungan yang dilakukan menggunakanaplikasi yang telah dibuat di matlab


bernilai samadengan perhitungan yang dilakukan secaramanual, baik untuk tahanan
jenis, maupuntahanan pentanahan (single dan multiple rod).
5.2 Daftar Pustaka
1. Hutauruk, T.S. 1991. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja. Jakarta: Erlangga.
2. Hutauruk, T.S. 1999. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan pengetanahan
Peralatan. Jakarta: Erlangga.
3. PT. PLN (Persero) Jasa Pendidikan dan Pelatihan. 2007. Grounding System.
Jakarta.
4. PT. PLN (Persero). 2010. Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan
Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT/SUTET)
(No. Dokumen : 10-22/HARLURPST/2009). Jakarta: SK Direksi No. 114.Dir/2010.
5. Sumardjati, Prih. Sofian Yahya. Ali Mashar. 2008. Teknik Pemanfaatan Listrik.
Jakarta.
6. Siregar, Ramdhan Halid. Perencanaan Penempatan Proteksi Petir pada Menara
Transmisi P. Brandan Langsa untuk mengurangi Kegagalan Perlindungan Akibat
Sambaran Petir. 2007.
7. Yunaningrat, Resna. Analisa Pentanahan pada BTS BSC Banjarsari. Jurusan
Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
8. Hasrul. Evaluasi Sistem Pembumian InstalasiListrik Domestik di Kabupaten Barru.
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas TeknikUniversitas Negeri Makassar.
9. Dermawan, Arif. Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pentanahan yang Ditanam
di Tanah dan di Septic Tank pada Perumahan, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.
10. PUIL 2000
11. User manual AEMC Instrume

Anda mungkin juga menyukai