Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga laporan Tugas Besar ini dapat terselesaikan.
Adapun laporan ini membahas tentang mata kuliah Perancangan Proyek
Distribusi dan Gardu Distribusi berupa perancangan instalasi listrik pada tiap-tiap
rumah/gedung, rekapitulasi daya, dan peralatan pada gardu distribusi. Laporan ini
merupakan pengembangan kemampuan keterampilan mahasiswa dalam perencanaan
instalasi bangunan yang dalam skala kecil menjadi skala yang lebih besar meliputi
suatu perumahanan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak dalam
hal ini dosen pembimbing, maka dalam praktek perancangan proyek distribusi dan
gardu distribusi maupun penyusunan laporan tugas besar ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terkait, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis juga menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak
kesalahan, baik dari isi, penyusunan maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan laporan ke depannya.

Makassar, November 2018

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL...................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................ 2

BAB II TEORI DASAR............................................................................. 3

2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik..................................................... 3

2.2 Gardu Distribusi................................................................................. 4

2.3 Deskripsi Umum JTR dan JTM..........................................................15

2.3.1 Komponen Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah 16

2.3.2 Komponen Konstruksi Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Menengah


................................................................................................22

2.4 Daftar Komponen...............................................................................25

BAB III GAMBAR DAN ANALISIS...........................................................29

3.1 Daftar Gambar ..................................................................................29

3.2 Pembagian Kelompok Beban............................................................47

3.3 Perhitungan Daya pada Setiap Kelompok Beban.............................48

3.4 Total Daya..........................................................................................49

3.5 Deskripsi............................................................................................49

BAB IV PENUTUP...................................................................................54

4.1 Kesimpulan........................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................55

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Komponen.....................................................................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik Secara Sederhana........................... 3

Gambar 2.2 Transformator 3 fasa........................................................... 6

Gambar 2.3 Transformator CSP.............................................................. 6

Gambar 2.4 Disconnecting Switch........................................................... 7

Gambar 2.5 Load Break Switch............................................................... 8

Gambar 2.6 Pemutus Tenaga................................................................. 8

Gambar 2.7 LBS - TP.............................................................................. 9

Gambar 2.8 No Fused Breaker................................................................10

Gambar 2.9 Sekering...............................................................................11

Gambar 2.10 Transformator Tegangan ..................................................12

Gambar 2.11 Transformator Arus............................................................13

Gambar 2.12 Fuse Cut Out.....................................................................14

Gambar 2.13 Lightening Arrester............................................................15


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pengoperasian sistem tenaga listrik diperlukan kualitas dan tingkat keandalan yang baik, salah
satunya adalah tegangan yang sampai ke pelanggan tidak mengalami drop tegangan atau tegangan
turun di bawah standarisasi dari PLN. Faktor kualitas ditentukan dari pusat pembangkitan yang terdiri
dari generator dan trafo step up, saluran transmisi yang bertegangan tinggi/ekstra tinggi dan pada
jaringan distribusi. Jaringan distribusi adalah energi listrik yang disalurkan dari penyulang gardu induk
(GI) melalui jaringan tegangan menengah (JTM) ke sisi primer trafo distribusi step down 20/11kV
dirubah ke sistem tegangan rendah (TR) pada bagian sekunder trafo yaitu 400/231V yang disesuaikan
dengan nameplate pada trafo. Dari sisi sekunder trafo kemudian didistribusikan ke masingmasing
pelanggan jaringan tegangan rendah (JTR). Pengaturan tegangan dan turun tegangan menurut SPLN
No.72 tahun 1987 yaitu “turun tegangan yang diperbolehkan pada JTM dan JTR adalah 2% dari tegangan
kerja untuk sistem spindle /gugus dan 5% dari tegangan kerja yaitu untuk sistem radial di atas tanah dan
sistem simpul tergantung kepadatan beban”. Permasalahan listrik yang sering dirasakan oleh
masyarakat adalah masalah drop tegangan. Salah satu daerah yang mengalami masalah drop tegangan
adalah daerah Banjar Tulangnyuh Klungkung. Drop tegangan pada pelanggan di daerah ini melebihi 5%
dari standar yang diperbolehkan PLN. Tegangan listrik yang terukur pada siang hari yaitu jam 12.00
adalah 198V dan pada malam hari saat terjadi beban puncak jam 19.00 adalah 139V dan terjadi pada
lokasi pelanggan JTR paling ujung. Dengan tegangan yang sangat rendah maka peralatan–peralatan
listrik pada pelanggan dan alat-alat elektronika akan menjadi cepat rusak. Pada jam 19.00 saat terjadi
beban puncak, konsumen tidak bisa menyalakan TV, radio, kulkas dan alat elektronik lainnya. Selain itu
beban-beban lampu seperti lampu TL/neon tidak bisa menyala dan lampu pijar dapat di nyalakan tetapi
nyalanya redup setengah lilin. Dilihat dari data pelanggan serta konfigurasi jaringan yang diperoleh dari
PT. PLN Persero area jaringan Bali Timur, daerah Banjar Tulangnyuh disuplai dari trafo distribusi KL0018
melalui Penyulang Klungkung. Energi listrik disalurkan secara radial yaitu dari Trafo KL0018 sampai ke
masing-masing pelanggan daerah Banjar Tulangnyuh. Trafo KL0018 berlokasi di Banjar Griya Cucukan
yaitu dengan kapasitas maksimum 200kVA. Trafo KL0018 digunakan untuk menyuplai empat daerah
yaitu daerah Br Griya Cucukan, Desa Tegak, Desa Selat dan Banjar Tulangnyuh. Jumlah seluruh
pelanggan daerah Tulangnyuh adalah 124 buah pelanggan dengan total daya kontrak sebanyak
89.600VA atau 89,6 kVA. Berdasarkan hasil survey di daerah Banjar Tulangnyuh Klungkung, yaitu sistem
jaringan (JTR) dilakukan secara radial dengan jumlah tarikan pada beberapa titik lokasi melebihi
ketentuan yang diijinkan oleh PLN yaitu jarak antar tarikan pada saluran rumah (SR) melebihi 30 meter
dengan jumlah tarikan melebihi 5 buah, sedangkan menurut standar PLN yaitu jarak antar tarikan pada
saluran rumah (SR) tidak melebihi 30 meter dengan jumlah tarikan pelanggan maksimal 5 buah. Ini tidak
sesuai dengan [5] mengenai ”Sambungan Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR). Dampak dari sistem
seperti ini adalah turun tegangan atau drop tegangan yang diterima di sisi pelanggan itu akan semakin
besar, hal ini disebabkan karena instalasi penyambungan antar konektor kurang bagus dan rugi-rugi
tegangan yang besar pada penghantar karena jarak tarikan terlalu panjang. Kabel penghantar yang
digunakan pada JTR daerah Banjar Tulangnyuh adalah jenis aluminium LVTC 3x35 dan kabel SR yang
digunakan yaitu kabel jenis aluminium LVTC 2x10 . Cara untuk memperbaiki drop tegangan pada
jaringan tegangan rendah diantaranya adalah dengan metoda tap changer (pemilihan level tap-tap
tegangan pada trafo), penambahan trafo sisipan/gardu sisipan dan rekonfigurasi jaringan (meliputi :
pengalihan jaringan, penambahan jaringan, pergantian jaringan baru). Berdasarkan standar PLN yang
telah disebutkan di atas dan mengacu dari teori mengenai konfigurasi jaringan yang menyatakan bahwa
“faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memilih konfigurasi sistem distribusi adalah : kontinuitas
pelayanan tenaga listrik yang baik, kualitas tegangan listrik yang baik, dan kuantitas tenaga listrik” [2].
Maka dalam hal ini rekonfigurasi yang akan dilakukan pada daerah Banjar Tulangnyuh adalah instalasi
ulang dan pengalihan jaringan yang meliputi : pergantian kabel JTR dan penambahan jaringan baru pada
beberapa line JTR yang jarak sambungannya serta jumlah tarikan tidak memenuhi standar PLN. Nantinya
rekonfigurasi dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor dalam pemilihan konfigurasi, yaitu faktor
kualitas hasil dan teknis pemasangan di lapangan serta faktor efesiensi biaya investasi pembuatannya.
Sehingga rekonfigurasi jaringan merupakan cara untuk memperbaiki drop tegangan pada sistem JTR di
daerah Banjar Tulangnyuh klungkung.

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu, mahasiswa mampu:


1. Merancang distribusi energi listrik dalam suatu perumahan;
2. Merancang pemasangan konstruksi untuk SUTM dan SUTR;
3. Menghitung pembagian daya pada tiap-tiap rumah dalam suatu perumahan.
TEORI DASAR

2.1 Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

2.1.1 Definisi JTM

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,


penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang
harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana
diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.
Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang
digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering
keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase
dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan saluran
udara atau ketahanan isolasi jika menggunakan kabel udara pilin tegangan menengah atau
kabel bawah tanah tegangan menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau
pemeliharaan jaringan dalam keadaan bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini
dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.
Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga
wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20
kV.
Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari
terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Induk
atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil,
hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kV -
231/400V.

2.1.2 Jenis konstruksi JTM

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi


3 macam konstruksi sebagai berikut:
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya
yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan
Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan
penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan
penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar
bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau
dengan jangkauan manusia. Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah
juga bila penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half
insulated single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap
tegangan sentuh yangdipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko gangguan
temporer khususnya akibat sentuhan tanaman. Saluran udara tegangan menengah
ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga listrik,


penggunaan pengh antar telanjang atau penghantar berisolasi setengah pada konstruksi
jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20 kV, dapat juga digantikan dengan
konstruksi penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak
perlu di lindungi dengan pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan
terhadap pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya. Kabel udara tegangan
menengah ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2. Kabel Udara Tegangan Menengah
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yan aman dan andal untuk mendistribusikan
tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih mahal untuk penyaluran daya yang
sama. Keadaan ini dimungkinkan dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan
pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi
ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan konduit atau
bahkan tunneling (terowongan beton). Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan
Menengah (SKTM) sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai
upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan SUTM,
penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi akibat faktor eksternal /
meningkatkan keamanan ketenagalistrikan. Secara garis besar, termasuk dalam kelompok
SKTM adalah : 1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable. 2. SKTM laut –
Submarine MV Cable.
Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk penyaluran daya yang
sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh penghantar per Fase dan pelindung mekanis
yang dipersyaratkan sesuai keamanan ketenagalistrikan.
Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi Saluran Udara
Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem distribusi sehingga masalah transisi
konstruksi diantaranya tetap harus dijadikan perhatian. Kabel tanah tegangan menengah
ditunjukkan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kabel Tanah Tegangan Menengah

2.2 Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

2.2.1 Definisi JTR

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik.
Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik kepada para pemanfaat / pelanggan
listrik.

Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung berhubungan dan
berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka selain harus memenuhi persyaratan
kualitas teknis pelayanan juga harus memenuhi persyaratan aman terhadap pengguna dan
akrab terhadap lingkungan. Konfigurasi Saluran Udara Tegangan Rendah pada umumnya
berbentuk radial.

2.2.2 Jenis konstruksi JTR


Jenis konstruksi Jaringan Tegangan Rendah terdiri dari :
a. Saluran Udara Tegangan Rendah Kabel pilin
b. Saluran Udara Tegangan Rendah Bare Conductor
c. Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah
Saluran Udara Tegangan Rendah dengan Kabel pilin (twisted cable) ini dapat dikonstruksikan
pada :
1. Tiang yang berdiri sendiri dengan panjang tiang 9 meter dan ditanam 1/6 kali
panjang tiang.
2. Di bawah jaringan saluran udara tegangan menengah
3. Pada dinding bangunan.
2.2.3 Komponen utama konstruksi JTR

Terdapat sejumlah komponen utama konstruksi pada Jaringan Tegangan Rendah :

1 Tiang Beton Type O (200, 350, dan 500 daN


Penghantar Kabel Pilin
2 Udara NFA2Y
Penghantar Kabel Bawah
3 Tanah NYFGBY
 IP.45 untuk pemasangan luar dan IP.44 untuk
4 Perlengkapan Hubung Bagi pemasangan dalam
 Breaking capacity 1000 daN terbuat dari
5 Tension Bracket Alumunium Alloy
Dipakai pada Pole Bracket tipe Tension
6 Strain Clamp Bracket
 Breaking capacity 700 daN terbuat dari
7 Suspension bracket Alumunium Alloy
8 Stainless steel strip Pengikat Pole Bracket
9 Stopping buckle Pengunci Stainless steel strip
10 Link Plastic strap Pengikat kabel pilin yang terurai
11 Joint sleeve  Penyambung antar penghantar
12 Press Type Al – Al ; Al – Cu
13 Connector press type -
14 Piercing Connector Type -
15 Elektroda Pembumian  Elektroda Rod, Kisi-kisi, dan Plat
16 Penghantar Pembumian Tembaga 16 mm2
17 Pipa galvanis Diameter 1,5 inci dengan cincin tembaga
18 Turn buckle -
19 Guy-wire insulator -
20 Ground anchor set -
21 Steel wire  -

2.3 Komponen Utama Gardu Distribusi


2.3.1 Penghantar
a. Penghantar telanjang (BC: Bare Conductor)
Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau aluminium (Al) yang dipilin bulat
padat sesuai SPLN 42-10: 1986 dan SPLN 74: 1987. Pilihan konduktor penghantar
telanjang yang memenuhi pada decade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat
tingginya harga tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar
berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik. Adapun bentukpenghantar AAAC dapat
dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Bare Conductor

b. Penghantar berisolasi setengah AAAC-S (Half insulated single core)

Konduktor dengan bahan utama alluminium ini diisolasi dengan material XLPE
(crosslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN
No. 43-5-6 tahun 1995. Adapun bentuk dari penghantar AAAC-S dapat dilihat pada
gambar 2.5.

Gambar 2.5 Penghantar AAAC-S


c. Penghantar berisolasi penuh (Three single core)
Konduktor berisolasi dengan material XLPE dan berselubung PVC berpenggantung
penghantar baja dengan tegangan pengenal 12/20 (24) kV. Oenghantar jenis ini khusus
digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh sesuai SPLN 43-5-2: 1995-Kabel. Adapun
bentuk dari penghantar berisolasi penuh dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Three Single Core
2.3.2 Isolator

Fungsi utaman isolator adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar terhadap
penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena penghantar yang disekatkan
tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat dan gaya tarik yang berasal dari berat
penghantar itu sendiri, dari tarikan dan karena perubahan akibat temperatur dan angin, maka
isolator harus mempunyai kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya.
Untuk penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara kawat dan
batang besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk penyekatan antar fasa maka jarak
antara penghantar satu dengan yang dilakukan  adalah memberi jarak antara isolator satu
dengn lainnya dimana pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang
meniup sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.

Bahanisolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi glazur dan gelas,
tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari gelas, dikarenakan udara yang
mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya di Indonesia isolator dari bahan gelas
permukaannya mudah ditempeli embun. Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan
porselin dan hijau-bening untuk bahan gelas.
Konstruksi isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-lekukan yang
bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan maka ada bagian
permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan. Berdasarkan beban yang dipikulnya
isolator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Isolator tumpu ( Pin Insulator)
Insulator pin adalah alat yang mengisolasi kawat dari pendukung fisik seperti pin
(kayu atau logam paku berdiameter sekitar 3cm dengan ulir sekrup ) pada telegraf atau
tiang listrik. Adapun bentuk fisik dari isolator tumpu dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Isolator Tump


b. Isolator Tarik( Pin Post)
Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar ditambah dengan
beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar, seperti pada konstruksi tiang awal /
akhir, tiang sudut , tiang percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian sisi
Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat dengan Strain Clamp
dengan pengencangan mur-bautnya. Isolator jenis ini pada sebagian konstruksi SUTM di
Jawa Barat dipakai juga untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang menggantung di
bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya digunakan suspension clamp seperti
pada konstruksi SUTT. Adapun bentuk fisik dari isolator tarik dapat dilihat pada gambar
2.8.

Gambar 2.8 Isolator Tarik


2.3.3 Peralatan Hubung (Switching)
Peralatan Hubung (Switching) Pada jaringan SUTM digunakan juga peralatan hubung
untuk optimasi operasi distribusi.
Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :
1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)
2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

2.3.4 Peralatan proteksi jaringan

Beberapa peralatan proteksi jaringan adalah sebagai berikut :


a. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )
b. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)
c. Penangkal Petir ( Ligthning Arrester )
d. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)
e. Penghantar tanah (Shield Wire)

a. Fuse Cut Out


Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang pada Fuse Cut Out
dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis karakteristik Fuse Link, tipe-K (cepat),tipe-T
(lambat) dan tipe-H yang tahan terhadap arus surja.
Apabila tidak terdapat petunjuk yang lengkap, nilai arus pengenal pengaman lebur
sisi primer tidak melebihi 2.5 kali arus nominal primer transformator. Jika sadapan
LightningArrester (LA) sesudah Fuse Cut Out, dipilih fuse link tipe-H, jika sebelum Fuse
Cut Out dipilih Fuse Link tipe-K.
Sesuai publikasi IEC 282-2 (1970/NEMA) di sisi primer berupa pelebur jenis
pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan (expulsion) tipe-H (tahan surja kilat)
tipe-T (lambat) dan tipe-K (cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974)-NEMA untuk
pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa koordinasi dengan
pengaman sisi sekunder.Adapun bentuk fisik dari FuseCut Out dapat dilihat pada gambar
2.9.
Gambar 2.9 Fuse Cut Out

b. Recloser ( Penutup Balik Otomatis / PBO )


Recloser pada dasarnya adalah pemutus tenaga yang dilengkapi dengan peralatan
kontrol. Peralatan ini dapat merasakan arus gangguan dan memerintahkan operasi buka
tutup kepada pemutus tenaga. Untuk jaringan yang panjang (>20 km) perlu dipasang 2 atau
lebih PBO pada jarak tertentu dengan koordinasi yang baik, agar gangguan yang terjadi
dapat segera dibebaskan. Bentuk fisik recloser dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 Recloser


c. Lightning Arrester (LA)
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena sambaran petir (flash
over) dan karena surja hubung (switching surge) di suatu jaringan. Lightning arrester ini
memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan
ke tanah sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan
isolator.
Lightning Arrester berfungsi untuk melindungi Transformator distribusi, khususnya
pada pasangan luar dari tegangan lebih akibat surja petir. Dengan pertimbangan masalah
gangguan pada SUTM, pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah
FCO.
Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk perlindungan
Transformator yang dipasang pada tengah-tengah jaringan memakai LA 5 KA dan di ujung
jaringan dipasang LA 10 KA. Adapun bentuk fisik dari Lightning Arrester dapat dilihat
pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Lightning Arrester


d. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)
Automatic Sectionalizer adalah saklar yang dilengkapi dengan kontrol elektronik/
mekanik yang digunakan sebagai pengaman seksi Jaringan Tegangan Menengah. SSO
sebagai alat pemutus rangkaian/beban untuk memisah-misahkan saluran utama dalam
beberapa seksi, agar pada keadaan gangguan permanen, luas daerah (jaringan) yang harus
dibebaskan di sekitar lokasi gangguan sekecil mungkin. Bila tidak ada PBO atau relai
recloser di sisi sumber maka SSO tidak berfungsi otomatis (sebagai saklar biasa). Bentuk
fisik automatic sectionalizer dapat dilihat pada gambar 2.12.
Gambar 2.12 Automatic Sectionalizer
2.3.5 Konektor

Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat penghantar.


Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :
a. Sambungan lurus (Joint Sleeve Connector),
b. sambungan ercabangan paralel ( Groove Connector ), dan
c. sambungan sementara yang bisa dibuka pasang ( Live Line Connector).
Joint Sleeve Connectoradalah jenis konektor yang digunakan untuk sambungan
penghantar pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk
sambungan penghantar pada titik pencabangan. Live Line connector adalah jenis konektor
yang digunakan untuk pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB). Adapun bentuk fisik
dari Konektor dapat dilihat pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Konektor


2.3.6 Transformator distribusi 3 fasa

Pengertian Transformator Distribusi, Tujuan dari penggunaan transformator distribusi


adalah untuk menaikkan dan menurunkan tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk
tegangan pemanfaatan penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum
digunakan adalah transformator step-down 20kV/400V.
Pada sistem distribusi listrik yang ada di Indonesia, tegangan dibangkitkan pada
pembangkit listrik sebesar 13,8 kV. Lalu tegangan dinaikkan untuk disalurkan ke jalur
transmisi listrik sebesar 150 kV. Tegangan pada jalur transmisi yaitu sebesar 150 kV ini
diturunkan kembali untuk didistribusikan ke jalur distribusi listrik sebesar 20 kV. Tegangan
20 kV ini disalurkan ke konsumen industri dan konsumen rumah tangga. Untuk konsumen
rumah tangga tegangan 20 kV ini diturunkan kembali ke 380 V untuk pemakaian rumah
tangga yaitu 220 V AC yang didapat dari tegangan 1 phase to netral dari 380 VAC.
Berdasarkan standar IEC60076-1, penamaan vektor grup trafo tidak berdasarkan lilitan
primer dan sekunder, tetapi berdasarkan ratting tegangan belitan HV-LV kemudian notasi
angka jam yang menandakan pergeseran fasa antara HV dan LV. Contoh untuk penamaan
vektor grup Dyn 11 memiliki arti bahwa belitan Hvterhubung delta dan belitan LV terhubung
bintang dengan titik star (n) dibawa keluar dan angka 11 menandakan pergeseran fasa LV
leading 30o terhadap HV.
Untuk transformator fase tiga, merujuk pada SPLN, ada tiga tipe vektor grup yang
digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral dihubungkan dengan tanah.
Untuk konstruksi, peralatan transformator distribusi sepenuhnya harus merujuk pada SPLN
D3.002-1: 2007. Vektor Group dan Daya Transformator dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2 1 Vektor Group dan Daya Transformator

Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator


keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan dalam dilengkapi bushing Tegangan
Menengah isolator keramik atau menggunakan isolator plug-in premoulded. Adapun bentuk
fisik dari transformator distribusi dapat dilihat pada gambar 2.14.
Gambar 2.14 Transformator Distribusi
2.3.7 Tiang

a. Tiang kayu
SPLN 115: 1995 berisikan tentang kayu untuk jaringan distribusi, kekuatan,
ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN
Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat diguanakan sebagai tiang penopang
penghantar SUTM. Bentuk fisik tiang kayu dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Tiang Kayu

b. Tiang besi
Tiang besi yang digunakan adalah jenis tiang yang terbuat dari pipa besi yang
disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih
mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih
ringan dibandingkan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya
material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat wilayah
tersebut belum ada pabrik beton. Bentuk fisik tiang besi dapat dilihat pada gambar
2.16.Spesifikasi tiang besi dapat dilihat pada table 2.2.
Gambar 2.16 Tiang Besi

Tabel 2 2 Spesifikasi Tiang Besi

c. Tiang beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan di seluruh PLN Karena lebih
murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap
kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil. Bentuk fisik tiang beton dapat
dilihat pada gambar 2.17.Spesifikasi tiang beton dapat dilihat pada table 2.3

Gambar 2.17 Tiang Beton


Tabel 2 3 Spesifikasi Tiang Beton
2.4 Konstruksi Gardu Tiang

2.4.1 Ruang bebas hambatan (Right of Way) dan jarak aman (Safety Distance)
Ruang bebas hambatan atau right of way pada Gardu Tiang adalah daerah bebas dimana
gardu tersebut berlokasi. Pada ruang bebas tersebut tidak ada penghalang yang menyebabkan
komponen gardu beserta kelengkapannya bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia
akses jalan masuk-keluar gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan pemeliharaan/perbaikan
gardu.
Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 Kv sesuai dengan ketentuan saluran udara
tegangan menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi gardu.Jarak aman SUTM
dapat dilihat pada table 2.4.

Tabel 2 4 Jarak Aman SUTM


NO Uraian Jarak Aman ( m )

1. Terhadap Permukaan Jalan Raya ≥6


2.4.2 Spe
2. Balkon Rumah ≥ 2,5 sifi
kasi

3. Atap Rumah ≥2

4. Dinding Bangunan ≥ 2,5

5. Antena TV ≥ 2,5

6. Pohon ≥ 2,5

7. Lintasan Kereta Api ≥2

8. Underbuilt TM-TM ≥1

9. Underbuilt TM-TR ≥1

peralatan gardu tiang

a. Tiang
Tiang yang digunakan untuk Gardu Distribusi jenis ini dapat berupa tiang besi
ataupun tiang beton berkekuatan beban kerja sekurang-kurangnya 500 daN, dengan
panjang 11 atau 12 meter.
b. Peralatan Hubung dan Proteksi
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi
pada sisi Tegangan Menengah (TM), adalah :
1. Tegangan pengenal : 24 kV
2. Frequensi pengenal : 50 Hz
3. Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering standar (puncak) :125 kV
4. Inpulse DCtest selama 1 menit : 50 kV
5. Ketahanan tegangan jarak isolasi (isolation distance) di udara :
a. Tegangan impuls, kering (puncak) : 145 kV
b. Inpulse DC voltage selama 1 menit : 50 kV
c. ketahanan terhadapa arus hubung singkat (1 detik): 12.5 kV
d. Ams maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik: 1 kV
e. Tegangan uji terhadap sirkuit bantu : 2 kV
f. Tegangan surja hubung dan pemutus tenaga hampa udara harus cocok untuk
transformator terendam minyak (tanpa penangkap petir) dengan tingkat isolasi
dasar (BIL): 125 kV
Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang harus dipenuhi
pada sisi Tegangan Rendah (TR) adalah :
- Tegangan pengenal : 230/400 V
- Frequensi pengenal : 50 Hz
- Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6 kV
 PHB 250/500/630 A : 0.5 kA
 PHB 800 A : 0.5 kA
 PHB 1200 A : 0.5 kA
- Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik
- KHA busbar : 250/400/630/800/1200 A
- Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA /400 V
- Tegangan ketahanan frequensi daya selama 1 menit : 2,5 kV

2.4.3 Jenis konstruksi gardu tiang

a. Gardu Portal
Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai konstruksi
dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan transformator sekurang-kurangnya 3 meter di atas
tanah dan ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas dan lemari panel / PHB- TR pada
bagian bawah. Bentuk fisik gardu portal dapat dilihat pada gambar 2.18.
- Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA, 2 jurusan TR
PHB-TR gardu ini dirancang untuk 2 jurusan Jaringan Tegangan Rendah.
- Gardu Portal 160 kVA – 400 kVA, 2 jurusan TR
PHB-TR gardu ini dirancang untuk 4 jurusan Jaringan Tegangan Rendah.
- Gardu Portal Pelanggan khusus
Gardu Portal untuk pelanggan khusus Tegangan Rendah dan Tegangan Menengah.

- Gardu Portal SKTM Antenna


Gardu Portal ini lazimnya dibangun pada sistim distribusi Tegangan Mnenegah
dengan kabel bawah tabah yang karena keterbatasan lahan, catu daya TM diperoleh
dari Gardu Beton terdekat dengan SKTM bawah tanah dengan panjang tidak melebihi
100 meter. Untuk gardu portal antenna, kubikel pengaman transformator ditempatkan
pada gardu pemberi catu daya.
- Gardu Portal RMU/Modular
Gardu Portal ini adalah gardu listrik dengan konstruksi sama dengan gard Portal,
dengan penempatan kubikel jenis RMU/ Modular dalam lemari panel (metal clad)
yang terhindar dari air hujan dan debu, dan dipasangkan pada jaringan SKTM.

Gambar 2.18 Gardu Portal


b. Gardu Cantol
Gardu Cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator yang dicantolkan pada
tiang listrik besarannya kekuatan tiang minimal 500 daN. Gardu Cantol (single pole
mounted distribution substation), dimana transformator dan panel tegangan rendah
menjadi satu yang dicantolakan pad tiang dan umumnya adalah transformator jenis
Completely self protected (CSP). Bentuk fisik gardu cantol dapat dilihat pada gambar
2.19.
- Gardu Cantol Sistem 3 Kawat
Lazimnya untuk tranformator fase ganda atau fase tiga sistem 3 kawat, tabung
transformator berbentuk kotak dan dilengkapidengan sirip radiator. Seluruh peralatan
Lighting Arester (LA) dan jarak TR harus ditambahkan dan dipasang pada tiang.
- Gardu Cantol Sistem 4 Kawat
Perbedaan konstruksi gardu cantol sistim 4 kawat dengan sistim 3 kawat adalah pada
konstruksi tranformatornya dimana peralatan proteksi TM dan TR sudah dalam
transformator, sehingga konstruksi keseluruhan dapat disederhanakan.

Gambar 2.19 Gardu Cantol


c. Gardu Beton
Gardu beton adalah sebuah gardu yang seluruh komponen utama instalasinya seperti
Transformator dan Peralatan Protrksi di dalam sebuah bangunan sipil yang di rancang di
bangun dan di fungsikan dengan kontruksi pasangan Batu dan Beton. Kontruksi Bangunan
Gardu ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik dengan system keamanan
Ketenagalistrikan. Cara mudah untuk membedakan gardu ini lebih cenderung seperti
bangunan sipil dan memiliki halamaan cukup luas. Bentuk fisik gardu beton dapat dilihat
pada gambar 2.20.
Gambar 2.20 Gardu Beton
BAB III
LANGKAH KERJA

3.1 Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam melakukan tugas ini:

1. Menentukan perumahan atau lokasi perencanaan.

2. Mencari site plan dari perumahan tersebut.

3. Melakukan survei lapangan.

4. Menentukan letak tiang.

5. Menghitung penghantar atau kabel ke setiap rumah.

6. Menghitung daya total dari perumahan tersebut

7. Menentukan jenis trafo dan besar daya trafo yang dibutuhkan.

8. Menyusun laporan perencanan distribusi dan gardu distribusi.

9. Melakukan asistensi ke dosen bersangkutan.

3.2. Menghitung Daya Beban dan Kapasitas Komponen

 Jumlah pelanggan

Total tiang TR : 93 Tiang

Untuk 1 tiang TR melayani sebanyak 5 rumah pelangggan

Jadi jumlah pelanggan yang akan dilayani adalah : 93 x 5 = 465 pelanggan

 Jumlah daya

Pada perumahan tersebut terdapat 2 jenis kapasitas daya yang dipasang pada
perumahan tersebut yaitu daya 900 VA dan 1300 VA.
Daya 900 VA:

Daya 900 VA = 75 % dari total pelanggan

465 x 75% = 349 pelanggan

349 x 900 VA = 314100 VA

Daya 1300 VA:

Daya 1300 VA = 25 % dari total pelanggan.

465 x 25% = 116 pelanggan

116 x 1300 VA = 150800 VA

1. Kelompok daya 900 VA = 314100


2. Kelompok daya 1300 VA = 150800

Jumlah daya : 314100 + 150800 = 464900 VA

 Kapasitas Trafo
Total daya yang terpakai : 464900 x 0,4 = 197640
Kapasitas trafo yang akan dipasang adalah 250 KVA. Maka cadangan atau spare yang
akan dibutuhkan adalah:
( 250000−1 97640 )
x 100 %=26,18 %
250000
 Kapasitas LA (Lightning Arrester)
Karena trafo berada pada ujung penghantar maka kapasitas lightning arrester yang
digunakan yaitu LA dengan kapasitas 10 KHA.
 Kapasitas FCO (Fuse Cut Out)
KapasitasTrafo
kapasitas FCO=
√ 3 x 20000V

250000 VA
kapasitas FCO= =7,23 A
√ 3 x 20000V

 Kapasitas MCCB

Kapasitas Trafo
k apasitas MCCB=
√ 3 x 380 V

250000 KVA
k apasitas MCCB= =380,28 A
√3 x 380V

Jadi, kapasitas MCCB yang harus digunakan adalah 400 A

Penghantar yang digunakan : NYY 4 x 240 mm2 . Panjang kabel 9 meter.

 Kapasitas NH Fuse
Arus nominal Trafo
k apasitas NH Fuse= =¿
Jumlah jurusan
380,28 A
k apasitas NH Fuse= =126,76 A
3
Jadi, kapasitas NH Fuse yang harus digunakan adalah 133 A
 Panjang Penghantar JUTR

Jenis penghantar yang digunakan adalah penghantar jenis LVTC 4 x 25 mm2

Total panjang penghantar JUTR = Jumlah gawang x 42 x jumlah penghantar + 4% =

Total panjang penghantar JUTR = 99 x 42 x 4 + 4% = 17297,28 Meter

 Panjang Penghantar JUTM

Jenis penghantar yang digunakan adalah penghantar jenis AAAC 3 x 50 mm2


Total panjang penghantar JUTM = Jumlah gawang x 42 x jumlah penghantar + 3%=

Total panjang penghantar JUTM = 45 x 42 x 3 + 3% = 5840,1 Meter

3.3 Denah Perumahan

Anda mungkin juga menyukai