Anda di halaman 1dari 37

TUGAS DASAR TENAGA LISTRIK

“Jaringan Listrik Dari Pembangkit Sampai ke Pelanggan”

Disusun oleh :

Sumitro Haholongan B 1805062039

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat, berkat dan bimbingan-Nya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam makalah ini penulis membahas tentang “Distribusi Tenaga
Listrik”.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memperdalam pemahaman


mahasiswa mengenai Distribusi Tenaga Listrik.

Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam meyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan usul dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dalam
penulisan berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca.

Medan.09 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
.....................
....i
Daftar Isi
.....................
..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.........................1
1.2 Perumusan Masalah
.........................2
1.3 Tujuan Makalah
.........................2
1.4 Manfaat Makalah
.........................3

BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................
17
3.2 Saran................................................................................................................................
18

DAFTAR PUSTAKA
....................
.19
Bab I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sistem kelistrikan adalah i pusat
pembangkit tenaga listrik, generator digerakkan oleh turbin dari bentuk energi lainnya
antara lain: dari Air - PLTA; Gas - PLTG; Uap - PLTU; Diesel - PLTD; Panas Bumi -
PLTP; Nuklir - PLTN. Energi listrik dari pusat pembangkitnya disalurkan melalui
jaringan transmisi yang jaraknya relatif jauh ke pemakai listrik/konsumen.

Gambar 1.2 Penyaluran energi listrik dari sumber ke beban


Konsumen listrik di Indonesia dengan sumber dari PLN atau Perusahaan
swasta lainnya dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Konsumen Rumah Tangga


Masing-masing rumah dayanya antara 450 VA s.d. 4.400 VA, secara umum
menggunakan sistem 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V dan
jumlahnya sangat banyak.

2. Penerangan Jalan Umum (PJU)


Pada kota-kota besar penerangan jalan umum ini sangat diperlukan oleh karena
bebannya berupa lampu dengan masing-masing daya tiap lampu/tiang antara 50
VA sampai dengan 250 VA bergantung pada jenis jalan yang diterangi, maka
system yang digunakan 1 fasa dengan tegangan rendah 220 V/380 V.

3. Konsumen Pabrik
Jumlahnya tidak sebanyak konsumen rumah tangga, tetapi masing-masing
pabrik dayanya dalam orde ratusan kVA. Penggunaannya untuk pabrik yang
kecil masih menggunakan sistem 1 fasa tegangan rendah (220V/380V), untuk
pabrik-pabrik skala besar menggunakan sistem 3 fasa dan saluran masuknya
dengan jaringan tegangan menengah 20 kV.

4. Konsumen Komersial
Yang dimaksud konsumen komersial antara lain stasiun, terminal, KRL (Kereta
Rel Listrik), hotel-hotel berbintang, rumah sakit besar, kampus, stadion
olahraga, mall, supermarket, dan apartemen. Rata-rata menggunakan sistem 3
fasa, untuk yang kapasitasnya kecil dengan tegangan rendah, sedangkan yang
berkapasitas besar dengan tegangan menengah 20KV.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
➢ Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga Listrik
1. Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik
2. Tegangan Sistem Distribusi Sekunder
3. Gardu Distribusi
4. Trafo Distribusi
5. Pelayanan Konsumen
6. Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Distribusi

1.3 TUJUAN MAKALAH


Setelah Membaca Makalah ini diharapkan dapat :

1. Mengetahui pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik.

2. Memahami Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik danTegangan


Sistem Distribusi Sekunder, Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan
Konsumen .

3. mengetahui Dasar- dasar Perencanaan Jaringan Distribusi.


1.4 MANFAAT
1. Memberikan pengetahuan tentang Pengertian dan Fungsi Distribusi Tenaga
Listrik, Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik, Tegangan Sistem
Distribusi Sekunder, Gardu Distribusi, Trafo Distribuis, Pelayanan Konsumen
dan Dasar-dasar Perencanaan Jaringan Distribusi.
PEMBAHASAN

Sistem distribusi daya listrik

Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah


(JTM) 20 KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke
meter-meter pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat –
kawat distribusi melalui penghantar udara. Penghantar bawah tanah dari mulai gardu
induk hingga ke pusat – pusat beban. pada sistem di ranting Galang ada terpasang
jaringan bawah tanah karena keadaan kota atau daerahnya belum memungkinkan
untuk dibangun jaringan tersebut. jadi untuk daerah ini tetap disuplai melalui hantaran
udara 3 phasa 3 kawat.
Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo
distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih
rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan listrik
dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah menjelajah ke sepanjang pusat-
pusat pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri yang ada disini.
Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang
rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah (sistem
20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai sistem
penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk
kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi daya dan memliki tingkat
kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi ke berbagai
wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.
Gambar 2.1.1 Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga Listrik.

Keterangan dari gambar:

1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari
gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi konsumen
besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah
yang kemudian didistriibusikan ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah
(JTR) yang berupa sistem 3 phasa empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar yang
biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian
disalurkan ke Gardu Induk (GI ) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik dengan
level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil,
perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
Pembagian Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian
rangkaian listrik dari sumber daya ( Trafo Daya pada GI distribusi ) yang besar
sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan.
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu :
1. Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
ini berawal dari sisi skunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi
primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran.

2. Distribusi Sekunder
Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori
tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan
peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo
distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran) pelanggan. Sistem jaringan
distribusi skunder ini disalurkan kepada para pelanggan melalui kawat berisolasi.
Gambar 2.2.1 One Line Penyulang Pahat
Gambar 2.2.1 diatas memperlihatkan sistem pelayanan yang disalurkan
melalui berbagai tujuan. Penyulang pahat merupakan salah satu Feder Utama
20 KV yang mendistribusikan daya ke konsumen yang sebelumnya melalui
sistem pendistribusisn tegangan yaitu melalui penurunan tegangan 20 KV –
380/220 Volt melalui tranformator step down.

Peralatan Sistem Distribusi


Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan
peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan
proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratan-peralatanm proteksi
dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak pemasangan trafo,
perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
1. Tiang Berfungsi : Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system
seperti transformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang
dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi
bawah tanah.

2. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu
induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem
distribusi . Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.

3. Kapasitor : Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system penyaluran.

4. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi


gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai
dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali bekerja, yaitu
dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan . Apabila hingga kerja recloser
yang kedua keadaan masih membuka dan menutup, berarti telah terjadi gangguan
permanen.
5. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih
maupun adanya gangguan hubung singkat.

6. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out put.
Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT
akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya pemeliharaan
jaringan.

7. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai


dengan tegangan kerja yang diinginkan

8. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang


maupun ke penghantar lainnya .

Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama


untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas
pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui
kerusakan dan kehandalan dari masing-masing peralatan tersebut. Pemeliharan
peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap saat dapat diawasi
keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

Transformator Distribusi
Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja untuk menaikan tegangan
serta menurunkan tegangan dengan perinsip kerja gandengan elektromagnetik. Dalam
sistem distribusi tenaga listrik transformator dapat dibagi berdasarkan sistem kerja
menjadi dua macam yaitu:
1. Transformator Step Up ( 11,6 KV menjadi 150 KV )
2. Transformator Down ( 150 KV menjadi 20 KV ) dan ( 20 KV menjadi 380 / 220
Volt ) Sistem distribusi menggunakan jenis transformator step down untuk
menghasilkan tegangan yang diinginkan.
Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga
listrik terdapat dua macam jenis belitan antara lain:

1. Belitan bintang

2. Belitan delta

Arester
Adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatam listrik terhadap tegangan
lebih yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari
suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan
arus denyut (Surge Current) ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan
(Follow Current) serta mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa
mengganggu sistem.
Prinsip Kerja Arester
Bagi sebuah arester bila terjadi tegangan lebih pada jaringan , aresterberkerja dengan
mengalirkan arus surge ( Surge Current ) ketanah , kemudian setelah tegangan normal
kembali, arester tersebut harus segera memutus arus yang mengikuti kemudian Follow
Current.
Karakteristik Arrester
Sebuah alat pengamanan memiliki beberapa karakteristik begitu juga dengan arrester
yang memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Pada tegangan operasional , harus mempunyai impedansi yang sangat tinggi atau tidak
menarik arus listrik
b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya , harus
tembus ( Break Down ) Dengan cepat.
c. Arus pelepasan selama Break Down ( Tembus ) tidak boleh melebihi arus
pengelepasan nominal supaya tidak merusak.
d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan
transien telah turun dibawah harga tegangan tembusnya.

Rel Daya
Rel daya adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik yang bertujuan dalam
penggunaannya untuk mengkombinasikan bermacam feder yang akan turut dibagi
dalam melayani beban. Dalam sistem tenaga listrik Rel daya disebut juga dengan
istilah Busbar. Busbar adalah konduktor berkapasitas arus besar yang berfungsi untuk
terminal penampang arus yang masuk dan keluar melalui saluran masuk dan keluar
melalui gardu induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik pertemuan atau
hubungan antara transformator –transformator , SUTT dan peralatan-peralatan listrik
lainya untuk menerima dan mendistribusikan tenaga listrik . Rel ini pada umunya
terdiri dari bahan tembaga , alumunium atau ACSR.

Sistem Busbar Tunggal ( Singgele Busbar Sistem )

Pada sistem ini semua trafo , generator dan fedder yang ada pada system
dihubungkan kebusbar . Rel daya tunggal adalah sistem rel daya yang paling sederhana
karena hanya menggunakan satu rel daya saja. Semua rangkaian baik saluran masuk
ataupun saluran keluar disambungkan dengan rel tersebut melalui pemutus daya dan
saklar pemisah .
Gambar 2.7.1 Rel Daya Tunggal

Reclocer (Pemutus Balik Otomatis)

Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah terjaminnya


penyaluran tenaga listrik, artinya bila terjadi gangguan (misalnya gangguan pada
sistem distribusi yang sering terjadi) kalau mungkin tidak menimbulkan pemutusan
daya, ataupun bila terpaksa, pemutusan tersebut diusahakan sesingkat mungkin.
Peralatan yang bertugas untuk memberikan perintah memutus /
menghubungkan daya secara otomatis adalah Pemutus Balik Otomatis(PBO) atau
Recloser. Dengan penambahan rele penutup balik maka gangguan sementara tidak
mengakibatkan pemutusan daya secara keseluruhan, atau hanya terjadi pemutusan
daya dalam waktu yang sangat singkat (beberapa detik).

Klasifikasi Recloser
Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Menurut jumlah fasanya
- Fasa tunggal
- Fasa tiga
b. Menurut media peredam busur api
- Media minyak
- Media hampa udara (vacum)
c. Menurut peralatan pengendalinya
- Pengaturan hidrolik
- Pengaturan elektronik

Sectionalizer

Sectinalizer atau yang disebut juga saklar seksi otomatis (SSO) adalah sebuah
alat pemutus beban yg secara otomatis dapat dibebankan, seksi-seksi yang tergantung
dari suatu sistem distribusi atau dapat melokalisasi gangguan pada seksi yang
terganggu, sehingga sistem yang tidak mengalami gangguan tetap mendapat energi
listrik.
Saklar seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk membuka rangkaian setelah
perhitungan operasi pemutusan dari peralatan-peralatan disisi sumbernya,
dan pembukaannya dilakukan pada saat peralatan disisi sumber sedang
dalam posisi terbuka. Dalam pemasangannya dapat diperlihatkan pada bagan dibawah
ini:

Gambar 2.9.1 Pemasangan Saklar Seksi Otomatis


Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Gambar 3.1 Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik

Keterangan:
G = Generator/Pembangkit Tenaga
Listrik GI = Gardu Induk
GH = Gardu
Hubung GD = Gardu
Distribusi
TT = Jaringan Tegangan Tinggi
TM = Jaringan Tegangan
Menengah TR = Jaringan
Tegangan Rendah APP = Alat
Pembatas/Pengukur

Instalasi dari pembangkitan sampai dengan alat pembatas/pengukur (APP) disebut


Instalasi Penyediaan Tenaga Listrik. Dari mulai APP sampai titik akhir beban disebut
Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. Standarisasi daya tersambung yang disediakan oleh
pengusaha ketenagalistrikan (PT PLN) berupa daftar penyeragaman pembatasan dan
pengukuran dengan daya tersedia untuk tarif S-2, S-3, R-1, R-2, R-4, U-1, U-2, G-1, I-1, I-2,
I-3, H-1, dan H-2 pada jaringan tegangan rendah.

Jaringan Listrik
Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik
yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.
Tegangan generator pembangkit relatif rendah (6 kV – 24 kV). Maka tegangan ini
dinaikan dengan transformator daya ke tegangan yang lebih tinggi antara 150 kV –
500 kV. Tujuan peningkatan tegangan ini, selain memperbesar daya hantar dari
saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi
daya dan susut tegangan pada saluran transmisi. Penurunan tegangan dari jaringan
tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua kali. Yang
pertama dilakukan di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari 500 kV ke 150
kV atau dari 150 kV ke 70 kV.
Yang kedua dilakukan pada gardu distribusi dari 150 kV ke 20 kV, atau dari
70 kV ke 20 kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai
transformator terakhir, sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan
dari transformator terakhir sampai konsumen disebut saluran distribusi atau saluran
primer. Ada dua macam saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara
(overhed lines) dan saluran kabel bawah tanah (undergound cable).
Kedua cara penyaluran tersebut mesing-masing mempunyai keuntungan dan
kerugian. Dari segi estetik, saluran bawah tanah lebih disukai dan juga tidak mudah
terganggu oleh cuaca buruk: hujan, petir angin, dan sebagainya. Namun saluran
bawah tanah jauh lebih mahal dibanding saluran udara, tidak cocok untuk daerah
banjir karena bila terjadi gangguan/kerusakan dan perbaikannya lebih sulit.
Secara rinci keuntungan pemasangan saluran udara sebagai berikut.

1. Biaya investasi untuk membangun suatu saluran udara jauh lebih murah
dibandingkan untuk saluran di bawah tanah.
2. Untuk daerah-daerah yang tanahnya banyak mengandung batu-batuan, akan
lebih mudah dengan membuat lubang untuk tiang-tiang listrik.
3. Bila terjadi gangguan lebih mudah mencarinya dan lebih mudah
memperbaikinya jika dibandingkan untuk saluran bawah tanah.
Keuntungan pemasangan saluran bawah tanah.
1. Biaya pemeliharaan saluran kabel bawah tanah relatif murah.
2. Sambungan bawah tanah relatif tidak terganggu oleh pengaruh-pengaruh cuaca
seperti: hujan, angin, petir, salju, sabotase, pencurian kabel lebih sulit,
gangguan layang-layang.

Saluran bawah tanah tidak mengganggu keindahan pandangan, tidak semerawut


seperti saluran udara. Pada akhir/ujung dari saluran transmisi, saluran masuk ke
dalam suatu gedung/bangunan sebagai pengguna energi listrik. Dari pertimbangan
di atas, bahwa saluran udara lebih cocok digunakan pada:

1. saluran transmisi tegangan tinggi,


2. daerah luar kota, misalnya di pegunungan atau daerah jarang
penduduknya. Adapun untuk saluran bawah tanah akan cocok digunakan
pada:
1. saluran transmisi tegangan rendah, kota-kota besar yang banyak penduduknya
Komponen/peralatan utama perlistrikan pada gedung/bangunan tersebut terdiri dari:
1. APP: Alat Pengukur dan Pembatas (milik PLN)
2. PHB: Papan Hubung Bagi
- Utama/MDP : Main Distribution Panel
- Cabang/SDP : Sub Distribution Panel
- Beban/SSDP : Sub-sub Distribution Panel
3. Penghantar:
- Kawat Penghantar (tidak berisolasi)
- Kabel (berisolasi)
4. Beban
- Penerangan: Lampu-lampu Listrik
- Tenaga: Motor-motor Listrik
Dalam perencanaan instalasi listrik pada suatu gedung/bangunan, berkas rancangan
instalasi listrik terdiri dari: gambar situasi, gambar instalasi, diagram garis tunggal,
dan gambar rinci.
Gambar Situasi
Yang menunjukan gambar posisi gedung/bangunan yang akan dipasang instalasi
listriknya terhadap saluran/jaringan listrik terdekat. Data yang perlu ditulis pada
gambar situasi ini adalah alamat lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat
(tiang listrik/bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah ada
jaringan listriknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu digambarkan rencana
pemasangan tiang-tiang listrik.

Gambar Instalasi
Yang menunjukan gambar denah bangunan (pandangan atas) dengan rencana tata
letak perlengkapan listrik dan rencana hubungan perlengkapan listriknya. Saluran
masuk langsung ke APP yang biasanya terletak didepan/bagian yang mudah dilihat
dari luar. Dari APP ke PHB utama melalui kabel toefoer, yang biasanya berjarak
rendah, dan posisinya ada di dalam bangunan. Pada PHB ini energi listrik
didistribusikan ke beban menjadi beberap grup/kelompok:
1. Untuk konsumen domestik/bangunan kecil, dari PHB dibagi menjadi beberapa
grup dan langsung ke beban. Biasanya dengan sistem satu fasa.
2. Untuk konsumen industri karena areanya luas, sehingga jarak ke beban jauh
dari PHB utama dibagi menjadi beberapa grup cabang/subdistribution panel
baru disalurkan ke beban.
Gambar 3.1.3 Denah rumah tipe T-125 lantai dasar

Diagram Garis Tunggal


Diagram garis tunggal dari APP (alat pegukur dan pembatas) ke PHB (panel
hubung bagi) utama yang didistribusikan ke beberapa grup langsung ke beban
(untuk bangunan berkapasitas kecil) dan melalui panel cabang (SDP) maupun
subpanel cabang (SSDP) baru ke beban (Gambar 3.1.4). Pada diagram garis
tunggal ini selain pembagian grup pada PHB utama/cabang/sub cabang juga
menginformasikan jenis
beban, ukuran dan jenis penghantar, ukuran dan jenis pengaman arusnya, dan sistem
pembumian/pertanahannya.

Gambar 3.1.4. Diagram Garis tunggal


Berikut ini adalah contoh diagram satu garis untuk konsumen tegangan rendah dan konsumen
tegangan tinggi

Gambar 3.1.5 Diagram Transmisi dan Distribusi


Gambar Rinci
Gambar rinci dalam bangunan diperlukan untuk memberikan penjelasan yang rinci
dari perancang ke pada pelaksana proyek atau dalam hal ini kontraktor. Dalam
gambar rinci dapat diberikan ukuran (panjang × lebar × tinggi) suatu barang,
misalkan panel hubung bagi. Bahkan cara pemasangan kabel, atau pemasangan
detail instalasi penangkal petir dapat ditambahkan.

Gambar 3.1.6. Diagram satu garis instalasi listrik pada bangunan sistem tegangan
menengah 20 KV dan tegangan rendah 380/220 V.

Gambar rinci sekurang-kurangnya meliputi:


– Ukuran fisik PHB
– Cara pemasangan perlengkapan listrik
– Cara pemasangan kabel/penghantar
– Cara kerja rangkaian kendali
– Dan lain-lain informasi/data yang diperlukan sebagai pelengkap.
Alat Pengukur dan Pembatas (APP)

APP merupakan bagian dari pekerjaan dan tanggung jawab pengusaha ketenagalistrikan (PLN).
Terdiri dari alat ukur kwh meter dan pembatas arus:
- 450 VA sampai dengan 4.400 VA untuk sistem satu fasa
- 4,9 kVA sampai dengan 630 kVA untuk sistem tiga fasa

Gambar 4.1 APP Sistem satu fasa

Gambar 4.2 APP Sistem Tiga fasa


Bab III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah; 1) pembagian
atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan 2) merupakan sub
sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya
pada pusat- pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

1. Menurut nilai tegangannya:


❖ Saluran distribusi Primer.
❖ Saluran Distribusi Sekunder
2. Menurut bentuk tegangannya:
Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem tegangan searah
Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan sistemtegangan bolak-balik.
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
❖ Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan support(tiang) dan
perlengkapannya, dibedakan atas:
❖ Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa isolasipembungkus. Saluran
kabel udara, bila konduktornya terbungkus isolasi.
❖ Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, denganmenggunakan kabel tanah
(ground cable)
❖ Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable)
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
❖ Bila saluran fasa terhadap fasa yang lain/terhadap netral, atausaluran positip terhadap negatip
(pada sistem DC) membentuk garishorisontal.
❖ Saluran konfigurasi Delta:
Bila kedudukan saluran satu sama lain membentuk suatu segitiga (delta)
5. Menurut Susunan Rangkaiannya
❖ Jaringan Sistem Distribusi Primer
❖ Jaringan Sistem Distribusi Sekunder

3.2 SARAN
Dari pembahasan makalah tentang Jaringan Distribusi Tenaga Listrik dari
Pembangkit sampai ke Pelanggan,penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu segala kritik dan masukan yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Suhardi, Bambang T.2008Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid I, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Depdiknas,

D. ngedy, temi tiomteus.2015.Makalah Jaringan Distibusi Tenaga Listrik.Universitas Nusa


Cendana diakses tanggal 09 September 2019 di
https://www.academia.edu/227877117/MAKALAH_JARINGAN_DISTRIBUSI_TENAGA_LIS
TRIK

Diko Hernaldo,dkk. 2010. Siatem Distribusi Tenaga Listrik. Universitas indonesia diakses
tanggal 08 September 2019 di
https://www.academia.edu15319949/SISTEM_DISTRIBUSI_TENAGA_LISTRIK_Makalah_di
ajukan_untuk_memenuhi_salah_satu_tugas_mata_kuliah_teknik_tenaga_listrik_disusun_oleh

Diana Zulfah,dkk. 2016. Makalah Saluran Transmisi. Universitas Gunadarma diakses tanggal 08
September 2019 di http://www.scribd.com/document/362496752/makalah-sistem-distribusi-
jaringan-listrik

Anda mungkin juga menyukai