Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 6

MEDAN ELEKTROMAGNET
Nama Kelompok :

Sionariya Br Sembiring
Siti Lusitya Wati
Sumitro Haholongan Butar Butar
Tesalonika Br Ginting
Persamaan Poisson
Untuk menentukan metode khusus dalam penentuan potensial, dapat digunakan
persamaan poison.Untuk itu perlu di bahas mengenai Hukum Gauss. Di mana
secara matematis Hukum Gauss dinyatakan sebagai berikut :
𝟎
𝑸
න 𝑬. 𝒅𝒂 = … … … … … … … … … … … … … (𝟏. 𝟏)
𝒔 𝜺 𝟎
Persamaan Poisson dapat dengan mudah diturunkan dari persamaan Hukum
Gauss.Yaitu:
𝛁. 𝑫 = 𝝆𝒗 ……………………………………. (1.2)
Dimana,
𝑫 =∈ 𝑬 𝒅𝒂𝒏 𝑬 = −𝛁 …………………….…... (1.3)

Sehingga setelah disubstitusikan akan menghasilkan:

𝝆𝒗
𝛁. 𝛁 𝑽 = ……………………………….. (1.4)
𝝐
Jika , ini berarti kerapatan volume muatannya nol, tapi masih ada kemungkinan
adanya kerapatan muatan titik, muatan garis, dan muatan permukaan pada posisi
singular sebagai sumber dari medan, sehingga :

𝛁𝟐 𝑽 = 𝟎 ……………………………………………….…. (1.5)

Sedangkan penjabaran untuk posisi pada koordinat silindris

𝟐 𝟏𝝏 𝝏𝑽 𝟏 𝝏𝟐 𝑽
𝜵 𝑽= 𝝆 𝝏𝝆 + +…………………………..…. (1.6)
𝝆𝝏𝝆 𝝆𝟐 𝝏∅𝟐

Sedangkan untuk penjabaran pada koordinat spheris

𝟐 𝟏𝝏 𝟏 𝝏 𝝏𝑽 𝟏 𝝏𝟐 𝑽
𝜵 𝑽= 𝝏𝑽 + 𝒔𝒊𝒏𝜽 𝝏𝜽 + ……… (1.7)
𝝏𝒓 𝒓𝟐 𝝏𝒓 𝒓𝟐 𝒔𝒊𝒏𝜽 𝝏𝜽 𝒓𝟐 𝒔𝒊𝒏𝟐 𝜽 𝝏∅𝟐
Persamaan Laplace
Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan
permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan
keluaran, dengan melakukan transformasi dari suatu domain
pengamatan ke domain pengamatan yang lain.
Dalam sistem fisika sebenarnya transformasi Laplace sering
dianggap sebagai suatu transformasi dari cara pandang domain-
waktu, di mana masukan dan keluaran dimengerti sebagai fungsi
dari waktu, ke cara pandang domain-frekuensi, di mana masukan
dan keluaran yang sama dipandang sebagai fungsi dari frekuensi
angular kompleks, atau radian per satuan waktu. Transformasi ini
tidak hanya menyediakan cara mendasar lain untuk mengerti
kelakukan suatu sistem, tetapi juga secara drastis mengurangi
kerumitan perhitungan matematika yang dibutuhkan dalam
menganalisis suatu sistem.
Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi Jika V hanya
bergantung pada variabel x saja, maka persamaan umum
Laplace menjadi sebagai berikut:

𝝏𝟐 𝜵
= 𝟎 …………………………………… (2.1)
𝝏𝒙𝟐

Dengan penyelesaian umum dari persamaan tersebut


memenuhi:

𝜵 = 𝒎𝒙 + 𝒃 ................................................ (2.2)
Penurunan Persamaan Poisson dan Laplace
2.3.1 Penurunan persamaan Poisson

Menurunkan persamaan Poisson merupakan pekerjaan yang cukup


sederhana,karena dari bentuk titik Hukum Gauss:

𝛁. 𝑫 = 𝝆𝒗 ………………………………………………… (3.1)

Dimana D adalah:

D =∈ 𝑬 ……………………………………………….… (3.2)

Dan persamaan gradient

E = -𝛁 𝑽 ……………………………………………………(3.3)
Dan dengan serangkain penyulihan (subtitusi) akan diperoleh :

𝛁. 𝑫 = 𝛁 . ∈ 𝐄 = −𝛁 . ∈ 𝛁 𝐕 = 𝛒𝐯……………. (3.4)
Atau

𝝆𝒗
𝛁. 𝛁𝑽 = − …………..…………………………… (3.5)

Untuk sebuah permukaa homoen dimana ∈ bernilai konstan.Persamaan 3.5


adalah persamaan poisson,namun operasi matematika "𝛻 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎" pada
persamaan ini harus diuraikan dan disederhanakan terlebih dahulu,setidaknya
dalam koordinat persegi,agar kita dapat menggunakanya.Di dalam sistem
koordinat persegi.

𝝏𝑨𝒙 𝝏𝑨𝒚 𝝏𝑨𝒛


𝛁 .𝑨 = + + ……………………………..(3.6)
𝝏𝒙 𝝏𝒚 𝝏𝒛
2.3.2 Penurunan persamaan Laplace dua dimensi

Dalam persamaan Laplace dua dimensi maka nilai V


bergantung pada dua variable yakni x dan y sehingga
persamaannya menjadi sebagai berikut:

𝝏𝟐 𝜵 𝝏𝟐 𝜵
+ = 𝟎 ……… (3.7)
𝝋𝒙𝟐 𝝋𝒚𝟐
2.4 Solusi Hasil Kali Untuk Persamaan Laplace
Kita dapat mengambil kasus yang paling umum dengan
mengasumsikan bahwa medan potensial adalah sebuah fungsi dari
koordinat x dan y saja. sehingga persamaan Laplace menjadi
𝝏𝟐 𝐕 𝝏𝟐 𝑽
𝛁𝟐 𝑽 = + ……………………… (4.1)
𝝏𝒙𝟐 𝝏𝒚𝟐

Jika diasumsikan bahwa penyelesaiannya merupakan perkalian dan


besarnya tiap-tiap fungsi maka,

V(x,y) = X(x) Y(y) …………………………………………(4.2)

Jika persamaan 4.1 didistribusi ke persamaan 4.2 diperoleh:

𝝏𝟐 𝝏𝟐
𝑿𝒀 + 𝑿𝒀 = 𝟎………..….…….…...(4.3)
𝝏𝒙𝟐 𝝏𝒚𝟐
Dan dapat ditulis:

𝝏𝟐 𝝏𝟐
𝒀 𝟐𝑿+ 𝑿 𝟐𝑿 = 𝟎……………………………… (4.4)
𝝏𝒙 𝝏𝒚

Karena X tidak mengandung y dan Y tidak mengandung x maka dapat ditulis


sebagai berikut:

𝒅𝟐 𝒅𝟐
𝒀 𝟐𝑿 + 𝑿 𝟐𝑿 = 𝟎 ………………………..…(4.5)
𝒅𝒙 𝒅𝒚

Persamaan 4.5 dibagi dengan XY, akan diperoleh:

𝟏 𝒅𝟐 𝑿 𝟏 𝒅𝟐 𝒀 𝟏 𝒅𝟐 𝑿 𝟏 𝒅𝟐 𝒀
+ = 𝟎 atau = − …………….. (4.6)
𝑿 𝒅𝒙𝟐 𝒀 𝒅𝒚𝟐 𝑿 𝒅𝒙𝟐 𝒀 𝒅𝒚𝟐

1 𝑑2𝑋
Agar ruas kiri dan ruas kanan dalam persamaan 4.6 sama maka tidak boleh
𝑋 𝑑𝑥 2
2
1𝑑 𝑌
merupakan fungsi x dan𝑌 𝑑𝑦 2tidak boleh merupakan fungsi y. Oleh karena itu agar
sama, maka kedua-duanya harus merupakan konstanta atau tetapan
Bila sebuah fungsi : direpresentasikan sebagai X dan sebuah fungsi y sebagai
Y maka fungsi medan potensial adalah

V= XY…………………………………… (4.7)

Bentuk alternatif untuk solusi ini dapat diperoleh dengan menyatakan fungsi
hiperbolik dalam suku-suku eksponensial, mengelompokkan suku-suku yang
sama, kemudian memilih konstanta-konstanta pengganti A' dan B'.

X = A'eαx + B'e-αx…………………………………….. (4.8)


Mengalihkan perhatian kita ke persamaan (4.8), kita dapat memperoleh
pemecahan untuk penamaan ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya;
menghasilkan dua buah deret pangkat yang dapat disederhanakan menjadi
sebuah fungsi sinus dan sebuah fungsi kosinus, Sehingga:

Y =C cos αy + D sin αy …………………. (4.9)


Dari kedua persamaan untuk X dan Y kita mendapatkan penamaan potensial

V = XY = (A cosh αx + B sinh αx)(C cos αy + D sin αy)………(4.10)

Dengan mengasumsikan nilai nilai sederhana untuk konstanta konstanta, Bila kita
memilih
A = 0, C = 0, dan BD = V1, maka kita mendapatkan
V = V1sinhαx sin αy ……………………….………………… (4.11)

Gambar 4.1 grafik untuk sebuah


fungsi bernilai ganda
Faktor sin αx bernilai nol untuk x = 0, dan bertambah besar nilainya seiring
dengan kenaikan x, hingga mendekati sebuah fungsi eksponesial, karena

Sinh αx = ½ (e – 𝒆𝜶𝒙 )……………………………………….. (4.12)

Faktor sin αy menyebabkan potensial akan bernilai nol untuk y = 0, 𝑦 = 𝜋/α,


y =2π/α, dan seterusnya. Oleh karena itu, kita dapat meletakkan bidang-
bidang potensial nol pada ketiga lokasi x = 0, y = 0, dan y = π/α. Terakhir, kita
dapat mendefinisikan permukaan ekipotensial V1 dengan menjadikan V = V1
pada (37), yang menghasilkan
Sinh αx sin αy = 1

Atau
𝟏
αy = s𝒊𝒏 = …………………………………………... (4.13)
𝐬𝐢𝐧𝛂 𝒙
2.5 Pemecahan Persamaan Laplace Via Teknik Iterasi
Numerik
Bidang penampang
berbentuk bujur sangkar dari
sebuah pipa persegi dengan
sisi-sisi sebelah kiri, bawah,
dan kanan pada potensial nol
dan sisi atas pada 100 V.
Penampang melintang ini
dibentuk menjadi sebuah
grid dengan 16 bujur
sangkar, dan potensial
diperkirakan untuk tiap-tiap
Gambar 5.1 titik sudut. Nilai-nilai
taksiran yang lebih akurat
dapat diperoleh dengan
iterasi numerik
2.6 Teorema Keunikan Poisson dan Laplace

1) Teorema Keunikan Pertama

Penyelesaian persamaan Laplace dalam suatu daerah ditentukan secara unik


(khusus) jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas
dalam daerah tersebut.
Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah:

Suatu daerah dengan perbatasan


yang akan ditentukan

Gambar 6.1
2) Teorema Keunikan Kedua
Suatu cara yang sederhana dalam menetapkan seperangat syarat batas adalah
dengan memberikan ahrga V pada semua permukaan yang mengelilingi suatu
daerah tertentu. Kondisi tersebut sering terjadi dalam praktek. Prakteknya di
laboratorium, misalkan kawat konduktor dihubungkan baterai dengan potensial
tertentu, atau dihubungkan dengan tanah (V = 0).

Tetapi, ada keadaan dimana potensial


diperbatasan tidak diketahui, melainkan
rapat muatan pada berbagai permukaan
konduktor diketahui harganya. Misalnya
muatan Q1 pada konduktor 1, Q2 pada
konduktor ke 2, dan seterusnya. Daerah
antara konduktor diketahui juga rapat
muatannya ρ pada Gambar 6 .2.
Gambar 6.2
Bukti teorema tersebut adalah:
Misalkan terdapat dua medan E1 dan E2 yang memenuhi persamaan
𝜌
Dn
merupakan solusi persamaan diferensia. Hukum Gauss 𝛻. 𝐸1 = dan 𝛻. 𝐸2 =
𝜌 𝜀0
. Dalam benruk integral dengan mengambil permukaan Gauss mengelilingi
𝜀0
setiap konduktor, maka dapat ditulis:
𝑸𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑸𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍
‫ 𝟏𝑬 𝒔׬‬. 𝒅𝒂 = dan‫𝒔׬‬ 𝑬𝟐 . 𝒅𝒂 = ……… (6.4)
𝜺𝟎 𝜺𝟎

Dengan S = permukaan koduktor


Perbedaan kedua medan datag dinyatakan E3=E1-E2, Dimana 𝛻. 𝐸3 = 0
dalam daerah penghantar-penghantar ‫𝐸 ׬‬. 𝑑𝑎 = 0 dan meliputi masing-masing
permukaan perbatasan.Meskipun tidak mengetahui bagaimana distribusi
muatan tersebut maka dapat diketahui bahwa masing-masing konduktor
merupakan equipetensial, sehingga V3 tidak perlu nol, sebab V1 dan V2
harganya boleh tidak sama. Selanjutnya dengan berdasarkan aturan dalam
identitas vektor, yaitu hokum perkalian 𝛻. 𝑓𝐴 = 𝑓𝛻. 𝐴 + 𝐴. (𝛻𝑓), maka
dapat dinyatakn pula bahwa:
𝜵. 𝑽𝟑 . 𝑬𝟑 = (𝑽𝟑 )𝜵. 𝑬𝟑 + 𝑬𝟑 (𝜵𝑽𝟑 ………... (6.5)
Karena 𝛻. 𝐸3 = 0 dan 𝐸3 = −𝛻𝑉3 (gradiean potensial), maka
persamaan (6.5) menjadi sebagai berikut:

𝛁. 𝐕𝟑 . 𝐄𝟑 = −𝐄𝟑 𝐄𝟑 = −𝐄𝟑𝟐 …………………………… (6.6)

Atau dalam bentuk integral dituliskan, yakni:


‫ = 𝑽𝒅 𝟑𝑬 𝟑𝑽 𝜵 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝒗׬‬− ‫ … … … … … 𝑽𝒅 𝟑𝟐𝑬 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝑽׬‬. . (6.7)

Integral ruas kiri pada persamaan (6.7) melalui teorema divergensi


dapat diubah menjadi integral permukaan, sehingga:

‫ = 𝒂𝒅 𝟑𝑬 𝟑𝑽 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝒗׬‬− ‫…… 𝑽𝒅 𝟑𝟐𝑬 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝑽׬‬..………. (6.8)


Dengan meliputi semua permukaan batas daerah ruang, termasuk semua
permukaan konduktor dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi setiap
permukaan (jika batas luar adalah tak hingga V3=0) maka persamaan 6.8
menjadi sebagai berikut:

‫ = 𝑽𝒅 𝟑𝑬 𝟑𝑽 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝒗׬‬− ‫……… 𝟎 = 𝑽𝒅 𝟑𝟐𝑬 𝒆𝒎𝒖𝒍𝒐𝑽׬‬... (6.9)

Tetapi integralnya tidak pernah negative, namun integral dapat diabaikan


jika E3=0 disetiap tempat akibatnya E1=E2

Anda mungkin juga menyukai