Anda di halaman 1dari 16

BAB V

TRANSFORMASI LINIER
5.1

Pengantar
Definisi
Jika F:V W adalah sebuah fungsi dari ruang vector V ke dalam ruang vector W, maka
F disebut transformasi linier, jika :

(i).

F(u+v) = F(u) + F(v) , untuk semua vektor u dan v di V

(ii).

F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua saklar k

Contoh 5.1
Missal F:R2

R3 adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh :


F(v) = (x, x+y, x-y)

Jik u=(x1,y1) dan v=( x2, y2) u+v = (x1+ x2 , y1 + y2)


Sehingga ,
F(u+v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[y1+y2] , [x1+x2]-[y1+y2])
= (x1, x1 + y1, x1 y1) + (x2, x2 + y2, x2 y2)
= F (u) + F(v)
Demikian jugaa jika k adalah sebuah scalar, ku = (kx, ky) sehingga
F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 ky1)
= k(x1, x1 + y1, x1 y1)
= k f(u)
Jadi F adalah sebuah transformasi linier

5.2

Transformasi Linier dari Rn Rm


Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn dan misalkan A adalah sebuah matrik
m x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor vektor kolomnya.
Misal jika T:R2 R2 diberikan oleh :
T

Maka
T(e1) = T

Jadi

5.3

A=

dan

T(e2) = T

adalah matrik baku untuk T di atas.

Jenis jenis Transformasi Linier bidang


1.

Rotasi
Matrik baku untuk T adalah :

2.

Refleksi
Refleksi terhadap sebuah garis 1 adalah transformasi yang memetakan masing
masing titik pada biang kedalam bayangan cerminnya terhadap 1
Matrik baku untuk :
a. Refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah

menjadi

) adalah :

b. Refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah

c. Refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah

3.

menjadi

menjadi

) adalah :

) adalah :

Ekspansi dan kompresi


Jika koordinat x dari masing masing titik pada bidang dikalikan dengan
konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar
bidang dalam arah x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar
bidang dalam arah x. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah x
dengan faktor k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah :
Demikian juga, jika koordinat y dari masing masing titik pada bidang dikalikan
dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas
gambar bidang dalam arah x. disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y
dengan faktor k.
Maka baku untuk transformasi ini adalah :

4.

Geseran
Sebuah geseran dalam arah x dengan fektor k adalah trnasformasi yang
menggerakkan masing masing titk (x,y) sejajar dengan sumbu x sebanyak ky
menuju kedudukan yang baru (x + ky, y)

Matrik baku untuk transfomasi ini adalah :


Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang
menggerakkan masing masing titik (x.y) sejajar dengan sumbu y sebanyak kx
menuju kedudukan yang baru (x , y + kx)
Matrik baku untuk transfomasi ini adalah :
Jika dilakukan banyak sekali transformasi matrik dari R n ke Rm secara berturutan,
maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal.

Jika transformasi transformasi matrik


T1(x) = A1x,

T2(x) = A2x, , Tn(x) = Anx,

Dari Rn ke Rm dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan
transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana A = Ak . . . A2 A1

BAB VI
NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN
6.1

Definisi
Jika A adalh matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan vektor eigen
dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu :
Ax = x
Untuk suatu scalar . Skalar disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen
yang bersesuaian dengan .

Contoh 6.1
Vektor x =

adalah vektor eigen dari A =

Yang bersesuaian dengan nilai = 3 karena


Ax =
Untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita menuliskannya
kembali Ax = x sebagai Ax = Ix
(I A)x = 0
Dan persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian jika
det(i - A) = 0 (6.1)
Persamaan (6.1) disebut persamaan karakteristik A.

BAB VII
7.1

Pengertian
Sembarang sistem m persamaan linear dalam n peubah (variabel) bisa di tulis sebagai :

a11 x1 + a12x2 + ... + a1nxn = b1


a21 x1 + a22x2 + ... + a2nxn = b2
.

am1 x1 + am2x2 + ... + amnxn = bm


persamaan di atas bisa di tulis dalam bentuk matrik AX = B, dengan :

a11 a12 ... a1n

b11

a11 a12 ... a1n


A=

x1
.

,B=

dan X =

am1 am2 ... amn

bm

xn

sistem persamaan linier di sebut homogen jika B = 0, dan tak homogen jika B 0
matrik A disebut matriks koefisien dari sistem persamaan linear dan matriks
dari persamaan di atas :
a11 a12 ... a1n

b1

a11 a12 ... a1n

(AB) =
persamaan linier

di sebut matriks lengkap Sistem


6

am1 am2 ... amn

7.2

bm

Sistem Persamaan Linear : Eliminasi Gauss


Tinjau sistem persamaan linear yang terdiri dari i baris dan j peubah, yakni x1, x2, ..., xj,
berikut.

a11 x1 + a12x2 + ... + a1jxj = b1


a21 x1 + a22x2 + ... + a2jxj = b2
anx1 + a12x2 + ... + aijxj = bj
jika b = 0, sistem persamaan linearnya disebut sistem homogen, sedangkan jika b 0, disebut sistem
tidak homogen. Sistem persamaan linear diatas dapat dituliskan dalam bentuk matriks, dan secara
sederhana dapat ditulis
Ax = b
dengan

a11 a12 . . . a1j


A=

a21

an

a22 . . . a2j

ai2 . . . aij

x1
,

x=

xj

b1

x2

dan b =

b1

b1

sistem persamaan linier diatas juga dapat dituliskan dalam bentuk matrik yang
diperluas sebagai berikut.

A=

a11 a12 . . . a1j

b1j

a21

b1

a22 . . . a2j

an

ai2 . . . aij

bj

Tiga Kemungkinan Solusi Sistem Persamaan Linear.


(1)

Memiliki solusi tunggal

(2)

memiliki banyak solusi ( tak hingga )

(3)

tidak memiliki solusi

dibawahnya disebut pivot.


Secara umum prosedur sistematik untuk menyelesaikan sistem persamaan linear menggunakan
metode eliminasi gauss sebagai berikut .
1. Pastikan sistem persamaan linear tersebut dalam keadaan standar , kemudian tulis matriks
yg bersesuaian dengannya.
2. Jika perlu, pertukaran barisnya untuk mendapatkan pivot yang cocok.
3. Buat semua bilangan dibawh pivot menjadi nol .
4. Sekarang,abaikan baris pertama dan kolom pertama. Ulangi 2 dan 3 pada submatriks
yang tersisa. Untuk matirks yang lebih dri tiga baris , selanjutnya abaikan dua baris
pertama dan dua kolom pertama , ulangi 2 dan 3 . demikian seterusnya sehingga
diperoleh bentuk matriks segitiga atas yang di perluas .
5. Terakhir, tulis sistem persamaan yang di sesuai dengan matriks segitiga atas yang di
perluas lakukan subsitusi mundur untuk mendapatkan solusisnya.
Sistem persamaan linear yang sesuai dengan matriks terakhir adalah
W+x+y

=6

X 2y + z = -4
2y z = 5

Z = -1
Darri baris terakhir diperoleh z = -1 . dari persamaan ke -3 di peroleh
Y = Z + 5 = -1 + 5 = 2
2

Dari persamaan ke-2 diperoleh


X = -4 + -2y z = -4 + 2(2) (-1) = 1 ,
Dan dari perssamaan ke-1 di peroleh
W=6xy=612=3
Dengan demikian , solusi sistem persamaan linear di ats adalah ( w, x , y , z ) = ( 3 , 1 , 2, -1)

BAB VIII
8.1

Pengertian dan Plotting Bilangan Kompleks


Bentuk umum bilangan kompleks adalah :
Z=x+
yi

P (5,3) dan P ( 5 + 3 i )

P (5,3) merupakan plotting yang di pergunakan untuk mem-plot bilangan kompleks ( 5 +


3 i). Jadi dapat dinyatakan bahwa plotting bilangan kompleks ( x+ y i) adalah sama
dengan plotting titik ( x,y ).
Dalam sistem koordinat polar, garis OP dissebut r dan sudut antara OP dengan sumbu x di
sebut sudut
Dapat diketahui juga bahwa :
X = r cos
Y = r sin
Jadi bentuk umum bilangan kompleks juga dapat ditulis :
Z = x + y i = r ( cos

+ i sin )
Notasi bilangan kompleks diatas disebut bilangan kompleks bentuk rektangular.
Bentuk lain bilangan kompleks :
10

Bilanagan kompleks dalam bentuk r(cos + i sin ) juga dapat dinyatakan dalam bentuk
: r.ei jadi :

Z = x + y i = r (cos + i sin
= r . ei
Notasi bilangan kompleks dalam bentuk r.ei disebut polar.
pula bahwa 12 = -1
Contoh 1 : ( 1 + 1 )2 = 1 + 21 + 12 = 1 + 21 1 = 21
lain dilakukan melalui langkah langkah sebagai berikut . pertama tulislah pembagian itu dalam
bentuk pecahan . kemudian kalikan baik pembilang maupun penyebut dengan konjugasi
penyebut sehingga penyebut akan menjadi bilangan real selanjutnya dijadikan bentuk rectangular
atau x + y I
Contoh 2 :
(2 + 1) : (3 + 1) = 2 + 1 x 3 1 = 6 + I i2 = 7 + I = 7 + I i
3+1

31

32

12

10

10

10

Contoh 3 :
Mengubah (x + y i)2 dalam bentuk polar, dilakukan dengan cara memplot atau
membayangkan plotting dari titik (x,y) lalu di tentukan sudut 0 dan panjang r . dengan
demikian kita telah dapat menyatakan (x + y i) dalam bentuk r. e i0 . selanjutnya jika r .
e i0 . itu dikuardratkan maka bentuk polar dari (x + y i)2 diperoleh
8.2

Pasangan Konjugasi Bilangan Kompleks (z*)


Setiap bilangan kompleks memiliki pasangan konjugassi yaitu bilangan kompleks
yang diperoleh dengan cara mengganti i dengan i.

8.3

Aljabar Bilangan Kompleks


8.3.1

Penyederhanaan Bentuk x + y i
Penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan kompleks mengikuti
aturan aljabar dan harus pula mengingat bahwa i2 = -1

8.3.2

Harga Absolut Bilangan Kompleks z


11

Arti dari z adalah : jika z diplot dalam bidang rektangular, maka harga
absolut z atau z adalah r =
Harga r juga sama dengan

z = r =

8.3.3

jadi :

Persamaan Kompleks
Dalam menyelesaikan persamaan-persamaan yang mengandung bilangan
kompleks, maka kedua ruas persamaan harus dijadikan bentuk baku
sehingga kita dapat melihat komponen real dan komponen imajiner dari
massing-masing ruas.

Contoh :
Tentukan harga x dan y jika : (x + y i) 2 = 2 i
Ruas kiri ;
(x +y i) 2 = x2 + 2xy I y2 = x2 y2 + 2xy i
Komponen realnya adalah x2 y2
Komponen imajiernya adalah 2xy

Ruas kanan :
2i = 0 + 2i
Komponen realnya adalah 0
Komponen imajinernya adalah 2
Penyelesaaian :
X2 y2 = 0 dan 2xy = 2
Dari persamaan pertama diperoleh :
X2 = y2 jadi x = y atau x = -y . Harga harga ini dimasuka ke dalam persamaan kedua.
12

Untuk x = y :
2xy = 2 = 2y2 = 2 = y = + 1
Jadi penyelesainan akhirnya adalah :
X = y +1

8.4

Pangkat dan Akar Bilangan Kompleks


Jika bilangan kompleks z = r. ei maka pangkat ke n dari z adalah :

Zn =( r. ei)n = rn . eni = rn . ( cos n


8.5

+i

Fungsi Eksponensial dan Trigonometri Bilangan Kompleks


Fungsi eksponensial bilangan komplek adalah fungsi eksponensial yang pangkatnya
adalah bilangan kompleks, jadi bentuknya adalah ez. Evaluasi harga ez dapat dilakukan
dengan menggunakan deret Maclaurin, tetapi juga dapat menggunakan sifat berikut :
Jika bilangan kompleks z = x + y i maka :

Ez = ex + y i = ex . eyi = ex ( cos y
+ i sin y)
Contoh : E2 I r = E2 . E I . r = E2 . (cos r + sin r) = E2 . (-1) = -E2
Formula Euler menunjukan adanya hubungan dekat antara fungsi kompleks eksponensial dengan
fungsi trigonometri. Hubungan antara fungsi trigonometri dengan fungsi eksponensial di atas
sangat baik untuk menghitung integras fungsi trigonometri, sebab dengan mengubah fungdi
trigonometri ke bentuk eksponensial, peng-integralan nya akan jauh lebih mudah

8.6

Fungsi Hiperbolik
Harga sin z dan cos z untuk z = i y ( bilangan imajiner murrain ). Dengan
menggunakan persamaan sebelumnya dapat diperoleh :
e-y
Sin i y =

ey -e=i

2i

2
13

e-y

ey -e-

Cos z =

=
2

Hubungan antara sin dan sinh serta cos dengan cosh dapat diperoleh dengan cara
menggabungkan (a) dengan (c) dan (b) dengan (d), jadi :
Sin iy = I sinh y

atau

sinh y = I sin iy

Cos iy = cosh y

atau

cosh y = cos iy

Dengan demikian dapat kita lihat bahwa sebenarnya fungsi iperbolikus dari y, adalah fungsi
trigonometri dari iy, oleh karenaa itu operasi fungsi hiperbolitikus dapat dilakukan denngan cara
mengubahnya menjadi fungsi trigonometri, dan selanjutnya kita dapat menerapkan auran-aturan
fungsi trigonometri.

8.7

Logaritma Kompleks
Menentukan harga w = ln z untuk z positif adalah sesuatu yang sangat mudah karena
dapat kita selesaikan dengan melihat tabel atau dengan kalkulator, tetapi bagaimana jika
z berharga negatif dapat diselesaikan jika z tersebut dipandang sebagai bilangan
kompleks. Jika z dipandang sebagai bilangan kompleks maka :
W = ln z = ln (r .ei) = ln r + ln ei = ln r = i

Contoh :
a. Tentukan W = In (-1) maka z = -1
Untuk ini z = -1 harus dirubah menjadi bentuk z = r . Ei o melalui bentuk bilangan
kompleks :
Z = x + iy
Jika z = - 1dipandangkan dengan bentuk kompleks z = x + iy maka ia dapat dipandang sebagai
bilangan kompleks dengan x = -1 dan y = 0, sehingga :
R = x2 + y2 = 1

8.8

Invers Fungsi Trigonometri Kompleks

14

Invers fungsi trigonometri adalah menentukan besarnya sudut jika harga fungsi
trigonometrinya diketahui. Misalnya menentukan harga x jika co x = 0,5. Kasus ini
dapat ditulis x = invers dari cos 0,5 atau x = arc cos 0,5.
8.9

Fungsi perubah kompleks


Definisi misalkan S himpunan bilangan kompleks. Fungsi komplek f pada S adalah
aturan yang mengawankan setiap z S dengan bilangan kompleks w.
Notasi w = f(z)
Dalam hal ini S disebut domain dari f dan z dinamakan variabel kompleks.
Misalkan w = u + iv adalah nilai fungsi f di z = x + iy, sehingga U + iv = f(x + iy)
Masing-masing bilangan rill u dan v bergantung pada variabel rill x dan y, sehingga f(z)
dapat dinyatakan sebagai pasangan terurut dari variabel rill x dan y, yaitu
f(z) =u(x,y) + iv(x,y)
jika koordinat polar r dan pada x dan y digunakan maka :
u + iv = f(rei)
sehingga f(z) dapat ditulis :
f(z) = u(r,) + iv(r,)

8.10

Pemetaan / transformasi
Sifat-sifat dari fungsi bernilai rill dapat dilihat dari grafik fungsinya.
Definisi transformasi korespondensi antara titik-titik di bidang z
titik
dibidang-w
disebut
pemetaan
atau
transformasi
dari
dibidang w oleh fungsi f.

dengan titiktitik-titik

Pemetaan dapat berupa :


translasi/ pergeseran
rotasi / perputaran
refleksi / pencerminan

15

16

Anda mungkin juga menyukai