Disusun oleh :
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...……ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………….……………………………………………01
1 .1 Latar belakang……………………………………………………………………….01
1 .2 Tujuan……………………………………………………………………………01
1 .3 Manfaat…………………………………………………………………………….02
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………03
2.1 Persamaan Poisson…………………………………………………………………03
2.2 Persamaan Laplace………………………………………………………………...07
2.3 Penurunan Persamaan Poisson dan Laplace…...………………….....................09
2.4 Solusi Hasil Kali Untuk Persamaan Laplace……………………..............................11
2.5 Pemecahan Persamaan Laplace Via Teknik Iterasi Numerik………………………14
2.6 Teorema Keunikan Persamaan Poisson dan Laplace……………………………16
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………20
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….………………20
3.2 Saran………………………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Persamaan Poisson
dan Laplace ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
penulis berterima kasih pada Ibu Afritha Amelia,S.T,M.T selaku Dosen mata kuliah
Medan Elektromagnetik di Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai persamaan Poisson dan Laplace. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna
Medan,November 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Memberikan pemahaman tentang konsep-konsep dasar elektromagnetika yang
terdapat dalam persamaan-persamaan Poisson dan Laplace sebagai sebuah
penggambaran terpadu aspek-aspek kelistrikan dan penerapanya dalam permasalahan
elektromagnetika.
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu memperoleh persamaan-persamaan Poisson dan Laplace dan
penerapannya dalam ilmu Elektromagnetika.
1.3.2 Mahasiswa mampu menerapkn persamaan-persamaan Poisson dan Laplace dalam
pemecahan soal-soal Elektromagnetika maupun matematika.
1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep dasar dari persamaan Poisson dan
Laplace beserta pengambarannya dalam aspek-aspek elektromagnetik.
BAB II
PEMBAHASAN
0
𝑄
∫ 𝐸. 𝑑𝑎 = ……………………………………………………………………… (1.1)
𝑠 𝜀0
Persamaan Poisson dapat dengan mudah diturunkan dari persamaan Hukum Gauss.Yaitu:
𝛻. 𝐷 = 𝜌𝑣 ……………………………………………………………………………. (1.2)
Dimana,
𝜌𝑣
𝛻. 𝛻 𝑉 = 𝜖
…………………………………………………………………….. (1.4)
Persamaan di atas dinamakan Persamaan Poisson. Pada persamaan tersebut ada 2 simbol yang
dibaca “del kuadrat”. Hal ini harus dijabarkan secara jelas dan gamblang posisinya pada
koordinat kartesius atau koordinat silindris atau koordinat spheris.
Jika , ini berarti kerapatan volume muatannya nol, tapi masih ada kemungkinan adanya
kerapatan muatan titik, muatan garis, dan muatan permukaan pada posisi singular sebagai
sumber dari medan, sehingga :
𝛻2 𝑉 = 0 ……………………………………………………………………………. (1.5)
2 1𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉 𝜕2 𝑉
𝛻 𝑉 = (𝜌 )+ ( )+ ……………………………………. (1.6)
𝜌𝜕𝜌 𝜕𝜌 𝜌2 𝜕∅2 𝜕𝑍 2
1𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉
𝛻 2 𝑉 = 𝜕𝑟 ( 𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕∅2 …………………………… (1.7)
𝜕𝜃
Dalam matematika jenis transformasi ini merupakan suatu konsep yang penting sebagai bagian
dari analisis fungsional, yang dapat membantu dalam melakukan analisis sistem invarian-
waktu linier, seperti rangkaian elektronik, osilator harmonik, devais optik dan sistem-sistem
mekanik. Dengan mengetahui deksripsi matematika atau fungsional sederhana dari masukan
atau keluaran suatu sistem, transformasi Laplace dapat memberikan deskripsi funsional
alternatif yang kadang dapat menyederhanakan proses analisis kelakukan dari sistem atau
membuat suatu sistem baru yang berdasarkan suatu kumpulan spesifiik.
Dalam sistem fisik sebenarnya transformasi Laplace sering dianggap sebagai suatu
transformasi dari cara pandang domain-waktu, di mana masukan dan keluaran dimengerti
sebagai fungsi dari waktu, ke cara pandang domain-frekuensi, di mana masukan dan keluaran
yang sama dipandang sebagai fungsi dari frekuensi angular kompleks, atau radian per satuan
waktu. Transformasi ini tidak hanya menyediakan cara mendasar lain untuk mengerti
kelakukan suatu sistem, tetapi juga secara drastis mengurangi kerumitan perhitungan
matematika yang dibutuhkan dalam menganalisis suatu sistem.
Transformasi Laplace memiliki peran penting dalam aplikasi-aplikasi dalam bidang fisika,
optik, rekayasa listrik, rekayasa kendali, pemrosesan sinyal dan teori kemungkinan.
Nama transformasi ini diberikan untuk menghormati seorang ahli matematika dan astronomi,
Pierre-Simon Laplace, yang menggunakan teknik transformasi ini pada hasil karyanya dalam
teori kemungkinan. Sebenarnya teknik ini ditemukan sebelumnya oleh Leonhard Euler,
seorang ahli matematika prolific Swiss abad kedelapanbelas.
Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi Jika V hanya bergantung pada variabel x
saja, maka persamaan umum Laplace menjadi sebagai berikut:
𝜕2 𝛻
𝜕𝑥2
= 0 …………………………………………………………………...……….. (2.1)
𝛻 = 𝑚𝑥 + 𝑏 ............................................................................................................. (2.2)
Da
ri penyelesaian umum tersebut m dan b merupakan besaran umum yang tidak diketahui
nilainya, yang merupakan jawaban dari persamaan differensial orde dua yang dicari
menggunakan syarat batas.
V1=mx1+b , b= mx2+b
𝑉 −𝑉 𝑉2 𝑋1 −𝑉1 𝑋2
𝑚 = 𝑋1 −𝑋2 , 𝑏 =
1 2 𝑋1 −𝑋2
Dan
Jika diperoleh syarat batas V=0 untuk X=0 dan V=V0 pada x = d, maka:
𝑉0
𝑚= ,𝑏 = 0 …………………………………………………………………… (2.5)
𝑑
Sehingga
𝑉𝑂 𝑋
𝑉= ………………………………………………………………………….. (2.6)
𝑑
𝛻. 𝐷 = 𝜌𝑣 ……………………………………………………………………………… (3.1)
Dimana D adalah:
D =∈ 𝐸 ………………………………………………………………………………… (3.2)
E = -𝛻 𝑉 …………………………………………………………………………………(3,3)
𝛻. 𝐷 = 𝛻 . (∈ 𝐸) = −𝛻 . (∈ 𝛻 𝑉) = 𝜌𝑣 …………………………………………………. (3.4)
Atau
𝜌𝑣
𝛻. 𝛻𝑉 = − ∈
…………..………………………………………………………………… (3.5)
Dalam persamaan Laplace dua dimensi maka nilai V bergantung pada dua variable
yakni x dan y sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut:
𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
𝜑𝑥2
+ 𝜑𝑦2
= 0 ………………………………………………………………………… (3.7)
a) Nilai V ditulis (x, y) adalah rata-rata dari sekeliling titik jika digambarkan lingkaran
dengan jari-jari R yang terkait dengan titik (x, y) maka harga rata-rata V pada
lingkaran adalah sama dengan harga pada pusat lingkaran.
1
𝑉(𝑥, 𝑦) = 0
2𝜋𝑅 ∫𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 𝑉𝑑𝑙
………………………………………………………………….(3.8)
b) V tidak ada lokasi maksimum atau minimal, harga ekstrem terjadi pada batas.
Jika V bergantung dari segitiga variabel x, y, dan z maka persamaan Laplace seperti
persamaan umumnya, yaitu:
𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
𝜕𝑥2
+ 𝜕𝑦2
+ 𝜕𝑧2
= 0 ………………………………………………………………….. (3.9)
1
𝑉(𝑃) = 0
4𝜋𝑅 2 ∫𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑉𝑑𝑎
………………………………………………………(3.10)
Pada sub bab ini. kita akan berhadapan dengan medan-medan potensial yang
merupakan fungsi terhadap lebih dari satu variabel di dalam sebuah sistem koordinat.
Meskipun contoh-contoh yang disajikan di sini hanya membicarakan sistem koordinat persegi.
metode solusi yang digunakan dapat diterapkan secara umum pada semua sistem koordinat.
Akan tetapi. secara sengaja kita akan melewatkan pembahasan sistem-sisrem koordinar lainnya
di sini. karena untuk sistem-sistem ini medan porensial akan melibatkan fungsi-fungsi
matematika yang lebih kompleks. semisal fungsi Bessel dan fungsi-fungsi harmonik silindris
dan bola. Kepentingan utama kita di dalam pembahasan ini adalah membicarakan teknik-teknik
dan metode-metode untuk menyelesaikan berbagai permasalahan medan elektrostatik, dan
bukan untuk mempelajari fungsi-fungsi matematika tingkat lanjut.
Kita dapat mengambil kasus yang paling umum dengan mengasumsikan bahwa medan
potensial adalah sebuah fungsi dari koordinat x dan y saja. sehingga persamaan Laplace
menjadi
𝜕2 𝑉 𝜕2 𝑉
𝛻2 𝑉 = + …………………………………………………………………… (4.1)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Jika diasumsikan bahwa penyelesaiannya merupakan perkalian dan besarnya tiap-tiap fungsi
maka,
𝜕2 𝜕2
𝜕𝑥2
𝑋𝑌 + 𝜕𝑦2 𝑋𝑌 = 0 ………………………………………………………….…...(4.3)
𝜕2 𝜕2
𝑌 2
𝑋+𝑋 𝑋 = 0 …………………………………………………………… (4.4)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 2
Karena X tidak mengandung y dan Y tidak mengandung x maka dapat ditulis sebagai berikut:
𝑑2 𝑑2
𝑌 𝑑𝑥 2 𝑋 + 𝑋 𝑑𝑦 2 𝑋 = 0 ……………………………………………………………(4.5)
1 𝑑2 𝑋 1 𝑑2 𝑌 1 𝑑2 𝑋 1 𝑑2 𝑌
+ 𝑌 𝑑𝑦 2 = 0 atau = − 𝑌 𝑑𝑦 2 ……………………………………….……….. (4.6)
𝑋 𝑑𝑥 2 𝑋 𝑑𝑥 2
1 𝑑2 𝑋
Agar ruas kiri dan ruas kanan dalam persamaan 4.6 sama maka 𝑋 𝑑𝑥 2 tidak boleh merupakan
1 𝑑2 𝑌
fungsi x dan𝑌 𝑑𝑦 2tidak boleh merupakan fungsi y. Oleh karena itu agar sama, maka kedua-
Selanjutnya. kita mengasumsikan lebih jauh lagi bahwa medan potensial dapat
dinyatakan dalam bentuk sebuah fungsi yang merupakan hasil perkalian antara sebuah fungsi
terhadap x saja dan sebuah fungsi terhadap y saja. Asumsi ini nampaknya akan sangat
membatasi bentuk solusi yang mungkin, seperti misalnya V = x + y. atau fungsi penjumlahan
apapun antara x dan y. namun kita perlu memperhatikan bahwa persamaan Laplace adalah
sebuah persamaan linear, sehingga penjumlahan dua buah solusi berlaku pula sebagai sebuah
solusi. Kita dapat memandang V = x + y sebagai jumlah dua solusi V¹ : x dan V² : y. di mana
masing-masingnya adalah sebuah solusi trivial dari persamaan (hasil kali) Laplace.
Bila sebuah fungsi : direpresentasikan sebagai X dan sebuah fungsi y sebagai Y maka fungsi
medan potensial adalah
V= XY…………………………………………………………………………………… (4.7)
Bentuk alternatif untuk solusi ini dapat diperoleh dengan menyatakan fungsi hiperbolik dalam
suku-suku eksponensial, mengelompokkan suku-suku yang sama, kemudian memilih
konstanta-konstanta pengganti A' dan B'.
Mengalihkan perhatian kita ke persamaan (4.8), kita dapat memperoleh pemecahan untuk
penamaan ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya; menghasilkan dua buah deret
pangkat yang dapat disederhanakan menjadi sebuah fungsi sinus dan sebuah fungsi kosinus,
Sehingga,
Sebelum beranjak ke penerapan metode ini di dalam sebuah contoh soal, marilah kita terlebih
dahulu mencoba memahami pengejawantahan fisik dari medan potensial diatas, dengan
mengasumsikan nilai nilai sederhana untuk konstanta konstanta (36). Bila kita memilih
Faktor sin αx bernilai nol untuk x = 0, dan bertambah besar nilainya seiring dengan
kenaikan x, hingga mendekati sebuah fungsi eksponesial, karena
Faktor sin αy menyebabkan potensial akan bernilai nol untuk y = 0, 𝑦 = 𝜋/α, y =2π/α,
dan seterusnya. Oleh karena itu, kita dapat meletakkan bidang-bidang potensial nol pada ketiga
lokasi x = 0, y = 0, dan y = π/α. Terakhir, kita dapat mendefinisikan permukaan ekipotensial
V1 dengan menjadikan V = V1 pada (37), yang menghasilkan
Sinh αx sin αy = 1
Atau
1
αy = s𝑖𝑛 = 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑥 ………………………………………………………………………... (4.13)
Persamaan ini bukanlah persamaan yang kita kenal dengan baik, namun sebuah kalkulator saku
dan seperangkat table trigonometri sudah cukup memadai uintuk membantu kita menentukan
nilai-nilai yang diperlukan untuk membuat plot αy sebagai fungsi dari αx. Kurva yang
dihasilkan oleh plot pada gambar 7.4.perhatikan bahwa kurva ini memiliki nilai ganda simetris
terhadap garis αy = π/2, jika αy dibatasi nilainya didalam interval antara 0 hingga π. Informasi
di dalam gambar 7.4 yang memperlihatkan permukaan-permukaan konduktor ekipontesial V
= 0 dan V = V1.
2.5 Pemecahan Persamaan Laplace Via Teknik Iterasi Numerik
Gambar 5.1 Bidang penampang berbentuk bujur sangkar dari sebuah pipa persegi dengan
sisi-sisi sebelah kiri, bawah, dan kanan pada potensial nol dan sisi atas pada 100 V. Penampang
melintang ini dibentuk menjadi sebuah grid dengan 16 bujur sangkar, dan potensial
diperkirakan untuk tiap-tiap titik sudut. Nilai-nilai taksiran yang lebih akurat dapat diperoleh
dengan iterasi numerik
Diagonal ini hanya bileh dilakukan saat menentukan nilai-nilai perkiraan awal. Untuk dua
bujursangkar besar disebelah atas. Kota menetapkan potensial 50 V untuk masing-masing
1
celah di kiri dan kanan (nilai rata-rata dari 0 dan 100), sehingga V = 4 (50 + 100 + 25 + 0)
= 43,8 (dibulatkan kesatu angka desimal terdekat)2 di titik pusat keduanya. Untuk dua
bujursangkar besar di sebelah bawah.
1
.𝑉 = 4 (0 + 25 + 0 + 0) = 6,2 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (5.1)
Iterasi pertama kini akan dilakukan untuk mengoreksi nilai-nilai perkiraan awal, dimulai
dari titik sudut di sebelah kiri atas (yang memiliki nilai 43,8, bukanya titik sudut yang
berhempit dengan celah), kemudian melanjutkan ke arah kanan hingga selesai, turun ke baris
berikutnya, dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Sehingga nilai 43,8 akan di koreksi.
1
menjadi 𝑉 = 4 (100 + 53,2 + 18,8 + 0) = 43,0 . Nilai potensial terbaru akan selalu
digunakan ketika menerapkan persamaan (40), sehingga kedua titik yang ditandai bernilai
43,8 akan diganti nilainya menjadi 43,0, karena keduannya saling simetris, dan karenanya nilai
1
53,2 dikoreksi menjadi 𝑉 = 4 (100 + 43,0 + 25,0 + 43,0) = 52,8.
Karena posisi simetris yang disebutkan di atas pula, kita tidak perlu melanjutkan ke
arah kanan pada baris pertama. Semua titik pada baris ini telah mendapatkan nilai koreksinya.
Berpindah ke baris kedua, nilai 18,8 diperbaiki menjadi
1
𝑉 = (43,0 + 25,0 + 6,2 + 0) = 18,6
4
dan iterasi diteruskan dengan cara yang sama. Nilai- nilai koreksinya yang diperoleh dari
iterasi pertama ini dituliskan pada posisi paling atas pada tiap-tiap petak dalam Gambar 7.10.
Iterasi ini harus diulangi sebanyak-banyaknya hingga nilai-nilai potensial ini tidak lagi berubah.
Nilai-nilai yang diperoleh dari setiap iterasi biasanya dituliskan di bawah nilai dari iterasi
𝛻 2 𝑉1 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝛻 2 𝑉2 = 0 ……………………………………………………(6.1)
Pembuktiannya adalah:
𝛻 2 𝑉3 = 𝛻 2 𝑉1 − 𝛻 2 𝑉2 = ⋯ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.2)
Dan nilai nol untuk semua untuk semua perbatasa.Sekali lagi persamaan Laplace tidak
menghendaki nilai maksimum dan minimum di suatu lokasi, harga ekstrim terjadi
pada perbatasan. Oleh karena itu nilai maksimum dan minimum dari V3 = 0,
selanjutnya V3 = 0 dimana saja, akibatnya adalah:
V1=V2……………………………………………………………………………………………………………………. (6.3)
Teorema keunikan pertama ditetapkan untuk daerah yang tidak ada muatan, sehingga
memenuhi persamaan Laplace. Teorema keunikan pertama juga dapat digunakan
untuk daerah yang ada muatannya, sehingga dalam hal ini menggunakan persamaan
𝜌
Poisson 𝛻2 𝑉 = − 𝜀 .Adapun cara penyelesaiannya sama, yaitu diambil V3 = V1– V2
0
Suatu cara yang sederhana dalam menetapkan seperangat syarat batas adalah
dengan memberikan ahrga V pada semua permukaan yang mengelilingi suatu daerah
tertentu. Kondisi tersebut sering terjadi dalam praktek. Prakteknya di laboratorium,
misalkan kawat konduktor dihubungkan baterai dengan potensial teetentu, atau
dihubungkan dengan tanah (V = 0). Tetapi, ada keadaan dimana potensial
diperbatasan tidak diketahui, melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan
konduktor diketahui harganya.Misalnya muatan Q1 pada konduktor 1, Q2 pada
konduktor ke 2, dan seterusnya. Daerah antara konduktor diketahui juga rapat
muatannya ρ pada Gambar 6 .2.
𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
∫𝑠 𝐸1 . 𝑑𝑎 = dan∫𝑠 𝐸2 . 𝑑𝑎 = ………………………………
𝜀0 𝜀0
(6.4)
Dengan Smeliputi semua permukaan batas daerah ruang, termasuk semua permukaan
konduktor dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi setiap permukaan (jika batas
luar adalah tak hingga V3=0) maka persamaan 6.8 menjadi sebagai berikut:
Tetapi integralnya tidak pernah negative, namun integral dapat diabaikan jika E3=0
disetiap tempat akibatnya E1=E2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pada persamaan Poisson tersebut ada 2 simbol yang dibaca “del
kuadrat”. Hal ini harus dijabarkan secara jelas dan gamblang posisinya
pada koordinat kartesius atau koordinat silindris atau koordinat spheris.
3.1.2 Jika , ini berarti kerapatan volume muatannya nol, tapi masih ada
kemungkinan adanya kerapatan muatan titik, muatan garis, dan muatan
permukaan pada posisi singular sebagai sumber dari medan,
sehingga 𝛻2 𝑉 = 0
3.1.3 Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan
permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan
keluaran, dengan melakukan transformasi dari suatu domain
pengamatan ke domain pengamatan yang lain.
3.1.4 Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi Jika V hanya bergantung pada
𝜕2 𝛻
variabel x saja, maka persamaan umum Laplace menjadi 𝜕𝑥2
=0
3.1.5 persamaan Laplace dua dimensi maka nilai V bergantung pada dua
𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
variable yakni x dan y sehingga persamaannya menjadi 𝜑𝑥2
+ 𝜑𝑦2
=0
3.2 Saran
3.2.1 Dari pembahasan makalah tentng persamaan Poisson dan Laplace ,penulis sadar
bahwa makalah jauh dari kata sempurna oleh karena itu segala kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan dan kemajuan
penulis.
3.2.2 Mengharapkan setiap kelompok agar memberi pertanyaan tentang materi yang
tidak dimengerti dari makalah ini.
3.2.3 Mengpkan setiap peserta diskusi dan pembaca dapat mengaplikasikan materi di
persoalan yang berhubungan dengan materi.
Daftar Pustaka
Sailah, Siti. 2014. Medan Elektromagnetik (Teori Dan Contoh Soal). Yogyakarta: Penerbit
Andi
Pribowo, Arief. 2013. Persamaan Poisson dan Persamaan Laplace. Universitas Brawijaya.
Diakses pada tanggal 20 November 2019 pukul 23:47 di link :
http://blog.ub.ac.id/ariefpriwibowo/2013/12/25/persamaan-poisson-dan-persamaan-laplace/
Thea,Elva. 2014.Implementasi Persamaan Poisson dan Laplace di Dalam Fisika. Diakses tanggal 03
Desember pukul 21:09 di link: https://www.slideshare.net/elvathea/implementasi-persamaan-
poisson-dan-persamaan-laplace-di-dalam-fisika
Faisal Anwar, dkk.2013. Persamaan Poisson.Slide Share.Diakses tanggal 02 Desember pukul 20:45 di
link : https://www.slideshare.net/dharty_su/persamaan-poisson