Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MEDAN ELEKTROMAGNETIK

“Persamaan Poisson dan Laplace”

Disusun oleh :

Sionariya Br Sembiring 1805062015


Siti Lusitya Wati 1805062004
Sumitro Haholongan B 1805062039
Tesalonika Br Ginting 1805062026
Jurusan Teknik Elekto

Program Studi Teknik Telekomunikasi

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...……ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………….……………………………………………01
1 .1 Latar belakang……………………………………………………………………….01
1 .2 Tujuan……………………………………………………………………………01
1 .3 Manfaat…………………………………………………………………………….02
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………………03
2.1 Persamaan Poisson…………………………………………………………………03
2.2 Persamaan Laplace………………………………………………………………...07
2.3 Penurunan Persamaan Poisson dan Laplace…...………………….....................09
2.4 Solusi Hasil Kali Untuk Persamaan Laplace……………………..............................11
2.5 Pemecahan Persamaan Laplace Via Teknik Iterasi Numerik………………………14
2.6 Teorema Keunikan Persamaan Poisson dan Laplace……………………………16
BAB 3 PENUTUP……………………………………………………………………………20
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………….………………20
3.2 Saran………………………………………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..22
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Persamaan Poisson
dan Laplace ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
penulis berterima kasih pada Ibu Afritha Amelia,S.T,M.T selaku Dosen mata kuliah
Medan Elektromagnetik di Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan tugas ini
kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai persamaan Poisson dan Laplace. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna

Medan,November 2019
Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini merupakan makalah yang membahas tentang materi dari mata kuliah
Medan Elektromagnetik yang mana materi ini juga dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan pada pembelajaran atau soal-soal Fisika maupun Matematika.
Makalah ini juga berisi tentang metode-metode khusus dalam pemecahan soal fisika dan
elektrostatika.Persamaan-persamaan Poisson dan Laplace,Keunikan Persamaan Poisson
dan Laplace,beserta contoh soal dari Persamaan Poisson dan Laplace.
Di dalam makalah ini, kita akan melanjutkan pembicaraan mengenai masalah nilai batas
dengan menggunakan piranti matematikayang secara spesifik dirancang untuk masalah
ini.Persamaan Poisson dan Laplace ini memungkinkan kita untuk menentukan medan-
medan potensial pada suatu daerah yang dibatasi atau dilingkupi oleh permukaan-
permukaan ekipotensial atau kerapatan muatan tertentu.
Soal-soal dalam dimensi tunggal hingga tiga dimensi akan dapat diselesaikan secara
analitik dan numerik,Jika dibandingkan dengan metode lainya yang sudah kita pelajari.
Persamaan Poisson dan Laplace adala yang paling mungkin digunakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan untuk situasi praktis maupun teoritis.Berbagai
permasalahan di bidang teknologi dewasa ini sudah melibatkan begitu banyak perangkat
yang bekerja dengan prinsip ini.Dimana suatu tegangan eksternal diberikan yang
mengakibatkan timbulnya potensial konstan pada permukaan-permukaan.Dari solusi yang
diberikan oleh metode ini medan listrik dengan mudah ditentukan melalui gradien negatif
potensial listrik seperti biasanya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Memberikan pemahaman tentang konsep-konsep dasar elektromagnetika yang
terdapat dalam persamaan-persamaan Poisson dan Laplace sebagai sebuah
penggambaran terpadu aspek-aspek kelistrikan dan penerapanya dalam permasalahan
elektromagnetika.

1.2.2 Memberikan kemampuan dan pemahaman untuk menerapkannya metode-metode


khusus dari persmaan Poisson dan Laplace untuk memecahkan permasalahan atau
persoalan-persoalan elektromagnetik.
1.2.3 Memiliki sikap teoritis dalam memecahkan persoalan Matematika dan
Elektromagnetika dengan menggunakan persamaan Poisson dan Laplace.

1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa mampu memperoleh persamaan-persamaan Poisson dan Laplace dan
penerapannya dalam ilmu Elektromagnetika.
1.3.2 Mahasiswa mampu menerapkn persamaan-persamaan Poisson dan Laplace dalam
pemecahan soal-soal Elektromagnetika maupun matematika.
1.3.3 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep-konsep dasar dari persamaan Poisson dan
Laplace beserta pengambarannya dalam aspek-aspek elektromagnetik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Persamaan Poisson

Untuk menentukan metode khusus dalam penentuan potensial, dapat digunakan


persamaan poison.Untuk itu perlu di bahas mengenai Hukum Gauss. Di mana secara
matematis Hukum Gauss dinyatakan sebagai berikut :

0
𝑄
∫ 𝐸. 𝑑𝑎 = ……………………………………………………………………… (1.1)
𝑠 𝜀0

Persamaan Poisson dapat dengan mudah diturunkan dari persamaan Hukum Gauss.Yaitu:

𝛻. 𝐷 = 𝜌𝑣 ……………………………………………………………………………. (1.2)

Dimana,

𝐷 =∈ 𝐸 𝑑𝑎𝑛 𝐸 = −𝛻 𝑉 ……………………………………………………………... (1.3)

Sehingga setelah disubstitusikan akan menghasilkan

𝜌𝑣
𝛻. 𝛻 𝑉 = 𝜖
…………………………………………………………………….. (1.4)
Persamaan di atas dinamakan Persamaan Poisson. Pada persamaan tersebut ada 2 simbol yang
dibaca “del kuadrat”. Hal ini harus dijabarkan secara jelas dan gamblang posisinya pada
koordinat kartesius atau koordinat silindris atau koordinat spheris.

Jika , ini berarti kerapatan volume muatannya nol, tapi masih ada kemungkinan adanya
kerapatan muatan titik, muatan garis, dan muatan permukaan pada posisi singular sebagai
sumber dari medan, sehingga :

𝛻2 𝑉 = 0 ……………………………………………………………………………. (1.5)

Sedangkan penjabaran untuk posisi pada koordinat silindris

2 1𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉 𝜕2 𝑉
𝛻 𝑉 = (𝜌 )+ ( )+ ……………………………………. (1.6)
𝜌𝜕𝜌 𝜕𝜌 𝜌2 𝜕∅2 𝜕𝑍 2

Sedangkan untuk penjabaran pada koordinat spheris

1𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕 𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉
𝛻 2 𝑉 = 𝜕𝑟 ( 𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 (𝑠𝑖𝑛𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕∅2 …………………………… (1.7)
𝜕𝜃

2.2 Persamaan Laplace

Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan permasalahan


dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan keluaran, dengan melakukan transformasi
dari suatu domain pengamatan ke domain pengamatan yang lain.

Dalam matematika jenis transformasi ini merupakan suatu konsep yang penting sebagai bagian
dari analisis fungsional, yang dapat membantu dalam melakukan analisis sistem invarian-
waktu linier, seperti rangkaian elektronik, osilator harmonik, devais optik dan sistem-sistem
mekanik. Dengan mengetahui deksripsi matematika atau fungsional sederhana dari masukan
atau keluaran suatu sistem, transformasi Laplace dapat memberikan deskripsi funsional
alternatif yang kadang dapat menyederhanakan proses analisis kelakukan dari sistem atau
membuat suatu sistem baru yang berdasarkan suatu kumpulan spesifiik.

Dalam sistem fisik sebenarnya transformasi Laplace sering dianggap sebagai suatu
transformasi dari cara pandang domain-waktu, di mana masukan dan keluaran dimengerti
sebagai fungsi dari waktu, ke cara pandang domain-frekuensi, di mana masukan dan keluaran
yang sama dipandang sebagai fungsi dari frekuensi angular kompleks, atau radian per satuan
waktu. Transformasi ini tidak hanya menyediakan cara mendasar lain untuk mengerti
kelakukan suatu sistem, tetapi juga secara drastis mengurangi kerumitan perhitungan
matematika yang dibutuhkan dalam menganalisis suatu sistem.

Transformasi Laplace memiliki peran penting dalam aplikasi-aplikasi dalam bidang fisika,
optik, rekayasa listrik, rekayasa kendali, pemrosesan sinyal dan teori kemungkinan.

Nama transformasi ini diberikan untuk menghormati seorang ahli matematika dan astronomi,
Pierre-Simon Laplace, yang menggunakan teknik transformasi ini pada hasil karyanya dalam
teori kemungkinan. Sebenarnya teknik ini ditemukan sebelumnya oleh Leonhard Euler,
seorang ahli matematika prolific Swiss abad kedelapanbelas.

Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi Jika V hanya bergantung pada variabel x
saja, maka persamaan umum Laplace menjadi sebagai berikut:

𝜕2 𝛻
𝜕𝑥2
= 0 …………………………………………………………………...……….. (2.1)

Dengan penyelesaian umum dari persamaan tersebut memenuhi:

𝛻 = 𝑚𝑥 + 𝑏 ............................................................................................................. (2.2)
Da
ri penyelesaian umum tersebut m dan b merupakan besaran umum yang tidak diketahui
nilainya, yang merupakan jawaban dari persamaan differensial orde dua yang dicari
menggunakan syarat batas.

Misalnya V = V1 pada saat x = x1 dan V = V2 pada saat x = x2 maka melalui persamaan


akan diperoleh:

V1=mx1+b , b= mx2+b
𝑉 −𝑉 𝑉2 𝑋1 −𝑉1 𝑋2
𝑚 = 𝑋1 −𝑋2 , 𝑏 =
1 2 𝑋1 −𝑋2

Dan

𝑉1 (𝑋−𝑋1 )−𝑉2 (𝑋−𝑋2 )


𝑉 == ………………………………………………………. (2.3)
𝑋1 −𝑋2

Jika diperoleh syarat batas V=0 untuk X=0 dan V=V0 pada x = d, maka:

𝑉0
𝑚= ,𝑏 = 0 …………………………………………………………………… (2.5)
𝑑

Sehingga

𝑉𝑂 𝑋
𝑉= ………………………………………………………………………….. (2.6)
𝑑

2.3 Penurunan Persamaan Poisson dan Laplace

2.3.1 Penurunan persamaan Poisson

Menurunkan persamaan Poisson merupakan pekerjaan yang cukup sederhana,karena


dari bentuk titik Hukum Gauss:

𝛻. 𝐷 = 𝜌𝑣 ……………………………………………………………………………… (3.1)

Dimana D adalah:

D =∈ 𝐸 ………………………………………………………………………………… (3.2)

Dan persamaan gradient

E = -𝛻 𝑉 …………………………………………………………………………………(3,3)

Dan dengan serangkain penyulihan (subtitusi) akan diperoleh :

𝛻. 𝐷 = 𝛻 . (∈ 𝐸) = −𝛻 . (∈ 𝛻 𝑉) = 𝜌𝑣 …………………………………………………. (3.4)

Atau
𝜌𝑣
𝛻. 𝛻𝑉 = − ∈
…………..………………………………………………………………… (3.5)

Untuk sebuah permukaa homoen dimana ∈ bernilai konstan.Persamaan 3.5 adalah


persamaan poisson,namun operasi matematika "𝛻 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎" pada persamaan ini harus diuraikan
dan disederhanakan terlebih dahulu,setidaknya dalam koordinat persegi,agar kita dapat
menggunakanya.Di dalam sistem koordinat persegi.

𝜕𝐴𝑥 𝜕𝐴𝑦 𝜕𝐴𝑧


𝛻 .𝐴 =
𝜕𝑥
+ + …………………………………………………………………..(3.6)
𝜕𝑦 𝜕𝑧

2.3.2 Penurunan persamaan Laplace dua dimensi

Dalam persamaan Laplace dua dimensi maka nilai V bergantung pada dua variable
yakni x dan y sehingga persamaannya menjadi sebagai berikut:

𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
𝜑𝑥2
+ 𝜑𝑦2
= 0 ………………………………………………………………………… (3.7)

Penyelesaian yang didapat akan memiliki dua sifat, yaitu:

a) Nilai V ditulis (x, y) adalah rata-rata dari sekeliling titik jika digambarkan lingkaran
dengan jari-jari R yang terkait dengan titik (x, y) maka harga rata-rata V pada
lingkaran adalah sama dengan harga pada pusat lingkaran.
1
𝑉(𝑥, 𝑦) = 0
2𝜋𝑅 ∫𝑐𝑖𝑟𝑐𝑙𝑒 𝑉𝑑𝑙

………………………………………………………………….(3.8)

b) V tidak ada lokasi maksimum atau minimal, harga ekstrem terjadi pada batas.

2.3.3 Penurunan persamaan Laplace tiga dimensi

Jika V bergantung dari segitiga variabel x, y, dan z maka persamaan Laplace seperti
persamaan umumnya, yaitu:

𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
𝜕𝑥2
+ 𝜕𝑦2
+ 𝜕𝑧2
= 0 ………………………………………………………………….. (3.9)

Penyelesaian V yang diperoleh akan memiliki dua sifat, yaitu:


a) Nilai V pada titik P adalah merupakan nilai rata-rata pada permukaan bola berjari-jari
R dengan titik pusat P.

1
𝑉(𝑃) = 0
4𝜋𝑅 2 ∫𝐿𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑜𝑙𝑎 𝑉𝑑𝑎

………………………………………………………(3.10)

b) Sebagai konsekuensinya, V dapat tidak ada lokasi maksimum atau minimum


sedangkan nilai ekstrem V terjadi pada batas. Jika V di P, maka dapat digambarkan
suatu bola yang mengelilingi P yang semua harga dari V akan lebih kecil dari pada
harga V di P

2.4 Solusi Hasil Kali Untuk Persamaan Laplace

Pada sub bab ini. kita akan berhadapan dengan medan-medan potensial yang
merupakan fungsi terhadap lebih dari satu variabel di dalam sebuah sistem koordinat.
Meskipun contoh-contoh yang disajikan di sini hanya membicarakan sistem koordinat persegi.
metode solusi yang digunakan dapat diterapkan secara umum pada semua sistem koordinat.
Akan tetapi. secara sengaja kita akan melewatkan pembahasan sistem-sisrem koordinar lainnya
di sini. karena untuk sistem-sistem ini medan porensial akan melibatkan fungsi-fungsi
matematika yang lebih kompleks. semisal fungsi Bessel dan fungsi-fungsi harmonik silindris
dan bola. Kepentingan utama kita di dalam pembahasan ini adalah membicarakan teknik-teknik
dan metode-metode untuk menyelesaikan berbagai permasalahan medan elektrostatik, dan
bukan untuk mempelajari fungsi-fungsi matematika tingkat lanjut.

Kita dapat mengambil kasus yang paling umum dengan mengasumsikan bahwa medan
potensial adalah sebuah fungsi dari koordinat x dan y saja. sehingga persamaan Laplace
menjadi

𝜕2 𝑉 𝜕2 𝑉
𝛻2 𝑉 = + …………………………………………………………………… (4.1)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2

Jika diasumsikan bahwa penyelesaiannya merupakan perkalian dan besarnya tiap-tiap fungsi
maka,

V(x,y) = X(x) Y(y) ……………………………………………………………………………………………………(4.2)


Jika persamaan 4.1 didistribusi ke persamaan 4.2 diperoleh:

𝜕2 𝜕2
𝜕𝑥2
𝑋𝑌 + 𝜕𝑦2 𝑋𝑌 = 0 ………………………………………………………….…...(4.3)

Dan dapat ditulis:

𝜕2 𝜕2
𝑌 2
𝑋+𝑋 𝑋 = 0 …………………………………………………………… (4.4)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 2

Karena X tidak mengandung y dan Y tidak mengandung x maka dapat ditulis sebagai berikut:

𝑑2 𝑑2
𝑌 𝑑𝑥 2 𝑋 + 𝑋 𝑑𝑦 2 𝑋 = 0 ……………………………………………………………(4.5)

Persamaan 4.5 dibagi dengan XY, akan diperoleh:

1 𝑑2 𝑋 1 𝑑2 𝑌 1 𝑑2 𝑋 1 𝑑2 𝑌
+ 𝑌 𝑑𝑦 2 = 0 atau = − 𝑌 𝑑𝑦 2 ……………………………………….……….. (4.6)
𝑋 𝑑𝑥 2 𝑋 𝑑𝑥 2

1 𝑑2 𝑋
Agar ruas kiri dan ruas kanan dalam persamaan 4.6 sama maka 𝑋 𝑑𝑥 2 tidak boleh merupakan
1 𝑑2 𝑌
fungsi x dan𝑌 𝑑𝑦 2tidak boleh merupakan fungsi y. Oleh karena itu agar sama, maka kedua-

duanya harus merupakan konstanta atau tetapan

Selanjutnya. kita mengasumsikan lebih jauh lagi bahwa medan potensial dapat
dinyatakan dalam bentuk sebuah fungsi yang merupakan hasil perkalian antara sebuah fungsi
terhadap x saja dan sebuah fungsi terhadap y saja. Asumsi ini nampaknya akan sangat
membatasi bentuk solusi yang mungkin, seperti misalnya V = x + y. atau fungsi penjumlahan
apapun antara x dan y. namun kita perlu memperhatikan bahwa persamaan Laplace adalah
sebuah persamaan linear, sehingga penjumlahan dua buah solusi berlaku pula sebagai sebuah
solusi. Kita dapat memandang V = x + y sebagai jumlah dua solusi V¹ : x dan V² : y. di mana
masing-masingnya adalah sebuah solusi trivial dari persamaan (hasil kali) Laplace.

Bila sebuah fungsi : direpresentasikan sebagai X dan sebuah fungsi y sebagai Y maka fungsi
medan potensial adalah

V= XY…………………………………………………………………………………… (4.7)
Bentuk alternatif untuk solusi ini dapat diperoleh dengan menyatakan fungsi hiperbolik dalam
suku-suku eksponensial, mengelompokkan suku-suku yang sama, kemudian memilih
konstanta-konstanta pengganti A' dan B'.

X = A'eαx + B'e-αx……………………………………………………………………………………………………………….. (4.8)

Mengalihkan perhatian kita ke persamaan (4.8), kita dapat memperoleh pemecahan untuk
penamaan ini dengan cara yang sama seperti sebelumnya; menghasilkan dua buah deret
pangkat yang dapat disederhanakan menjadi sebuah fungsi sinus dan sebuah fungsi kosinus,
Sehingga,

Y =C cos αy + D sin αy ………………………………………………………………. (4.9)

Dari kedua persamaan untuk X dan Y kita mendapatkan penamaan potensial

V = XY = (A cosh αx + B sinh αx)(C cos αy + D sin αy)………………………………(4.10)

Sebelum beranjak ke penerapan metode ini di dalam sebuah contoh soal, marilah kita terlebih
dahulu mencoba memahami pengejawantahan fisik dari medan potensial diatas, dengan
mengasumsikan nilai nilai sederhana untuk konstanta konstanta (36). Bila kita memilih

A = 0, C = 0, dan BD = V1, maka kita mendapatkan

V = V1sinhαx sin αy …………………………………………………………………… (4.11)


Gambar 4.1 grafik untuk sebuah fungsi bernilai ganda

Faktor sin αx bernilai nol untuk x = 0, dan bertambah besar nilainya seiring dengan
kenaikan x, hingga mendekati sebuah fungsi eksponesial, karena

Sinh αx = ½ (e – 𝑒 𝛼𝑥 )………………………………………………………………….. (4.12)

Faktor sin αy menyebabkan potensial akan bernilai nol untuk y = 0, 𝑦 = 𝜋/α, y =2π/α,
dan seterusnya. Oleh karena itu, kita dapat meletakkan bidang-bidang potensial nol pada ketiga
lokasi x = 0, y = 0, dan y = π/α. Terakhir, kita dapat mendefinisikan permukaan ekipotensial
V1 dengan menjadikan V = V1 pada (37), yang menghasilkan

Sinh αx sin αy = 1

Atau

1
αy = s𝑖𝑛 = 𝑠𝑖𝑛𝛼 𝑥 ………………………………………………………………………... (4.13)

Persamaan ini bukanlah persamaan yang kita kenal dengan baik, namun sebuah kalkulator saku
dan seperangkat table trigonometri sudah cukup memadai uintuk membantu kita menentukan
nilai-nilai yang diperlukan untuk membuat plot αy sebagai fungsi dari αx. Kurva yang
dihasilkan oleh plot pada gambar 7.4.perhatikan bahwa kurva ini memiliki nilai ganda simetris
terhadap garis αy = π/2, jika αy dibatasi nilainya didalam interval antara 0 hingga π. Informasi
di dalam gambar 7.4 yang memperlihatkan permukaan-permukaan konduktor ekipontesial V
= 0 dan V = V1.
2.5 Pemecahan Persamaan Laplace Via Teknik Iterasi Numerik

Gambar 5.1 Bidang penampang berbentuk bujur sangkar dari sebuah pipa persegi dengan
sisi-sisi sebelah kiri, bawah, dan kanan pada potensial nol dan sisi atas pada 100 V. Penampang
melintang ini dibentuk menjadi sebuah grid dengan 16 bujur sangkar, dan potensial
diperkirakan untuk tiap-tiap titik sudut. Nilai-nilai taksiran yang lebih akurat dapat diperoleh
dengan iterasi numerik

Diagonal ini hanya bileh dilakukan saat menentukan nilai-nilai perkiraan awal. Untuk dua
bujursangkar besar disebelah atas. Kota menetapkan potensial 50 V untuk masing-masing
1
celah di kiri dan kanan (nilai rata-rata dari 0 dan 100), sehingga V = 4 (50 + 100 + 25 + 0)

= 43,8 (dibulatkan kesatu angka desimal terdekat)2 di titik pusat keduanya. Untuk dua
bujursangkar besar di sebelah bawah.

1
.𝑉 = 4 (0 + 25 + 0 + 0) = 6,2 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (5.1)

Iterasi pertama kini akan dilakukan untuk mengoreksi nilai-nilai perkiraan awal, dimulai
dari titik sudut di sebelah kiri atas (yang memiliki nilai 43,8, bukanya titik sudut yang
berhempit dengan celah), kemudian melanjutkan ke arah kanan hingga selesai, turun ke baris
berikutnya, dan mulai lagi dari kiri ke kanan. Sehingga nilai 43,8 akan di koreksi.

1
menjadi 𝑉 = 4 (100 + 53,2 + 18,8 + 0) = 43,0 . Nilai potensial terbaru akan selalu

digunakan ketika menerapkan persamaan (40), sehingga kedua titik yang ditandai bernilai
43,8 akan diganti nilainya menjadi 43,0, karena keduannya saling simetris, dan karenanya nilai
1
53,2 dikoreksi menjadi 𝑉 = 4 (100 + 43,0 + 25,0 + 43,0) = 52,8.

Karena posisi simetris yang disebutkan di atas pula, kita tidak perlu melanjutkan ke
arah kanan pada baris pertama. Semua titik pada baris ini telah mendapatkan nilai koreksinya.
Berpindah ke baris kedua, nilai 18,8 diperbaiki menjadi

1
𝑉 = (43,0 + 25,0 + 6,2 + 0) = 18,6
4

dan iterasi diteruskan dengan cara yang sama. Nilai- nilai koreksinya yang diperoleh dari
iterasi pertama ini dituliskan pada posisi paling atas pada tiap-tiap petak dalam Gambar 7.10.
Iterasi ini harus diulangi sebanyak-banyaknya hingga nilai-nilai potensial ini tidak lagi berubah.
Nilai-nilai yang diperoleh dari setiap iterasi biasanya dituliskan di bawah nilai dari iterasi

2.6 Teorema Keunikan Poisson dan Laplace

1) Teorema Keunikan Pertama

Penyelesaian persamaan Laplace dalam suatu daerah ditentukan secara unik


(khusus) jika harga V merupakan fungsi yang dinyatakan pada seluruh batas dalam
daerah tersebut.

Pembuktian teorema keunikan pertama ini adalah:

Gambar 6.1 Suatu daerah dengan perbatasan yang akan ditentukan


Misalnya ada dua penyelesaian persamaan Laplace, V1 dan V2 yang keduanya
merupakan fungsi dari koordinat yang digunakan, maka:

𝛻 2 𝑉1 = 0 𝑑𝑎𝑛 𝛻 2 𝑉2 = 0 ……………………………………………………(6.1)

Keduanya dianggap memberikan nilai V tertentu pada permukaan, dan keduanya


memiliki nilai seimbang/sama (V1 = V2).

Pembuktiannya adalah:

Misalnya diambil perbedaan antara keduanya,

V3=V1-V2 dan memenuhi persamaan Laplace

𝛻 2 𝑉3 = 𝛻 2 𝑉1 − 𝛻 2 𝑉2 = ⋯ … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (6.2)

Dan nilai nol untuk semua untuk semua perbatasa.Sekali lagi persamaan Laplace tidak
menghendaki nilai maksimum dan minimum di suatu lokasi, harga ekstrim terjadi
pada perbatasan. Oleh karena itu nilai maksimum dan minimum dari V3 = 0,
selanjutnya V3 = 0 dimana saja, akibatnya adalah:

V1=V2……………………………………………………………………………………………………………………. (6.3)

Penerapan teorema keunikan pertama ini dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Penyelesaiannya memenuhi persamaan Laplace.


b. Penyelesaiannya memiliki nilai pada semua perbatasan.

Teorema keunikan pertama ditetapkan untuk daerah yang tidak ada muatan, sehingga
memenuhi persamaan Laplace. Teorema keunikan pertama juga dapat digunakan
untuk daerah yang ada muatannya, sehingga dalam hal ini menggunakan persamaan
𝜌
Poisson 𝛻2 𝑉 = − 𝜀 .Adapun cara penyelesaiannya sama, yaitu diambil V3 = V1– V2
0

dengan V1dan V2 sebagai solusinya.

V3 merupakan solusi dari persamaan Laplace, di mana V3 = 0 pada semua perbatasan.


Kemudian diperoleh V1 = V2 seperti sebelumnya. Disimpulkan bahwa potensial di
suatu daerah dapat ditentukan secara khusus (unik) bila memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. Rapat muatan diketahui diseluruh daerah,

b. Nilai Vdiketahui disemua perbatasan.

2) Teorema Keunikan Kedua

Suatu cara yang sederhana dalam menetapkan seperangat syarat batas adalah
dengan memberikan ahrga V pada semua permukaan yang mengelilingi suatu daerah
tertentu. Kondisi tersebut sering terjadi dalam praktek. Prakteknya di laboratorium,
misalkan kawat konduktor dihubungkan baterai dengan potensial teetentu, atau
dihubungkan dengan tanah (V = 0). Tetapi, ada keadaan dimana potensial
diperbatasan tidak diketahui, melainkan rapat muatan pada berbagai permukaan
konduktor diketahui harganya.Misalnya muatan Q1 pada konduktor 1, Q2 pada
konduktor ke 2, dan seterusnya. Daerah antara konduktor diketahui juga rapat
muatannya ρ pada Gambar 6 .2.

Gambar 6.2 Daerah dengan muatan pada berbagai konduktor

Untuk menyelesaikan masalah tersebut digunakan teorema keunikan kedua yaitu


sebagai berikut:
Di dalam daerah yang mengandung konduktor yang diantaranya berisi pula
muatan tertentu dengan kerapatan, maka medan listrik dapat ditentukan secara unik,
bila muatan total pada setiap konduktor diketahui.

Bukti teorema tersebut adalah:

Misalkan terdapat dua medan E1 dan E2 yang memenuhi persamaan Dn merupakan


𝜌 𝜌
solusi persamaan diferensia. Hukum Gauss 𝛻. 𝐸1 = 𝜀 dan 𝛻. 𝐸2 = 𝜀 . Dalam benruk
0 0

integral dengan mengambil permukaan Gauss mengelilingi setiap konduktor, maka


dapat ditulis:

𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑄𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
∫𝑠 𝐸1 . 𝑑𝑎 = dan∫𝑠 𝐸2 . 𝑑𝑎 = ………………………………
𝜀0 𝜀0

(6.4)

Dengan S = permukaan koduktor

Perbedaan kedua medan datag dinyatakan E3=E1-E2, Dimana 𝛻. 𝐸3 = 0 dalam

daerah penghantar-penghantar ∫ 𝐸. 𝑑𝑎 = 0 dan meliputi masing-masing


permukaan perbatasan.Meskipun tidak mengetahui bagaimana distribusi muatan
tersebut maka dapat diketahui bahwa masing-masing konduktor merupakan
equipetensial, sehingga V3 tidak perlu nol, sebab V1 dan V2 harganya boleh tidak
sama. Selanjutnya dengan berdasarkan aturan dalam identitas vektor, yaitu hokum
perkalian 𝛻. (𝑓𝐴) = 𝑓𝛻. 𝐴 + 𝐴. (𝛻𝑓), maka dapat dinyatakn pula bahwa:

𝛻. (𝑉3 . 𝐸3 ) = (𝑉3 )𝛻. 𝐸3 + 𝐸3 (𝛻𝑉3 ) …………………………………………... (6.5)

Karena 𝛻. 𝐸3 = 0 dan 𝐸3 = −𝛻𝑉3 (gradiean potensial), maka persamaan (6.5)


menjadi sebagai berikut:

𝛻. (𝑉3 . 𝐸3 ) = −𝐸3 𝐸3 = −𝐸23 ………………………………………………… (6.6)

Atau dalam bentuk integral dituliskan, yakni:

∫𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝛻(𝑉3 𝐸3 )𝑑𝑉 = − ∫𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸32 𝑑𝑉 … … … … … … … … … … … … … … … ..


(6.7)
Integral ruas kiri pada persamaan (6.7) melalui teorema divergensi dapat diubah
menjadi integral permukaan, sehingga:

∫𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉3 𝐸3 )𝑑𝑎 = − ∫𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸32 𝑑𝑉 ……………………………………….


(6.8)

Dengan Smeliputi semua permukaan batas daerah ruang, termasuk semua permukaan
konduktor dan batas luar. Karena V3 konstan meliputi setiap permukaan (jika batas
luar adalah tak hingga V3=0) maka persamaan 6.8 menjadi sebagai berikut:

∫𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑉3 𝐸3 )𝑑𝑉 = − ∫𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐸32 𝑑𝑉 = 0 …………………………………...


(6.9)

Tetapi integralnya tidak pernah negative, namun integral dapat diabaikan jika E3=0
disetiap tempat akibatnya E1=E2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pada persamaan Poisson tersebut ada 2 simbol yang dibaca “del
kuadrat”. Hal ini harus dijabarkan secara jelas dan gamblang posisinya
pada koordinat kartesius atau koordinat silindris atau koordinat spheris.
3.1.2 Jika , ini berarti kerapatan volume muatannya nol, tapi masih ada
kemungkinan adanya kerapatan muatan titik, muatan garis, dan muatan
permukaan pada posisi singular sebagai sumber dari medan,
sehingga 𝛻2 𝑉 = 0
3.1.3 Transformasi Laplace adalah suatu teknik untuk menyederhanakan
permasalahan dalam suatu sistem yang mengandung masukan dan
keluaran, dengan melakukan transformasi dari suatu domain
pengamatan ke domain pengamatan yang lain.
3.1.4 Persamaan Laplace dalam Satu Dimensi Jika V hanya bergantung pada
𝜕2 𝛻
variabel x saja, maka persamaan umum Laplace menjadi 𝜕𝑥2
=0
3.1.5 persamaan Laplace dua dimensi maka nilai V bergantung pada dua
𝜕2 𝛻 𝜕2 𝛻
variable yakni x dan y sehingga persamaannya menjadi 𝜑𝑥2
+ 𝜑𝑦2
=0

3.2 Saran
3.2.1 Dari pembahasan makalah tentng persamaan Poisson dan Laplace ,penulis sadar
bahwa makalah jauh dari kata sempurna oleh karena itu segala kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan dan kemajuan
penulis.
3.2.2 Mengharapkan setiap kelompok agar memberi pertanyaan tentang materi yang
tidak dimengerti dari makalah ini.
3.2.3 Mengpkan setiap peserta diskusi dan pembaca dapat mengaplikasikan materi di
persoalan yang berhubungan dengan materi.
Daftar Pustaka

Sailah, Siti. 2014. Medan Elektromagnetik (Teori Dan Contoh Soal). Yogyakarta: Penerbit
Andi

William H. Hayt,dkk.2006. Elektronika,Edisi Ketujuh. Jakarta:Erlangga

Pribowo, Arief. 2013. Persamaan Poisson dan Persamaan Laplace. Universitas Brawijaya.
Diakses pada tanggal 20 November 2019 pukul 23:47 di link :
http://blog.ub.ac.id/ariefpriwibowo/2013/12/25/persamaan-poisson-dan-persamaan-laplace/

Thea,Elva. 2014.Implementasi Persamaan Poisson dan Laplace di Dalam Fisika. Diakses tanggal 03
Desember pukul 21:09 di link: https://www.slideshare.net/elvathea/implementasi-persamaan-
poisson-dan-persamaan-laplace-di-dalam-fisika

Faisal Anwar, dkk.2013. Persamaan Poisson.Slide Share.Diakses tanggal 02 Desember pukul 20:45 di
link : https://www.slideshare.net/dharty_su/persamaan-poisson

Anda mungkin juga menyukai