PERALATAN KERJA :
Single Line Diagram
Radio komunikasi / Telepon
Kendaraan Operasional
Data Beban Penyulang
Papan Data Kondisi Sistim JTM & Alat tulis
Lampu Emergency
Jadwal Piket Distribusi
Form/log sheet gangguan
Senter/shootlight (malam hari)
PERLENGKAPAN K3:
Pakaian Kerja
Sepatu Karet 20 kV
Sarung tangan 20 kV
Alat Pemadam Kebakaran
P3K
ALAT UKUR :
Frekuensi Meter
Megger
PEROSEDUR KERJA :
1. KONDISI NORMAL :
a. Petugas pengendali / operator hadir sesuai jadwal piket / tugas yang ditetapkan.
b. Petugas pengendali / operator hadir 10 menit sebelum jadwal piket / tugas.
c. Petugas pengendali melakukan serah terima pengendalian operasi JTM dari petugas sebelumnya
dengan menandatangani Berita Acara Serah Terima Piket.
d. Selanjutnya pengendali operasi JTM dilaksanakan oleh petugas / piket pengganti.
e. Mempelajari kondisi sistem dari catatan di log sheet piket sebelumnya dan selanjutnya melakukan
koordinasi dengan unit terkait di bawah sistem pengendaliannya perihal kondisi sistem, kesiapan
petugas lapangan dan peralatan yang terpasang antara lain :
Posisi LBS/Recloser pertemuan sistem / batas supplai tegangan.
Posisi PMT penyulang pada PLTD Baubau, PLTD Kalialia dan PLTM Winning.
f. Petugas piket pengendali melakukan koordinasi dengan unit terkait dan petugas piket pelaksana
lapangan perihal bilamana terjadi perubahan sistem atau gangguan sistem.
g. Mencatat kondisi operasi JTM dan kejadian penting yang terjadi pada buku laporan perpiketan
selanjutnya melaporkannya ke Supervisor Operasi Area.
h. Melakukan komunikasi setiap saat antara piket distribusi dengan PIKUT Beban, apabila operator /
petugas piket akan melakukan kegiatan agar menyampaikan ke masing-masing pihak dan
menjaga etika berkomunikasi.
i. Meminta laporan dan mencatat beban mesin dan penyulang per jam ( 24 jam ) di Pembangkit
setiap hari.
-1-
2. KONDISI ABNORMAL :
Kondisi Abnormal adalah kondisi dimana terjadi trip pada satu dan atau lebih Feeder/GH dengan
indikasi OCR dan atau GFR.
Langkah-langkah pemulihan/penormalannya adalah sebagai berikut :
# TRIP PADA GH
1. Berdasarkan informasi dari Unit Kantor Pelayanan/Rayon, petugas PIKUT melakukan hal-hal
sebagai berikut :
Mencatat informasi berupa waktu gangguan, nama GH yang gangguan/trip, indikasi gangguan,
arus gangguan serta kondisi beban terakhir sebelum gangguan ke log sheet gangguan.
-2-
Melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan piket pelaksana lapangan unit terkait
untuk mempersiapkan peralatan kerja, sarana transfortasi, peralatan K3 dan alat bantu untuk
pengoperasian alat pemutus JTM (LBS/GH/Recloser) sesuai SOP.
2. Petugas lapangan melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan PIKUT/pengendali
Distribusi sebelum berangkat ke lokasi pemutus JTM dan informasikan bahwa regu petugas akan
melaksanakan pengoperasian alat pemutus JTM pada penyulang……………….
3. Lokasi alat pemutus yang akan dituju oleh petugas lapangan ditentukan oleh penyulang yang
mengalami gangguan sebagaimana terlampir.
4. Setelah sampai di lokasi alat pemutus JTM, maka segera lakukan persiapan dan memakai
peralatan K3, serta yakinkan bahwa peralatan kerja dan peralatan bantu siap digunakan.
5. Selanjutnya petugas lapangan melaporkan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa regu pelayanan
gangguan distribusi telah tiba di lokasi yang dituju dan siap digunakan.
6. Petugas PIKUT/pengendali distribusi langsung menginstruksikan petugas lapangan untuk
mengoperasikan alat pemutus dari posisi masuk (close) ke posisi lepas (open).
7. Petugas lapangan kembali melaporkan ke petugas PIKUT/pengendali distribusi bahwa alat
pemutus sudah dalam keadaan lepas dengan tetap memastikan bahwa kondisi pisau-pisau alat
pemutus benar-benar lepas (untuk LBS Manual) dan tetap stand-by di lokasi alat pemutus sambil
menunggu instruksi selanjutnya dari PIKUT.
8. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat informasi waktu pengoperasian alat pemutus dan
nama petugas di masing-masing lokasi alat pemutus.
9. Petugas PIKUT/pengendali distribusi melaporkan ke PLTD Baubau bahwa pemulihan sistem
secara bertahap siap dilaksanakan.
10. Setelah mendapat persetujuan dari PLTD Baubau, petugas PIKUT
selanjutnya menyampaikan ke Unit KP/Rayon untuk memasukkan GH yang trip.
11. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan GH.
12. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mengkoordinasikan kembali ke PLTD
Baubau bahwa akan dimasukkan alat pemutus jaringan selanjutnya (jika masih ada) oleh
petugas lapangan.
13. Jika PLTD sudah mengizinkan, maka petugas PIKUT/pengendali distribusi
kemudian memerintahkan ke petugas lapangan untuk memasukkan alat pemutus sampai alat
pemutus berikutnya (yang dilepas) secara bertahap.
14. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan alat
pemutus dan mengkoordinasikan ke PLTD Baubau setelah alat pemutus dimasukkan.
15. Demikian juga selanjutnya untuk alat-alat pemutus berikutnya hingga
penyulang kembali normal.
Jika GH atau salah satu alat pemutus (LBS/Recloser/FCO) gagal dimasukkan/menyebabkan PMT/GH
trip kembali dengan indikasi OCR dan atau GFR (gangguan jaring), maka ikuti prosedur pemulihan
gangguan permanen.
GANGGUAN PERMANEN
Jika terjasi gangguan permanen, maka urutan pemulihan sama dengan urutan pemulihan untuk
gangguan sesaat (poin 1 s.d. 10) selanjutnya :
i. Petugas PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan alat
pemutus pertama/terdekat dari alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) yang mengakibatkan
Feeder/GH trip kembali dengan terlebih dahulu menelusuri jaringan TM dari alat pemutus
(PMT/LBS/GH/Recloser) yang mengakibatkan trip sampai LBS/pemutus pertama/terdekat.
ii. Apabila dalam penelusuran jaringan TM tidak ditemukan gangguan, dan alat pemutus
terdekat/pertama telah dilepas, maka petugas lapangan segera melaporkan ke
PIKUT/pengendali distribusi bahwa jaringan TM aman dan alat pemutus sudah dalam keadaan
lepas dan aman dengan tetap meyakinkan kembali bahwa pisau-pisau alat pemutus (untuk LBS
Manual) benar-benar dalam keadaan lepas.
iii. Apabila dalam penelusuran jaringan TM ditemukan gangguan, maka petugas lapangan segera
melaporkan penyebab gangguan dan kondisi peralalatan yang mengalami gangguan dengan
disertai informasi kebutuhan material yang dibutuhkan untuk perbaikan kembali (jika ada).
iv. PIKUT/pengendali distribusi menerima dan mencatat informasi dari petugas lapangan dan selanjutnya
-3-
melakukan koordinasi dengan PLTD Baubau bahwa alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) yang
mengakibatkan trip siap dimasukkan kembali sampai alat pemutus pertama/terdekat.
v. Kemudian PIKUT berkoordinasi dengan operator PLTD Baubau, PLTM Winning & PLTD Sewatama
bahwa akan dicoba untuk memasukkan kembali PMT penyulang sampai ke lokasi alat pemutus
terdekat oleh operator PLTD Baubau.
vi. Jika alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) masuk dalam keadaan aman, maka petugas lapangan
kembali mencoba memasukkan alat pemutus terdekat tersebut sampai posisi alat pemutus
selanjutnya, dan demikian seterusnya sampai lokasi gangguan ditemukan.
Jika terjadi kegagalan, maka posisi gangguan berada diantara pangkal sampai alat pemutus pertama,
atau dari alat pemutus sampai ke titik gangguan dan PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan ke
petugas lapangan untuk menelusuri jaringan sepanjang pangkal sampai pemutus pertama atau dari
alat pemutus sampai ke titik gangguan.
vii. PIKUT Beban mengkoordinasikan ke PIKUT/pengendali distribusi perihal kegagalan pemasukan PMT.
viii. PIKUT/pengendali distribusi kembali mencatat informasi kegagalan pemasukan PMT pada laporan
gangguan.
ix. Jika gangguan ditemukan, maka lokasi gangguan segera diisolir dan memanuver jaringan untuk
mensuplai daerah padam yang tidak terganggu dari penyulang lain (jika memungkinkan).
x. PIKUT/pengendali distribusi kemudian memerintahkan ke petugas lapangan untuk mengatasi
gangguan tersebut.
xi. Untuk pekerjaan di lokasi antara pangkal penyulang dan pemutus pertama, agar pelepasan PMT
disertai dengan pelepasan PMS dan pemasangan grounding oleh operator pembangkit dan pengawas
pekerjaan tetap melakukan koordinasi dengan pembangkit.
xii. Jika petugas lapangan tidak mampu mengatasi gangguan tersebut, maka segera membuat laporan ke
supervisor operasi distribusi dan Asman Distribusi untuk berkoordinasi dengan tim Pemeliharaan
Distribusi.
xiii. Tim Pemeliharaan Distribusi mengatasi gangguan sesuai SOP yang telah ditetapkan dengan tetap
melakukan koordinasi dengan PIKUT/pengendali distribusi.
xiv. PIKUT/pengendali distribusi mengkoordinasikan ke PIKUT Beban bahwa gangguan sudah diatasi dan
sistem siap dikembalikan ke posisi normal sambil mencatat semua informasi yang disampaikan oleh
tim Pemeliharaan Distribusi bahwa gangguan pada penyulang ………………. Telah diatasi oleh tim
Pemeliharaan Distribusi yang dikoordinir oleh …………………….. pada pukul ………….. wita dengan
kondisi aman.
xv. PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk mengembalikan posisi manuver
ke posisi normal dan bersiap kembali ke posisi pemulihan normal penyulang.
xvi. Petugas lapangan kembali mempersiapkan segala sesuatunya untuk penormalan kembali sesuai
urutan pemulihan pada gangguan sesaat.
BLACK OUT
1. Jika terjadi kondisi black out, maka PIKUT/pengendali distribusi melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
Mencatat waktu terjadinya Black Out.
Memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan LBS/GH sesuai urutan berdasarkan
penyulang sebagaimana terlampir.
Setelah semua petugas lapangan siap di lokasi pelepasan LBS/GH yang telah ditentukan,
PIKUT/pengendali distribusi langsung memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan
LBS/GH tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi pisau-pisau pemutus dalam keadaan
aman.
Mencatat semua informasi perihal pelepasan LBS/GH tersebut dari petugas lapangan (waktu
pelepasan, nama petugas).
Mengkoordinasikan ke PIKUT Beban bahwa proses pelepasan LBS/GH sudah selesai dan proses
pemulihan secara bertahap siap dilaksanakan sekaligus menanyakan indikasi penyebab
terjadinya Black Out dan kondisi beban sesaat sebelumnya terjadi Black Out.
2. PIKUT Beban akan memulai proses pemulihan sesuai SOP pembangkit yang ditetapkan, dan
berkoordinasi dengan operator untuk secara bertahap memasukkan PMT penyulang di PLTD sesuai
terlampir dan kembali mengkomfirmasikan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa PMT telah
dimasukkan dengan aman.
-4-
3. PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan PMT penyulang dan kondisi beban setelah
dimasukkan.
4. PIKUT Beban kembali memperhatikan kondisi kesiapan pembangkit untuk penambahan beban.
5. PIKUT/pengendali distribusi mengkonfirmasikan kembali ke PIKUT Beban bahwa proses pemulihan
selanjutnya sesuai terlampir siap dilaksanakan.
6. Setelah PIKUT Beban selesai melakukan langkah nomor 4, PIKUT Beban menyatakan ke
PIKUT/pengendali distribusi bahwa mesin dalam kondisi siap untuk proses pemulihan tahap
selanjutnya.
7. PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk memasukkan LBS/GH sesuai
terlampir.
8. Petugas lapangan mengkomfirmasikan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa LBS/GH ……………
masuk dengan kondisi aman pada pukul ……………… wita oleh petugas………………….
9. PIKUT/pengendali distribusi kembali mencatat informasi tersebut dan kembali mengkonfirmasikan ke
PIKUT Beban bahwa proses pemulihan tahap 2 telah selesai dengan aman dan sekaligus menanyakan
kondisi beban sementara dan mencatatnya.
10. Demikian seterusnya langkah nomor 4 – 10 berulang sampai kondisi sistem seluruhnya normal
kembali.
3. KONDISI KHUSUS
1. Bila terjadi gangguan permanen pada suatu asuhan Feeder/LBS/GH, maka manuver sistem dapat
dilakukan dari Pembangkit/feeder/LBS/GH lain (apabila sistem jaringan mendukung).
2. Pemulihan sistem tetap mengacu pada skala prioritas (bila ada).
Demikian SOP ini dibuat untuk digunakan sebagai pedoman dalam pengaturan sistem tegangan menengah
tanpa scada dan apabila terdapat kekeliruan di dalamnya maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : BAUBAU
Pada Tanggal : 01 Januari 2014
MANAJER
M. UWAISULQARNI
-5-
A. KONDISI GANGGUAN SESAAT
2. FEEDER BARUTA
- GH Watulea arah Lakapera ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Lakudo ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Mawasangka ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas KJ Mawasangka )
3. FEEDER MURHUM
- LBS Liwanda ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
4. FEEDER PERTAMINA
- Recloser SMA IV ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- LBS Lipu ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
6. FEEDER LASALIMU
- GH Lasalimu ( Petugas KJ Siontapina )
7. FEEDER BATAUGA
- GH Batauga ( Petugas KJ Batauga )
- FAI Sampolawa ( Petugas KJ Sampolawa )
-6-
2. FEEDER BARUTA
- PMT Feeder Baruta masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Bagea
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- LBS Bagea masuk sampai ujung
3. FEEDER KOTA
- PMT Feeder Kota masuk sampai LBS Liwanda
- LBS Liwanda masuk sampai LBS Lembaga
4. FEEDER PERTAMINA
- PMT Feeder Pertamina masuk sampai LBS SPBU
- LBS SPBU masuk sampai Recloser SMA IV
- Recloser SMA IV masuk sampai LBS Lipu
- LBS Lipu masuk sampai ujung
6. FEEDER LASALIMU
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai ujung
7. FEEDER BATAUGA/KERATON
- PMT Feeder Batauga masuk sampai GH Batauga
- GH Batauga masuk sampai FAI Sampolawa
- FAI Sampolawa masuk sampai ujung
-7-
2. FEEDER BARUTA
- LBS Baruta ( Petugas KJ Tolandona )
- LBS Pendek ( Petugas KJ Tolandona )
- GH Watulea ( 3 jurusan ) ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Perbatasan ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas Rayon Mawasangka )
- LBS SMP ( Petugas Rayon Mawasangka )
3. FEEDR KOTA
- LBS Liwanda ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- LBS Lembaga ( Petugas Rayon Baubau Kota )
4. FEEDER PERTAMINA
- LBS SPBU ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- Recloser SMA IV ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- LBS Lipu ( Petugas Rayon Baubau Kota )
1. FEEDER TOLANDONA
- PMT Feeder Tolandona masuk sampai GH Rajawali
- GH Rajawali masuk sampai KIP dan GH Liabuku
- KIP Paralel
- P. Baruta masuk sampai LBS Baruta
- LBS Baruta masuk sampai LBS Pendek
- LBS Pendek masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Perbatasan
- LBS Perbatasan masuk sampai LBS Bagea
- LBS Bagea masuk sampai LBS SMP
- LBS SMP masuk sampai ujung
- GH Liabuku masuk sampai LBS Wanajati
- LBS Wanajati masuk sampai LBS Wakalmbe
- LBS Wakalambe masuk sampai ujung
-8-
2. FEEDER BARUTA
- PMT Feeder Baruta masuk sampai GH Watulea
- LBS Baruta masuk sampai LBS Pendek
- LBS Pendek masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Perbatasan
- LBS Perbatasan masuk sampai LBS Bagea
- LBS Bagea masuk sampai LBS SMP
- LBS SMP masuk sampai ujung
3. FEEDER KOTA
- PMT Feeder Kota masuk sampai LBS Liwanda
- LBS Liwanda masuk sampai LBS Lembaga
4. FEEDER PERTAMINA
- PMT Feeder Pertamina masuk sampai LBS SPBU
- LBS SPBU masuk sampai Recloser SMA IV
- Recloser SMA IV masuk sampai LBS Lipu
- LBS Lipu masuk sampai ujung
6. FEEDER LASALIMU
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Walompo masuk sampai LBS Sangiamanuru
- LBS Sangiamanuru masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai LBS Tira
- LBS Tira masuk sampai LBS Kamaru
- LBS Kamaru masuk sampai ujung
7. FEEDER BATAUGA/KERATON
- PMT Feeder Batauga masuk sampai GH Batauga
-9-
- GH Batauga masuk sampai FAI Sampolawa
- FAI Sampolawa masuk sampai ujung
- 10 -