Anda di halaman 1dari 10

STANDING OPERATION PROCEDURE Mulai berlaku :

UNIT AREA (S.O.P)


BAUBAU PENGOPERASIAN JARINGAN TEGANGAN 01 APRIL 2015
MENENGAH TANPA SCADA
(SUB SISTIM BAUBAU)

PETUGAS YANG TERLIBAT :


 Piket Pimpinan.
 Piket Pengawas Area.
 Piket Pelaksana/pengendali Distribusi Area
 Petugas lapangan (Rayon/Ktr. Jaga/Ktr. Pelayanan/Lisdes)

PERALATAN KERJA :
 Single Line Diagram
 Radio komunikasi / Telepon
 Kendaraan Operasional
 Data Beban Penyulang
 Papan Data Kondisi Sistim JTM & Alat tulis
 Lampu Emergency
 Jadwal Piket Distribusi
 Form/log sheet gangguan
 Senter/shootlight (malam hari)

PERLENGKAPAN K3:
 Pakaian Kerja
 Sepatu Karet 20 kV
 Sarung tangan 20 kV
 Alat Pemadam Kebakaran
 P3K

ALAT UKUR :
 Frekuensi Meter
 Megger

PEROSEDUR KERJA :
1. KONDISI NORMAL :
a. Petugas pengendali / operator hadir sesuai jadwal piket / tugas yang ditetapkan.
b. Petugas pengendali / operator hadir 10 menit sebelum jadwal piket / tugas.
c. Petugas pengendali melakukan serah terima pengendalian operasi JTM dari petugas sebelumnya
dengan menandatangani Berita Acara Serah Terima Piket.
d. Selanjutnya pengendali operasi JTM dilaksanakan oleh petugas / piket pengganti.
e. Mempelajari kondisi sistem dari catatan di log sheet piket sebelumnya dan selanjutnya melakukan
koordinasi dengan unit terkait di bawah sistem pengendaliannya perihal kondisi sistem, kesiapan
petugas lapangan dan peralatan yang terpasang antara lain :
 Posisi LBS/Recloser pertemuan sistem / batas supplai tegangan.
 Posisi PMT penyulang pada PLTD Baubau, PLTD Kalialia dan PLTM Winning.
f. Petugas piket pengendali melakukan koordinasi dengan unit terkait dan petugas piket pelaksana
lapangan perihal bilamana terjadi perubahan sistem atau gangguan sistem.
g. Mencatat kondisi operasi JTM dan kejadian penting yang terjadi pada buku laporan perpiketan
selanjutnya melaporkannya ke Supervisor Operasi Area.
h. Melakukan komunikasi setiap saat antara piket distribusi dengan PIKUT Beban, apabila operator /
petugas piket akan melakukan kegiatan agar menyampaikan ke masing-masing pihak dan
menjaga etika berkomunikasi.
i. Meminta laporan dan mencatat beban mesin dan penyulang per jam ( 24 jam ) di Pembangkit
setiap hari.

-1-
2. KONDISI ABNORMAL :

Kondisi Abnormal adalah kondisi dimana terjadi trip pada satu dan atau lebih Feeder/GH dengan
indikasi OCR dan atau GFR.
Langkah-langkah pemulihan/penormalannya adalah sebagai berikut :

# TRIP PADA FEEDER


1. Berdasarkan informasi dari Pembangkit Baubau PIKUT/pengendali distribusi melakukan hal-hal
sebagai berikut :
i. Mencatat informasi berupa waktu gangguan, nama Feeder yang gangguan/trip, indikasi
gangguan, arus gangguan serta kondisi beban terakhir sebelum gangguan ke log sheet
gangguan.
ii. Melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan piket pelaksana lapangan unit terkait
untuk mempersiapkan peralatan kerja, sarana transfortasi, peralatan K3 dan alat bantu
untuk pengoperasian alat pemutus JTM (LBS/GH/Recloser) sesuai SOP.
2. Petugas lapangan melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan PIKUT/pengendali
Distribusi sebelum berangkat ke lokasi pemutus JTM dan informasikan bahwa regu petugas akan
melaksanakan pengoperasian alat pemutus JTM pada penyulang……………….
3. Lokasi alat pemutus yang akan dituju oleh petugas lapangan ditentukan oleh penyulang yang
mengalami gangguan sebagaimana terlampir.
4. Setelah sampai di lokasi alat pemutus JTM, maka segera lakukan persiapan dan memakai
peralatan K3, serta yakinkan bahwa peralatan kerja dan peralatan bantu siap digunakan.
5. Selanjutnya petugas lapangan melaporkan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa regu
pelayanan gangguan distribusi telah tiba di lokasi yang dituju dan siap digunakan.
6. Petugas PIKUT/pengendali distribusi langsung menginstruksikan petugas lapangan untuk
mengoperasikan alat pemutus dari posisi masuk (close) ke posisi lepas (open).
7. Petugas lapangan kembali melaporkan ke petugas PIKUT/pengendali distribusi bahwa alat
pemutus sudah dalam keadaan lepas dengan tetap memastikan bahwa kondisi pisau-pisau alat
pemutus benar-benar lepas (untuk LBS Manual) dan tetap stand-by di lokasi alat pemutus sambil
menunggu instruksi selanjutnya dari PIKUT.
8. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat informasi waktu pengoperasian alat pemutus dan
nama petugas di masing-masing lokasi alat pemutus.
9. Petugas PIKUT/pengendali distribusi melaporkan ke PLTD Baubau bahwa pemulihan sistem
secara bertahap siap dilaksanakan.
10. Setelah menerima informasi dari PIKUT, Petugas PLTD Baubau segera memasukkan PMT Feeder
yang mengalami gangguan.
11. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan PMT Feeder.
12. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mengkoordinasikan kembali ke PLTD Baubau bahwa akan
dimasukkan alat pemutus jaringan selanjutnya oleh petugas lapangan.
13. Jika PLTD sudah mengizinkan, maka petugas PIKUT/pengendali distribusi kemudian
memerintahkan ke petugas lapangan untuk memasukkan alat pemutus sampai alat pemutus
berikutnya (yang dilepas) secara bertahap.
14. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan alat pemutus dan
mengkoordinasikan ke PLTD Baubau setelah alat pemutus dimasukkan.
15. Demikian juga selanjutnya untuk alat-alat pemutus berikutnya hingga penyulang kembali
normal.
Jika PMT atau salah satu alat pemutus (LBS/Recloser/GH) gagal dimasukkan/menyebabkan PMT/GH
trip kembali dengan indikasi OCR dan atau GFR (gangguan jaring), maka ikuti prosedur pemulihan
gangguan permanen.

# TRIP PADA GH
1. Berdasarkan informasi dari Unit Kantor Pelayanan/Rayon, petugas PIKUT melakukan hal-hal
sebagai berikut :
 Mencatat informasi berupa waktu gangguan, nama GH yang gangguan/trip, indikasi gangguan,
arus gangguan serta kondisi beban terakhir sebelum gangguan ke log sheet gangguan.

-2-
 Melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan piket pelaksana lapangan unit terkait
untuk mempersiapkan peralatan kerja, sarana transfortasi, peralatan K3 dan alat bantu untuk
pengoperasian alat pemutus JTM (LBS/GH/Recloser) sesuai SOP.
2. Petugas lapangan melakukan koordinasi melalui radio komunikasi dengan PIKUT/pengendali
Distribusi sebelum berangkat ke lokasi pemutus JTM dan informasikan bahwa regu petugas akan
melaksanakan pengoperasian alat pemutus JTM pada penyulang……………….
3. Lokasi alat pemutus yang akan dituju oleh petugas lapangan ditentukan oleh penyulang yang
mengalami gangguan sebagaimana terlampir.
4. Setelah sampai di lokasi alat pemutus JTM, maka segera lakukan persiapan dan memakai
peralatan K3, serta yakinkan bahwa peralatan kerja dan peralatan bantu siap digunakan.
5. Selanjutnya petugas lapangan melaporkan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa regu pelayanan
gangguan distribusi telah tiba di lokasi yang dituju dan siap digunakan.
6. Petugas PIKUT/pengendali distribusi langsung menginstruksikan petugas lapangan untuk
mengoperasikan alat pemutus dari posisi masuk (close) ke posisi lepas (open).
7. Petugas lapangan kembali melaporkan ke petugas PIKUT/pengendali distribusi bahwa alat
pemutus sudah dalam keadaan lepas dengan tetap memastikan bahwa kondisi pisau-pisau alat
pemutus benar-benar lepas (untuk LBS Manual) dan tetap stand-by di lokasi alat pemutus sambil
menunggu instruksi selanjutnya dari PIKUT.
8. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat informasi waktu pengoperasian alat pemutus dan
nama petugas di masing-masing lokasi alat pemutus.
9. Petugas PIKUT/pengendali distribusi melaporkan ke PLTD Baubau bahwa pemulihan sistem
secara bertahap siap dilaksanakan.
10. Setelah mendapat persetujuan dari PLTD Baubau, petugas PIKUT
selanjutnya menyampaikan ke Unit KP/Rayon untuk memasukkan GH yang trip.
11. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan GH.
12. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mengkoordinasikan kembali ke PLTD
Baubau bahwa akan dimasukkan alat pemutus jaringan selanjutnya (jika masih ada) oleh
petugas lapangan.
13. Jika PLTD sudah mengizinkan, maka petugas PIKUT/pengendali distribusi
kemudian memerintahkan ke petugas lapangan untuk memasukkan alat pemutus sampai alat
pemutus berikutnya (yang dilepas) secara bertahap.
14. Petugas PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan alat
pemutus dan mengkoordinasikan ke PLTD Baubau setelah alat pemutus dimasukkan.
15. Demikian juga selanjutnya untuk alat-alat pemutus berikutnya hingga
penyulang kembali normal.
Jika GH atau salah satu alat pemutus (LBS/Recloser/FCO) gagal dimasukkan/menyebabkan PMT/GH
trip kembali dengan indikasi OCR dan atau GFR (gangguan jaring), maka ikuti prosedur pemulihan
gangguan permanen.

 GANGGUAN PERMANEN
Jika terjasi gangguan permanen, maka urutan pemulihan sama dengan urutan pemulihan untuk
gangguan sesaat (poin 1 s.d. 10) selanjutnya :
i. Petugas PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan alat
pemutus pertama/terdekat dari alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) yang mengakibatkan
Feeder/GH trip kembali dengan terlebih dahulu menelusuri jaringan TM dari alat pemutus
(PMT/LBS/GH/Recloser) yang mengakibatkan trip sampai LBS/pemutus pertama/terdekat.
ii. Apabila dalam penelusuran jaringan TM tidak ditemukan gangguan, dan alat pemutus
terdekat/pertama telah dilepas, maka petugas lapangan segera melaporkan ke
PIKUT/pengendali distribusi bahwa jaringan TM aman dan alat pemutus sudah dalam keadaan
lepas dan aman dengan tetap meyakinkan kembali bahwa pisau-pisau alat pemutus (untuk LBS
Manual) benar-benar dalam keadaan lepas.
iii. Apabila dalam penelusuran jaringan TM ditemukan gangguan, maka petugas lapangan segera
melaporkan penyebab gangguan dan kondisi peralalatan yang mengalami gangguan dengan
disertai informasi kebutuhan material yang dibutuhkan untuk perbaikan kembali (jika ada).

iv. PIKUT/pengendali distribusi menerima dan mencatat informasi dari petugas lapangan dan selanjutnya

-3-
melakukan koordinasi dengan PLTD Baubau bahwa alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) yang
mengakibatkan trip siap dimasukkan kembali sampai alat pemutus pertama/terdekat.
v. Kemudian PIKUT berkoordinasi dengan operator PLTD Baubau, PLTM Winning & PLTD Sewatama
bahwa akan dicoba untuk memasukkan kembali PMT penyulang sampai ke lokasi alat pemutus
terdekat oleh operator PLTD Baubau.
vi. Jika alat pemutus (PMT/LBS/GH/Recloser) masuk dalam keadaan aman, maka petugas lapangan
kembali mencoba memasukkan alat pemutus terdekat tersebut sampai posisi alat pemutus
selanjutnya, dan demikian seterusnya sampai lokasi gangguan ditemukan.
Jika terjadi kegagalan, maka posisi gangguan berada diantara pangkal sampai alat pemutus pertama,
atau dari alat pemutus sampai ke titik gangguan dan PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan ke
petugas lapangan untuk menelusuri jaringan sepanjang pangkal sampai pemutus pertama atau dari
alat pemutus sampai ke titik gangguan.
vii. PIKUT Beban mengkoordinasikan ke PIKUT/pengendali distribusi perihal kegagalan pemasukan PMT.
viii. PIKUT/pengendali distribusi kembali mencatat informasi kegagalan pemasukan PMT pada laporan
gangguan.
ix. Jika gangguan ditemukan, maka lokasi gangguan segera diisolir dan memanuver jaringan untuk
mensuplai daerah padam yang tidak terganggu dari penyulang lain (jika memungkinkan).
x. PIKUT/pengendali distribusi kemudian memerintahkan ke petugas lapangan untuk mengatasi
gangguan tersebut.
xi. Untuk pekerjaan di lokasi antara pangkal penyulang dan pemutus pertama, agar pelepasan PMT
disertai dengan pelepasan PMS dan pemasangan grounding oleh operator pembangkit dan pengawas
pekerjaan tetap melakukan koordinasi dengan pembangkit.
xii. Jika petugas lapangan tidak mampu mengatasi gangguan tersebut, maka segera membuat laporan ke
supervisor operasi distribusi dan Asman Distribusi untuk berkoordinasi dengan tim Pemeliharaan
Distribusi.
xiii. Tim Pemeliharaan Distribusi mengatasi gangguan sesuai SOP yang telah ditetapkan dengan tetap
melakukan koordinasi dengan PIKUT/pengendali distribusi.
xiv. PIKUT/pengendali distribusi mengkoordinasikan ke PIKUT Beban bahwa gangguan sudah diatasi dan
sistem siap dikembalikan ke posisi normal sambil mencatat semua informasi yang disampaikan oleh
tim Pemeliharaan Distribusi bahwa gangguan pada penyulang ………………. Telah diatasi oleh tim
Pemeliharaan Distribusi yang dikoordinir oleh …………………….. pada pukul ………….. wita dengan
kondisi aman.
xv. PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk mengembalikan posisi manuver
ke posisi normal dan bersiap kembali ke posisi pemulihan normal penyulang.
xvi. Petugas lapangan kembali mempersiapkan segala sesuatunya untuk penormalan kembali sesuai
urutan pemulihan pada gangguan sesaat.

 BLACK OUT
1. Jika terjadi kondisi black out, maka PIKUT/pengendali distribusi melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
Mencatat waktu terjadinya Black Out.
Memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan LBS/GH sesuai urutan berdasarkan
penyulang sebagaimana terlampir.
Setelah semua petugas lapangan siap di lokasi pelepasan LBS/GH yang telah ditentukan,
PIKUT/pengendali distribusi langsung memerintahkan petugas lapangan untuk melepaskan
LBS/GH tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi pisau-pisau pemutus dalam keadaan
aman.
Mencatat semua informasi perihal pelepasan LBS/GH tersebut dari petugas lapangan (waktu
pelepasan, nama petugas).
Mengkoordinasikan ke PIKUT Beban bahwa proses pelepasan LBS/GH sudah selesai dan proses
pemulihan secara bertahap siap dilaksanakan sekaligus menanyakan indikasi penyebab
terjadinya Black Out dan kondisi beban sesaat sebelumnya terjadi Black Out.
2. PIKUT Beban akan memulai proses pemulihan sesuai SOP pembangkit yang ditetapkan, dan
berkoordinasi dengan operator untuk secara bertahap memasukkan PMT penyulang di PLTD sesuai
terlampir dan kembali mengkomfirmasikan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa PMT telah
dimasukkan dengan aman.

-4-
3. PIKUT/pengendali distribusi mencatat waktu pemasukan PMT penyulang dan kondisi beban setelah
dimasukkan.
4. PIKUT Beban kembali memperhatikan kondisi kesiapan pembangkit untuk penambahan beban.
5. PIKUT/pengendali distribusi mengkonfirmasikan kembali ke PIKUT Beban bahwa proses pemulihan
selanjutnya sesuai terlampir siap dilaksanakan.
6. Setelah PIKUT Beban selesai melakukan langkah nomor 4, PIKUT Beban menyatakan ke
PIKUT/pengendali distribusi bahwa mesin dalam kondisi siap untuk proses pemulihan tahap
selanjutnya.
7. PIKUT/pengendali distribusi memerintahkan petugas lapangan untuk memasukkan LBS/GH sesuai
terlampir.
8. Petugas lapangan mengkomfirmasikan ke PIKUT/pengendali distribusi bahwa LBS/GH ……………
masuk dengan kondisi aman pada pukul ……………… wita oleh petugas………………….
9. PIKUT/pengendali distribusi kembali mencatat informasi tersebut dan kembali mengkonfirmasikan ke
PIKUT Beban bahwa proses pemulihan tahap 2 telah selesai dengan aman dan sekaligus menanyakan
kondisi beban sementara dan mencatatnya.
10. Demikian seterusnya langkah nomor 4 – 10 berulang sampai kondisi sistem seluruhnya normal
kembali.

3. KONDISI KHUSUS
1. Bila terjadi gangguan permanen pada suatu asuhan Feeder/LBS/GH, maka manuver sistem dapat
dilakukan dari Pembangkit/feeder/LBS/GH lain (apabila sistem jaringan mendukung).
2. Pemulihan sistem tetap mengacu pada skala prioritas (bila ada).

Demikian SOP ini dibuat untuk digunakan sebagai pedoman dalam pengaturan sistem tegangan menengah
tanpa scada dan apabila terdapat kekeliruan di dalamnya maka akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : BAUBAU
Pada Tanggal : 01 Januari 2014

MANAJER

M. UWAISULQARNI

-5-
A. KONDISI GANGGUAN SESAAT

A.1. LBS/GH YANG DILEPAS UNTUK MASING-MASING GANGGUAN FEEDER :

1. FEEDER RAJAWALI (Jika padam hingga PLTD KIP, PLTD Kaltimex)


- GH Rajawali arah KIP ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- GH Rajawali arah Hasanuddin ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- GH Rajawali arah Keraton ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- PMT Feeder Baruta ( Operator KIP )
- GH Liabuku ( Petugas KJ Liabuku )
- GH Watulea arah Lakapera ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Lakudo ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Mawasangka ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas KJ Mawasangka )

2. FEEDER BARUTA
- GH Watulea arah Lakapera ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Lakudo ( Petugas KJ Watulea )
- GH Watulea arah Mawasangka ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas KJ Mawasangka )

3. FEEDER MURHUM
- LBS Liwanda ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )

4. FEEDER PERTAMINA
- Recloser SMA IV ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- LBS Lipu ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )

5. FEEDER PAHLAWAN (Jika padam hingga PLTM Winning)


- GH Pasar Wajo Arah Wining ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- GH Pasar Wajo arah Triko ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- PMT F. Lasalimu ( Operator PLTM Winning )
- GH Lasalimu ( Petugas KJ Siontapina )

6. FEEDER LASALIMU
- GH Lasalimu ( Petugas KJ Siontapina )

7. FEEDER BATAUGA
- GH Batauga ( Petugas KJ Batauga )
- FAI Sampolawa ( Petugas KJ Sampolawa )

A.2. URUTAN PEMULIHAN UNTUK MASING-MASING FEEDER :


1. FEEDER Rajawali
- PMT Feeder Tolandona masuk sampai GH Rajawali
- GH Rajawali masuk sampai KIP dan GH Liabuku
- KIP Paralel
- P. Baruta masuk sampai GH Watulea
- GH Liabuku masuk sampai ujung
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Bagea
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- LBS Bagea masuk sampai ujung

-6-
2. FEEDER BARUTA
- PMT Feeder Baruta masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Bagea
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- LBS Bagea masuk sampai ujung

3. FEEDER KOTA
- PMT Feeder Kota masuk sampai LBS Liwanda
- LBS Liwanda masuk sampai LBS Lembaga

4. FEEDER PERTAMINA
- PMT Feeder Pertamina masuk sampai LBS SPBU
- LBS SPBU masuk sampai Recloser SMA IV
- Recloser SMA IV masuk sampai LBS Lipu
- LBS Lipu masuk sampai ujung

5. FEEDER PASAR WAJO


- PMT Feeder Pasar Wajo masuk sampai GH Pasar Wajo
- GH Pasar Wajo arah wining masuk sampai PLTM Winning
- PLTM Winning Paralel
- GH Pasar Wajo arah triko masuk sampai ujung
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai ujung

6. FEEDER LASALIMU
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai ujung

7. FEEDER BATAUGA/KERATON
- PMT Feeder Batauga masuk sampai GH Batauga
- GH Batauga masuk sampai FAI Sampolawa
- FAI Sampolawa masuk sampai ujung

B. KONDISI GANGGUAN PERMANEN

B.1. LBS/GH YANG DILEPAS UNTUK MASING-MASING GANGGUAN FEEDER :

1. FEEDER TOLANDONA (Jika padam hingga PLTD KIP)


- GH Rajawali arah KIP ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- GH Rajawali arah Hasanuddin ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- GH Rajawali arah Keraton ( Petugas Rayon Baubau Kota / remote )
- PMT Feeder Baruta ( Operator KIP )
- GH Liabuku ( Petugas KJ Liabuku )
- LBS Wanajati ( Petugas KJ Liabuku )
- LBS Wakalambe ( Petugas KJ Wakalambe )
- LBS Baruta ( Petugas KJ Tolandona )
- LBS Pendek ( Petugas KJ Tolandona )
- GH Watulea ( 3 jurusan ) ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Perbatasan ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas Rayon Mawasangka )
- LBS SMP ( Petugas Rayon Mawasangka )

-7-
2. FEEDER BARUTA
- LBS Baruta ( Petugas KJ Tolandona )
- LBS Pendek ( Petugas KJ Tolandona )
- GH Watulea ( 3 jurusan ) ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Perbatasan ( Petugas KJ Watulea )
- LBS Bagea ( Petugas Rayon Mawasangka )
- LBS SMP ( Petugas Rayon Mawasangka )

3. FEEDR KOTA
- LBS Liwanda ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- LBS Lembaga ( Petugas Rayon Baubau Kota )

4. FEEDER PERTAMINA
- LBS SPBU ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- Recloser SMA IV ( Petugas Rayon Baubau Kota )
- LBS Lipu ( Petugas Rayon Baubau Kota )

5. FEEDER PASAR WAJO


- LBS Wakonti ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Jembatan ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Kaongke-ongkea ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Lapodi ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- GH Pasar Wajo (2 jurasan) ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Takimpo ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Walompo ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Sangia manuru ( Petugas Rayon Pasar Wajo )
- LBS Kinapani ( Petugas KJ Siontapina )
- LBS Tira( Petugas KJ Siontapina )
- LBS Kamaru ( Petugas KJ Kamaru )

B.2. URUTAN PEMULIHAN UNTUK MASING-MASING FEEDER :

1. FEEDER TOLANDONA
- PMT Feeder Tolandona masuk sampai GH Rajawali
- GH Rajawali masuk sampai KIP dan GH Liabuku
- KIP Paralel
- P. Baruta masuk sampai LBS Baruta
- LBS Baruta masuk sampai LBS Pendek
- LBS Pendek masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Perbatasan
- LBS Perbatasan masuk sampai LBS Bagea
- LBS Bagea masuk sampai LBS SMP
- LBS SMP masuk sampai ujung
- GH Liabuku masuk sampai LBS Wanajati
- LBS Wanajati masuk sampai LBS Wakalmbe
- LBS Wakalambe masuk sampai ujung

-8-
2. FEEDER BARUTA
- PMT Feeder Baruta masuk sampai GH Watulea
- LBS Baruta masuk sampai LBS Pendek
- LBS Pendek masuk sampai GH Watulea
- GH Watulea arah Lakapera masuk sampai LBS Tanjung Gadis
- GH Watulea arah Lakudo masuk sampai Ujung
- GH Watulea arah Masangka masuk sampai LBS Perbatasan
- LBS Perbatasan masuk sampai LBS Bagea
- LBS Bagea masuk sampai LBS SMP
- LBS SMP masuk sampai ujung

3. FEEDER KOTA
- PMT Feeder Kota masuk sampai LBS Liwanda
- LBS Liwanda masuk sampai LBS Lembaga

4. FEEDER PERTAMINA
- PMT Feeder Pertamina masuk sampai LBS SPBU
- LBS SPBU masuk sampai Recloser SMA IV
- Recloser SMA IV masuk sampai LBS Lipu
- LBS Lipu masuk sampai ujung

5. FEEDER PASAR WAJO


- PMT Feeder Pasar Wajo masuk sampai LBS Wakonti
- LBS Wakonti masuk sampai LBS Jembatan
- LBS Jembatan masuk sampai LBS Kaongke-ongkea
- LBS Kaongke-ongkea masuk sampai LBS Lapodi
- LBS Lapodi masuk sampai GH Pasar Wajo
- GH Pasar Wajo arah wining masuk sampai PLTM Winning
- PLTM Winning Paralel
- GH Pasar Wajo arah triko masuk sampai LBS Takimpo
- LBS Takimpo masuk sampai LBS Kondowa
- LBS Kondowa masuk sampai ujung
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Walompo
- LBS Walompo masuk sampai LBS Sangiamanuru
- LBS Sangiamanuru masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai LBS Tira
- LBS Tira masuk sampai LBS Kamaru
- LBS Kamaru masuk sampai ujung

6. FEEDER LASALIMU
- PMT F. Lasalimu masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Walompo masuk sampai LBS Sangiamanuru
- LBS Sangiamanuru masuk sampai LBS Kinapani
- LBS Kinapani masuk sampai LBS Tira
- LBS Tira masuk sampai LBS Kamaru
- LBS Kamaru masuk sampai ujung

7. FEEDER BATAUGA/KERATON
- PMT Feeder Batauga masuk sampai GH Batauga

-9-
- GH Batauga masuk sampai FAI Sampolawa
- FAI Sampolawa masuk sampai ujung

C. KONDISI BLACK OUT


c.1 Pengaturan Pembangkit dikendalikan oleh UPB (sesuai SOP yang ada).
c.2 Bila Black Out terjadi bukan disebabkan oleh gangguan external/jaringan, maka urutan
pemulihannya adalah sebagai berikut :
1. PMT FEEDER KOTA masuk sampai LBS LIWANDA
2. LBS LIWANDA masuk sampai LBS LEMBAGA
3. PMT FEEDER TOLANDONA masuk sampai GH RAJAWALI
4. GH RAJAWALI masuk sampai PLTD KIP
5. PLTD KIP Paralel
6. PMT FEEDER PERTAMINA masuk sampai LBS SPBU
7. PMT FEEDER BATAUGA masuk sampai GH BATAUGA
8. PMT FEEDER PASAR WAJO masuk sampai GH PASAR WAJO
9. GH PASAR WAJO masuk sampai PLTM WINNING
10. PLTM WINNING paralel
11. GH RAJAWALI arah Hasanuddin masuk sampai LBS LEMBAGA
12. LBS SPBU masuk sampai Recloser SMA IV
13. Recloser SMA IV masuk sampai LBS LIPU
14. LBS LIPU masuk sampai Ujung
15. GH PASAR WAJO arah Triko masuk sampai Ujung
16. PMT FEEDER BARUTA masuk sampai GH Watulea
17. PMT FEEDER LASALIMU masuk sampai LBS KINAPANI
18. GH BATAUGA masuk sampai FAI Sampolawa
19. GH LIABUKU masuk sampai Ujung
20. GH WATULEA LAKAPERA masuk sampai LBS TANJUNG GADIS
21. GH WATULEA LAKUDO masuk sampai Ujung
22. GH WATULEA masuk sampai LBS Bagea
23. LBS BAGEA masuk sampai Ujung
24. LBS KINAPANI masuk sampai Ujung
25. GH BATAUGA masuk sampai FAI SAMPOLAWA
26. FAI Sampolawa masuk sampai Ujung.

- 10 -

Anda mungkin juga menyukai