Anda di halaman 1dari 18

Gejala Klinik, Terapi dan Pencegahan Leptospirosis

Febriana Loto Patandianan

102016056/ C4
Email: patandianan.febriana@gmail.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6 Jakarta Barat 11470

Abstrak
Seringkali manusia terserang penyakit. Penyakit-penyakit tersebut memiliki banyak penyebab
antara lain adalah virus, bakteri, jamur, maupun parasit lainnya. Begitupula yang terjadi pada
penyakit Leptospirosis. Suatu penyakit akan menunjukkan gejala yang berbeda-beda, namun
ada beberapa penyakit memiliki gejala yang hamper sama seperti yang terjadi pada kasus
kita, malaria, hepatitis, leptospirosis, dan demam tifoid. Namun pasti ada suatu kekhususan
dari gejalanya masing-masing khususnya leptospirosis. Penyakit juga memiliki daerahnya
masing-masing untuk ditinggali. Leptospirosis umumnya terdapat pada negara tropis.
Penyebarannya berasal dari air yang terkontaminasi dan masuk ke dalam tubuh kita. Untuk
itu perlu diketahui cara penanganannya dan pencegahannya. Selain itu, penting juga
mengetahui gejala yang akan ditimbulkan sehingga kita dapat melakukan perawatan kepada
tenaga medis secepat mungkin. Deteksi secara awal dapat mengurangi tingkat kefatalan dari
penyakit ini. Sejatinya usaha preventif lebih diutamakan karena lebih mudah dilakukan
dibandingkan upaya kuratif dari penyakit ini.

Kata kunci: Demam, Leptospirosis, Penyakit Tropis

Abstract
All humans would ever feel pain. There are a lot of causes for some diseases, it can through
viruses , bacteria , fungi , and other parasites . A disease will show different symptoms .
Perhaps many of it have similar symptoms as in our case is malaria , hepatitis , and dengue
fever . But surely there is a specificity of each particular symptoms of leptospirosis . these
diseases also have their own region to live . Leptospirosis is generally found in tropical
countries . Spread from contaminated water into our bodies.it is important to know how to
handle and prevent it. In addition, it is also important to know the symptoms that will result
so that we can take the medical care as quickly as possible. Early detection can reduce the
fatality rate of the disease. Preventive actions are preferred because they are easier to
perform than the curative actions for this disease .

Key words: Fever, Leptospirosis, Tropical Diseases

1
Pendahuluan
Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut zoonosis yang dapat menyerang manusia
dan hewan yang disebabkan oleh mikroorganisme leptospira patogen. Penyakit ini ditemukan
pertama kali oleh Weil pada tahun 1886. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti
mud fever, slime fever, swamp fever, infectious jaundice, field fever, cane cutter fever, dan
lain-lain. Leptospirosis disebabkan bakteri patogen berbentuk spiral genus Leptospira, family
leptospiraceae dan ordo spirochaetales .Gejala klinis leptospirosis mirip dengan penyakit
infeksi lainnya seperti influensa, meningitis, hepatitis, demam dengue, demam berdarah
dengue dan demam virus lainnya, sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Keluhan-keluhan
khas yang dapat ditemukan, yaitu: demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya,
mual, muntah, nafsu makan menurun dan merasa mata makin lama bertambah kuning dan
sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat, terutama di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan curah hujan
tinggi (kelembaban), khususnya di negara berkembang, dimana kesehatan lingkungannya
kurang diperhatikan terutama. pembuangan sampah. International Leptospirosis Society
menyatakan Indonesia sebagai negara insiden leptospirosis tinggi dan peringkat tiga di dunia
untuk mortalitas.1 Makalah ini diharapkan dapat membantu mengerti mengenai penyakit
infeksi yang difokuskan pada leptospirosis dalam hal anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, diagnosis, differential diagnosis, etiologi, epidemiologi, patogenesis,
manifestasi klinik, pengobatan, prognosis, dan pencegahan. Dengan demikian, penegakan
diagnosis mengenai leptospirosis dapat dilakukan dengan baik.

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu proses pengambilan keterangan tentang riwayat penyakit yang
dialami oleh pasien yang dapat diperoleh melalui wawancara antara dokter dengan pasien
yang bersangkutan langsung(auto-anamnesa) atau diperoleh dari wawancara dokter dengan
keluarga atau kerabat yang terdekat dari pasien tersebut(aloo-anamnesa). Anamnesis dengan
pasien merupakan suatu proses yang amat penting dalam menegakkan suatu diagnosis yang
tepat.

Hal-hal yang perlu diperhatikat saat melakukan anamnesis yaitu :

- Identitas pasien seperti nama, tempat / tanggal lahir, status perkawinan, pekerjaan,
jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan terakhir, dan alamat.

2
- Pernyataan dalam bahasa pasien tentang keluhan yang dialami.
- RPS disebut juga sebagai Riwayat penyakit sekarang, pasien menjelaskan mengenai
keluhan yg pasien rasakan secara detil, seperti kualitas, kuantitas, kapan keluhan
mulai muncul, faktor yang dikiranya mempengaruhi keluhan atau merupakan sumber
keluhan, keluhan sampingan seperti pusing, nyeri otot, mual, muntah dan sebagainya
obat2an yang di konsumsi serta perkembangan penyakitnya. Informasi sebaiknya
dalam susunan yang kronologis, RPS harus ditanyakan sedetail mungkin agar keluhan
pasien dapat segera diketahui sumbernya.
- RPD biasa disebut juga sebagai Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup / mati), dan penyakit yang
ada atau pernah diderita pada anggota keluarga.Riwayat sosial: stressor (lingkungan
kerja, sekolah, atau tempat tinggal), faktor resiko gaya hidup (makan makanan
sembarangan, merokok, peminum, dll). 2

Dari scenario diperoleh data sebagai berikut

Demam tinggi dan menggigil sejak 4 hari yang lalu

Demam berlangsung terus menerus khususnya siang hingga malam

Pasien merasa nyeri di betis

Pasien merasa nyeri di bagian perut kanan atas

Demam sampai mengigil

Keluhan utama pasien adalah lemah tubuh

Pemeriksaan
Pemeriksaan lebih lanjut baiknya dilakukan untuk memperoleh data-data mengenai kondisi
pasien sehingga nantinya dapat menentukan working diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan ada dua jenis yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan tanda vital seperti suhu (oral, rektal, axila, atau
telinga), denyut nadi, respirasi rate, tekanan darah, tingkat kesadaran, serta pemeriksaan
abdomen inspeksi, palpasi dan perkusi. Sedangkan pemeriksaan penunjang merupakan
pemeriksaan yang membutuhkan keahlian medis lainnya seperti pemeriksaan laboratorium.

3
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik untuk penyakit Leptospirosis diharapkan untuk mendapatkan hasil
sebagai berikut

Suhu tubuh 39oC


Respiratory rate 18x/menit
Denyut nadi 100x/menit
Tekanan darah 100/70 mmHg
Hepar 2 jari di bawah arcus costae
Conjungtiva Injection
Conjungtiva Suffusion
Injeksi subkonjungtiva (+)
Nyeri tekan (+)

Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1. Kadar Normal Kandungan Zat Dalam Darah3

Kandungan Kadar Normal


Bilirubin,total 0,1-1,2
Hb 13,5-16,5
Ht 41-50
Leukosit 5.000-10.000
Trombosit 150.000-300.000
SGOT (AST) <35
SGPT (ALT) <35

Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat diperlukan agar terapi dapat segera dijalankan,
hal ini berguna untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pengetahuan mengenai gambaran
klinis dari suatu penyakit sangatlah dibutuhkan untuk menentukan diagnosis. Namun
berberapa kasus penyakit memiliki gejala yang serupa satu dengan yang lainnya dengan
sedikit perbedaan saja, kemungkinan-kemungkinan penyakit tersebut kita sebut sebagai DD
(Differential Diagnosis), berdasarkan DD tersebut kita pilih satu penyakit yang cocok dengan
gejala yang pasien keluhkan sebagai WD (Working Diagnosis)

4
Leptospirosis seharusnya dibedakan dari penyakit yang berhubungan dengan demam, sakit
kepala, dan nyeri otot. Berdasarkan anamnesis yang telah kita ketahui, didapat beberapa DD,
yaitu Hepatitis, Demam Tifoid serta Malaria.

Differential Diagnosis

Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium, dimana penyebarannya
melalui gigitan nyamuk anopheles yang terinfeksi. Di dalam tubuh manusia, parasit ini
berkembang biak dan memperbanyak diri di dalam hepar kemudian menginfeksi sel darah
merah. Malaria telah dieliminasi dari Amerika Serikat, Canada, Eropa, dan Rusia, akan tetapi
belum menuai hasil di negara tropis. Masalah muncul ketika ditemukannya parasit yang
memiliki kemampuan Drug resistance dan Insectiside Vector dari vectornya. Dan hal yang
membuat masalah kasus malaria ini makin rumit adalah masalah drug resistance dari parasit
ini dan insecticide resistance dari vektornya.4 Inilah sebabnya turis yang mengunjunjungi
daerah tropis rentan terinfeksi penyakit ini.

Pada tahun 2010 malaria menyebabkan kematian sebesar kurang lebih 660.000 kasus dengan
range antara 490.000-836.000, mayoritas pada anak-anak Afrika. Malaria sejatinya dapat
dicegah dan disembuhkan. Ada 4 jenis parasit yang menjadi dalang penyebab kasus malaria,
yaitu:

1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale

Terdapat masing-masing nama untuk tiap plasmodium tersebut, seperti malaria falciparum
atau malariatropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum, malaria tertiana oleh
plasmodium vivax, malaria ovale oleh plasmodium ovale, dan malaria quartana oleh
plasmodium malariae.

Infeksi terjadi pertama kali pada manusia melalui gigitan nyamuk anopheles betina yang
mengandung sporozoit pada probosus dari nyamuk tersebut. Sporozoit tadi kemudia masuk
ke peredaran darah manusia dan berhenti pada organ hepar. Pada hepar mulailah periode
reproduksi secara aseksual guna memperbanyak dirinya. 1 sporozoit mampu menghasilkan
10.000 hingga lebih dari 30.000 sel anakan. Pembengkakan dari sel hepar akan mengeluarkan

5
sel anakan tadi atau merozoit ke dalam peredaran darah. Mereka akan menginvasi sel darah
merah. Beberapa saat kemudian mulailah tampak beberapa gejala. Merozoit akan
berkembang menjadi tropozoit setelah menginvasi sel darah merah dengan sangat cepat.
Setelah itu merozoit keluar 2-3 generasi, maka akan terjadi proses gametosis yang
menghasilkan mikrogametosit dan makrogametosit. Bila nyamuk betina anopheles
menghisap darah manusia yang mengandung parasit malaria,maka gametosit berkembang
terus dalam tubuh nyamuk sampai terbentuk zigot. Setelah itu zigot (ookinet) menembus
lambung nyamuk danberubah menjadi ookista. Bila ookista ini pecah maka sprozoit keluar,
dan masuk ke kalenjar liur nyamuk.4

Gejala klinis akan muncul sekitar 7 hari atau lebih setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi
oleh plasmodium. Gejala yang muncul adalah sebagai berikut:

Demam(hingga 40OC)

Takikardi

Sakit kepala

Menggigil

Berkeringat

Mual

Bila seorang penderita tidak ditangani dalam 24 jam, maka dapat berakibat fatal.

Untuk usaha preventif yang dapat dilakukan masih senada dengan demam dengue, yaitu
pengontrolan vektornya yaitu nyamuk. Penyemprotan insektisida juga dapat dilakukan guna
memberantas vektor dari malaria itu sendiri. Pemakaian repelan juga dapat dilakukan agar
terhindar dari gigitan nyamuk. Adapun beberapa obat yang dapat dikonsumsi seperti
atovaquone, chloroquinone phospate, doxycycline, hydroxychloroquine sulfate, mefloquine,
primaquine. Penggunaannya ada yang 1-2 hari atau 1-2 minggu sebelum berpergian ke
daerah yang tingkat penyebaran malarianya masih tinggi. Namun ada beberapa jenis obat
yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil, anak-anak, dan ibu menyusui seperti atovaquone.4

Hepatitis
Hepatitis adalah adanya inflamasi pada hepar, biasanya disebabkan oleh karena
infeksi virus. Sejatinya ada 5 tipe virus hepatitis utama yang bisa dikelompokkan sebagai tipe

6
A, B, C, D,dan E. Kelima tipe ini adalah hal yang paling dikuatirkan dari munculnya penyakit
dan kematian yang disebabkan karenanya. Tipe B dan C mempimpin penyebab penyakit
kronik dari jutaan orang dan bersama, mereka adalah penyebab yang umum dari sirosis hati
dan kanker. Hepatitis A dan E biasanya disebabkan dari kontaminasi makanan dan air.
Hepatitis B, C, dan D biasanya adalah hasil dari kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
Cara transmisi yang umum dari virus-virus ini yang lain adalah dengan transfusi darah dari
donor yang terinfeksi atau prosedur invasif medis yang menggunakan alat yang
terkontaminasi. Dan untuk hepatitis B transmisi dapat juga dari ibu ke bayi yang baru lahir,
dari anggota keluarga ke anak, dan juga oleh kontak seksual.4

Hepatitis A

Hepatitis A adalah penyakit hati yang disebablan oleh hepatitis A virus. Virus ini
penyebaran primernya adalah ketika seorang yang tidak terinfeksi dan tidak tervaksinasi
mengkonsumsi makanan dan air yang terkontaminasi dengan feses dari orang yang terinfeksi
biasa disebut juga sebagai fekal-oral. Penyakit ini sangat erat hubungannya dengan
kurangnya air yang bersih, sanitasi yang tidak kuat, dan buruknya kebersihan personal.
Berbeda dengan hepatitis B and C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati
kronis dan tidak berakibat fatal.

Virus hepatitis A adalah salah satu sebab yang paling umum akibat infeksi melalui makanan.
Pada tahun 1988 di Shanghai sekitar 300.000 orang terinfeksi akibat makanan yang
terkontaminasi. Penyakit ini butuh mingguan hingga bulanan bagi seseorang untuk dapat
pulih kembali dalam pekerjaannya, sekolahnya, dan rutinitas hariannya.

Gejala yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

Demam
Lesu
Anoreksia
Diare
Mual
Kuning

Tidak semua orang yang terinfeksi akan langsung mengalami gejala di atas. Orang
dewasa umumnya lebih mungkin terkena gejala di atas dibandingkan anak kecil. Anak yang

7
terinfeksi di bawah ukmur 6 tahun biasanya tidak mengalami gejala yang dapat diketahui.
Hanya sekitar 70% dari kasus hepatitis, orang yang terinfeksi langsung menunjukkan gejala
seperti di atas.

Penanganannya tidak ada yang spesifik. Pemulihan dari gejala infeksi hepatitis A akan
berlangsung cukup lambat dan akan butuh waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan.
Terapi yang dapat dilakukan adalah untuk membuat penderita merasa nyaman dan pengantian
cairan yang hilang dalam tubuh harus kembali seimbang.

Untuk pencegahannya sendiri, dengan menjaga kebersihan diri maka kita dapat bebas dari
paparan virus hepatitis A ini mengingat transmisi penyebaran dari virus ini adalah fekal-oral.
Selain itu dengan pemberian vaksin, maka akan terbentuk antibodi dari virus hepatitis A itu
sendiri. Tubuh akan menghasilkan antibodi hepatitis A kurang lebih sekitar 1 bulan setelah
pemberian vaksin. Namun vaksin dari hepatitis A belum bisa diberikan kepada anak dibawah
usia 1 tahun. Dalam pemberian vaksin, sebaiknya diajarkan pula cara menjaga kebersihan diri
sendiri dan lingkungan sekitar dari orang tersebut.4

Hepatitis B

Hepatitis B adalah pengancam hidup potensial akibat infeksi hati oleh karena virus
hepatitis B. Ini adalah masalah utama kesehatan global. Ia dapat mengakibatkan penyakit hati
kronis dan infeksi kronis dan meletakkan orang-orang dalam resiko kematian yang tinggi
dari sirosis hati dan kanker hati. Lebih dari 240 juta orang memiliki infeksi liver kronis
jangka panjang. Sekitar 600.000 orang mati setiap tahunnya karena konsekuensi akut atau
kronis dari hepatitis B.

Vaksin untuk memerangi hepatitis B telah ada sejak 1982. Vaksin hepatitis B ini 95% efektif
dalam mencegah infeksi dan konsekuensi kronisnya, dan ini adalah vaksin pertama yang
digunakan melawan kanker utama manusia.4

Pada daerah endemis, virus hepatitis B ini umumnya menyebar dari ibu ke anaknya pada saat
melahirkan atau dari orang ke orang yang lain pada saat masa kanak-kanaknya. Selain itu
penyebarannya juga dapat melalui hubungan seksual dan pemakaian jarum suntik yang
terkontaminasi khususnya dalam menginjeksi obat bagi penggunanya. Virus hepatitis B bisa
bertahan hidup di luar tubuh manusia hanya sekitar 7 hari. Dalam waktu ini, virus ini masih
dapat menginfeksi bila masuk ke dalam tubuh orang yang tidak dilindungi oleh vaksin. Virus

8
hepatitis B ini tidak menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi layaknya virus
hepatitis A. Masa inkubasi virus hepatitis B ini rata-rata 75 hari tapi dapat bervariasi antara
30 hari hingga 180 hari. Virus ini dapat dideteksi 30 sampai 60 hari setelah infeksi.5

Gejala yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:

Kuning
Urin berwarna gelap
Lelah berlebihan
Mual
Muntah
Nyeri pada perut

Pada beberapa orang, mereka tidak mengalami gejala apa-apa selama fase akut infeksi.
Namun setelah beberapa minggu dapat terjadi gejala seperti di atas. Pada beberapa orang,
virus hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi liver kronis yang nantinya dapat
berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Lebih dari 90% orang sehat yang terinfeksi virus hepatitis B akan pulih dan benar-benar
berbas dari virus ini dalam waktu 6 bulan.

Penanganannya tidak ada yang spesifik. Terapi yang dapat dilakukan adalah untuk membuat
penderita merasa nyaman dan pengantian carian yang hilang dalam tubuh harus kembali
seimbang. Pada beberapa penderita hepatitis B kronis, dapat digunakan obat. Penanganan
dilakukan untuk menghambat terjadinya sirosis hati. Kanker liver selalu berakibat fatal dan
biasanya berkembang pada orang pada usia produktif dan telah berkeluarga. Pada negara
berkembang, kebanyakan orang mati dengan kanker liver sekitar 1 bulan setelah diagnosis
dilakukan. Pada negara maju, pembedahan dan kemoterapi dapat memperpanjang hidup
seseorang untuk beberapa tahun. Penderita dengan sirosis hati terkadang diberikan
transplantasi liver, dan keberhasilannya bervariasi.4

Vaksin hepatitis B masih dipakai sebagai pencegahan hepatitis B. WHO merekomendasikan


semua anak-anak diberikan vaksin hepatitis B sesegera mungkin setelah lahir, dengan anjuran
dalam 24 jam. Proteksi ini berlangsung kurang lebih sekitar 20 tahun. Vaksin ini telah
memiliki catatan yang bagus karena keefektifannya dan aman digunakan.

9
Selain penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom juga dapat mengurangi resiko menularnya
hepatitis B pada pasangan yang hendak melakukan hubungan seksual. Penggunaan obat-obat
dengan jarum suntik juga harus makin diawasi guna mengurangi resiko terinfeksinya atas
virus hepatitis B ini.

Hepatitis C

Hepatitis C adalah penyakit liver yang menular dari infeksi virus hepatitis C. Virus
hepatitis C ini biasanya menyebar dari darah orang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh
orang yang bersangkutan. Setiap tahun, 3-4 juta orang terinfeksi oleh virus hepatitis C.
Sekitar 150 juta orang terinfeksi kronis dan memiliki resiko terkena sirosis hati atau kanker
hati. Lebih dari 350.000 orang mati dari hepatitis C karena penyakit liver setiap tahunnya.

Virus hepatitis C tersebar melalui ekspos dari darah yang terinfeksi. Hal ini dapat melalui
transfusi darah, transplantasi darah, injeksi dengan jarum yang terkontaminasi, lahir dari ibu
yang mengidap hepatitis C, hubungan seksual, pemakaian barang pribadi bersama yang
terkontaminasi darah. Hepatitis C tidak ditularkan dari pemberian ASI , makanan atau air,
dan kontak langsung seperti peluk, cium, dan berbagi makanan atau minuman dengan orang
yang terinfeksi.3

Masa inkubasi untuk hepatitis C adalah 2 minggu sampai 6 bulan. Setelah infeksi, kira-kira
80% orang tidak mengalami gejala apa-apa. Gejala yang akan muncul adalah sebagai berikut:

Demam
Lelah
Anoreksia
Mual
Muntah
Nyeri abdomen
Urin gelap
Fese berwarna keabu-abuan
Nyeri sendi
Kuning(Kulit dan sklera)

10
Sekitar 75-85% dari orang yang baru terinfeksi, berkembang infeksi kronis dan 60-70% dari
infeksi kronis akan berkembang menjadi penyakit liver kronis. 5-20% berkembang jadi
sirosis dan 1-5% mati dari sirosis atau kanker liver. Dalam 25% dari pasien kanker liver,
disebabkan karena hepatitis C.4

Hepatitis C tidak selalu membutuhkan penanganan. Terdapat 6 genotipe dari virus hepatitis C
dan masing-masing memiliki respon berbeda-beda dari penanganannya. Proses screening
perlu dilakukan dengan hati-hati sebelum memulai penanganan untuk menentukan
pendekatan yang paling tepat untuk pasien.4

Peneliti telah mengembangkan dari obat antiviral yang baru untuk hepatitis C, dimana obat
ini lebih efektif dan lebih baik toleransinya dibandingkan terapi yang sebelumnya. Masih
banyak yang harus diselesaikan untuk membuat akses yang lebih hebat dan penanganan
global.4

Saat ini tidak ada vaksis untuk hepatitis C. Resiko infeksinya dapat dikurangi dengan
menghindari injeksi yang tidak perlu dan tidak aman, hubungan seksual dengan orang yang
terinfeksi, pemakaian barang pribadi secara bersama yang mungkin dapat terkontaminasi
darah yang terinfeksi, tattoo, tindik, dan akupuntur dengan alat yang terkontaminasi.
Pencegahan bagi orang yang telah terinfeksi yang dianjurkan oleh WHO adalah edukasi,
konseling, imunisasi hepatitis A dan B, melakukan monitor sedini mungkin atas penyakit
kronis liver.

Demam Tifoid

Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella thypi dan demam paratifoid disebabkan oleh
Salmonella parathypi A, B, dan C. Bakteri ini termasuk dalam genus Salmonella dan
merupakan patogen pada manusia.

Epidemiologi
Penyakit ini cenderung ditemukan pada daerah endemic di Indonesia dan merupakan
penyakit yang terpencar di suatu daerah atau disebut non epidemic. Penularan terjadi melalui
makanan atau air yang terkontaminasi oleh feces atau urin dari pasien atau karier yang
dikenal sebagai fekal-oral. Masa inkubasi 10-21 hari.

11
Patogenesis
Salmonella tyhpi masuk ke tubuh melalui air/ makanan yang tercemar. Kemudian akan
berjalan ke kelenjar regional untuk bermultiplikasi dan sebagian besar memasuki aliran darah
yang menandai onset demam. kemudian berpenetrasi ke mukosa usus sampai ke jaringan plak
pyeri pada ileum terminal dan terinfeksi selama bakteremia. Usus kemudian mengalami
inflamasi dan selanjutnya selama minggu kedua atau ketiga penyakit dapat mengalami
ulserasi sehingga menyebabkan perdarahan dan perforasi. Salmonella thypi juga bisa
bersarang di hepar karena terbawa sistem portal dari usus. Setelah pemulihan, infeksi dapat
menetap di saluran empedu dan saluran kemih terutama pada penyakit yang sudah ada
sebelumnya sehingga menyebabkan karier feces atau urin kronik. Setelah pemulihan,
terbentuk imunitas intestinal lokal, seluler, dan humoral dan serangan kedua jarang terjadi.

Manifestasi klinis
Demam tifoid yang tidak diobati seringkali merupakan penyakit berat yang berlangsung lama
dan terjadi selama 4 minggu atau lebih;
Minggu pertama
Demam yang semakin meningkat, nyeri kepala, malaise, konstipasi, batuk non produktif,
bradikardia relative
Minggu kedua
Demam terus menerus, apatis, diare, distensi abdomen,rose spot dalam 30%) splenomegali
(pada 75%), delirium
Minggu ketiga
Demam menurun.

Setelah pemulihan, relaps dapat terjadi pada 10% kasus (jarang terjadi setelah terapi
fluorokuinolon). Kasus dapat berlangsung ringan atau tidak tampak.
Keadaan karier kronik (kultur urin/tinja positif setelah 3 bulan) terjadi pada 3% kasus (lebih
sedikit setelah terapi fluorokuinolon) 4

Working Diagnosis: Leptospirosis


Dari anamnesis yang telah dilakukan, ada beberapa poin penting sehingga kita dapat
menentukan WD dari kasus ini. WD yang diambil adalah leptospirosis. Dari anamnesis
didapatkan bahwa adanya gangguan pada organ hepar. Hal ini terbukti dengan adanya ikteris

12
pada conjungtiva pasien. Leptospirosis umumnya menunjukkan tanda seperti demam,
menggigil, sakit kepala, mual, muntah, dan badan terasa pegal-pegal atau nyeri otot. Rasa
nyeri otot terutama mempengaruhi betis, punggung, dan perut, hal ini adalah hal yang penting
dari infeksi leptospirosis.3 Hal ini sangat cocok dengan hasil anamnesis yang didapatkan dari
pasien. Selain itu dengan adanya hasil pemeriksaan penunjang yang diberikan makin
menguatkan diagnosis akan adanya infeksi leptospirosis pada laki-laki tersebut.

Etiologi

Leptospirosis disebabkan parasit dengan genus leptospira dan famili treponematoceae, suatu
mikroorganisme spirochaeta (lihat gambar 1). Secara sederhana, genus leptospira terbagi 2
spesies, yang patogen L. interrorgans dan saprofit adalah L. biflexa. Mikroorganisme ini
memiliki panjang 5-15m dan lebar 0,1-0,2m dan memiliki bentuk spiral halus,lebar tanpa
flagel. Mereka dapat terlihat melalui mikroskop dengan pewarnaan yang gelap. Diketahui
penyakit ini memiliki 250 serotipe yang tergabung kedalam 23 serogrup. L.interogans yang
bisa menginfeksi manusia diantara lain adalah L.icheterohaemorrhagiae, L.canicola,
L.pomana, L.grippothyphosa, L.javanica, L.celledoni, L.ballum, L.purofenes, L.automnalis,
L.hebdomadis, L.bataviae, L.tarrassovi, L. Panama, L.andamana, L.shermani, L.ranarum,
L.bufonis, L.copenhageni, L.autralis, dan L.cynopeni. Yang paling sering menginfeksi
manusia adalah L.Ichterohaemmoragica dengan reservoar tikus, L.canicola dengan reservoar
anjing dan L.pomona dengan reservoar babi.3

Gambar.1 Leptospirosis3

13
Epidemiologi

Leptospirosis dapat ditemukan diseluruh dunia kecuali dibenua Antartika. Untuk


perkembang biakannya leptospira membutuhkan lingkungan yang lembab , suhu yang pas,
dan pH yang kurang lebih netral, keadaan ini seringkali dijumpai didaerah tropis, sedangkan
di daerah empat musim seringkali dijumpai pada musim panas dan musim gugur. Menurut
International Leptospirosis Society Indonesia berada pada posisi ketiga dengan angka
insiden dan mortalitas tertinggi dari seluruh dunia. Parasit Leptospirosis menetap membentuk
koloni serta berkembang biak didalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus menerus
ikut mengalir dalam filtrate urine. Leptospirosis mampu menginfeksi 160 mamalia dan juga
reptile. Tikus merupakan salah satu reservoir utama bagi leptospirosis, selain itu beberapa
hewan pertanian juga dapat menjadi pendaratan bagi leptospirosis. Mikroorganisme ini
membuat hubungan simbiosis dengan inang pada organ ginjal selama bertahun-tahun. Pada
beberapa negara, leptospirosis dianggap sebagai masalah yang remeh.4

Transmisi leptospirosis kepada manusia melalui kontak langsung dari urin, darah, jaringan
dari hewan yang terinfeksi atau ekspos dari lingkungan yang terkontaminasi. Penyebaran dari
1 individu ke individu yang lain sangat jarang terjadi. Karena leptospirosis terkandung dalam
ekskresi urin dan dapat bertahan hidup berbulan-bulan, maka air adalah sarana penting dalam
penyebaran leptospirosis. Epidemis leptospirosis dapat dihasilkan dari adanya banjir yang
airnya telah terkontaminasi oleh urin hewan yang terinfeksi. Penyebarannya melalui air
membuat siapa saja dapat terserang leptospirosis. Rekreasi yang terekspos dengan air seperti
berkano, berenang, surfing, bermain ski air, membuat seseorang terancam terinfeksi.

Patofisiologi

Leptospira masuk melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran darah dan berkembang,
lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.. Terjadi respon imunologi baik secara selular
maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik.
Walaupun demikian, beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi
secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana sebagian mikroorganisme akan mencapai
tubulus, yang akan terbentuk koloni-koloni pada dinding lumen dan kemudian mengeluarkan
endotoksin yang dapat masuk ke dalam kemih. Leptospira banyak dijumpai dalam air kemih
sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun kemudian. Leptospira ini dapat dihilangkan dengan fagositosis dan
14
mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
aglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam
jaringan ginjal dan okuler. Leptospiuria berlangsung 1-4 minggu

Manifestasi Klinik

Banyak penderita leptospirosis tetap tidak menunjukkan gejala apa-apa. Gejala yang
ditimbulkan manifestasinya bervariasi dari yang biasa hingga fatal. Lebih dari 90%,
ditemukan gejala yang biasa saja dan biasanya disertai atau tidak disertai meningitis.
Leptospirosis hebat dengan adanya penyakit kuning berkembang sekitar 5-10% dari individu
yang terinfeksi. Masa inkubasi biasanya 1-2 minggu dengan jangka 2-26 hari.

Leptospirosis biasanya memiliki gejala seperti berikut:

Influenza akut
Demam
Menggigil
Sakit kepala hebat
Mual
Muntah
Nyeri otot

Nyeri otot umumnya berdampak lebih pada betis, punggung, ini adalah gejala penting pada
infeksi leptospirosis. Gejala lain yang kurang sering muncul adalah sakit tenggorokan dan
muncul bercak merah pada kulit. Pasien umumnya mengalami sakit kepala secara intens di
daerah frontal dan retro-orbital dan terkadang berkembang menjadi photophobia.2 Yang
paling umum ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah demam dengan conjungtiva yang
menjadi merah. Penemuan yang lebih kurang adalah limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali, nyeri otot, bercak merah. Penyakit kuning yang ringan juga dapat muncul.3

Kebanyakan pasien tidak memiliki gejala selama 1 minggu. Setelah selang 1-3 hari, rasa sakit
akan bertambah. Kematian dari leptospirosis inikterik ini rendah, biasanya terjadi karena
adanya pendarahan pada paru sekitar 2,4%. Pada penderita leptospirosis hebat atau biasa
dikenal sebagai Weils Syndrome, penyakit kuning, disfungsi ginjal telah menjadi karakter
tersendiri dan tingkat kematiannya mencapai 5-15%.3

15
Conjunctiva Suffusion, Hal ini terbukti dari hasil anamnesa yang didapat dan hasil
pemeriksaan penunjang yang sesuai. Gejala seperti inilah yang menguatkan diagnosis kita
sebagai dokter bahwa laki-laki tersebut mengidap leptospirosis.4

Tatalaksana

Pengobatan dapat diberikan melaluui dua acara yaitu melalui intravena dan oral, berdasarkan
tingkat keparahan penyakit yang diidap sang pasien. Jika leptospirosis sedang hingga berat
maka pengobatan akan dilakukan intravena berupa Penisilin G, Ampisilin, Amoksilin, atau
Doksisiklin. Sedangkan leptospirosis ringan maka pengobatan oral dapat dilakukan.

Komplikasi

Komplikasi yang biasanya terjadi antara lain: iridosiklitis, gagal ginjal, miokarditis,
meningitis aseptic dan hepatitis. Perdarahan masih jarang ditemui dan bila terjadi akan
mengakibatkan kematian. Hal ini terjadi dilihat dari segi patologi yang dalam perjalanan pada
fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang bertanggung jawab atas terjadinya
keadaan patologi pada beberapa organ.6

Pencegahan

Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit. Banyaknya


hospes perantara dan jenis erotipe sulit untuk dihapuskan. Bagi orang-orang yang mempunyai
resiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus
yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan
kemih binatang reservoar. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat
untuk mengurangi serangan leptospirosis. Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka
resevoar sudah lama direkombinasi, tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil
dilakukan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.7,8

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1. Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2. Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus. Mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan.

16
3. Mencuci tangan, kaki, serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah
/ kebun / sampah / tanah / selokan dan tempat-tempat ysng tercemar lainnya.

4. Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan,


petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan bot dan sarung
tangan.

5. Menjaga kebersihkan lingkungan. 6,8

Prognosis

Kebanyakan pasien akan pulih dari leptospirosis. Penyakit jarang fatal apabila tidak ada
icterus. Bila ada icterus angka mortalitas bagi rentang umur dibawah 30th adalah 5%,
sedangkan pada usia lanjut 30-40%. Tingkat kematian sangat tinggi pada pasien dengan
sindrom weil. Leptospirosis pada kehamilan juga berhubungan erat dengan tingkat kematian
janin. Penanganan jangka panjang untuk pasien dengan gagal ginjal dan disfungsi hepar telah
mencatat catatan baik dengan pemulihan dari fungsi ginjal dan hepar.3

Kesimpulan

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri leptospira dan
menimbulkan berbagai gejala klinik. Perantara dari leptospirosis dapat dari hewan-hewan di
sekitar kita misalnya anjing, kucing, tikus, dan lainnya. Bila air yang tercemar oleh urin dari
perantara berkontak dengan kulit memungkinkan untuk manusia terkena leptospirosis.
Diagnosis dini yang tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan mencegah perjalanan
penyakit menjadi berat. Bila dibandingkan ada beberapa penyakit yang gejalanya mirip
leptospirosis, seperti demam tifoid, hepatitis A, dan malaria. Namun setelah melewati proses
pemeriksaan yang terdiri dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, kita
dapat melihat perbedaan dari tiap penyakit tersebut.

17
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Ed 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009. h.2773-9,2797-820.
2. Abdurrahman N, et al. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2005.h.45
3. http://www.globalrph.com/labs.htm diunduh pada tanggal 24 november 2017
4. Setiati S, Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, Stiyaohadi B, Syam A (2014) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, 6 edn., Jakarta: Interna publishing. h. 539-58, 595-611,633-38, 1945-77
5. Soedarmo SPS, Garna K, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis. Ed 2. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.h.364-9.
6. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis. Ed 6. Jakarta: Erlangga;
2007.h.91-3.
7. Mansjoer A, et al. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Ed 3. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2009.h.425-7.
8. Syahrurachaman, et al. Mikrobiologi kedokteran. Jilid 1. Jakarta: Fakultas
Kedokteran UI; 2003.h.218-9

18

Anda mungkin juga menyukai