Anda di halaman 1dari 15

Kaidah Dasar Bioetik dalam

Praktik Kedokteran

Disusun Oleh :

Puspa Pelita Sukma Hermawan 102016147


Mas Muharami binti Zulkifle 102016258
Darwin Manuel 102016165
Mieke J. Istia 102016
Gracecaella Arjanti Dwiningrum 102016024
Febriana Patandinan
Yakin Arung Padang 102016028

Kelompok PBL : A4

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, 2016

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510


ABSTRACT

A very rapid development in the field of biology and medicine makes medical ethics can no

longer accommodate the overall problems associated with life. Medical ethics talk about the

medical case and the medical profession only, especially the doctor-patient relationship, family,

community and peers. Therefore, since last 3 decades has been developed bioethics or also

called biomedical ethics.

Bioethics often refer to the four basic principle of health care ethics, when evaluating the merits

and difficulties of medical procedures.Ideally, for a medical practice to be considered “ethical”,

it must respect all four of these principles : autonomy, justice, beneficence, and non maleficence.

Keywords : bioethics, autonomy, justice, beneficence, non maleficence

ABSTRAKSI

Perkembangan yang begitu pesat dalam bidang biologi dan kedokteran membuat etika

kedokteran tidak lagi mampu menampung keseluruhan permasalahan yang berkaitan dengan

kehidupan. Etika kedokteran hanya berbicara tentang bidang medis dan profesi kedokteran saja,

terutama hubungan dokter dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Oleh karena

itu, sejak 3 dekade terakhir ini telah dikembangkanlah bioetik atau juga disebut etika biomedis.

Bioetik mengacu pada empat prinsip dasar etika pada pelayanan kesehatan, ketika mengevaluasi

manfaat tindakan dan beberapa kesulitan prosedur.Maka dari itu, untuk praktek medis sangat lah

penting untuk mempertimbangkan "etis", dan harus menghormati keempat prinsip ini:

Autonomy, justice, beneficence, dan non-maleficence.

Kata kunci : bioetik, autonomy, justice, beneficence, non- maleficence


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia, profesi kedokteran adalah profesi yang amat penting dan

berhubungan dengan kesehatan seseorang. Tugas seorang dokter sangat besar karena

penyakit yang ada dalam kehidupan manusia ini tidak sedikit. Karena itu, mereka perlu

menangani berbagai jenis panyakit yang timbul dengan usaha untuk menyelamatkan

manusia. Setiap dokter haruslah bersedia dengan sepenuh jiwa dan raga mereka karena

setiap kasus yang dihadapi itu memerlukan nilai kesabaran dan tanggungjawab yang tinggi.

Namun, dengan sekeras apa pun usaha yang diberikan, manusia perlu mengingat bahwa

tugas dokter hanyalah menangani pasien dan kesembuhan adalah kuasa Tuhan. Selain itu,

profesi dokter juga melibatkan komunikasi yang menjamin hak-hak dan martabat pasien.

Langkah ini adalah untuk memastikan pasien dapat hidup dengan senantiasa sehat dan

bahagia.

Oleh karena itu, seorang dokter harus memahami dengan baik apa itu garis panduan atau

kaidah-kaidah dasar bioetik dalam bidang kedokteran. Apabila dokter itu sentiasa

mempraktikkan garis panduan tersebut, upaya kerjanya dalam praktik kedokteran akan

melahirkan kepuasan yang tidak hanya maksimal terhadap diri mereka sendiri, melainkan

juga kepuasan pasien dan masyarakat setempat. Namun, apabila seorang dokter yang

melanggar etika tersebut, maka upaya kerjanya dalam praktik kedokteran juga dapat

menimbulkan berbagai macam masalah kepada diri, pasien dan juga masyarakat.

Kaidah bioetik merupakan hal dasar yang harus benar-benar dipahami oleh seorang

dokter karena kaidah inilah yang menjadi pedoman bagi seorang dokter untuk bertindak
dalam menghadapi suatu persoalan tertentu. KDB (Kaidah Dasar Bioetik) terdiri atas empat

prinsip yaitu beneficence, non-maleficence, justice dan autonomy. Kaidah Bioetik

merupakan hal paling dasar yang harus dikuasai oleh seorang dokter, karena dari sanalah

seorang dokter belajar bagaimana berperilaku sesuai dengan etika kedokteran.

Dalam kasus ini, tim penulis akan membahas tentang kajian KDB terhadap tindakan

seorang dokter jaga dan dokter spesialis bedah dalam menangani pasien penderita radang

usus buntu yang dibawa ke UGD sebuah rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah

Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun menderita radang usus buntu dan harus

segera di operasi namun tindakan dokter yang menangani terkesan lamban.

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk dapat mengkaji dan memahamikaidah

kaidah dasar bioetik berdasarkan kasus sertamampu mempraktikkannya kelak dalam

profesi sebagai seorang dokter.

1.4 Hipotesis

Dokter diduga melanggar KDB Non-Maleficence.


1.5 Mind Map

Beneficence

Seorang pasien
perempuan berumur
21 tahun menghidap
radang usus buntu dan Non-
Autonomy
harus dioperasi. maleficence
Namun, tindakan
dokter terkesan
lamban.

Justice
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioetika

Bioetika berasal dari bahasa Yunani, bios berarti hidup dan ethos berarti norma-norma

atau nilai moral. Secara harfiah, bioetika diartikan sebagai nilai moral kehidupan.

Bioetika menurut F. Abel adalah sebuah studi interdisipliner tentang problem-problem

yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada skala

mikro maupun pada skala makro, begitu pula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta

sistem nilai-nya, kini dan di masa mendatang.1

Ruang lingkup Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.

Selain membicarakan dalam ruang lingkup medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi

organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, bioetika juga membahas masalah-

masalah kesehatan seperti faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat,

hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, dan sebagainya.2 Selama

perkembangannya, bioetika memberi perhatian yang besar terhadap penelitian kesehatan pada

manusia dan hewan percobaan.

Bioetika mulai diteliti pertama kali oleh Institute for the Study of the Society, Etchics and

the Life science Hasting Center New York (Amerika Serikat) pada tahun 1969. Kini Bioetik

sudah banyak ditekuni oleh lembaga-lembaga dunia, termasuk Indonesia.Dalam ilmu

kedokteran, kaidah-kaidah bioetik merupakan hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang

dokter wajib menjalankan prinsip-prinsip bioetik yang telah ditetapkan.


Bioetik memiliki 4 prinsip dasar, yaitu :

 Beneficence

 Non-Maleficence

 Justice

 Autonomy

2.1.1 Beneficence

Beneficence adalah prinsip untuk memberi manfaat kepada orang lain, bukan

membahayakan orang lain, dan berarti bertanggung jawab atau kewajiban melindungi duty of

care.3Prinsip ini memiliki arti bahwa seorang dokter harus memenuhi kebutuhan pasien dengan

mengutamakan keuntungan pasien sebesar-besarnya. Dalam prinsip ini dikatakan bahwa seorang

dokter juga harus berbuat baik, menghormati harkat dan martabat manusia, dan berusaha

maksimal agar pasien tetap dalam kondisi sehat. Beneficence membawa arti menyediakan

kemudahan dan kesenangan kepada pasien dan mengambil langkah positif untuk

memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Beneficence biasanya diterapkan pada

kasus yang simple dan umum.4 Ciri-ciri prinsip KDB Beneficence, yaitu:

 Mengutamakan Altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban)

 Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

 Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan

seorang dokter

 Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan

suatu keburukannya
 Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

 Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang

lain inginkan

 Tidak membatasi “Goal Based”

 Tidak menarik honorarium di luar kepantasan

 Mengembangkan profesi secara terus-menerus

 Memberikan obat berkhasiat namun murah

 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

 Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan

2.1.2 Non- Maleficence

Maleficence sendiri memiliki arti sifat mencelakakan. Jadi, Non-malficence adalah

kebalikannya yaitu suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang

mencelakakan atau memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil resikonya

bagi pasien sendiri. Pernyataan kuno, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. 4 Ciri-ciri

prinsip KDB Non-Maleficence, yaitu:

 Menolong pasien emergensi

 Mengobati pasien yang luka

 Tidak membunuh pasien

 Tidak menghina atau mencaci pasien

 Tidak memandang pasien sebagai objek

 Mengobati secara proporsional


 Mencegah pasien dari bahaya

 Menghindari misrepresentasi pasien

 Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

 Melindungi pasien dari serangan

 Memberikan semangat hidup

 Tidak melakukan White Collar Crime

2.1.3 Justice

Keadilan (Justice) adalah suatu prinsip dimana seorang dokter memperlakukan sama rata

dan adil terhadap untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat

ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan,

dan kewarganegaraan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Dokter juga

harus memberikan kontribusi sesuai dengan kebutuhan pasien. Dalam memberikan pelayanan,

dokter harus memberikan sesuai dengan keadaan ekonomi pasien.4 Ciri-ciri prinsip KDB

Justice, yaitu:

 Memberlakukan segala sesuatu secara universal

 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

 Menghargai hak sehat pasien

 Menghargai hak hukum pasien

 Menghargai hak orang lain

 Menjaga kelompok rentan

 Tidak membedakan pelayanan pasien

 Tidak melakukan penyalahgunaan wewenang


 Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

 Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat

 Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan

 Bijak dalam makroalokasi

2.1.4 Autonomy

Dalam prinsip ini seorang dokter menghormati martabat manusia. Setiap individu harus

diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak menentukan nasib diri sendiri. Dalam hal

ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomy

bermaksud menghendaki, menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi

dirinya sendiri.4Ciri- ciri prinsip ini, yaitu:

 Menghargai hak menentukan nasib sendiri

 Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

 Berterus terang

 Menghargai privasi

 Menghargai rahasia pasien

 Menghargai rasionalitas pasien

 Melaksanakan informed consent

 Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

 Mencegah pihak lain mengintervensi pasien

 Tidak berbohong pada pasien

 Menjaga hubungan (kontrak)


2.2 Analisis Masalah

Skenario A

Seorang pasien perempuan, 21 tahun, dengan radang usus buntu dibawa ke unit gawat darurat

di sebuah rumah sakit. Kondisi pasien dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan

perawatan segera yang intensif. Setibanya di unit gawat darurat, dokter jaga dan perawat yang

menerima pasien terkesan lamban dan tidak mengacuhkan. Setelah diperiksa dan diberi

penanganan, dokter jaga UGD merujuk ke dokter spesialis bedah. Dokter spesialis bedah baru

datang dan memeriksa pasien setelah satu jam kemudian. Setelah memeriksa pasien, dokter

mengatakan bahwa pasien harus dioperasi dan dokter memberi tahu kepada keluarga pasien

bahwa biaya operasi tidak sedikit. Pelaksanaan operasinya pun tidak bisa segera karena dokter

tersebut masih banyak jadwal operasi lain.

Dalam kasus ini, pasien hendaknya ditangani menurut KDB Non-Maleficence karena kondisinya

yang dalam keadaan sakit parah, dengan kata lain gawat darurat.

2.2.1 Analisis I

Seorang pasien perempuan, 21 tahun, dengan radang usus buntu dibawa ke unit gawat darurat

di sebuah rumah sakit. Kondisi pasien dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan

perawatan segera yang intensif. Setibanya di unit gawat darurat, dokter jaga dan perawat yang

menerima pasien terkesan lamban dan tidak mengacuhkan.

Berikut adalah check-list KDB Non-Maleficence berdasarkan konteks Analisis I :


BIL NON-MALEFICENCE ADA TIDAK

ADA

1. Menolong pasien emergensi

2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria adalah :

• Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau 

berisiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat)

• Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan

tersebut

• Tindakan kedokteran tadi terbukti lebih efektif

• Manfaat bagi pasien lebih banyak daripada kerugian

dokter (hanya mengalami risiko minimal)

3. Mengobati pasien yang luka

4. Tidak membunuh pasien

5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

6. Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek 

7. Mengobati secara tidak proporsional

8. Tidak mencegah pasien daripada bahaya

9. Menghindari misrepresentasi daripada pasien

10. Tidak membahayakan kehidupan pasien kerana kelalaian


11. Tidak memberikan semangat hidup

12. Tidak melindungi pasien daripada serangan

13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang

kesehatan/kerumah-sakitan yang merugikan pihak

pasien/keluarganya

Dalam kasus ini, pasien hendaknya ditangani menurut KDB Non-Maleficence karena

kondisinya yang dalam keadaan sakit parah, dengan kata lain gawat darurat. Namun, dalam

kenyataannya dokter jaga yang menolong pasien terkesan lamban dan tidak mengacuhkan. Hal

ini tentu saja tidak dapat dibenarkan.

Dalam keadaannya yang sakit parah, pasien membutuhkan perawatan yang segera.

Resiko kehilangan sesuatu yang penting, dalam hal ini nyawa, atau kondisi yang memburuk

dapat saja terjadi terlebih perilaku dokter jaga yang lamban dalam menangani pasien.

Sikap tidak mengacuhkan pasien menandakan bahwa dokter tersebut hanya

menganggap pasien sebagai obyek dari banyaknya pasien lain yang harus ia tangani. Hal ini

salah besar. Setiap pasien adalah manusia yang memiliki harkat dan martabat sebagai manusia

begitupun juga dengan seorang dokter. Walaupun tugas seorang dokter adalah mengobati

pasien, namun kedudukan pasien sebagai manusia ciptaan Tuhan yang bernyawa (subyek) tetap

harus dihormati.
2.2.2 Analisis II

Setelah diperiksa dan diberi penanganan, dokter jaga UGD merujuk ke dokter spesialis bedah.

Dokter spesialis bedah baru datang dan memeriksa pasien setelah satu jam kemudian. Setelah

memeriksa pasien, dokter mengatakan bahwa pasien harus dioperasi dan dokter memberi

tahu kepada keluarga pasien bahwa biaya operasi tidak sedikit. Pelaksanaan operasinya pun

tidak bisa segerakarena dokter tersebut masih banyak jadwal operasi lain.

BIL NON-MALEFICENCE ADA TIDAK

ADA

6. Tidak memandang pasien hanya sebagai obyek 

8. Tidak mencegah pasien daripada bahaya 

10. Tidak membahayakan kehidupan pasien kerana kelalaian

12. Tidak melindungi pasien daripada serangan

Dapat dilihat dalam konteks kasus yang dibahas dalam Analisis ke II, penanganan yang

semula berada di bawah tangan dokter jaga dirujuk hingga pasien berada di bawah tangan dokter

spesialis bedah. Melihat kondisi pasien yang sakit parah, sudah seharusnya dokter tersebut
DAFTAR PUSTAKA

1. Jacobalis, Samsi. 2005. Perkembangan Ilmu Kedokteran, Etika Medis, dan Bioetik.

Jakarta : CV Sagung Seto, Hal. 185-188.

2. Hanafiah, M. J., Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal 3-8.

3. Hardjodisastro D. Menuju Seni Ilmu Kedokteran. Jakarta. Gramedia: 2006, Hal 403.

4. Sachrowardi, Qomariyah S., Ferryal Basbeth. 2011.Bioetika : Isu & Dilema. Jakarta :

Pensil-324, Hal 21-23.

Anda mungkin juga menyukai