Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aji Galih Curah Kusuma

Nim : 03021181722010
Kelas : B

B. TINJAUAN PUSTAKA
PT Timah (Persero) Tbk dalam melakukan akitivitas penambangannya
menggunakan metode penambangan lepas pantai (offshore) dan metode
penambangan di darat (onshore). Pada metode penambangan di darat digunakan
Pompa Semprot (Gravel Pump). Persyaratan dasar untuk tambang hidrolik pada
penambangan timah adalah (Faldi, 2013):
a. Merupakan endapan aluvial dengan ciri-ciri lunak, lebar terbatas, dan terbetuk
di dekat permukaan.
b. Terdapat persediaan air yang cukup.
c. Kadar endapan bijihnya lebih besar dari 2.5 kwintal Sn.
Kualitas yang berbeda dari endapan placer sehingga memungkinkan
dikategorikan sebagai ekstraksi aqueous adalah (Daily, 1968):
a. Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air (atau
aksi mekanik ditambah hidrolik),
b. Ketersediaan supply air pada head yang diperlukan,
c. Ketersediaan ruang untuk penempatan waste,
d. Konsentrasi berat adalah mineral yang berharga, memungkinkan ke
pengolahan mineral sederhana,
e. Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan
transportasi hidrolik dari mineral, dan
f. Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan dengan
air dan pembuangan waste.
Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5–15 m,
tetapi dapat mencapai 60 m. Contoh klasifikasi dari monitor pada tambang
semprot dapat dilihat sebagai berikut:
1. Diameter nozzle 40–150 mm
2. Head 30–140 N/cm3 atau 300–1400 kPa
3. Debit 30–250 liter/detik
4. Debit water jet:
Pasir 0,15 m/detik
Kerikil (gravel) 1,5 m/detik
Boulder 3,0 m/detik
Pengolahan bijih timah yang dihasilkan dari tambang laut dan tambang darat
dengan kadar Sn sekitar 20 hingga 30% diproses di Pusat Pencucian Bijih Timah
(PPBT) agar kasiterit terisah dari mineral pengotornya. Selain dihilangkan
pengotornya, disini juga kadar Sn ditingkatkan hingga 72-74% sebagai syarat
utama peleburan. Berikut adalah tahap-tahap pengolahan timah mulai dari bijih
hingga kasiterit dengan kadar Sn 72 sampai dengan 74% (Laporan PT Timah,
2014):

1) Washing atau Pencucian


Pencucian timah dilakukan dengan memasukkan bijih timah ke dalam ore
bin yang berkapasitas 25 drum per unit dan mampu melakukan pencucian 15
ton bijh per jam. Di dalam ore bin itu bijih dicuci dengan menggunakan air
tekanan dan debit yang sesuai dengan umpan.
2) Pemisahan berdasarkan ukuran atau screening/sizing dan uji kadar
Bijih yang didapatkan dari hasil pencucian pada ore bin lalu dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran dengan menggunakan alat screen,mesh, setelah
itu dilakukan pengujian untuk mengetahui kadar bijih setelah pencucian.
Prosedur penelitian kadar tersebut adalah mengamatinya dengan mikroskop
dan menghitung jumlah butir dimana butir timah dan pengotornya memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga dapat diketahui kadar atau jumlah
kandungan timah pada bijih.
3) Pemisahan berdasarkan berat jenis
Proses pemisahan ini menggunakan alat yang disebut jig Harz. Bijih
timah yang mempunyai berat jenis lebih berat akanj mengalir ke bawah yang
berarti kadar timah yang diinginkan sudah tinggi sedangkan sisanya, yang
berkadar rendah yang juga berarti mengandung pengotor atau gangue lainya
seperti kuarsa, zikcon, rutile, siderit dan sebagainya akan ditampung dan
dialirkan ke dalam trapezium Jig Yuba.
4) Pengolahan tailing
Dahulu tailing timah diolah kembali untuk diambil mineral bernilai yang
mungkin masih tersisa didalam tailing atau buangan. Prosesnya adalah dengan
gaya sentrifugal. Namun saat ini proses tersebut sudah tidak lagi digunakan
karena tidak efisien karena kapasitas dari alat pengolah ini adalah 60 kg/jam.
5) Proses Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan didalam rotary dryer. Prinsip kerjanya
adalah dengan memanaskan pipa besi yang ada di tengah – tengah rotary dryer
dengan cara mengalirkan api yang didapat dari pembakaran dengan
menggunakan solar.

6) Klasifikasi
Bijih-bijih timah selanjutnya akan dilakukan proses-proses pemisahan
lanjutan yaitu:
1. Klasifikasi berdasarkan ukuran butir dengan screening,
2. Klasifikasiberdasarkan sifat konduktivitasnya dengan High Tension
Separator,
3. Klasifikasi berdasarkan sifat kemagnetannya dengan Magnetic Separator,
4. Klasifikasi berdasarkan berat jenis dengan menggunakan alat seperti
shaking table, water table dan multi gravity separator (untuk pengolahan
terak/tailing).
7) Pemisahan Mineral Ikutan
Mineral ikutan pada bijih timah yang memiliki nilai atau value yang
terbilang tinggi seperti zirkon dan thorium(unsur radioaktif ) akan diambil
dengan mengolah kembali bijih timah hasil proses awal pada Amang Plant.
Mula – mula bijih diayak dengan vibrator listrik berkecepatan tinggi dan
disaring/screening sehingga akan terpisah antara mineral halus berupa
cassiterite dan mineral kasar yang merupakan ikutan. Mineral ikutan tersebut
kemudian diolah pada water table sehingga menjadi konsentrat yang
selanjutnya dilakukan proses smelting, sedangkan tailingdibuang ke tempat
penampungan. Mineral – mineral tersebut lalu dipisahkan dengan high tension
separator. Mineral konduktor antara lain: Cassiterite dan Ilmenite. Mineral
nonkonduktor antara lain: Thorium, Zirkon dan Xenotime. Lalu masing–masing
dipisahkan kembali berdasarkan kemagnetitannya dengan magnetic separation
sehingga dihasilkan secara terpisah, thorium dan zirkon.
Setelah dilakukan proses peningkatan kadar Sn, maka diambil sampel untuk
diteliti kadarnya dengan menggunakan metode mineral sampling. Mineral
sampling merupakan teknik pengambilan sebagian bijih yang dapat diketahui
kadarnya serta dapat mewakili bijih secara keseluruhan. Mineral sampling ini
dilakukan dengan menggunakan microscope. Setelah bijih tersebut ditingkatkan
kadarnya, maka akan masuk ke tahap selanjutnya yaitu proses peleburan dan
pemurnian.

Anda mungkin juga menyukai