Anda di halaman 1dari 27

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Timah
Timah terbentuk dari endapan primer pada batuan granit dan pada daerah
sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin
dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder yang di dalamnya terdiri
dari endapan alluvial, elluvial, dan kolluvial. Mineral-mineral yang terkandung di
dalam bijih timah yaitu kasiterit sebagai mineral utama, sedangkan pirit, kuarsa,
zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim,
dan monasit sebagai mineral ikutan.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya, endapan bijih timah
sekunder dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Endapan Timah Collovial


Endapan timah collovial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
peluncuran hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan
terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar diikuti dengan pemilahan. Ciri-
ciri endapan timah collovial adalah sebagai berikut:
a. Butiran agak besar dengan sudut runcing;
b. Biasanya terletak pada lereng suatu lembah.
2. Endapan Timah Elluvial
Endapan timah elluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan samping
dan perpindahan mineral cassiterite (SnO2) secara vertikal sehingga terjadi
konsntrasi residual. Ciri-ciri endapan timah elluvial adalah sebagai berikut:
a. Terdapat dekat sekali dengan sumbernya;
b. Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk;
c. Ukuran butir agak besar dan angular.
3. Endapan Timah Alluvial
Endapan timah alluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat proses
transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran

17 Universitas Sriwijaya
18

lebih kecil diendapkan jauh dari sumbernya. Ciri-ciri endapan timah alluvial adalah
sebagai berikut:
a. Terdapat di daerah lembah;
b. Mempunyai bentuk butir yang membundar.
4. Endapan Timah Meincang
Endapan timah meincang adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu. Ciri-ciri
endapan timah meincang adalah sebagai berikut:
a. Endapan berbentuk lensa-lensa;
b. Bentuk butir halus dan bundar.
5. Endapan Timah Dissiminated (Terhambur)
Endapan timah dissiminated adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan
penyebaran yang luas tetapi tidak teratur. Ciri-ciri endapan timah dissiminated
adalah sebagai berikut:
a. Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur;
b. Ukuran butir halus karena tertransportasi jauh;
c. Terdapat pada lapisan pasir/lempung.

Universitas Sriwijaya
Gambar 3.1. Jenis Endapan Timah Sekunder (Buku Teknik Pedoman
Penambangan Timah Alluvial di Darat, 2012)

Timah merupakan logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang


rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan
listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal, logam ini bersifat mengkilap dan
mudah dibentuk. Biasanya timah digunakan untuk bahan baku logam pelapis,
bahan pembuatan kaleng, bahan di dalam alat elektronik, solder, cinderamata dan
lainnya.
3.2. Metode Penambangan Timah
3.2.1. Metode Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih seperti endapan bijih timah,
nikel, besi, tembaga, dan sebagainya. Penambangan dengan cara open pit biasanya
dilakukan untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada daerah datar atau
daerah lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan membentuk
cekungan atau pit.
Metode ini biasanya diterapkan untuk menambang endapan-endapan bijih
(ore). Secara umum metode ini menggunakan siklus operasi penambangan yang
konvensional, yaitu pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan, diikuti
operasi penanganan material penggalian, pemuatan dan pengangkutan. Perbedaan
antara open pit dengan open cut/open mine/open cast dicirikan oleh arah
penggalian/arah penambangan. Disebut open pit apabila penambangannya
dilakukan dari permukaan yang relatif mendatar menuju ke arah bawah dimana
endapan bijih tersebut berada. Adapun aktivitas penambangan pada open pit
adalah sebagai berikut:

3.2.1.1. Tahap Persiapan


Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada awal proses pengambilan atau
penambangan bahan galian terdiri dari tahap persiapan (pra penambangan),
kegiatan tersebut meliputi:
1. Pembuatan jalan
Jalan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat-alat berat ke lokasi
tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut material dari front
penambangan ke lokasi pabrik peremukan. Pembuatan jalan digunakan
dengan memakai bulldozer yang nantinya digunakan pula sebagai
pengupasan lapisan penutup.
2. Pembersihan lahan (land clearing)
Pekerjaan ini dilakukan sebelum tahap pengupasan lapisan tanah
penutup dimulai. Pekerjaan ini meliputi pembabatan dan pengumpulan
pohon yang tumbuh pada permukaan daerah yang akan ditambang dengan
tujuan untuk membersihkan daerah tambang tersebut sehingga kegiatan
penambangan dapat dilakukan dengan mudah tanpa harus terganggu oleh
tumbuhan yang ada di daerah penambangan.
Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan bulldozer.
Pembersihan dilakukan pada daerah yang akan ditambang yang
mempunyai ketebalan overburden beberapa meter dengan menggunakan
bulldozer dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan pengupasan lapisan
tanah penutup.
3. Pengupasan tanah penutup
Lapisan tanah penutup pada daerah proyek terdiri atas dua jenis yaitu
top soil dan lapisan overburden sehingga lapisan dilakukan terhadap
lapisan top soil terlebih dahulu dan ditempatkan pada suatu daerah
tertentu untuk
tujuan reklamasi nantinya. Setelah lapisan top soil terkupas, selanjutnya
dilakukan pengupasan pada lapisan overburden lalu didorong dan
ditempatkan pada daerah tertentu dan sebagian lagi digunakan sebagai
pengeras jalan. Kegiatan pengupasan dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan bulldozer, dimana tahap pengupasan awal dilakukan untuk
menyiapkan jenjang pertama dan pengupasan berikutnya dapat dilakukan
bersamaan dengan tahap produksi.

3.2.1.2. Operasi Penambangan


Tujuan utama dari kegiatan penambangan adalah pengambilan endapan
dari batuan induknya, sehingga mudah untuk diangkut dan diproses pada
proses selanjutnya. Kegiatan penambangan terbagi atas tiga, yaitu
pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga
kegiatan tersebut adalah:
1. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara
endapan bahan galian dengan batuan induk yang dilakukan setelah
pengupasan lapisan tanah penutup tersebut selesai. Pembongkaran dapat
dilakukan dengan menggunakan peledakan, peralatan mekanis maupun
peralatan non mekanis.
2. Pemuatan
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke
dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan
penggusuran, pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat Wheel
loader dan diisikan ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan bertujuan
untuk memindahkan hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Pengangkutan dilakukan dengan sistem siklus, artinya truk yang telah
dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu truk yang lain dan
setelah membongkar muatan langsung kembali ke lokasi penambangan
untuk dimuati kembali.
3. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengangkut
atau membawa material atau endapan bahan galian dari front
penambangan dibawa ke tempat pengolahan untuk proses lebih lanjut.
Kegiatan pengangkutan menggunakan dump truck yang kemudian dibawa
ke tempat pengolahan untuk dilakukan proses peremukan, jumlah truk
yang akan digunakan tergantung dari banyaknya material hasil
pembongkaran yang akan diangkut.

3.2.2. Alat Pendukung Penambangan


Alat pendukung penambangan yang digunakan pada penambangan
endapan timah adalah sebagai berikut:

3.2.2.1. Alat Gali (Excavator)


a. Pengertian Excavator
Excavator adalah alat berat yang biasa digunakan dalam industri
konstruksi, pertanian atau perhutanan. Mempunyai belalai yang terdiri
dari dua tungkai; yang terdekat dengan body disebut boom dan yang
mempunyai bucket disebut dipper. Ruang pengemudi disebut house,
terletak diatas roda (trackshoe), dan bisa berputar arah 360 derajat.
Excavator ada yang mempunyai roda dari ban biasa digunakan
untuk jalanan padat dan rata disebut Wheel Excavators dan ada yang
mempunyai roda dari rantai besi yang akan memudahkannya untuk
berjalan di jalanan yang tidak padat atau mendaki. Excavator beroda
rantai besi ini disebut juga Crawler Excavators.
Tungkai dari excavator dioperasikan dengan sistem engsel
(winches) yang ditarik oleh mesin hydraulic dengan menggunakan kawat
baja. Excavator memiliki fungsi utama untuk menggali dan memuat
tanah galian tersebut ke dalam truk atau lokasi penumpukan (Lampiran
W).

b. Waktu Edar Excavator


Pengamatan terhadap gerakan dan waktu edar (cycle time) excavator
meliputi beberapa bagian, yaitu :
Waktu Penggalian: waktu ketika bucket pertama kali mulai
menyentuh tanah atau batuan
Waktu Swing Isi: waktu saat stick berputar dan keadaan bucket
terisi muatan
Waktu Tuang: waktu saat bucket akan menumpahkan isi
muatan ke bak dump truck sampai hendak
berputar lagi
Waktu Swing Kosong: waktu ketika stick berputar hingga
menyentuh tanah atau batuan lagi dan
bucket dalam keadaan kosong

Dimana cycle time excavator bisa didapat sebagai berikut:


CT = T1 + T2 + T3 + T4 …….. (3.1.)
Keterangan :
CT = Cycle Time (detik)
T1 = waktu penggalian (detik)
T2 = waktu swing isi (detik)
T3 = waktu tuang (detik)
T4 = waktu swing kosong (detik)

c. Kapasitas Produksi Excavator


Kapasitas produksi excavator dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
3600
P𝑒 = C𝑒 Ek …….. (3.2.)
CT

Keterangan :
Pe = produktivitas excavator (m3/jam)
Ce = kapasitas bucket di lapangan (m3)
CTe = waktu edar excavator (detik)
Ek = efisiensi kerja

3.2.2.2. Alat Angkut (Dump Truck)


a. Pengertian Dump Truck
Dump truck adalah suatu alat yang digunakan sebagai alat
angkut karena kemampuannya yang dapat bergerak cepat, kapasitas besar
dan biaya operasinya relatif murah (Lampiran V). Salah satu syarat yang
perlu
dipenuhi agar dump truck digunakan dengan baik dan efektif adalah
adanya jalan angkut yang rata dan cukup kuat atau keras. Dump truck
dapat digerakkan dengan motor bensin, diesel, butane atau propane.
Untuk ukuran besar biasanya digerakan oleh mesin diesel. Kemiringan
jalan yang dapat dilalui dengan baik berkisar antara 7% - 18%.

b. Waktu Edar Dump Truck


Pengamatan terhadap gerakan dan waktu edar (cycle time) dump
truck meliputi beberapa bagian, yaitu untuk alat angkut Articulated
Dump Truck, satu siklus meliputi pengisian muatan, waktu jalan berisi,
penumpahan, waktu jalan kosong.
Waktu Pengisian Muatan: waktu saat Excavator mengisi
muatan ke bak truck
Waktu Angkut Isi: waktu jalan Articulated dump
truck dari front kerja ke
stockpile pada saat bak berisi
muatan, termasukwaktu saat
berbelok
Waktu Atur Posisi Sebelum Tuang: waktu saat Articulated dump
truck mengatur posisi sebelum
menumpahkan muatan
Waktu Tuang: waktu saat Articulated dump
truck mengangkat bak untuk
menumpahkan muatan sampai
bak kembali ke posisi semula
Waktu Angkut Kosong: waktu jalan Articulated dump
truck dari stockpile ke front
kerja dalam keadaan kosong,
termasuk waktu berbelok
Waktu Tunggu: waktu saat Articulated dump
truck menunggu giliran untuk
diisi oleh Excavator
Waktu Atur Posisi Sebelum Mengisi: waktu saat Articulated dump
truck mengatur posisi sebelum
bak diisi oleh Excavator

CT = Ta + Tb + Tc + Td + Te + Tf + Tg ……..(3.3.)
Keterangan :
CT = Cycle Time (menit)
Ta = waktu pengisian muatan (menit)
Tb = waktu jalan isi (menit)
Tc = waktu penumpahan (menit)
Td = waktu jalan kosong (menit)

c. Produktivitas Dump Truck


60
P𝑣 = C𝑣 CT𝐴𝐷𝑇 Ek .….. (3.4.)
Keterangan :
Pv = produktivitas ADT (m3/jam)
Cv = kapasitas vessel (m3)
CTADT = waktu edar ADT (menit)
Ek = efisiensi kerja

3.2.3. Alat Pendukung Lainnya


3.2.3.1. Bulldozer
Bulldozer adalah traktor yang beroda rantai (track). Alat ini serba
guna dan memiliki kemampuan traksi yang besar, dan dapat digunakan
untuk beberapa jenis pekerjaan tanah, untuk menggali, mendorong,
memotong bukit, cut and fill yang lazimnya pada pekerjaan konstruksi.
Pada pekerjaan perkebunan dan pematangan lahan, alat ini juga
sangat diperlukan keberadaannya, untuk medan yang bervariasi
Bulldozer bisa dipasangkan beberapa attachtment, seperti Ripper
(penggaruk) yang digunakan untuk memecahkan material yang keras.
Demikian juga untuk medan yang mempunyai daya dukung tanah
Bulldozer dapat di gunakan dengan pemilihan jenis rantai (Track link)
yang disesuaikan untuk low ground pressure. Pada metode pemilihan
alat yang tepat, nanti akan kita uraikan dalam dalam rubrik tersendiri.

3.2.3.1. Grader
Grader digunakan untuk mengupas/stripping, memotong serta
meratakan suatu pekerjaan tanah, terutama pada tahap penyelesaian,
agar diperoleh kerataan dan
ketelitian yang lebih baik. Motor Grader juga dapat di pergunakan
untuk aplikasi lain seperti membuat kemiringan tanah/badan jalan,
membentuk kemiringan tebing/slope atau membuat saluran air secara
sederhana.
Motor grader terdiri dari enam bagian utama, yaitu penggerak
(prime mover), kerangka (frame), pisau (moldboard), sacrifier, circle
dan drawbar. Alat penggerak motor grader adalah roda ban yang
terletak di belakang. Frame menghubungkan penggerak dan as depan.
Letak frame cukup tinggi untuk memudahkan maneuver alat. Dalam
pengoperasiannya, motor grader menggunakan pisau yang disebut
moldboard yang dapat digerakkan sesuai dengan kebutuhan bentuk
permukaan. Panjang blade biasanya berkisar antara 3 sampai 5 meter.
Sacrifier adalah unit motor grader yang dikontrol secara hidrolis.
Bagian ini mempunyai gigi yang berfungsi untuk menghancurkan
material. Sacrifier digerakkan dengan mendorong atau menarik unit ini.
Circle adalah bagian motor grader yang berbentuk seperti cincin
dengan bagian dalam luar bergigi. Fungsi dari circle adalah untuk
menggerakkan blade agar dapat berputar. Drawbar bagian motor
grader yang berbentuk V atau T. Drawbar menghubungkan circle
dengan bagian depan grader.

3.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Pemindahan Tanah


Laju material yang dapat dipindahkan atau dialirkan per satuan waktu
(biasanya perjam). Untuk memperoleh produksi ada beberapa parameter
yang harus diperhitungkan antara lain :
1. Kapasitas alat.
2. Tenaga Kendaraan atau alat.
3. Waktu Edar (Cycle Time)
4. Efisiensi Kerja.
5. Faktor Kesesuaian Alat (Match Factor)
6. Keadaan lintasan

3.2.4.1. Kapasitas Alat


Kapasitas alat adalah jumlah material yang diisi, dimuat atau
diangkut oleh suatu alat berat. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis
material yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas.
1. Volume
Diketahui ada tiga bentuk volume material yang mempengaruhi
perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bank cubic meter
(BCM), loose cubic meter (LCM), dan compacted cubic meter (CCM).
Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat
penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. BCM adalah volume
material pada kondisi aslinya di tempat (insitu) yang belum terganggu.
LCM adalah volume material yang sudah lepas akibat penggalian,
sehingga volume akan mengembang dengan berat tetap sama. CCM
adalah volume material yang mengalami pemadatan kembali setelah
penggalian, sehingga perbandingan volume aslinya dengan berat tetap
sama.
Densistas material tentunya akan berubah akibat adanya penggalian
yaitu dari kondisi bank ke loose. Pada kondisi loose, densitas material
akan berkurang dibanding densitas pada kondisi bank karena adanya
pori-pori udara.
2. Faktor pengisian (Fill Factor)
Faktor pengisian (Fill Factor) adalah presentase volume yang
sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan kedalam bak truk atau
mangkokdibanding kapasitas teoritisnya. Suatu bak truk mempunyai
faktor isi 87%, artinya 13% volume bak tersebut tidak dapat diisi.
Besar faktor pengisian suatu alat tergantung pada :
a.Kandungan material
Makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor
pengisian makin kecil. Sebab dengan adanya air mengakibatkan ruang
yang seharusnya terisi oleh material diisi oleh air
b. Ukuran Material
Ukuran mateial yang umumnya lebih besar, menyebabkan banyak
ruangan dalam bucket yang terisi oleh material, sehingga faktor
pengisian menjadi kecil.
c.Kelengketan Material
Jika material yang lengket banyak pada bucket baik sisi dalam
maupun luarnya, maka akan meningkatkan faktor pengisian alat apabila
kegiatan penumpahan alat bersih, makan akan mengurangi faktor
pengisian karena volume bucket akan menjadi semakin kecil.
d. Keahlian dan Pengalaman Operator
Keahlian dan pengalamn operator sangat perlu dalam pelaksanaan
kegiatan penambangan, karena operator yang ahli dan pengalaman akan
menghasilkan faktor pengisian tinggi.

3.2.4.2. Tenaga Kendaraan


Memilih suatu alat untuk pekerjaan penggalian material, bijih, atau
overburden harus dipertimbangkan tenaga kendaraan yang mampu
mengatasi medan kerja yang dimaksud adalah kondisi jalan misalnya
jalan kering mulus dan padat, becek, lurus, banyak tikungan, mendaki,
menurun, dsb. Yang mempengaruhi laju kendaran pada saat bermuatan
kosong.

3.2.4.3. Waktu Edar (Cycle Time)


Pengertian cycle time adalah waktu yang dipakai sebuah mesin
(kendaraan) untuk menjalani suatu siklus pekerjaan.
1. Waktu edar alat gali muat (Excavator Komatsu PC 300) adalah
waktu yang dibutuhkan / diperlukan oleh alat mulai dari waktu
penggalian, waktu swing isi, waktu tuang, waktu swing kosong.
2. Waktu edar alat angkut (ADT Terrex TA 400) adalah waktu yang
dibutuhkan alat angkut untuk waktu pengisian muatan, waktu angkut
isi, waktu atur posisi sebelum tuang, waktu tuang, waktu angkut
kosong, waktu tunggu, dan waktu atur posisi sebelum mengisi.

3.2.4.4. Efisiensi Kerja


Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus
diperhitungkan dalam upaya mendapatkan harga produksi alat per
satuan waktu, sebagian besar harga efisiensi kerja diharapkan terhadap
operator, yaitu orang yang menjalankan atau mengoprasikan unit alat,
walaupun demikian apabila ternyata efisiensi kerja rendah belum tentu
penyebabnya adalah kemalasan operator yang bersangkutan, mungkin
ada penyebab lain yang tidak dapat dihindari, antara lain cuaca,
kerusakan alat tiba- tiba, dan lain-lain.
Pekerjaan mekanik untuk perawatan tidak dapt dimasukan sebagai
penyebab berkurangnya efisiensi kerja operator, karena pekerjaan
perawatan alat harus terjadwal untuk masuk bengkel, mungkin dapat
dipakai sebagai acuan untuk membatasi porsi pekerjaan operasional dan
mekanik. Mungkin setiap perusahaan memberikan definisi yang
berbeda tentang pengertian waktu tertunda atau terhenti.

3.2.4.5. Faktor Kesesuaian Alat


Pada dasarnya kombinasi effisiensi kerja alat angkut dan alat muat
yang tertinggi dipilih untuk dipakai. Untuk menyatakan keserasian
(synchronization) kerja antara alat muat dengan alat angkut dapat
ditentukan dengan menghitung faktor keserasian (Match Factor)
melalui persamaan sebagai berikut :

Na x Ctm x n ……..(3.5.)
MF = Nm x Cta
Keterangan :
MF = Match Factor
Ctm = Waktu Memuat Untuk Alat Muat
(detik) Cta = Waktu Edar Alat Angkut
(detik)
Na = Jumlah Alat
Angkut Nm = Jumlah
Alat Muat
n= Jumlah Pengisian Bucket

Keseimbangan atau sinkronisasi kerja antara truck dan back hoe


dapat diukur dengan menggunakan Faktor Keseimbangan atau Match
Factor dengan ketentuan:
 MF = 1, berarti jumlah alat angkut dan alat muat seimbang atau
sinkron jadi hampir dipastikan tidak ada waktu tunggu.
 MF < 1, berarti jumlah alat angkut kurang, akibatnya alat muat
banyak menunggu.
 MF > 1, berarti jumlah alat angkut lebih sehingga muncul waktu
tunggu dalam proses pemuatan.
3.2.4.6. Keadaan Lintasan
Keadaan lintasan sangat berpengaruh terhadap produktivitas alat.
Semakin buruk kondisi alat maka akan semakin besar cycle time alat,
dengan demikian secara langsung akan mempengaruhi angka
produktivitas alat angkut tersebut. Apabila jalur lintasan kurang
dilakukan pemeliharaan maka apabila hujan turun air akan mengubah
struktur tanah menjadi berlumpur dan akan menghambat kerja alat
angkut. Oleh karena itu, jalan pada lokasi penambangan harus selalu di
pelihara agar produktivitas alat bernilai tinggi.
3.2.2. Penambangan Kapal
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana penambangan lepas pantai
dengan menggunakan Kapal Isap Produksi (KIP) berdasarkan penelitian
yang kami lakukan. Sebagai pengetahuan, penambangan lepas pantai
(offshore) juga dapat menggunakan Bucket Wheel Dredge (BWD) dan
Kapal Keruk.

3.2.2.1. Jenis Lapisan yang Digali


Jenis-jenis lapisan tanah pada dasar laut yang diperoleh dari hasil
eksplorasi geologi, dimana data geologi mengambarkan penampang bor
(profil bor). Profil bor inilah yang menjadi acuan penting bagi operator
dalam mencari serta mengidentifikasi keterdapatan endapan timah
danmenentukan metode penggalian yang tepat untuk menggali bijih
timah dari dasar laut. Lapisan tanah yang digali oleh KIP dan KK dibagi
menjadi 3 macam, antara lain sebagai berikut:
a. Lapisan Tanah Atas (Overburden)
Lapisan tanah atas merupakan lapisan penutup atau overburden yang
tidak mengandung bijih timah atau mengandung bijih timah yang sangat
sedikit sekali sehingga tidak ekonomis untuk diproses pada instalasi
pencucian sementara pada KIP. Lapisan tanah atas ini menutupi lapisan
kaksa yang mengandung banyak bijih timah. Pada umumnya lapisan
tanah atas berupa lumpur dan lempung liat. Lapisan ini digali namun
tidak diproses di instalasi pencucian melainkan dialirkan ke bandar
tailing untuk kemudian dibuang sebagai tailing.
b. Lapisan Kaksa (Ore Body)
Lapisan kaksa merupakan lapisan tanah yang mengandung banyak
bijih timah. Lapisan ini harus digali secara teliti dan bersih agar semua
mineral ikutannya dapat diproses di instalasi pencucian. Pada umumnya,
lapisan kaksa berupa lempung lemah bercampur pasir halus atau pasir
kasar dan kerikil.
Endapan bijih pada dasar laut merupakan endapan sekunder, yaitu
endapan yang telah mengalami perpindahan dari sumber atau tempat
asalnya. Pada umumnya, endapan bijih timah sekunder yang berada pada
lapisan kaksa merupakan endapan aluvial, yaitu endapan yang terjadi
karena tertransportasi jauh dari sumbernya oleh sungai. Semakin jauh
dari sumbernya, ukuran dari mineral yang diendapkan makin kecil.
c. Lapisan Kong (Bedrock)
Lapisan kong merupakan lapisan tanah keras yang terletak di bawah
lapisan kaksa, dimana pada lapisan ini tidak mengandung timah atau
hanya sedikit mengandung timah sehingga tidak ekonomis untuk digali.
Penggalian biasanya hanya dilakukan sampai batas kong, yaitu batas
antara lapisan kaksa dan lapisan kong dimana sketsa lapisan kedudukan
tanah pada endapan cadangan timah dapat kita lihat di bawah ini pada
Gambar 3.1.

Gambar 2.1 Sketsa kedudukan lapisan tanah (Sutedjo, 2009)


3.2.2.2. Jenis Endapan dan Klasifikasi Cadangan Bijih Timah
Endapan bijih timah di wilayah perairan atau laut merupakan
endapan sekunder. Dimana endapan timah sekunder yang ditemui pada
umumnya adalah endapan alluvial. Endapan alluvial ini merupakan
endapan yang terjadi karena proses transportasi sungai dimana mineral
berat dengan ukuran butir yang lebih besar diendapkan dekat dengan
sumbernya, sedangkan mineral berukuran kecil di endapkan jauh dari
sumbernya. Ciri-ciri dari endapan ini antara lain terdapat di daerah
lembah dan mempunyai bentuk butiran yang membundar.
Klasifikasi cadangan merupakan bagian dari sumberdaya mineral
yang memenuhi kriteria fisik dan kimia dalam kaitannya dengan
ketentuan penambangan yang meliputi kadar, kualitas, ketebalan,
kedalaman, dan dapat diasumsikan memiliki nilai ekonomis apabila
diproduksi berdasarkan kajian saat ini. Cadangan bijih timah
diklasifikasikan seperti tabel dibawah ini (Tabel 2.1) berdasarkan hasil
dari eksplorasi yang sudah dilakukan perusahaan.

Tabel 2.1Klasifikasi cadangan timah (Bidang Evaluasi Produksi UPLB)

No. Simbol Nama Kekayaan (Kg/m3)


1 Kosong 0-0,050

2 Cabang Satu 0,051-0,10


3 Cabang Dua 0,101-0,20
4 Cabang Tiga 0,201-0,250

5 Cabang Empat 0,251-0,30

6 Cabang Lima 0,301-0,350

7 Seperempat Hitam 0,351-0,450


8 Setengah Hitam 0,451-0,90
9 Hitam Penuh 0,901-1,5
10 Mata Ayam 1,51-2,50
Mata Ayam Cabang
11 >2,50
Satu

3.2.2.3. Kapal Isap Produksi (KIP)


Kapal Isap Produksi (KIP) merupakan salah satu alat penambangan
yang di gunakan untuk menambang bijih timah lepas pantai (off shore)
selain kapal keruk. KIP melakukan penambangan dengan cara menggali
lapisan tanah dengan menggunakan cutter yang terpasang pada ujung
ladder. Hasil galian tersebut kemudian dihisap oleh pipa hisap yang
terhubung dengan pompa tanah dan kemudian di teruskan ke pipa tekan
menuju unit pencucian dan pengolahan yang terletak di dalam kapal
tersebut. (Kaimi, M., 2013)
Sistem kinerja dari KIP dalam melakukan operasi ditentukan dari
kedalaman maksimal ladder serta jumlah material yang dapat dihisap per
jamnya. Kedalaman maksimal penggalian suatu KIP ditentukan oleh
panjang ladder serta sudut kemiringan maksimum yang dibentuk saat
ladder turun dengan permukaan air laut. Kemampuan penggalian setiap
KIP berbeda-beda dengan KIP lainnya Hal ini disebabkan oleh
berbedanya spesifikasi alat seperti panjang ladder dan kemampuan daya
hisap pada tiap kapal isap produksi. (Kaimi, M., 2013)
Sistem Pengolahan pada Kapal Isap Produksi (KIP) pada dasarnya
memanfaatkan prinsip gravity concentration yaitu metode pemisahan
bahan galian yang memanfaatkan perbedaan massa jenis suatu material
terhadap kecapatan alir, percepatan jatuh dan besar kecil ukuran material.
Massa jenis dari suatu bahan galian mempengaruhi kecepatan
pengendapan material dimana material yang memiliki massa jenis yang
tinggi akan lebih cepat mengendap sedangkan yang memiliki massa jenis
yang rendah mengendap lebih lambat. Adapun alat yang digunakan yaitu
Jig Primer dan Jig Sekunder dengan tipe Pan American Jigs.

1. Bagian-Bagian Utama Kapal Isap Produksi


Apabila ditinjau secara garis besar, Kapal Isap Produksi dibagi
menjadi dua buah bagian utama(Pusdiklat PT.Timah (Persero) Tbk,
2010)antara lain:
a. Ponton
Ponton merupakan sebuah konstruksi dasar pada KIP dengan bentuk
tabung panjang tertutup yang berfungsi layaknya seperti pondasi pada
bangunan yang membuat KIP dapat mengapung di laut (Gambar 2.2).

Gambar 2.4Sketsa ponton KIP (Dept. Perawatan dan Perbengkelan UPLB)

Ponton pada KIP terdiri dari kumpulan beberapa tangki yang disebut
kompartemen. Kompartemen merupakan ruangan kedap air yang
berfungsi sebagai penguat konstruksi dari ponton. Selain berfungsi
sebagai alat apung, ponton juga berfungsi untuk menyimpan cadangan
bahan bakar serta air tawar. Alasan dibaginya ponton menjadi beberapa
kompartemen adalah sebagai tindak pengamanan, terutama disaat terjadi
kebocoran pada salah satu kompartemen, sehingga air tidak dapat pindah
ke kompartemen lain dan tidak membuat kapal tenggelam.
Kompartemen pada KIP terbagi menjadi empat buah tabung, dimana
dua tabung di bagian tengahnya (ponton dalam) lebih panjang
dibandingkan bagian pinggirnya (ponton luar). Bentuk dasar dari ponton
di bagian ujung haluan dan buritan dibuat melengkung. Hal ini bertujuan
untuk agar ponton tidak mudah kandas di lapangan kerja serta untuk
mempermudah kapal untuk bergerak maju atau mundur.
b. Rangka Kapal
Rangka atau badan kapal merupakan bangunan yang berada di atas
ponton yang menjadi tempat bagi para awak kapal serta tempat untuk
meletakkan alat-alat yang menunjang kegiatan penambangan serta
pencucian pada KIP. Rangka kapal pada KIP dimana pada sketsa rangka
KIP (Gambar 2.3) terbagi menjadi 3 bagian, antara lain:
1) Bagian rangka depan
Merupakan tempat untuk menggantung ladder pada beun, tempat
menggantung jangkar kapal, ruang komando kapal, ruang rapat, ruang
Kuasa Kapal, ruang administrasi, ruang ABK serta ruang rapat.
2) Bagian rangka tengah
Merupakan tempat untuk peralatan instalasi pencucian seperti saring
putar, jig, dan sakan, serta tempat untuk mesin-mesin yang menunjang
aktivitas kapal.
3) Bagian rangka belakang
Merupakan dapur dan tempat bersantai bagi para awal kapal di bagian
atas sedangkan di bagian bawah merupakan tempat untuk menggantung
bandar tailing serta tempat mesin rudder propeller yang berfungsi untuk
menggerakkan kapal.

Gambar 2.5 Sketsa rangka KIP (Dept. Perawatan dan Perbengkelan UPLB)

2. Mekanisme Penggalian pada Kapal Isap Produksi


a. Prinsip Kerja Penggalian KIP
Pada proses penggalian pada KIP terdapat beberapa gaya yang
bekerja pada saat penggalian dan proses penambangan dilakukan.
Gaya-gaya yang bekerja tersebut diantaranya yaitu(Kaimi, 2013):
1) Gaya putar cutter, berfungsi untuk memberaikan tanah agar mudah
diisap oleh pompa isap tanah. Putaran cutter pada KIP memiliki
kecepatan maksimum 24 rpm.
2) Gaya tekan ladder, berfungsi untuk memberikan gaya tekan ke
ujung cutter sehingga dapat membantu proses penggalian.
3) Gaya isap pompa tanah, berfungsi untuk menghisap tanah yang
terberai oleh cutter, selain itu gaya ini juga dapat memperlemah
talud atau dinding tanah yang belum digali sehingga dapat runtuh
dengan sendirinya sehingga mempermudah cutter untuk
memberainya.
4) Gaya dorong rudder propeller, berfungsi membuat pergerakan pada
KIP dengan gerakan memutar hingga 360o, sehingga memberikan
gaya dorong untuk menekan ujung cutter ke arah kiri atau kanan
terhadap tanah yang akan digali.
b. Metode Penggalian KIP
Metode penggalian yang digunakan pada KIP dibagi menjadi
tiga, yaitu metode rotary, metode spuddingdan metode
kombinasi(Kaimi, 2013).
1) Metode Rotary
Metode rotary(Gambar 2.6) ini dilakukan dengan cara memutar
KIP hingga 360° pada saat melakukan penggalian. Biasanya
metode ini biasanya dilakukan pada saat pengupasan lapisan tanah
atas hingga mencapai lapisan kaksa yang mengandung banyak
timah.

Gambar 2.6 Metode rotary(Kaimi, 2013)

2) Metode Spudding
Metode spudding (Gambar 2.7) dilakukan dengan cara memutar
KIP mulai dari 90° hingga 180°. Metode ini cukup efektif untuk
mengantisipasi arus yang kuat, bahkan bisa juga di gunakan
sewaktu menghadapi angin kencang atau gelombang yang agak
besar.

Gambar 2.7 Metode spudding(Kaimi, 2013)

3) Metode kombinasi
Sistem penggalian atau metode kombinasi (Gambar 2.8) merupakan
gabungan dari sistem rotary dengan sistem spudding. Metode
rotary digunakan untuk mengupas lapisan tanah atas lalu
dilanjutkan dengan metode spudding untuk menggali lapisan kaksa
yang bertimah sambil bergerak maju sesuai dengan arah sebaran
timah.

Gambar 2.8 Metode kombinasi(Kaimi, 2013)

3. Sistem Kerja Penggalian KIP


Sistem kerja penggalian KIP dilakukan dengan beberapa sistem,
menurut kondisi dan situasi daerah kerja tersebut(Kaimi, 2013), antara
lain:
a.Cadangan yang digali dengan ketebalan tanah lebih tipis daripada
ketebalan air (1:3), ketebalan tanah 10 m dan kedalaman air 30 m.
Sistem penggalian untuk kondisi kerja dengan cadangan yang digali
ketebalan tanahnya lebih tipis daripada ketebalan air adalah sebagai
berikut:
1) Posisikan cutter pada titik lubang bor yang akan digali memakai
alat bantu GPS.
2) Ladder diarahkan sehingga menyentuh lapisan tanah (pada tengah-
tengah lingkaran tersebut).
3) Lingkari dulu titik bor tersebut dengan memutar kapal, dan
lingkaran tersebut akan kelihatan pada monitor GPS (setiap
pergerakan KIP).
4) Penggalian sudah dapat dimulai dengan cara menjalankan cutter
ditambah dengan menekan ladder dan memutar ponton KIP,
pengerjaan tersebut dapat juga dinamakan pengeboran.
5) Hasil dari pengeboran (tanah yang diisap) akan dialirkan ke
saringan putar menggunakan pipa isap, dan dapat terlihat dari
monitor saringan putar (dilihat dari ruang komando).
6) Pada penggalian awal (pengeboran awal) buatlah lubang sebagai
titik perputaran (striping) agar posisi cutter tidak mudah keluar dari
lubang tersebut karena pergerakan KIP.
7) Setelah mencapai titik lingkaran penuh berbentuk lubang, maka
kedalaman ladder (kedalaman penggalian) dapat ditambah dalam,
dengan memperhatikan volume tanah pada saringan putar.
8) Penekanan ladder sangat tergantung dengan kemampuan isap,
kapasitas saringan putar, kekerasan lapisan tanah dan kemampuan
dari pisau cutter.
9) Apabila cutter belum mencapai kong, sedangkan ponton berat
untuk diputar, maka penggalian bisa dialihkan pada penggalian
awal untuk memperlebar bukaan kolong yang pertama, untuk
memperlebar bukaan pertama, penggalian bisa dilakukan dengan
sistem maju mundur memakai propeller belakang. Makin dalam
kaksa yang akan dicapai, pembukaan kolong bagian atas harus
makin luas.
b. Cadangan yang digali dengan lapisan tanah lebih tebal daripada
kedalaman air (3:1), ketebalan tanah 30 m dan ketebalan air 10m.
Sistem penggalian untuk kondisi kerja dengan cadangan yang digali
ketebalan tanahnya lebih tebal daripada ketebalan air dilakukan dua
tahap yaitu pembuatan kolong kerja dan pengupasan lapisan kaksa.
Dalam hal ini, pembuatan kolong kerja dibuat seluas mungkin,
disesuaikan dengan tebal lapisan tanah yang akan digali. Hal ini
dilakukan agar pada saat penggalian tidak terjadi pendangkalan pada
lapisan kaksa. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Titik koordinat (titik lubang bor) dilingkari dulu dengan kolong
yang digali oleh KIP. Luas dari kolong disesuaikan dengan
ketebalan lapisan tanah sampai dengan kong. Semakin dalam
kong maka semakin luas bukaan pada kolong kerja.
2) Kedalaman pembukaan kolong dilakukan sampai ± 1 m sebelum
mencapai lapisan kaksa. Pada saat pembukaan kolong kerja dari
lapisan demi lapisan dapat di kontrol dari monitor saring putar
atau di cek manual memakai dulang dan materialnya diambil dari
saring putar. Jika ternyata sudah ada timah, maka kedalaman
pembukaan kolong diakhiri.
3) Penggalian selanjutnya diteruskan dengan penggalian lapisan
kaksa pada daerah yang sudah dibuka kolong kerjanya.
4) Apabila lapisan kaksa pada daerah yang telah dibuka kolong
kerjanya tergali semua, maka penggalian dapat dilanjutkan dengan
mencari arah penyebaran timah daripada lubang bor tersebut.
Caranya ladder diangkat sedikit dan kapal digerakan dengan
sistem maju dan memutar. Bila penyebaran dari lubang bor sudah
habis, maka penggalian selanjutnya dapat dilakukan dengan
lubang bor yang lain dengan sistem yang sama.
c. Lokasi kerja dipengaruhi oleh arus yang kuat, gelombang yang
cukup besar dan angin yang cukup kencang. Sistem penggalian
untuk kondisi kerja yang dipengaruhi oleh keadaan alam, seperti ini
adalah sebagai berikut:
1) Pada saat penggalian menghadapi arus kuat, maka posisi KIP
diarahkan melawan arus. Penggalian tidak dapat dilakukan
dengan sistem manuver 360o tetapi cukup antar 60o sampai
dengan 90o, untuk tetap mempertahankan KIP melawan arus.
Untuk menahan KIP agar tidak terdorong arus dari arah depan,
ponton dibantu dengan propeller bagian belakang dan
penggalian dilakukan dengan sistem maju mundur.
2) Apabila penggalian dipengaruhi oleh gelombang besar, maka
kapal diposisikan menyamping daripada gelombang. Manuver
KIP dilakukan dengan memutar kapal 60o sampai dengan 90o,
untuk manuver dibantu propeller dengan mengarahkan
kesamping kanan atau kiri sesuai dengan kebutuhan.
3) Pada saat penggalian menghadapi angin kencang, maka sistem
penggalian disamakan dengan apabila menghadapi arus kuat.

4. Aspek-aspekyang Mempengaruhi Proses Penggalian


Dalam melakukan penggalian timah terdapat beberapa aspek yang
dapat mempengaruhi proses penggalian yang perlu di perhatikan
(M.Kaimi, 2013), antara lain sebagai berikut.
a. Jenis Lapisan dan Cara Penggaliannya
Untuk jenis lapisan tanah yang gampang terberai, KIP tidak akan
menemukan kesulitan yang berarti dalam penggalian, sebab talud atau
dinding tanah yang berada didepan dinding cutter akan sedikit demi
sedikit runtuh dan akan dihisap oleh pipa isap. Tetapi bila menggali
jenis lapisan tanah keras yang susah diberai seperti lapisan lempung
liat, maka KIP harus memperlebar lubang penggalian untuk
menghindari terjadinya runtuhan sekaligus dari talud atau dinding
tanah yang dapat berpotensi menimbun ladder. Karena jenis lapisan
tersebut liat maka cutter harus digerakkan secara perlahan.
b. Sudut Putaran KIP
Untuk penggalian lubang awal, KIP terus berputar searah atau
berlawanan arah jarum jam sampai kong (bedrock). Untuk
memperlebar kolong kerja, KIP berputar 90°-180° searah jarum jam,
lalu dibalas berputar ke 90°-180° berlawanan arah jarum jam
mengikuti alur dari penyebaran bijih timah.
c. Kedalaman Gali Ideal
Dengan panjang ladder 58 m, kedalaman gali ideal KIP adalah ±
50 m dengan asumsi sudut penunjaman ladder maksimum 60°. Untuk
mencegah agar KIP tidak kandas akibat penimbunan tanah tailing,
maka kedalaman minimum yang ideal untuk digali ± 20 m.
d. Tebal Lapisan Ideal
Tebal lapisan tanah ideal untuk digali oleh KIP adalah sebesar 0-
20 meter. Pada kedalaman itu untuk jenis material lepas kemungkinan
terjadi longsoran yang mengakibatkan ladder tertimbun masih sangat
kecil. Apabila tebal lapisan tanah lebih tebal dari 20 meter,
kemungkinan ladder tertimbun tanah runtuhan akan semakin besar,
terutama jika jenis tanah yang digali adalah tanah keras yang tidak
mudah runtuh, maka kondisi ini akan sangat berbahaya bagi ladder.
e. Ruang Buang Tailing
Ruang buang tailing bergantung pada kedalaman ladder.
Semakin dalam ladder atau semakin besar sudut kemiringan ladder,
maka jari-jari ruang buang tailing akan semakin kecil.

Anda mungkin juga menyukai