Dari tempat penambangan, fragmen batu bara dgn berbagai ukuran diangkut dgn truk ke tempat
penimbunan (stock pile). biasanya batu bara yg diangkut dgn truk akan ditutup oleh terpal agar batu
bara tidak berceceran dijalan, sebab fragmen batu bara di jalan apabila diinjak oleh kendaraan akan
hancur dan menghasilkan debu. di stock pile batu bara akan digiling dengan mesin
penggiling/penghancur (crusher) yg bekerja dgn ayakan (sieve), batu bara yg dihasilkan dgn ukuran
tertentu sesuai permintaan buyer. Apabila batu bara hasil penggilingan belum diangkut disarankan agar
timbunan batu bara tsb. diaduk dgn wheel loader, agar udara dlm tumpukan batu bara dapat
dikendalikan shingga tidak timbul panas, jika hal itu tidak dilakukan boleh jd akan timbulnya kebakaran
sebab salah satu sifat batu bara adalah Self Ignition (terbakar sendirinya). Batu bara yg digiling, diangkut
oleh belt conveyor kemudian dicurahkan ke pontoon. jarak vertical ujung akhir belt conveyor ke
pontoon antara 5-10 m. pada jarak tsb. saat batu bara dicurahkan, maka debu batu bara secara alamiah
tertiup angin, hasil yg diperoleh batu bara yg tertampung di ponon menjadi bersih 1
Pengertian Hauling
Hauling adalah proses pangangkutan batuan yang telah dimuat menggunakan excavator (alat gali),
kemudian batu di angkut menuju mesin Crushing/Jaw untuk masuk ke dalam tahap processing. Batu-
batu yang di angkut ialah batu yang berukuran cukup besar namun ukurannya tidak melebihi kapasitas
bucket excavator, serta rata-rata 17 ritasi/angkutan batu yang di dump ke dalam jaw tergantung pada
waktu edar yang di lalui oleh 1 dumptruck.
Mode alat yang digunakan dalam proses hauling adalah Dump truck dengan beragam jenis dan type.
Jenis yang dimiliki perusahaan yaitu Beiben Truck dengan type 3832 serta Hino truck. DT yang di miliki
perusahaan terdapat 9 DT, 6 DT digunakan untuk Loading Hauling, dan 3 DT lainnya dipergunakan untuk
pembuangan tanah (Striping Overburden). Gambar DT Jenis Beiben. Hambatan dapat berupa suatu
permasalahan yang mengganggu proses kegiatan hauling, hambatan itu dapat berupa:
-Kerusakan aksesoris seperti roda ban yang bocor serta rem yang terkadang blong.
Hauling adalah pengangkutan, biasanya yang diangkut Over Burden atau Coal (batu bara).
1
http://mheea-nck.blogspot.co.id/2011/06/materi-kuliah-batubara.html
Overburden adalah lapisan tanah penutup ( lapisan yg menutupi bahan galian ) yang biasanya
terdiri dari :
Top Soil adalah lapisan tanah paling atas (pucuk atau humus) Adalah bagian atas tanah
(humus) dengan ketebalan 1-1.5 m dari permukaan yang mengandung unsur-unsur hara
yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetasi
Sub Soil adalah lapisan tanah antara top soil dan overburden (lapisan tanah inti).
Lapisan tanah inti ( sand Stone, Clay, dan lain - lain)
Top Soil
(Bagian
Atas
Tanah)
Sub Soil
(Bagian Tanah Antara)
Overburden
(Tanah Inti)
Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang terbuka adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap penambangan. Kegiatan ini bertujuan
mendukung kelancaran kegiatan penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang
(acces road), stockpile (tempat penumpukan atau bahan yang ditumpuk untuk diambil, diolah,
dipasarkan atu dimanfaatkan kemudian), dll.
Dimana :
L : Lebar jalan angkut minimum (m)
n : Jumlah jalur
Wt :Total lebar alat angkut (m)
½ : dimaksudkan sebagai ukuran aman dari lebar kendaraan di tepi kiri dan kanan.
W = n (U + Fa + Fb + Z) C
C = Z = ½ (U + Fa + Fb)
Dimana :
W : Lebar jalan angkut pada tikungan (m)
n : Jumlah jalur
U : Jarak jejak roda kendaraan
Fa : Lebar juntai depan (m)
Fb : Lebar juntai belakang (m)
C : Jarak dua truck yang akan bersimpangan (m)
Z : Jarak sisi luar truck ke tepi jalan (m)
Kemiringan jalan masuk tambang dinyatakan dalam bentuk persen (%). Dalam pengertiannya,
kemiringan (α) 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter untuk setiap jarak mendatar
sebesar 100 meter.
ASURANSI PENGANGKUTAN BATU BARA
Indonesia dikenal sebagai 5 besar penghasil batu bara di dunia, selain digunakan untuk
konsumsi lokal, batu bara juga di ekspor ke luar negeri seperti cina, india dan Negara asia
lainnya.
Pengangkutan batu bara sendiri ada beberapa jenis yang tergantung jarak
pengangkutannya.
1. Conveyor dan truk digunakan untuk pengangkutan jarak dekat
2. Kereta dan tongkang digunakan untuk pengangkutan domestic atau dalam negeri
3. Sedangkan kapal (bulk carrier) digunakan untuk pengangkutan internasional
Saat periode pengangkutan tersebut, sering terjadi kecelakaan seperti alat angkut terbalik,
kebakaran dan juga pencurian. Oleh karena itu penting mengasuransikan proses pengangkutan
batu bara tsb.
Dalam asuransi pengangkutan (cargo insurance) sendiri terdapat produk khusus untuk
menjamin pengangkutan batu bara tersebut. Yaitu plois institute coal clause atau IT Coal Clause.
Polis ITC Coal Clause tersebut di adopsi dari Institute Cargo Clause (1982) B and C. jadi
jaminannya tidak “all risk” tetapi hanya “named perils” yaitu polis yang secara jelas disebutkan
jaminannya apa saja. ITC Coal Clause diperluas dengan “spontaneous combustion, inherent vice
or nature of the subject-matter insured”. Yaitu jaminan terbakar sendiri yang merupakan resiko
khusus pada batubara yang pada polis lain (ICC A,B<C) selalu dikeculikan.
Selain menjamin self combustion, polis ini juga menjamin “entry of sea lake or river water
into vessel hold container or place of storage”
Karena pada tongkang atau barge tidak memiliki penutup, kadi risiko batubara tumpah
akibat tersapu air sangat tinggi.
Jaminan ITC Coal Clause juga hanya menjamin pengangkutan dengan tongkang dan kapal
biasanya bulk carrier, karena secara tegas menjamin disebutkan :
“This insurance attaches as the subject-matter insured is loaded on board the oversea vessel
at the port or place named herein for the commencement of the transit, continues during
the ordinary course of transit and terminates as the subject-matter insured is discharged
overside from the oversea vessel at the destination named herein”
Jadi jaminan dimulai saat batubara sudah dimuat diatas kapal sampai dengan dibongkar dari
kapal. Tetapi praktiknya beberapa perusahaan sudah memperluas jaminan ini dengan
“loading and un-loading clause” jadi jaminan diperluas saat proses tsb.
1. Kebakaran atau ledakan, termasuk yang disebabkan oleh panas yang timbul
2. Kapal karam, kandas, tenggelam, atau terbalik
3. Kapal tabrakan dengan benda lain selain air
4. Pembongkaran muatan di pelabuhan darurat
5. Gempabumi, letusan gunung berapi dan samabaran petir
6. General average
7. Pembuangan muatan ke laut atau tersapu ombak (jettison or washing over board)
8. Masuknya air laut, danau atau sungai kedalam ruang muat atau container.
Biasanya digunakan harga penjualan (jika anda merupakan perusahaan tambang + biaya
pengankutan
Mislanya : harga jual per MT/Metric Ton Adalah 80 USD, jadi nilai pertanggungannya adalah (USD 80
x 5000) + USD 25.000 = USD 425.000
2
http://ilmuasuransi.com/asuransi-pengangkutan-batubara/
IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan Batubara
IUP OPK Pengangkutan dan Penjualan Batubara atau Izin Usaha Operasi Produksi Khusus merupakan Izin
yang penting terutama bagi Perusahaan Trading Batubara. Sanksi Pidana apabila tidak memilikinya. izin
ini Dikeluarkan oleh Dirjen Minerba ESDM dan berlaku selama 3 tahun.
1. Menyampaikan RKAB
2. Mematuhi harga patokan dan mengutamakan kebutuhan dalam negeri
3. Memenuhi kewajiban keuangan sesuai UU
4. Batubara berasal dari:
a. Pemegang Izin Sementara untuk pengangkutan dan penjualan lainnya
b. Pemegang Izin IUP OP lainnya
c. Pemegang Izin IUP OPK lainnya
5. Tidak bisa dipindahtangankan3
IUP Pengangkutan dan Penjualan Batubara Diatur dalam Pasal 36 PP No. 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Pasal 36 :
Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan
dan/atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan
dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki:
Pasal 37 :
menyatakan IUP Operasi Produksi Khusus Pengangkutan dan Penjualan diberikan oleh:
a. Menteri apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas provinsi dan negara;
b. Gubernur apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dilakukan lintas kabupaten/kota; atau
c. Bupati/Walikota apabila kegiatan pengangkutan dan penjualan dalam 1(satu) kabupaten/kota.
3
https://hukumenergisumberdayamineral.wordpress.com/2012/06/30/iup-opk-pengangkutan-dan-
penjualan-batubara-3/
KASUS PENGANGKUTAN BATU BARA BERUJUNG KE PENGADILAN4
Dinilai wanprestasi terhadap perjanjian pengangkutan batu bara, perusahaan jasa transportasi laut
digugat mitra kerjanya.
Hubungan bisnis ternyata tak selamanya berjalan mulus. Salah sedikit, relasi bisnis tersebut hampir
dapat dipastikan terganggu. Bahkan tidak tertutup kemungkinan akan berujung di pengadilan. Seperti
itulah kini hubungan antara PT Humpuss Transportasi Curah (HTC) dengan PT Genta Multi Perdana
(GMP) saat ini.
Keduanya saling berhadapan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, setelah lama seiring sejalan
dalam menjalin ikatan bisnis. HTC yang merupakan salah satu anak perusahaan Humpuss Intermoda
Transportasi digugat GMP karena dinilai cidera janji alias wanprestasi.
Perkaranya bermula ketika GMP bersepakat menjalin kerja sama di bidang pengangkutan batu bara
dengan HTC. Kesepakatan itu tertuang dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 2 Mei 2006
dan berlaku hingga 31 Desember 2007. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa HTC diwajibkan untuk
menyediakan sarana pengangkutan laut bagi GMP.
Seperti diuraikan dalam berkas gugatan, HTC berkewajiban mengangkut batu bara dari Kalimantan
Selatan dengan tujuan Lampung. Jumlah yang harus diangkut mencapai 50 ribu metrik ton per bulan.
Kontraprestasinya, GMP berkewajiban membayar biaya angkut sebesar Rp97.500 per metrik ton.
Penggugat berpendapat kurun waktu Mei hingga November 2006, ternyata HTC tidak mampu
melaksanakan kewajibannya dengan baik. Tergugat tidak mampu mengangkut batu bara sebanyak 50
ribu metrik tiap bulannya, kata Darwin Aritonang, kuasa hukum GMP.
Dalam kurun waktu tersebut HTC hanya mampu mengangkut batu bara sebanyak 157.967 metrik ton
dari yang semestinya 350.000 metrik ton. Dengan perkataan lain, pihak tergugat praktis hanya mampu
mengangkut kurang dari separuh berat angkutan yang seharusnya. Dengan demikian terbukti bahwa
pihak tergugat telah wanprestasi, tegas Darwin.
Parahnya lagi, masih seperti terdapat dalam gugatan, sejak November 2006, tergugat malah
menghentikan kapal dan tongkangnya untuk mengangkut batu bara. Artinya, sejak itu tergugat telah
menghentikan kewajibannya, padahal kerja sama itu berakhir pada 31 Desember 2007.
Namun sebagaimana tertuang dalam berkas jawabannya, HTC menolak tegas jika dituduh telah
wanprestasi. Melalui kuasa hukumnya dari kantor hukum Amali & Associates, HTC menyatakan telah
memenuhi semua kewajiban yang tertuang dalam setiap perjanjian. Disebutkan juga, justru pihak
4
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16677/pengangkutan-batu-bara-berujung-ke-
pengadilan
penggugat lah yang tidak mampu menyediakan batu bara sesuai dengan volume yang telah disepakati
dalam perjanjian.
Namun dalam berkas repliknya, Darwin kembali membantah jika kliennya dinyatakan tidak mampu
menyediakan batu bara sebanyak 50 ribu metrik ton. Buktinya, lanjut Darwin, GMP kemudian
mengadakan perjanjian dengan pihak ketiga tatkala mengetahui ketidakmampuan HTC dalam
mengangkut batubara sesuai kesepakatan.
Gugat Balik
Belakangan, HTC malah menggugat balik (gugatan rekonpensi) dengan alasan bahwa GMP lah yang
nyata-nyata melakukan wanprestasi dengan menahan pembayaran biaya pengangkutan sebesar
Rp3,153 milyar.
Terhadap gugatan rekonpensi tersebut, GMP mengembalikannya kepada perjanjian awal, dimana GMP
hanya melakukan pembayaran kepada HTC atas jasa pengangkutan sesuai dengan jumlah volume batu
bara yang diangkut. Namun karena tergugat dinilai tidak mampu mengangkut batu bara untuk periode
mei-november 2006, maka penggugat merasa berhak untuk menahan biaya pembayaran jasa sebesar
Rp3,15 miliar agar penggugat tidak mengalami kerugian lebih besar lagi.
Tindakan menahan pembayaran tersebut, kata penggugat, sesuai dengan asas umum yang berlaku
dalam hukum, yaitu asas exceptio non adempleti contractus, yang pada intinya mengatur bahwa hak
menuntut dari salah satu pihak dalam suatu perjanjian akan hilang pada saat pihak tersebut melakukan
wanprestasi.
HTC pun tidak tinggal diam. Dalam berkas dupliknya, HTC menyatakan tindakan menahan biaya
pembayaran jasa angkutan oleh penggugat tidaklah berdasar. Tidak ada dasar hukum maupun hak
retensi pada penggugat untuk menahan pembayaran karena uang tersebut ada bukan karena
wanprestasi, tetapi justru karena prestasi yang telah dilaksanakan oleh tergugat, begitu tulis tergugat
dalam dokumen dupliknya. Ujungnya, tergugat malah melaporkan penggugat ke Polda Metro Jaya atas
tuduhan tindak pidana penggelapan dan penipuan.
Hauling COAL merupakan salah satu kegiatan dalam proses produksi, yaitu pemindahan batu bara
menuju dermaga, dan pengangkutannya menggunakan Dump Truck. Alur proses aktivitas pada kegiatan
Hauling COAL meliputi:
Bahaya yang mungkin atau bisa terjadi pada kegiatan ini antara lain :
1. http://epieffendy.blogspot.co.id/2013/10/istilah-istilah-tambang_16.html
2. https://www.google.co.id/search?
rlz=1C1PRFC_enID693ID694&q=izin+pengangkutan+batubara&sa=X&ved=0ahUKEwjo27P
HvZfWAhVEuo8KHct5AxcQ1QIIhAEoAA&biw=1366&bih=627
3. http://repo.unand.ac.id/2185/
4. http://eprints.unsri.ac.id/2492/1/Jurnal_Rekayasa.pdf
5. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-30417-4106100029-presentation-2.pdf
6. https://1902miner.wordpress.com/2013/03/15/pengolahan-batubara-pengangkutan-
batubara/
7. http://rachmatrisejet.blogspot.co.id/2013/08/pemuatan-dan-pengangkutan.html
8. http://www.xflpq.xyz/Jan-22/proses-pengangkutan-batubara/
9. http://hitechproducts.co.in/4908/pengangkutan-batubara-ke-coal-hauling/
10. http://repository.unsada.ac.id/137/2/putra1.pdf
11. http://digilib.unila.ac.id/11333/7/BAB%20III.pdf
12. file:///C:/Users/PC/Downloads/S1-2015-296309-introduction.pdf
13. http://thesis.binus.ac.id/Doc/Lain-lain/2011-2-00317-MN%20Ringkasan001.pdf
14. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-29592-4107100098-Paper.pdf