meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian. Beberapa tahapan kegiatan
penambangan secara garis besar adalah :
1. Pembabatan (clearing)
2. Pengupasan tanah penutup (stripping)
3. Penggalian bahan galian (mining)
4. Pemuatan (loading)
5. Pengangkutan (hauling)
6. Penumpahan (waste dump)
Faktor-faktor dalam pemilihan system penambangan yaitu :
1. Sifat keruangan dari endapan bijih
a. Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khususnya)
b. Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)
c. Posisi (miring, mendatar atau tegak)
d. Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)
2. Kondisi Geologi dan Hidrologi
a. Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)
b. Komposisi kimia (utama, hasil samping, mineral by product)
c. Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)
d. Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam Batubara)
e. Keseragaman, alterasi, erosi
f. Air tanah dan hidrologi
3. Sifat geomekanik
a. Sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien poison)
b. Perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep)
c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten
e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas bebas, lengas bawaan)
4. Konsiderasi ekonomi
a. Cadangan (tonnage dan kadar)
b. Produksi
c. Umur tambang
d. Produktifitas
e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok
5. Faktor teknologi
a. Perolehan tambang
b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih)
c. Kefleksibilitas metode dengan perubahan kondisi-kondisi
d. Selektifitas metode untuk bijih dan waste
e. Konsentrasi/penyebaran pekerjaan
Dasar dalam pemilihan metode penambangan yaitu :
1. Stripping Ratio (SR)
Yaitu berapa jumlah waste (tanah buangan baik O/B maupun batuan samping) yang harus dibuang/disingkirkan
untuk memperoleh 1 ton endapan bijih sampai pada ultimate pit limit.
Jumlah Waste (m3/ton)
————————————-
SR =
Jumlah Ore (m3/ton)
SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih kecil (Tamka)
SR > 1 = Ongkos pengupasan lebih besar (Tamda)
SR = 1 = Bisa Tamka/Tamda
2. Break Even Stripping Ratio (BESR)
Yaitu perbandingan antara keuntungan kotor dengan ongkos pembuangan O/B.
Salah satu bagian penting dari tujuan pertambangan adalah pengembangan berkelanjutan (sustainable
development).
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan dinding yang tinggi atau
penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pemboran ataupun penggalian bukaan ke dalam
lapisan di antara lapisan penutup. Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan
batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan
batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger
mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan
menggunakan loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang mudah jika dilakukan bersamaan
dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat
ditempatkan pada lokasi. Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan
Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya mendekati horisontal, serta
kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan.
Dragline
Example Dozer Method
Example Dozer Method Cross Section
High wall Mining (Auger Mining)
High Wall Mining Configuration
High Wall Mining EquipmentLAUNCH VEHICLEMountain top RemovalQuarry Mining
Open Pit Mining
Truck and Shovel
Open Pit Mining
Quarry Mining
Strip Mining
Truck and Shovel
LAUNCH VEHICLE
Mountain top Removal
Report this ad
Report this ad
Jenis
Tahapan Metode Endapan
Mineral
Pendahuluan Citra landsat semua
Sintesis
semua
regional
Survei Tinjau
Foto udara semua
(Reconnaissance)
Aeromagnetik logam dasar
Pemetaan
semua
Geologi
Pengukuran misalnya
penampang Batubara
Stratigrafi
Stream
sediment logam dasar
sampling
Pendulangan mineral berat
Pemetaan
Prospeksi umum semua
geologi
Stream
sediment logam dasar
sampling
Pendulangan mineral berat
Gaya berat non-metalik
Seismik singenetik
logam dasar
Magnetik
tertentu
Rock sampling semua
Prospeksi detail
Pemetaan
(Eksplorasi semua
geologi
pendahuluan)
Uji sumuran semua
Geolistrik
logam
(tahanan jenis,
dasarsingenetik
IP, SP, dll.)
Seismik
refraksi/refleksi logam dasar
Detail tertentu
magnetik
Soil sampling
logam dasar
(geokimia)
Rock sampling
semua
(geokimia)
Rock sampling
logam dasar,
(petrografi,
dll
alterasi)
Pengambilan
conto
sistematik
dengan:
Eksplorasi detail pemboran inti, semua
sumur uji atau
dengan
logging
Geofisika
Agar EKSPLORASI dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berdasarkan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan.
Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain :
a. Target eksplorasi
*) Jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) dan
*) Pencarian model-model GEOLOGI yang sesuai
b. Pemodelan eksplorasi
*) Menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi,
*) Menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan
dimanfaatkan, serta
*) Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperoleh.
Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah dasar ekonomis dan perancangan (desain)
yaitu :
a. Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metode harus sesuai dengan keadaan geologi endapan yang dicari.
b. Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendah-rendahnya untuk memperoleh hasil yang
sebesar-besarnya.
Syarat untuk perumusan hipotesis dari suatu penemuan (dalam hal ini endapan bahan galian) adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan staf (pekerja) yang baik tentang keadaan/kontrol GEOLOGI suatu endapan,
2. Mempunyai wawasan dan imajinasi,
3. Mempunyai bakat intuisi,
4. Mempunyai keberanian,
5. Mempunyai keyakinan tentang penilaian hipotesis,
6. Kemampuan untuk berdiri sendiri.
Untuk mencapai kesuksesan dalam EKSPLORASI, maka urutan-urutan yang perlu diperhatikan oleh seorang (badan)
pengelola eksplorasi antara lain :
1. Penentuan tujuan jangka panjang yang realistik dan tidak bersifat subjektif,
2. Pendelegasian tanggung jawab pada masing-masing individu/tim,
3. Penciptaan suasana kerja yang produktif sehingga mampu merangsang munculnya inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan
baru,
4. Pemastian adanya komunikasi yang baik, baik dari pusat kelapangan, atau dalam satu kerja tim lapangan,
5. Penekanan dan proporsi yang baik dalam pengelolaan sumberdaya (manusia, uang, dan waktu),
6. Membiasakan dalam peninjauan kembali keputusan sebelum memutuskan/membuat keputusan akhir (final decission).
GAMBAR – GAMBAR
PETA GEOLOGI
PETA GEOLOGI
PETA TOPOGARFI
PETA TOPOGRAFI
PETA GEOMORFOLOGI
PETA GEOMORFOLOGI
Posted 22/06/2011 by Sibotolungun in Teknik Pertambangan
Pengukuran bidang tanah secara sistematik adalah proses pemastian letak batas bidang-bidang yang terletak dalam satu atau
beberapa desa/kelurahan atau bagian dari desa/kelurahan atau lebih dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah secara
sistematik (pasal 1 butir 3). Setelah lokasi pendaftaran tanah secara sistematik ditetapkan, segera dilakukan persiapan sebagai
berikut (pasal 47) :
1. Kepala Kantor Pertanahan menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa peta dasar yang berbentuk berbentuk peta garis atau
peta foto.
2. Peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud di atas telah memuat semua pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah
terdaftar haknya dalam bentuk peta indeks grafis.
3. Dalam hal peta pendaftaran telah tersedia pada wilayah yang telah ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah sistematik, peta
pendaftaran tersebut dapat dianggap sebagai peta indeks grafis.
4. Apabila karena alasan teknis pembuatan peta indeks grafis tersebut tidak dapat dilaksanakan sebelum dilakukan pendaftaran
tanah secara sistematik, pemetaan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar tersebut dilakukan bersamaan dengan pemetaan
bidang-bidang tanah hasil pengukuran bidang tanah secara sistematik.
5. Dalam hal desa/kelurahan yang wilayah atau bagian wilayahnya ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah secara sistematik
belum tersedia peta dasar pendaftaran, maka pembuatan peta dasar pendaftaran dapat dilakukan bersamaan dengan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah yang bersangkutan.Petunjuk Teknis Pengukuran dan Pemetaan Pendaftaran Tanah ini dibuat sebagai
bahan panduan kerja bagi pelaksana di lingkungan Badan Pertanahan Nasional. Untuk penyeragaman, yang dimaksud dengan
peraturan, pasal, ayat, butir dan lampiran pada Petunjuk Teknis ini adalah pasal, ayat, butir dan lampiran seperti dinyatakan pada
PMNA / KBPN No.3/1997, kecuali dinyatakan lain.
PETA merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada
skala tertentu
Jenis-Jenis Peta
1. Berdasarkan isinya :
a. Peta Hidrografi (Peta Bathymetri )
b. Peta Geologi
c. Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah)
d. Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.
2. Berdasarkan skalanya :
a. peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar)
b. peta skala sedang (1 : 10.000 – 1 : 100.000)
c. peta skala kecil (< 1 : 100.000).
3. Berdasarkan penurunan dan penggunaan :
a. Peta Dasar, untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah ;
b. Peta Tematik, memuat tema -tema tertentu
Peta Geologi :
a. batupasir berwarna kuning
b. batulempung berwarna hijau
Koordinat Peta
a. Koordinat Bassel
b. Koordinat UTM
c. Koordinat lokal
Konversi, dengan mengikat kepada benchmark Umum
Garis Kontur
a. Garis: kumpulan titik
b. Kontur: kesamaan nilai dengan rujukan tertentu
c. Interval Kontur: menyatakan jarak vertikal atau beda tinggi antara dua kontur yang berdekatan.
DIGITASI PETA
Program Terapan SURFER, mengapa ?
a. Mudah digunakan (user friendly)
b. Mudah ditransfer dari data lapangan (dari koordinat X,Y,Z).
c. Jika peta sudah tersedia, pelaksanaan digitasi dapat dilakukan dengan cara yang cukup mudah .
d. Mudah dimodifikasi, dengan teknik manipulasi kontur sebagai bagian dari bentang alam yang terubah (misal setelah terbentuk
bench penambangan)
e. Perhitungan volume sebelum dan sesudah kondisi bentang alam berubah dapat dilakukan dengan cara sederhana
f. Dengan fasilitas yang tersedia (vector), kita dapat melakukan pembagian daerah berdasarkan kawasan penyaliran ; misal untuk
kebutuhan perencanaan drainage tambang
g. Dan lain -lain
Fasilitas
a. Data Spreadsheet; *. dat , *.txt, *. xls , *. bna , *. bln dan lain -lain
b. Data Topo Cotour Map; *. srf , *. wmf , *.jpg, *.bmp, *.gif dan lain -lain
c. Menungkinkan dilakukan tranfer antar program terapan lainnya, yang menggunakan basis data dan format gambar yang sama
Segmen angkasa/satelit
– terdiri dari 24 satelit
– menempati 6 orbit (bentuknya mendekati lingkaran)
– setiap orbit ditempati 4 satelit (diatur sedemikian rupa agar minimal selalu nampak 4 satelit
– orbit satelit berinklinasi 55° terhadap bidang ekuator
– ketinggian rata-rata dari permukaan bumi 20.200 km
– beratnya lebih dari 800 kg
– bergerak dengan kecepatan rata-rata 4 km/detik
– mempunyai periode 11 jam 58 menit (12 jam)
– gelombang sinyal GPS pada 2 frekuensi (l-band) yaitu l1 dan l2
– l1 berfrekuensi 1575,42 mhz dan l2 berfrekuensi 1227,60 mhz
– l1 membawa 2 buah kode biner (P-code, Precise or Private code) dan code C/A (Clear Access or Coarse Aquisation)
– L2 hanya membawa kode C/A
– satelit GPS secara kontinyu memancarkan sinyal gelombang
Segmen Kontrol
– Mengontrol masalah kesehatan, komponen dan menentukan orbit seluruh satelit
– Terbagi di beberapa daerah, yaitu :
1) P. Ascension (Samudera Atlantik Bagian Selatan)
2) Diego Garcia (Samudera Hindia)
3) Kwajalein (Samudera Pasifik Bagian Utara)
4) Hawaii
5) Colorado
Segmen pengguna
– pertama kali digunakan untuk kepentingan militer (perang)
– selanjutnya dikembangkan untuk kepentingan yang lebih luas (iptek)
– dapat digunakan baik di darat, di laut maupun di udara
– tidak dibatasi oleh waktu dan tempat
Jenis/tipe GPS
1. Navigasi ——> 50 – 100 meter
2. Pemetaan —–> 1 -5 meter (deferensial dan dilengkapi peta)
3. Geodetik ——-> orde mm
Metode pembacaan
1. Statik (diam ditempat)
2. Kinematik (bergerak)
DOP = Delution of Precision/ Bilangan yang digunakan untuk merefleksikan kekuatan geometri dari konstelasi satelit. Semakin
kecil bilangannya semakin bagus akurasinya
CATATAN
– Rumus di atas adalah untuk pendekatan
– Cukup teliti untuk keperluan praktis
– Besarnya defleksi vertikal (ε ) umumnya tidak melebihi 30″
GAMBAR-GAMBAR
Peta Geologi
Peta Geologi
Peta Topografi
Peta Topografi
PETA GEOMORFOLOGI
PETA GEOMORFOLOGI
Posted 22/06/2011 by Sibotolungun in Teknik Pertambangan
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang peranannya terus meningkat, mengingat cadangannya cukup
banyak dengan total sumber daya sebesar 57,8 Milyar Ton, dimana sekitar 44% dikategorikan sebagai batubara
peringkat rendah (low rank coal) dan 28% peringkat menengah, 27% termasuk peringkat tinggi serta 1 %
peringkat sangat tinggi. Peringkat batubara ini didasarkan kriteria kalori per gram batubara seperti terlampir pada
tabel 1.1.
Tabel 1.1
Batubara Indonesia Berdasarkan Peringkat
Peringkat Kriteria (kkl/gr, adb)
Rendah < 5100
Menengah 5100 – 6100
Tinggi 6100 – 7100
Sangat tinggi > 7100
Sumber : Seminar Nasional 25 tahun Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik-UNISBA 2004
Mengingat kualitas batubara yang cukup baik dan teknologi pemanfaatan yang telah maju, maka batubara telah
menjadi komoditi yang strategis, baik untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun untuk menambah
devisa negara melalui ekspor.
Pengusaha kecil dan menengah merupakan bentuk usaha yang paling banyak keberadaannya di bumi Indonesia.
Apalagi sekarang ini Indonesia sedang giat-giatnya membangun di semua bidang terutama pembangunan di
bidang pertambangan yang menuju pada pembangunan ekonomi yang adil dan merata, maka usaha
penambangan batubara merupakan salah satu contoh usaha dibidang pertambangan yang bisa diharapkan dalam
menyokong pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih baik khususnya untuk penduduk di sekitar lokasi
penambangan.
Pada saat ini perkembangan industri pertambangan batubara cukup meningkat. Dengan ketersediaan potensi
cadangan yang cukup besar dan harga yang memadai di pasaran, dan mengingat naiknya harga bahan bakar
minyak sekarang ini, kemajuan industri ini tergantung dari besarnya konsumsi batubara dari industri pemakainya.
Ditinjau dari industri pemakainya, maka batubara dapat dipakai untuk industri besar dan industri kecil, sedangkan
penggunaannya sebagai bahan bakar dan bahan baku.
Sumber daya batubara (Coal Resources) di Indonesia cukup besar dengan total cadangan kurang lebih 39 milyar
ton. Bila diasumsikan laju pertumbuhan produksi batubara mencapai 12,4 % per tahun, maka batubara Indonesia
dapat dimanfaatkan hingga tahun 2166. Lokasi cadangan umumnya berada di Sumatera (64%) dan Kalimantan
(35%). Sementara itu daerah-daerah lain seperti pulau Jawa dan Sulawesi walaupun cadangannya sedikit tetapi
telah dimanfaatkan, karena di kedua daerah tersebut lokasi konsumen tidak jauh. Sehingga batu bara tetap
ekonomis untuk dimanfaatkan. Di pulau Jawa, banyak pemakai batubara untuk berbagai keperluan, sedangkan di
Sulawesi terdapat pabrik semen dengan kapasitas yang cukup besar.
Cadangan batu bara Indonesia saat ini berjumlah sekitar 7 miliar ton yang terdiri dari batu bara berkualitas
rendah, yaitu lignite (49%), dan sub-bituminous (26%), serta batu bara berkualitas tinggi yaitu bituminous (24%)
dan antrachite (1%). Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah
diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak
untuk ditambang Batubara berkualitas rendah ditandai dengan kandungan air yang tinggi dan karbon yang
rendah. Sementara itu, batu bara berkualitas tinggi memiliki kandungan air yang rendah dan karbon yang tinggi,
dan umumya dijual ke pasar ekspor internasional
Sebelum melakukan eksploitasi maka diperlukan suatu tahapan eksplorasi yang akan memudahkan dalam
penentuan suatu cebakan-cebakan batubara, menentukan kecenderungan akumulasi endapan batubara dan
penyebarannya secara lateral. Disamping itu potensi kuantitas dan kualitas dari sumberdaya batubara dapat
ditentukan dari tahapan eksplorasi.
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau, prospeksi, eksplorasi
pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan,
keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar
analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan
geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.
BAB II
Permodelan Cadangan
Ada beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran cadangan dianggap penting, antara lain:
1) Penaksiran cadangan merupakan taksiran dari kuantitas (tonase) dan kualitas dari suatu cadangan.
2) Penaksiran cadangan memberikan perkiraan bentuk 3 dimensi dari cadangan serta distribusi ruang (spatial)
dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan atau tahapan penambangan yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present Value (NPV) dari tambang.
3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam perancangan pabrik pengolahan dan
kebutuhan infrastruktur lainnya.
4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan taksiran cadangan. Faktor ini harus
diperhatikan dalam menentukan lokasi penambangan tanah atau batuan penutup dan tailing (waste dump &
tailing impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnnya.
Syarat – syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan suatu daerah cadangan penambangan antara
lain:
a) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan kondisi geologis dan karakter atau sifat dari mineralisasi.
b) Penaksiran cadangan harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi suatu model cadangan yang akan
digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan
tambang yang akan diterapkan.
c) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang diolah atau diperlakukan secara obyektif.
Keputusan dipakai tidaknya suatu data dalam penaksiran harus diambil dengan padanan yang jelas dan konsisten.
Tidak boleh ada pembobotan data yang semena-mena. Pembobotan yang berbeda harus dilakukan dengan dasar
yang kuat.
d) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau diverifikasi.
Tahap pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan adalah memeriksa atau mengecek taksiran kadar
blok (unti penambangan kecil). Hal ini dilakukan dengan menggunakan data pemboran (komposit atau assay)
yang ada disekitarnya. Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus diperiksa ulang
dengan kadar dan tonase hasil penambangan yang sesungguhnya.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain metode konvensional dan geostatistik. Metode
konvensional dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu metode luas dan faktor rata-rata, metode blok-blok
penambangan, metode penampang, dan metode analitik.
Untuk memilih salah satu diantara metode itu diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu analisis cadangan, tujuan
perhitungan cadangan, system penambangan dan prinsip-prinsip dari interpretasi dan eksplorasi yang dipakai.
Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung volume, tonase, faktor rata-rata merupakan suatu pendekatan.
Hal ini disebabkan bentuk dan ukuran badan bijih yang tidak teratur, penyederhanaan geometris, interpretasi
geologi, dan asumsi dari variable-variabel yang tidak konsisten (Popoff,1966).
Hasil dari permodelan dan penghitungan cadangan ini juga sangat berperan untuk memberikan analisis tentang
apa yang akan kita lakukan terhadap tambang baik itu tentang metoda penambangan yang akan digunakan,
batasan lokasi penambangannya (pit limit) atau bahkan perkiraan tentang umur dari penambangan tersebut. Hasil
tersebut dimungkinkan karena perkiraan umur suatu penambangan akan dipengaruhi oleh jumlah cadangan yang
ada.
Hal yang sedikit berbeda diberikan dalam pemodelan sumberdaya dan penghitungan cadangan untuk batubara,
langkah yang dilakukan akan lebih kompleks dan spesiifik lagi. Hal ini disebabkan karena cadangan batubara itu
berbentuk lapisan-lapisan sehingga pemodelan dan perhitungan cadangannnya juga akan saling berhubungan
yang berarti perkiraan penambangannya tidak bisa hanya untuk satu seam lapisan batubara saja. Kita dapat
mengambil contoh, bahwa untuk permodelan dan perhitungan cadangan batubara maka keadaan antar lapisan itu
sangat diperhitungkan yang berarti bila memungkinkan untuk pengambilan batubara pada satu seam apakah itu
juga memungkinkan untuk pengambilan seam selanjutnya. Hal ini kembali lagi pada nilai ekonomis pada batubara
tersebut yaitu apakah dengan batubara yang kita ambil itu maka hasil penjualannya dapat mengganti biaya yang
dikeluarkan untuk pengambilanya. Inilah alasan yang membuat permodelan dan perhitungan cadangan batubara
menjadi sangat penting khusunya pada penambangan batubara.
Secara umum permodelan sumberdaya dan perhitungan cadangan batubara memerlukan data-data dasar sebagai
berikut :
1. Peta Topografi
4. Peta Geologi
5. Peta Situasi
Keterkaitan antar seam sangat diperhatikan dalam pemodelan dan perhitungan cadangan batubara maka data
yang diperlukan pada permodelan dan perhitungan cadangan batubara juga menjadi sangat kompleks.
Penggambaran persebaran batubara tidak hanya untuk satu lapisan saja melainkan juga keseluruhan lapisan
sehingga pada analisa akhir dapat ditetapkan nilai cadangan yang potensial baik secara teknis maupun secara
ekonomis.
Pengolahan data yang harus kita lakukan juga sangat beragam, tergantung mana yang dapat memberikan nilai
yang lebih tepat. Tetapi tetap saja pada permodelannya haruslah dapat menunjukkan semua segi dengan lengkap
dan tepat khususnya secara visual, baik itu tentang topografinya, gambaran tiap seamnya baik roof atau floornya,
dan gambaran ketebalan tiap lapisan serta data tentang overburdennya.
Aplikasi penggunaan komputer untuk pengolahan datanya juga akan sangat membantu dibanding dengan
menggunakan pengolahan secara manual, selain dari segi keakuratan yang jauh lebih teliti dengan menggunakan
komputer. Beberapa program aplikasi yang sering digunakan mampu memberikan permodelan dan perhitungan
secara langsung akan tetapi sering pula harus memadukan kemampuan antara dua atau lebih program aplikasi.
Dalam menaksir suatu sumberdaya mineral, diperlukan suatu persyaratan penaksiran data lapangan melihat
pentingnya bahwa semua keputusan teknis sangat tergantung pada data lapangan merupakan salah satu tugas
penting dan mempunyai tanggungjawab yang berat dalam evaluasi sumberdaya (resource). Model data yang kita
buat adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan data/informasi yang kita dapatkan di lapangan. Beberapa faktor
yang menentukan dalam perhitungan cadangan yaitu ;
1. Luas dan Ketebalan
2. Kadar dari pada Bahan Galian (bijih)
3. Berat jenis
4. Sebaran Bahan Galian (Endapan Mineral), dll
Validitas data berkaitan dengan tingkat keyakinan dari data geologi terhadap suatu model akan tergantung dari ;
1. Cadangan geologi (geological reserve) adalah sejumlah cadangan yang batas-batasnya ditentukan oleh suatu
model geologi. Dalam cadangan ini belum diperhitungkan faktor lain seperti prosentase perolehan
penambangan dan pengurang lainnya.
2. Cadangan dapat ditambang (mineable reserve) adalah sejumlah cadangan yang secara teknis-ekonomis dapat
ditambang. Faktor seperti cut-of gradedan stripping ratio telah diperhitungkan.
3. Cadangan terambil (recoverable reserve) adalah sejumlah cadangan dari mineable reserve yang telah
memperhitungkan faktor prosentase perolehan penambangan.
Gambar 3.1
Metoda Segitiga
LST = {s(s – a)(s – b)(s – c)}1/2
s = ½ (a + b + c)
dimana :
a, b, dan c = titik-titik lubang bor
Ketebalan rata-rata = (a + b+ c) m / 3
Sumberdaya Mineral / Batubara adalah endapan mineral berharga yang terdapat disuatu wilayah, baik yang
sudah diketahui maupun yang masih bersifat potensi.
Cadangan adalah kumpulan cebakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis untuk ditambang.
Dapat disimpulkan bahwa sumberdaya lingkupnya lebih besar daripada cadangan, dan sumberdaya dapat menjadi
cadangan apabila secara teknis penambangan dan pengolahannya dapat menguntungkan secara ekonomis.
2. Faktor Ekonomi
Faktor ini memegang peranan penting dalam tahapan kelayakan kepastian kegiatan tambang dapat dilakukan
atau tidak. Banyak hal yang menjadi pertimbangan untuk faktor ini, diantaranya ; faktor pasar, lingkungan,
pengolahan, pemerintahan, dan teknis. Faktor batubara juga menjadi pertimbangan, karena ada batasan secara
umum untuk ketebalan minimum batubara dan ketebalan overburden maksimum agar masih bisa ditambang.
Perubahan sumberdaya menjadi cadangan sangat dipengaruhi oleh tingkat kelayakan endapan batubara.
Tabel 3.1
Jarak Titik Informasi Menurut Kondisi Geologi (BSN, 1997)
Kondisi Sumberdaya
Geologi KriteriaHipotetikTereka Terunjuk Terukur
1000 < X 500 < X =
Sederhana = 1500 1000 X = 500
Jarak
Tak 500 < X = 250 < X =
Titik
Moderat Terbatas 1000 500 X = 250
Formasi
200 < X = 100 < X =
Kompleks 400 200 X = 100
Tabel 3.2
Persyaratan Ketebalan Batubara dan Overburden (BSN, 1997)
Jenis Batubara
Ketebalan
Brown Coal Hard Coal
> 0,40
Lapisan > 1,00 meter meter
Batubara < 0,30
< 0,30 meter meter