Anda di halaman 1dari 20

BAB II TINJAUAN UMUM

II.1 Peta Lokasi Sampel


Sampel bijih tembaga yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
Tambang Ertsberg, PT. Freeport Indonesia yang memiliki titik koordinat
4o03'18"LS dan 137o06'54"BT.

Sumber: Google Earth


Gambar II.1 Peta Lokasi Bijih Tembaga

II.2 Tembaga
Tembaga adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang lambangnya Cu
dengan nomor atom 29. Dari sekian banyak logam bahkan dalam tabel periodik,
tembaga merupakan yang paling banyak dan sangat mudah ditemukan. Tembaga
secara alami ditemukan dalam berbagai bentuk di kerak bumi. Dari karbonat,
silikat, sulfida hingga tembaga murni.
Unsur tembaga banyak ditambang dan diekstraksi menjadi bentuk unsur lain.
Tembaga dalam bentuk logamnya berwarna kemerahan. Tembaga juga merupakan
elemen yang relatif lembam, sehingga tahan terhadap korosi. Tembaga ditemukan
baik sebagai tembaga murni atau sebagai bagian dari mineral. Tembaga sangat

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
langka dan jarang sekali diperoleh dalam bentuk murni. Tembaga mudah didapat
dari mineralnya, seperti malachite (Cu2 (OH)2 CO3 ), chalcopyrite (CuFeS2 ),
chalcosite (Cu2 S), covellite (CuS), enargite (Cu3 AsS4 ), bornite (Cu5 FeS4 ), dan
cuprite (Cu2 O), dan yang paling banyak ditemukan adalah dalam bentuk sulfurnya
yaitu chalcopyrite. (Margolese, 2005)

(a) (b)

(c) (d)
Sumber: Engineering Metals and their Alloys MacMillan, 1949
Gambar II.2 Contoh bijih tembaga mineral sulfida (a) chalcopyrite, (b) chalcosite,
(c) covellite, dan (d) bornite

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
II.3 Genesa Tembaga

Sumber: Thomson, Brooks/Cole, 2001


Gambar II.3 Genesa Tembaga
Pembentukan endapan bijih tembaga secara kasar dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu produksi primer dan produksi sekunder.
1. Genesa Primer
Proses pembentukan berlangsung di lingkungan magmatik, yaitu proses
yang berhubungan langsung dengan intrusi magmatik. Endapan pegmatit sering
ditemukan berasosiasi dengan batuan plutonik tetapi biasanya terdiri dari granit
yang sangat basa, alumina, kuarsa, dan beberapa muskovit dan biotit. Presipitasi
hidrotermal adalah presipitasi yang terbentuk dari proses pembentukan lebih
lanjut endapan pegmatit dengan pendinginan dan pengenceran larutan.
Endapan hidrotermal dicirikan oleh urat pembawa sulfida yang dibentuk
oleh retakan atau retakan pada batuan induk, dangkal, terdistribusi relatif merata,
dan reservoir besar. Keberadaan mineral-mineral tersebut berkaitan erat dengan
intrusi porfiri ke dalam kompleks batugamping subvulkanik yang membentuk
endapan tembaga porfiri.
Endapan porfiri merupakan endapan mineral yang terbentuk akibat intrusi
berkualitas rendah tetapi merata yang kemudian berkontak dengan batuan di
sekitarnya dan menyebabkan mineralisasi, serta merupakan endapan penghasil

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
tembaga terbesar terhitung lebih dari 50%. Komposisi mineral bijih tembaga
porfiri adalah:
a. Mineral utama, yang terdiri dari: pirit, kalkopirit, dan bornit.
b. Mineral ikutan yang terdiri dari: magnetit, hematit, ilmenit, rutil, enrgit,
kubanit, kasiterit, kuebnit dan emas.
c. Mineral sekunder yang terdiri dari: hematit, kovelit, kalkosit, digenit dan
tembaga natif.
2. Genesa Sekunder
Proses pembentukan terjadi melalui proses transformasi yang terjadi pada
mineral urat terutama tembaga yang tidak stabil bila terkena air dan udara.
Mineral sulfida yang terjadi secara alami tidak banyak berubah. Mineral yang
mengoksidasi dan menjadi mineral sulfida sebagian besar larut dalam air. Lalu,
massa berongga dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan.
Pada saat yang sama, bahan logam terlarut memantul ke kedalaman yang
lebih dalam, menciptakan zona pengayaan sekunder. Di zona antara permukaan
bumi dan permukaan air terdapat sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya
sulfida dioksidasi menjadi sulfat dan logam, kecuali unsur besi, menjadi larutan.
Larutan yang mengandung logam tidak berjalan jauh sebelum proses
pengendapan.
Karbon dioksida mengendapkan unsur-unsur Cu seperti perunggu dan
azurit. Mineral lain seperti cuprite, gunativa, hemimorphite dan angelesite juga
terbentuk. Kualitas logam yang begitu pekat dan kualitas bijih yang kaya. Ketika
larutan kaya logam menembus lebih dalam ke zona akuifer, terjadi proses
konversi dari proses oksidasi ke proses reduksi karena biasanya ada defisit
oksigen pada bahan tanah. Dengan demikian, zona pengayaan sekunder
terbentuk, yang dikendalikan oleh afinitas berbagai logam sulfida.
Logam tembaga memiliki afinitas yang kuat terhadap belerang, sehingga
larutan yang mengandung tembaga (Cu) membentuk pirit dan kalkopirit, yang
kemudian menghasilkan sulfida sekunder dengan mineral kovellit dan kalkosit
dalam jumlah besar. Ini menciptakan zona pengayaan sekunder yang
mengandung konsentrasi tembaga yang tinggi dibandingkan dengan bijih

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
primer.

II.4 Eksplorasi Tembaga


Eksplorasi tambang merupakan kegiatan mengeksplorasi suatu wilayah yang
memiliki potensi untuk menghasilkan sumber daya alam tertentu. Penelitian
biasanya merupakan tindak lanjut dari penelitian yang sudah ada. Oleh karena itu,
tujuan dari usaha eksplorasi pertambangan adalah untuk memaksimalkan potensi
hasil tambang dengan mempertimbangkan faktor alam daerah tersebut. Eksplorasi
tembaga melibatkan beberapa langkah, yaitu:
1. Studi literatur:
Sebelum memilih situs pencarian, seseorang mempelajari informasi dan peta
yang ada (dari studi sebelumnya), catatan lama, laporan penemuan dan lain-lain,
setelah itu area yang akan dijelajahi dipilih.
1. Survey dan pemetaan:
Kegiatan ini menghasilkan model geologi, model sebaran endapan, peta
cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain yang digunakan untuk menentukan
apakah daerah penelitian tersebut prospektif atau tidak.
3. Eksplorasi detail:
Kegiatan utama pada fase ini adalah pengambilan sampel yang lebih akurat
(lebih sering), yaitu dengan menambah jumlah sumur uji atau lubang bor untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail mengenai sebaran dan ketebalan
cadangan (volume cadangan), jenis sebaran /derajat secara horizontal dan
vertikal.
4. Studi kelayakan:
Pada tahap ini, rencana produksi, rencana kemajuan penambangan, metode
penambangan, desain peralatan, dan rencana investasi penambangan disiapkan.

II.5 Eksploitasi Tembaga


Menurut (Sukandarrumidi, 2009), penambangan dilakukan dengan cara
tambang terbuka (open pit), apabila endapan bijih ditemukan tidak terlalu dalam.
Dan juga dapat dilakukan dengan penambangan bawah tanah (underground mining)

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
dengan membuat terowongan atau pengangkutan dengan menggunakan alat-alat
berat.
II.5.1 Teknik Penambangan di PT. Freeport Indonesia
PT. Freeport Indonesia menerapkan dua teknik penambangan, yaitu tambang
terbuka yang menggunakan truk pengangkut dan sekop listrik besar di Tambang
Grasberg dan juga teknik block caving pada tambang bawah tanah Deep Ore Zone
(DOZ).
1. Tambang terbuka
Pengeboran adalah langkah pertama dalam membuat lubang ledakan. Di
jalur ledakan, lubang bor ledakan yang disiapkan diledakkan dengan bahan
peledak yang ditentukan. Tahapan inti dari proses pengeboran adalah persiapan
dan pembersihan lokasi sumur serta pembangunan sumur produksi. Setelah
lubang dibor, detonator diperiksa setiap lubang untuk menentukan kedalaman
lubang sebelum bahan peledak ditempatkan. Setelah lubang disetujui, lubang
diisi dengan primer (detonator + booster) dan bahan peledak tergantung kadar
airnya. Penambangan melibatkan penggalian apa yang telah diledakkan atau
dilepaskan dalam bentuk bijih atau overburden. Bijih kemudian diangkut atau
ditempatkan di penghancur bijih dan diangkut ke pabrik pengolahan untuk
diproses. Muatan tersebut kemudian dibuang oleh truk ke dalam sistem
penanganan muatan di lorong berat, yang terletak di gerbong bawah di sebelah
forklift.

Sumber: PT. Freeport Indonesia


Gambar II.4 Tambang Terbuka Grasberg

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
2. Tambang Bawah Tanah
Lubang DOZ digali menggunakan metode block caving. Block caving
merupakan metode penambangan bawah tanah berbiaya rendah yang melibatkan
pemotongan blok besar bijih bawah tanah dari bawah, menyebabkan bijih runtuh
karena beratnya sendiri. Bijih yang dihasilkan setelah keruntuhan "ditarik" dari
titik ekstraksi dan diangkut ke crusher (PT. Freeport Indonesia, 2007). Lalu. alat
Load Haul Dump (LHD) membuang lumpur ke dalam urat yang menuju ke
saluran longsor. Saluran kemudian berisi truk pengangkut untuk mengangkut
bijih ke crusher. Bijih yang dihancurkan kemudian diangkut ke pabrik
pengolahan dengan conveyor. Pengembangan tambang bawah tanah akan
semakin mempercepat perolehan kandungan logam dari tambang bawah tanah.

Sumber: PT. Freeport Indonesia


Gambar II.5 Metode block caving

II.6 Pemanfaatan Tembaga


Untuk lebih memahami berbagai aspek penggunaan tembaga, Asosiasi
Pengembangan Tembaga Dunia membagi penggunaan logam ini menjadi empat
bidang aplikasi: listrik, konstruksi, transportasi dan sektor lainnya. Porsi konsumsi
masing-masing sektor di atas dalam produksi tembaga global diperkirakan sebagai
berikut.
Keunggulan tembaga dalam industri kelistrikan sangat penting. Tembaga
adalah konduktor listrik yang paling efisien. Ini karena ketahanan korosi, daya
tahan, fleksibilitas, dan kemampuannya untuk menghantarkan arus listrik yang
kuat, menjadikan logam ini ideal untuk membuat kawat listrik. Hampir semua kabel

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
listrik, kecuali saluran udara (yang terbuat dari aluminium karena lebih ringan),
terbuat dari tembaga.
Keunggulan tembaga dalam industri konstruksi sebagai bahan pipa karena
lunak dan soldernya mudah ditekuk dan dipasang, serta ketahanannya terhadap
korosi dari suhu ekstrim. Tembaga dan paduannya dianggap paling serius dan tahan
korosi, menjadikannya ideal untuk digunakan tidak hanya pada pipa air minum
tetapi juga pada pipa yang bersentuhan dengan air laut.
Kemudian manfaat tembaga dalam industri transportasi terlihat pada
komponen inti pesawat, kereta api, mobil dan kapal yang semuanya mengandalkan
sifat listrik dan panas dari tembaga. Di mobil, tembaga, kuningan, dan radiator
berpendingin oli telah menjadi standar industri sejak tahun 1970-an. Penggunaan
komponen elektronik seperti sistem navigasi mobil, sistem pengereman anti-lock,
dan jok tahan panas semakin meningkatkan permintaan akan logam ini. Beberapa
kegunaan tembaga lainnya termasuk membuat pestisida, membuat sutra, dan
membuat perhiasan.

II.7 Pengolahan Bahan Galian


Pengolahan bahan galian bertujuan untuk memisahkan mineral berharga dan
pengotornya yang dilakukan secara mekanis, menghasilkan produk konsentrat dan
tailing. Proses pemisahan ini didasarkan pada sifat fisik mineral maupun sifat kimia
fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan. Tahapan-tahapan yang
terdapat pada pengolahan bahan galian adalah sebagai berikut:
1. Kominusi
Kominusi merupakan suatu proses dari pengolahan bahan galian yang
bertujuan untuk mengubah ukuran, mereduksi, atau meliberasi suatu bahan
galian dengan memisahkan mineral pengotornya. Terdapat beberapa proses
kominusi, yaitu sebagai berikut:
a. Crushing, yaitu proses reduksi ukuran dari bijih yang langsung dari tambang
dan berdiameter sekitar 110 cm menjadi ukuran 20 hingga 25 cm dan bahkan
dapat mencapai 2,5 cm. Tahapan dari crushing adalah primary crushing yang
menggunakan alat jaw crusher dan secondary crushing yang menggunakan

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
alat hammer mill.
b. Grinding, yaitu proses reduksi ukuran partikel bahan olahan dari bentuk kasar
diubah menjadi bentuk yang lebih halus atau disebut juga dengan proses
penggerusan. Dalam proses penggerusan, terdapat empat mekanisme utama
seperti gaya tekan (compression) yang diberikan pada bijih, gaya banting
(impact) pada bijih, gaya abrasi (abration) pada bijih, dan gaya potong
(shear) yang diberikan pada bijih.
c. Screening, yaitu proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan
ukuran partikel. Pengayakan (screening) digunakan dalam skala industri,
sedangkan penyaringan (sieving) digunakan untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada dua, yaitu oversize dan
undersize. Oversize merupakan ukuran yang lebih besar daripada ukuran
lubang-lubang ayakan, sedangkan undersize merupakan ukuran yang lebih
kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan. Pengayakan lebih lazim dalam
keadaan kering. (McCabe, 1999)

Sumber: Cole, 2019


Gambar II.6 Sieve Shaker

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Tabel II.1 Ukuran kawat ayakan sieve shaker

Mesh Nominal Aperture Mesh Nominal Aperture


Number Size (µm) Number Size (µm)
3 5,600 36 425
3,5 4,750 44 355
4 4,000 52 300
5 3,350 60 250
6 2,800 72 212
7 2,360 85 180
8 2,000 100 150
10 1,700 120 125
12 1,400 150 106
14 1,180 170 90
16 1,000 200 75
18 850 240 63
22 710 300 53
25 600 350 45
30 500 400 38
Sumber: (Wills et al., 2016)
2. Sampling
Sampling merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membagi
keterwakilan sejumlah sampel untuk di proses ke tahap selanjutnya. Sampling
terdapat dua metode, yaitu cone and quartering dan riffling.
a. Cone and quartering, yaitu membagi sampel menjadi empat bagian dengan
mengambil dua bagian yang berseberangan.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Sumber: Environmental Protection Agency (EPA), 1995
Gambar II.7 Cone and Quartering
b. Riffling, yaitu proses pengambilan sampel dengan jumlah yang lebih
besarmenggunakan alat mekanis sehingga hasilnya akan lebih akurat untuk
mewakili jumlah sampel yang banyak.

Sumber: Environmental Protection Agency (EPA), 1995


Gambar II.8 Riffling
3. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu proses pemisahan antara mineral berharga dan
mineral pengotornya berdasarkan dengan sifat fisik mineral. Dan juga bertujuan
untuk mencapai tingkat efisiensi dan kinerja yang lebih tinggi. Adapun beberapa
metode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Gravity concentration, yaitu proses pemisahan yang dilakukan berdasarkan
dengan berat jenis mineral dalam suatu media fluida. Alat yang digunakan

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
adalah jig, humprey spiral, dan shaking table.
b. Magnetic susceptibility, yaitu proses pemisahan yang dilakukan berdasarkan
dengan sifat kemagnetan pada mineral tersebut. Alat yang biasa digunakan
adalah magnetic separator.
c. Daya hantar listrik, yaitu proses pemisahan yang dilakukan akan
memanfaatkan perbedaan dari sifat kelistrikan antar material. Alat yang biasa
digunakan adalah electrostatic separator.
d. Sifat permukaan mineral, dalam proses ini mineral akan dipisahkan dengan
memanfaatkan perbedaan sifat permukaan dimana partikel akan mengapung
dengan bantuan buih gelembung sebagai hidrophobic dan partikel yang
mengendap di dasar sebagai hidrophilic. Alat yang biasa digunakan adalah
flotasi.

II.8 Flotasi
Menurut (Gaudin, 1978), flotasi adalah proses pemusatan yang didasarkan
pada melekatnya partikel-partikel pada udara dalam suatu massa dan sekaligus
melekatnya partikel-partikel lain pada air. Selain itu, foaming dapat didefinisikan
sebagai suatu proses dimana suatu zat dipisahkan dari zat lain dalam suatu cairan
atau larutan karena perbedaan sifat permukaan zat yang akan dipisahkan, dimana
zat hidrofilik tetap berada dalam fasa air, sedangkan zat. tinggal di areal hidrofilik.
bersifat hidrofobik, menempel pada gelembung udara dan bermigrasi ke permukaan
larutan dan membentuk buih sehingga dapat dipisahkan dari cairannya.
Saat ini proses flotasi sudah banyak digunakan dan dikembangkan oleh
perusahaan pertambangan. Karena banyak mineral berharga yang dicari, tetapi
bijih yang diekstraksi hanya sedikit. Melalui proses flotasi, maka akan diperoleh
peningkatan yang lebih besar pada kadar mineral yang ingin didapatkan.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Sumber: Zhongmei Li, dkk. Tandon School Of Engineering, New York University
Gambar II.9 Prinsip Kerja Flotasi
Proses flotasi yang akan dilakukan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
flotasi langsung dan flotasi terbalik. Flotasi langsung adalah proses flotasi yang
menyebabkan mineral berharga naik dan membentuk busa yang mengapung di
permukaan massa. Flotasi terbalik adalah proses flotasi di mana partikel mineral
yang mengambang adalah mineral tidak murni. Sederhananya, urutan kerja flotasi
adalah sebagai berikut:
1. Bijih yang akan di flotasi dihancurkan atau digerus hingga ukuran yang
diinginkan, kemudian dicampur dengan air hingga diperoleh massa dengan
ukuran yang sesuai.
2. Saat pulp sudah siap, tambahkan reagen yang akan digunakan.
3. Tambahkan collector atau frother dengan dosis yang diinginkan sambal diaduk
agar merata.
4. Kemudian pH diatur dengan menambahkan pH regulator.
5. Setelah semua reagen tercampur, dilakukan proses flotasi di dalam alat flotasi
6. Kemudian diperoleh buih dan endapan yang siap untuk pengujian.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
II.8.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Flotasi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses flotasi adalah sebagai berikut:
1. Reagen
Reagen yang digunakan dalam flotasi bertujuan untuk menciptakan suatu
kondisi agar proses flotasi dapat berlangsung dengan baik. Komponen utama
reagen adalah collector, frother, dan modifier.
2. Ukuran Partikel Umpan
Apabila ukuran partikel terlalu besar akan cenderung untuk mengendap
sehingga susah untuk ter-flotasi menjadi ukuran yang sesuai, karena ditekankan
agar mineral dapat membentuk pulp.
3. pH pulp
Derajat keasaman atau pH memegang peranan penting dalam proses flotasi
karena pH mempengaruhi sifat permukaan mineral tertentu.
4. Laju udara
Kecepatan udara mengikat partikel dengan sifat permukaan hidrofobik
(persen padatan). Partikel kasar dapat berbusa dengan kandungan padatan yang
tinggi dan sebaliknya. Tingkat laju pengumpanan mempengaruhi efisiensi dan
waktu tinggal.
5. Kepadatan massa
Kepadatan pulp ditentukan oleh perbandingan berat mineral (padat) dengan
berat total pulp. Proses pemisahan lebih bersih jika massanya kurang padat,
yaitu. lebih tipis. Hal ini dikarenakan jika pulp encer maka gelembung udara
akan mampu bergerak lebih cepat di dalam pulp untuk mencapai permukaan.
1. Waktu aerasi
Waktu udara adalah waktu yang dibutuhkan partikel mineral untuk menempel
pada gelembung udara dan naik ke permukaan sel flotasi.

II.8.2 Reagen Flotasi


Reagen adalah bagian yang sangat penting dari proses pembusaan. Proses
flotasi dapat bekerja secara optimal tergantung dari reagen yang digunakan. Reagen
yang digunakan juga bervariasi tergantung pada mineral yang akan diekstrak.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Klasifikasi reagen dapat dibagi menjadi tiga yaitu collector, frother dan modifier.
Kegunaan masing-masing reagen yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Collector
Collector merupakan senyawa organik yang dapat membuat permukaan
mineral menjadi hidrofobik dengan menyerap ion atau molekul pada permukaan
mineral, yang melemahkan stabilitas lapisan hidrat yang memisahkan
permukaan mineral dan gelembung udara, memungkinkan permukaan mineral
untuk menempel pada gelembung udara.
2. Frother
Frother merupakan zat organik heteropolar yang aktif di permukaan. Bagian
polar dari kelompok adalah molekul yang larut dalam air sedangkan bagian non-
polar adalah senyawa hidrokarbon. Reagen berbusa menyerap pada antarmuka
udara-air, yang dapat mengurangi tegangan permukaan, memungkinkan
terbentuknya gelembung udara. Penggunaan senyawa pembusa adalah untuk
mengurangi tegangan permukaan selama pembentukan gelembung, untuk
meningkatkan difusi gelembung halus melalui massa, untuk menjaga kestabilan
sifat busa selama proses pembusaan dan untuk mengurangi laju penggabungan
antar gelembung. agar ukurannya tetap sama.
3. Modifier
Modifier seperti aktivator, depressan, dispersan dan pengatur pH sering
ditambahkan ke proses flotasi. Pengubah yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengatur pH saja. Pengontrol pH digunakan untuk mengontrol pH, karena
hidrofobisitas sistem dapat optimal pada kisaran pH tertentu.

II.8.3 Waktu Aerasi


Proses aerasi adalah langkah di mana udara dihembuskan secara mekanis ke
dalam pulp baik dengan pencampuran atau injeksi udara. Selama aerasi, lebih
banyak udara terkompresi memasuki massa dan membentuk gelembung udara.
Selama proses aerasi ini, partikel mineral hidrofobik menempel pada gelembung
udara dan naik ke atas untuk menyebar.
Aerasi adalah waktu yang diperlukan untuk menambahkan udara atau oksigen

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
ke dalam air dengan mendekatkan air dan udara, menyemprotkan air ke udara atau
mengisinya dengan gelembung udara halus, dan membiarkannya menjadi dingin
dan naik ke dalam air. Sederhananya, waktu aerasi adalah waktu ketika oksigen
ditambahkan ke dalam air, sehingga oksigen terlarut dalam air lebih tinggi.
Pada dasarnya aerasi dilakukan dengan mencampurkan air dengan udara atau
bahan lain sehingga air yang miskin oksigen bersentuhan dengan oksigen atau
udara. Aerasi termasuk dalam perlakuan fisik karena lebih mengutamakan unsur
mekanis daripada unsur biologis. Aerasi adalah proses pengolahan yang
mendekatkan air ke udara untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air.

II.9 Recovery dan Kadar Konsentrat


Hubungan antara recovery dan kadar konsentrat adalah berbanding terbalik
sehingga semakin besar nilai recovery maka kadar dari konsentrat akan menurun
(Wills B.A, 2005).

Sumber: Wills and Napier-Munn, 2005


Gambar II.10 Kurva Hubungan Recovery dan Kadar Konsentrat
1. Material Balance, merupakan neraca kesetimbangan pada pengolahan bahan
galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk kedalam feeder alat
pengolahan hasilnya harus sama dengan jumlah material yang keluar dalam hal
ini adalah konsentrat dan tailing.
2. Metallurgical Balance, merupakan neraca kesetimbangan material bijih, dimana
berat bijih umpan yang masuk bersama besar kadarnya akan sama dengan
produk bersama dengan besar kadarnya.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
3. Nisbah Konsentrasi, merupakan perbandingan berat umpan atau feed dengan
berat konsentrat.
4. Recovery, merupakan perbandingan antara logam berharga dalam konsentrat
dengan berat logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen.

II.10 X-Ray Diffraction


Difraksi sinar-X (XRD) adalah salah satu metode tertua dan paling banyak
digunakan untuk mengkarakterisasi bahan saat ini. Teknik ini digunakan untuk
mengidentifikasi fase kristal pada bahan dengan menentukan parameter struktur
kisi dan memperoleh ukuran partikel. Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik
berenergi tinggi dari sekitar 200 eV hingga 1 MeV.
Sinar-X diciptakan oleh interaksi berkas elektron terluar dengan elektron di
kulit atom. Panjang gelombang spektrum sinar-X adalah 10-10-5-10 nm,
frekuensinya 1017-1020 Hz, dan energinya 103-106 eV. Panjang gelombang sinar-
X sesuai dengan jarak antar atom, sehingga dapat digunakan sebagai sumber
difraksi kristal.
Sinar-X dibuat ketika elektron cepat bertabrakan dengan logam target. Difraksi
sinar-X adalah metode analisis yang menggunakan interaksi antara sinar-X dan
atom yang tersusun dalam sistem kristal. Untuk memahami prinsip difraksi sinar-X
dalam analisis kualitatif dan kuantitatif, terlebih dahulu diberikan penjelasan
tentang sistem kristal.
Ketika sinar-X berinteraksi dengan suatu bahan, dapat terjadi tiga
kemungkinan, yaitu absorpsi (penyerapan), difraksi (hamburan) atau fluoresensi,
yang menandakan kembalinya sinar-X dengan energi yang lebih rendah. Ketiga
fenomena ini menjadi dasar analisis sinar-X. Logam target biasanya tembaga (Cu),
yang menghasilkan sifat radiasi yang kuat, sehingga cocok untuk digunakan dalam
aplikasi geologi (Wicaksono, 2017). Logam target (anoda) kemudian dibakar untuk
menghasilkan sinar-X yang memancar ke segala arah.

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Sumber : Lab Sentral Mineral dan Material Maju UMN Malang
Gambar II.11 X-Ray Diffraction

II.11 X-Ray Fluoresence


X-ray fluorescence (XRF) adalah alat untuk menganalisis komposisi kimia dan
konsentrasi unsur-unsur yang terkandung dalam suatu sampel dengan
menggunakan metode spektrometri. XRF biasanya digunakan untuk analisis unsur
mineral atau batuan. Analisis dasar dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif menganalisis jenis unsur yang terkandung dalam bahan dan
analisis kuantitatif menganalisis konsentrasi unsur dalam bahan.
Ada dua jenis XRF, yaitu XRF dispersif panjang gelombang dan XRF dispersif
energi. Analisis XRF dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghitung sifat sinar-
X akibat efek fotolistrik. Efek fotolistrik terjadi ketika elektron atom sampel terkena
radiasi energi tinggi (sinar gamma, sinar-X). Sifat spektrum tampak bergantung
pada transfer elektron dalam atom-atom materi.
Spektrum ini dikenal sebagai spektrum sinar-X karakteristik. Spektrometri
XRF menggunakan sinar-X yang dipancarkan oleh material, yang dikumpulkan
oleh detektor, untuk menganalisis kandungan unsur material. Bahan yang akan
dianalisis dapat berupa padatan atau bubuk. Analisis dasar dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif menganalisis jenis unsur yang
terkandung dalam materi, dan analisis kuantitatif menganalisis konsentrasi unsur

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
dalam materi. Sinar-X dari peristiwa di atas ditangkap oleh detektor semikonduktor
silikon (Munasir, 2012)

Sumber: serc.carleton.edu
Gambar II.12 X-Ray Fluoresence

Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita
Analisis varia frother dan waktu aerasi pada fotasi bijih tembaga
Amy Natasya Bianita

Anda mungkin juga menyukai