Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FIQIH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:Fiqih

Dosen Pengampu: Hilman Abdul Halim Lc,M.pd


Jual Beli

Disusun
Oleh:
Dimas
Nida Nadzipatun
Putri Nabilah

Kelas 2 F
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH
UNIVERSITAS ISLAM KH.RUHIAT
CIPASUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan tugas
mata kuliah Bahasa indonesia yang berjudul “Kalimat Efektif” dapat selesai seperti
waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya tugas ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara meterial dan moril, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Selain untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penyusun, tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Bahasa Indonesia. Tugas ini membahas tentang kalimat efektif. Penyusun
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun
harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

Tasikmalaya, 18 Oktober 2023

Kelas 2 F

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli...........................................................................................3
B. Landasan Hukum...............................................................................................4
C. Rukun Jual Beli..................................................................................................7
D. Syarat Jual Beli..................................................................................................7
E. Hukum Jual Beli................................................................................................8
F. Macam-Macam Jual Beli...................................................................................9
G. Masalah Lain Nya............................................................................................13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jual beli adalah salah satu materi dalam fiqih muamalah, yang ada
kaitannya dengan pertukaran harta. Materi ini merupakan bahasan terpanjang yang
dikaji oleh para ulama, dibandingkan dengan materi fiqih muamalah lainnya.,
bahkan bahasannya juga selalu ditempatkan diawal. Hal ini menunjukkan bahwa
jual beli merupakan bahasan yang harus mendapatkan perhatian serius dari umat
Islam, karena sejak dahulu sampai sekarang manusia selalu mempraktikkannya.
Bahkan dalam muamalah, jual beli terdapat prinsip dasar keharaman, yang oleh
para ulama dikembalikan kepada tiga kaidah, yaitu kaidah gharar (ketidakjelasan),
kaidah ghasysyi (tipu daya) dan kaidah riba. Diantara ketiga kaidah tersebut,
kaidah gharar merupakan prinsip yang utama, karena dengan memahami konsep
gharar semua masalah yang timbul dalam muamalah jual beli dapat dipecahkan.
Namun demikian, kenyataan di lapangan masih menunjukkan bahwa
masyarakat belum memahami pentingnya bermuamalah jual beli secara baik
menurut Islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena selain
kurangnya pengetahuan tentang jual beli yang baik menurut ajaran Islam, juga
karena mayoritas buku-buku tentang jual beli yang ada tidak membahas secara
khusus tentang muamalah jual beli, sehingga pengetahuan tentang jual beli tidak
mendalam. Selain itu jikapun ada yang mendetail membahas tuntas jual beli hanya
terdapat dalam kitab aslinya yang berbahasa Arab sehingga hanya sedikit yang
mengerti.

A. Rumusan Masalah

1
1. Apa yang dimaksud dengan jual beli?
2. Bagaimana landasan hukum jual beli?
3. Apa saja rukun,syarat,hukum dan macam-macam jual beli?
4. Apa saja masalah-masalah lainnya?
B. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui maksud dari jual beli
2. Agar mengetahui landasan hukum jual beli
3. Agar mengetahui rukun, syarat, hukum dan macam-macam jual beli
4. Agar mengetahui masalah-masalah lainnya

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Jual beli

Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-ba’I yang menurut
etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikan secara
bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-Ba.i dalam Arab
terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-Syira (beli).Dengan
demikian, kata al-ba’I berarti jual, tetapi sekalius juga berarti beli.
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang masing definisi sama.
Sebagian ulama lain memberi pengertian :
1. Ulama Sayyid Sabiq
Ia mendefinisikan bahwa jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas
dasar saling merelakan atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat
dibenarkan. Dalam definisi tersebut harta dan, milik, dengan ganti dan dapat
dibenarkan.Yang dimaksud harta harta dalam definisi diatas yaitu segala yang
dimiliki dan bermanfaat, maka dikecualikan yang bukan milik dan tidak
bermanfaat.Yang dimaksud dengan ganti agar dapat dibedakan dengan hibah
(pemberian), sedangkan yang dimaksud dapat dibenarkan (ma’dzun fih) agar
dapat dibedakan dengan jual beli yang terlarang.
2. Ulama hanafiyah
Ia mendefinisikan bahwa jual beli adalah saling tukar harta dengan harta lain
melalui Cara yang khusus. Yang dimaksud ulama hanafiyah dengan kata-kata
tersebut adalah melalui ijab qabul, atau juga boleh melalui saling memberikan
barang dan harga dari penjual dan pembeli
3. Ulama Ibn Qudamah
Menurutnya jual beli adalah saling menukar harta dengan harta dalam bentuk
pemindahan milik dan pemilikan.Dalam definisi ini ditekankan kata milik dan
pemilikan, karena ada juga tukar menukar harta yang sifatnya tidak haus
dimiliki seperti sewa menyewa.[2]
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa jual beli ialah suatu
perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara ridha
di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain
menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan

3
syara’ dan disepakati.Inti dari beberapa pengertian tersebut mempunyai
kesamaan dan mengandunghal-hal antara lain :
a) Jual beli dilakukan oleh 2 orang (2 sisi) yang saling melakukan tukar
menukar.
b) Tukar menukar tersebut atas suatu barang atau sesuatu yang dihukumi
seperti barang, yakni kemanfaatan dari kedua belah pihak.
c) Sesuatu yang tidak berupa barang/harta atau yang dihukumi sepertinya
tidak sah untuk diperjualbelikan.
d) Tukar menukar tersebut hukumnya tetap berlaku, yakni kedua belah pihak
memilikisesuatu yang diserahkan kepadanya dengan adanya ketetapan jual
beli dengan kepemilikan abadi.
B. Landasan Hukum
Berdasarkan permasalahan yang dikaji menyangkut masalah hidup dan
kehidupan ini, tentunya tidak terlepas dari dasar hukum yang akan kita
jadikan.Sebagai rujukan dalam menyelesaikan permasahan yang akan dihadapi. Jual
beli sudah dikenal masyarakat sejak dahulu yaitu sejak zaman para Nabi.Sejak
zaman itu jual beli dijadikan kebiasaan atau tradisi oleh masyarakat hingga saat ini.
Adapun dasar hukum yang disyari’atkannya jual beli dalam Islam yaitu:
1. Al-Qur’an
Manusia hidup di dunia secara individu mempunyai kebutuhan- kebutuhan
yang harus dipenuhi, baik itu berupa sandang, pangan papan dan lain
sebagainya.kebutuhan seperti itu tidak pernah terputus dan tidak pernah terhenti
selama manusia itu hidup. oleh karena itu, tidak ada satu hal pun yang lebih
sempurna dalam memenuhi kebutuhan itu selain dengan cara pertukaran, yaitu
dimana seorang memberikan apa yang ia miliki untuk kemudian ia memperoleh
sesuatu yang berguna dari orang lain sesuai kebutuhan.Jual beli ini adalah suatu
perkara yang telah dikenal masyarakat sejak zaman dahulu yaitu sejak zaman
para Nabi hingga saat ini. dan Allah mensyariatkan jual beli ini sebagai
pemberian keluangan dan keleluasaan dari-Nya untuk hamba-hamba-Nya itu
dalam surat tentang diperbolehkan jual beli ini didasarkan pada Firman Allah
yang berbunyi: Q.S. al-Baqarah ayat 275:

4
‫َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّشْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّۗس ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهْم َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل‬ ‫َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل‬
‫َفَم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفاْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَۗف َو َاْم ُر ٓٗه ِاَلى ِهّٰللاۗ َو َم ْن َعاَد‬ ‫الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا‬
‫ٰۤل‬
‫ َفُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِر ۚ ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن‬.
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka
berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya,
lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Jadi, ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT, memperbolehkan
kepada manusia untuk melaksanakan transaksi jual beli demi memenuhi
kebutuhan hidupnya.Akan tetapi tentu saja transaksi jual beli itu harus sesuai
dengan koridor atau ketentuan yang telah Allah SWT berikan.Dan Allah
menyerukan kepada manusia agar mencari karuniannya dan selalu ingat
kepadanya.
2. Hadist
،‫ َأَّنُه َسِمَع َر ُسْو َل هللا َص َّلى هللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل َعاَم اْلَفْتِح َو ُهَو ِبَم َّك َة‬: ‫َع ْن َج اِبِر ْبِن َع ْبِد هللا َرِض َي هللا َع ْنُهَم ا‬
‫ َفِقْيَل َيا َر ُسْو َل ِهللا َأَر َأْيَت ُش ُحْو َم اْلَم ْيَتِة َفِإَّنَها‬. ‫ِإَّن َهللا َو َر ُسْو َلُه َح َّر َم َبْيَع اْلَخ ْم ِر َو اْلَم ْيَتِة َو اْلِخ ْنِزْيِر َو اَألْص َناِم‬
‫ُيْطَلى ِبَها الُّس ُفُن َو ُيْد ِهُن ِبَها اْلُج ُلْو ُد َو ُيْسَتْص ِبُح ِبَها الَّناُس ؟ َفَقاَل َال ُهَو َح َر اٌم – رواه البخاري ومسلم‬.
“Dari Jabir bin Abdillah ra; bahwasanya ia telah mendengar Rasulullah saw
bersbda pada saat penaklukan kota Makkah (Fathu Makkah); sesungguhnya
Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual-beli khamar, bangkai, babi dan
patung (berhala). Lalu ditanyakan (diantara sahabat ada yang bertanya);
bagaimana pendapatmu tentang lemak bangkai, maka sesunggunnya ia (lemak
bangkai) digunakan untuk menambal perahu dan untuk menyemir kulit serta
digunakan untuk alat penerangan oleh manusia ? lalu Rasulullah saw menjawab;
Tidak ! ia (tetap) haram.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan uraian hadits di atas dapat di simpulkan bahwa manusia yang
baik memakan suatu makanan adalah memakan hasil usaha tangannya sendiri.
Maksudnya, apabila kita akan menjual atau membeli suatu barang, yang diperjual
belikan harus jelas dan halal, dan bukan milik orang lain, melainkan milik kita

5
sendiri. Allah melarang menjual barang yang haram dan najis, maka Allah
melaknat orang-orang yang melakukan jual beli barang yang diharamkan, seperti
menjual minuman yang memabukkan (Khamr), bangkai, babi lemak bangkai dan
berhala.
c. Dasar Hukum Ijma’.
Para ulama fiqih dari dahulu sampai dengan sekarang telah sepakat bahwa :
Kaidah yang telah diuraikan di atas dapat dijdikan dasar atau hujjah dalam
menetapkan hukum berbagai masalah berkenaan dengan keuangan syariah. Dari
dasar hukum sebagaimana tersebut di atas bahwa jual beli itu adalah hukumnya
mubah.Artinya jual beli itu diperbolehkan asal saja di dalam jual beli tersebut
memenuhi ketentuan yang telah ditentukan di dalam jual beli dengan syarat-
syarat yang sesuaikan dengan hukum Islam.Kebutuhan manusia untuk
mengadakan transaksi jual beli sangat urgen, dengan transaksi jual beli seseorang
mampu untuk memiliki barang orang lain yang diinginkan tanpa melanggar
batasan syari’at.
Oleh karena itu, praktek jual beli yang dilakukan manusia semenjak masa
Rasulullah saw, hingga saat ini menunjukan bahwa umat telah sepakat akan
disyariatkannya jual beli.Agama Islam melindungi hak manusia dalam pemilikan
harta yang dimilikinya dan memeberi jalan keluar untuk masing-masing manusia
untuk memiliki harta orang lain dengan jalan yang telah ditentukan, sehingga
dalam Islam perinsip perdagangan yang diatur adalah kesepakatan keduabelah
pihak yaitu penjual dan pembeli. sebagaimana yang telah digariskan oleh prinsip
muamalah adalah sebagai berikut.
1) Prinsip Kerelaan.
2) Prinsip bermanfaat.
3) Prinsip tolong menolong.
4) prinsip tidak terlarang.
C. Rukun Jual Beli

Adapun rukun yang dimaksud Menurut Abdurrahman Aljaziri, dapat dilihat


dari pendapat ulama di bawah ini adalah:
a. Adanya penjual dan pembeli
b. adanya barang yang diperjualbelikan
c. Sighat (kalimat ijab qabul)

6
Jadi sebagaiman yang telah disebutkan di atas bahwa jika suatu pekerjaan tidak
terpenuhi rukun-rukunnya makapekerjaan itu akan batal karena tidak sesuai dengan
syara’ begitu juga dalam hal jual beli harus memenuhi ketiga rukun-rukun tersebut.
D. Syarat-Syarat Jual Beli
1. Syarat Sah Akad Jual Beli
a. Keikhlasan Penjual dan Pembeli
Dalam akad, semua pihak yang terlibat baik penjual maupun pembeli harus
ikhlas dalam melakukan transaksi. Wajib hukumnya untuk menegaskan
bahwa tidak ada pihak yang terpaksa dalam aktivitas tersebut. Kalau ada
salah satu pihak yang merasa tidak ikhlas, maka kegiatan jual beli dapat
dianggap tidak sah.
2. Syarat Penjual dan Pembeli:
Kegiatan jual beli hanya bisa terealisasikan untuk orang yang telah
memenuhi syarat sah menggunakan hartanya dalam akad. Beberapa contoh
syarat tersebut antara lain:
a. Kegiatan jual beli wajib dilakukan oleh orang yang memiliki akal.
b. Orang yang telah terbebani syariat atau mukallaf.
c. Bukan merupakan hamba sahaya para saudagar dan telah merdeka atas
keinginannya sendiri.
d. Sudah cukup umur dan mengerti perihal harta.
e. Halal
Dalam contoh akad jual beli, objek yang diperjualbelikan harus bersifat
halal dan tidak dilarang oleh agama Islam.
3. Syarat barang yang diperjual belikan
Mengenai syarat-syarat barang yang diperjual belikan menurut Sayid Sabiq
yaitu sebagai berikut:
a. Bersih barangnya
b. Dapat dimanfaatkan
c. Milik orang yang melakukan akad/milik sendiri
d. Mampu menyerahkan; Diketahui barangnya dengan jelas dan Barang yang
diakadkan ada di tangan.
4. Syarat nilai tukar

7
a. Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya.
b. Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum seperti
pembayaran dengan cek atau kartu kredit. Apabila harga barang itu dibayar
kemudian(berhutang), maka waktu pembayarannya harus jelas.
c. Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-
muqa’yadhah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang
diharamkan syara‟.
E. Hukum Jual Beli
a. Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli
b. Wajib, apabila penjual merupakan keharusan (misalnya menjual barang
untuk membayar hutang)
c. Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat
memerlukan barang yang dijual
d. Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan
(menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual
beli untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak
ketentraman masyarakat).
Allah SWT telah menghalalkan praktek jual beli yang sesuai dengan ketentuan
dan syari'atNya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Baqarah
ayat 275 yang artinya:” … Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…( Q.S. al-Baqarah: 275).
F. Macam-macam Jual Beli
1. Jual Beli Sah
a. Musyarakah
Akad ini dilakukan oleh 2 pihak yang mengumpulkan modal bersama untuk usaha
tertentu. Dimana nantinya, keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi secara rata.
b. Wadi’ah
Wadi’ah dilaksanakan jika ada salah satu pihak yang menitipkan barang kepada
pihak kedua. Akad ini seringkali dilakukan oleh perusahaan bank dalam produk
rekening giro.
c. Wakalah

8
Wakalah adalah pengikat antara perwakilan salah satu pihak dengan pihak lainnya.
Bank syariah kerap menggunakan akad ini dalam pembelian barang impor dan
pembuatan Letter of Credit
d. Kafalah
Kafalah menekankan perihal jaminan yang akan diserahkan oleh satu pihak kepada
pihak lain. Akad ini umumnya diterapkan dalam partisipasi tender (tender bond),
garansi sebuah proyek (performance bond), dan pembayaran di muka (advance
payment bond).
e. Qardh
Qardh mengatur tentang pemberian dana pinjaman ke nasabah dalam jangka waktu
yang singkat dan harus diganti secepatnya. Jumlah nominal yang dibayarkan harus
sesuai dengan dana pinjaman yang diberikan.
f. Hawalah
Hawalah mengatur tentang pengalihan utang. Umumnya, akad ini dilakukan oleh
bank syariah dan nasabahnya yang akan menjual produk ke pembeli lain dalam
bentuk giro mundur (Post Dated Check).
g. Rahn
Rahn merupakan akad yang cara kerjanya mirip dengan sistem pegadaian. Dimana,
pihak penggadai akan mendapatkan uang dari barang yang digadaikan. Akad ini
juga diterapkan apabila diterapkan jika ada pembiayaan yang memerlukan adanya
jaminan tambahan.
h. Ijarah
Ijarah mengatur tentang pengalihan hak guna suatu objek dengan adanya biaya
cicilan sewa tanpa memindahkan hak kepemilikan dari objek tersebut.
i. Mudharabah
Akda mudharabah dilakukan oleh pemilik dan pengelola modal.. Kedua pihak
tersebut nantinya akan berbagi keuntungan dari kegiatan usaha. Namun, jika timbul
kerugian, hanya pemilik modal yang akan menanggungnya. .
j. Istishna’
Istishna’ mengatur perihal proses transaksi suatu produk yang dipesan berdasarkan
kriteria yang disepakati pembeli. Dalam akad ini, proses pembayarannya pun harus
sesuai kesepakatan, apakah dibayar di awal atau saat produk telah dikirim.

9
k. Murabahah
Akad jenis ini akan berfokus dengan harga jual dan keuntungan yang disetujui
kedua pihak. Nantinya, produk akan diberikan saat akad telah selesai dan pembeli
dapat melunasi pembayaran secara tunai maupun cicilan.
l. Salam
Akad salam dilakukan dengan cara pemesanan, dimana pembeli akan melakukan
pembayaran dahulu sebelum produk dikirimkan. Akad ini seringkali diterapkan
dalam bidang pertanian.
2. Jual Beli Terlarang
Jual beli yang terlarang artinya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual
beli. Bentuk jual beli yang terlarang antara lain:
a. Jual beli sistem ijon

Maksud jual beli sistem ijon adalah jual beli hasil tanaman yang masih belum nyata
buahnya ataupun belum ada isinya. Misalnya jual beli padi yang masih muda, jual
beli buah-buahan yang masih berwujud bunga ataupun masih sangat muda. Semua
itu masih ada kemungkinan rusak atau rontok, sehingga dapat merugikan kedua
belah pihak khususnya pembeli. RasulullahSaw. bersabda:

Artinya: “Nabi Saw. telah melarang jual beli buah-buahan sehingga nyata
baiknya buah itu (pantas untuk diambil dan dipetik buahnya).” (HR. Muttafaq
Alaih).

b. Jual beli barang haram

Jual beli ini hukumnya tidak sah serta haram hukumnya, seperti jual beli minuman
keras (khamar), bangkai, darah atau daging babi.

c. Jual beli sperma hewan

Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui kadarnya
dan tidak dapat diterima wujudnya. Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Rasulullah Saw. telah melarang jual beli kelebihan air (sperma).” (HR.
Muslim).

d. Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya

10
Hal ini dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir hidup atau mati.
Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah Saw. telah melarang jual beli anak binatang
yang masih dalam kandungan induknya.” (HR. Muttafaq Alaih).

e. Jual beli barang yang belum dimiliki

Maksudnya adalah jual beli yang barangnya belum diterima oleh pembeli dan
masih berada di tangan penjual pertama. Sedangkan pembeli kedua akan
menjualnya kembali sebelum menerima barang itu. Rasulullah Saw.
bersabda:Artinya: “Nabi Saw. telah bersabda: “Janganlah engkau menjual
sesuatu )yang baru saja engkau beli( sehingga engkau menerima (memegang)
barang itu”. (HR. Al-Baihaqi).

f. Jual beli barang yang belum jelas

Jual beli ini masih ada unsur gharar (ketidakjelasan) dan cenderung
berspekulasi, seperti menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya. Namun,
dikecualikan menjual buah yang masih muda yang memang bisa dimanfaatkan
ketika masih muda, seperti jual beli nangka muda yang memang sudah umum
digunakan untuk lauk maupun sayuran. Sabda Nabi Saw. dari Ibnu Umar Ra.:

Artinya: “Nabi saw. telah melarang menjual buah-buah yang belum tampak
manfaatnya” (HR. Muttafaq Alaih).

3. Jual beli yang sah, tetapi dilarang agama

Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya suatu sebab
atau akibat yang tidak baik dari akad tersebut:

a. Jual beli pada saat khutbah dan shalat Jum’at

Larangan melakukan kegiatan jual beli pada saat khutbah dan shalat Jum’at ini
khusus bagi laki-laki muslim yang wajib melaksanakan shalat Jum’at. Hal ini
selaras dengan firman Allah Swt.:Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman,
apabila diserukan untuk menunaikan shalat, maka bersegeralah kamu untuk
mengingat Allah, dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 9).Larangan tersebut berlaku untuk
orang yang masuk dalam kategori wajib untuk melaksanakan shalat Jum’at.

b. Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar

Jual beli seperti ini memungkinkan penjual tidak mengetahui harga pasar yang
sebenarnya sehingga akan menjual dengan harga yang jauh lebih murah dari harga
pasar. Kemudian barang akan dibeli oleh pembeli dengan harga yang sangat
rendah, selanjutnya dijual kembali di pasar dengan harga yang tinggi. Rasulullah

11
Saw. bersabda:Artinya: “janganlah kamu menghambat orang-orang yang akan ke
pasar.” (HR. Al-Bukhari).

c. Jual beli dengan niat menimbun barang

Jual beli ini sangat tidak dibenarkan dan dilarang dalam ajaran Islam. Hal ini
dikarenakan sangat merugikan orang lain. Praktik penimbunan biasanya ditujukan
untuk menaikkan harga. Hal ini dimungkinkan karena saat terjadi penimbunan,
stok menjadi langka dan orang menjadi berani untuk membeli dengan harga yang
tinggi. Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah akan menimbun barang kecuali


orang-orang yang durhaka” (HR. Muslim).

d. Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan

Dalam jual beli ini, penjual cenderung memainkan ukuran dan timbangan dengan
tujuan mengurangi hasil timbangan sehingga akan menghasilkan keuntungan jauh
lebih banyak. Jual beli seperti ini dilarang karena mengandung unsur penipuan.
Seperti penjual menjual bensin dengan mengatakan satu liter ternyata jumlahnya
tidak sampai satu liter, menjual kedelai 1 kg ternyata takarannya sebenarnya hanya
9,5 ons dan sebagainya.

e. Jual beli dengan cara mengecoh

Jual beli ini mengandung unsur penipuan dan menzalimi pembeli. Misalnya ada
penjual buah-buahan meletakkan buah yang bagus dan segar di atas onggokan,
sedangkan yang kurang bagus ditempatkan di bawah onggokan dan secara diam-
diam mencampurnya dengan buah yang segar pada saat menimbangnya untuk
pembeli. Hal itu berdasarkan hadis Rasulullah Saw.:Artinya: ”Nabi melarang
memperjual belikan barang yang mengandung tipuan.” (HR. Muslim).

f. Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain

Dilarang menjual barang yang masih dalam proses tawar menawar antara penjual
dan pembeli atau dalam masa khiyar. Demikian juga, seseorang dilarang membeli
suatu barang yang masih ditawar oleh orang lain, kecuali jika sudah tidak ada
kepastian dari orang tersebut atau ia sudah membatalkan jual belinya. Larangan ini
berdasarkan sabda Nabi Saw:Artinya: “Janganlah seseorang menjual sesuatu yang
telah dibeli orang lain.” (HR. Muttafaq Alaih).

G. Masalah Lainnya
1. Hikmah Jual Beli

Dari induksi para ulama terhadap Al-Qur‟an dan al-Sunnah, ditemukan beberapa
keistimewaan ajaran muamalah di dalam kedua sumber hukum Islam di antaranya:

12
a. Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi yang mengitari manusia
itu sendiri.
b. Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasaranya adalah boleh sampai
ditemukan dalil yang melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang
melarang suatu kreasi jenis muamalah, maka muamalah itu diperbolehkan.
Inilah sisi rahmat Allah terbesar yang diberikan Allah kepada umat
manusia.Adapun hikmah lain disyari‟atkannya jual beli (muamalah) adalah
ketika uang, harta dan barang perniagaan terbesar di tangan semua orang
dan pada sisi lain orang yang membutuhkannya sangat terikat dengan si
pemilik barang sedang dia tidak mungkin memberikannya tanpa adanya
ganti maka dengan jual beli tercapailah hajat dan keinginan orang-orang
tersebut. Sekiranya jual beli tidak diperbolehkan niscaya akan mendorong
timbulnya tindak perampasan, perampokan, pencurian, penipuan dan
pertumpahan darah, oleh sebab itu Allah menghalalkan jual beli demi
mewujudkan kemaslahatan tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli adalah salah satu materi dalam fiqih muamalah, yang ada kaitannya
dengan pertukaran harta. Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-
ba’I yang menurut etimologi berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily
mengartikan secara bahasa dengan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata
al-Ba.i dalam Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata al-
Syira (beli).Dengan demikian, kata al-ba’I berarti jual, tetapi sekalius juga berarti
beli.Adapun dasar hukum jual beli yaitu Al-quran,Hadis dan Ijma.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini,tetapi kenyataan nya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini di karenakan masih minimnya pengetahuan yang
penulis miliki.Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19609286/Makalah_Fiqh_Muamalah_tentang_jual_beli_dalam_islam
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf
https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/macam-macam-jual-beli/
https://industrial.uii.ac.id/jual-beli-dalam-islam/
http://repository.radenintan.ac.id/1282/3/BAB_II.pdf

15
16

Anda mungkin juga menyukai