Anda di halaman 1dari 9

METODE-METODE PENYELIDIKAN DALAM PSIKOLOGI

Seperti tetah dikemukakan di atas metode tertua atau metode yang pertama-tama digunakan datam lapangan psikologi
adalah spekulasi. Akan tetapi, akibat perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan psi-kologi pada khususnya
akhirnya metode ini ditinggatkan, dan dirintislah metode baru yang mendasarkan atas pengataman-pengataman atau
empiris.
Penentuan sesuatu metode merupakan hat yang penting setelah penentuan objek yang akan dipelajari. Dari segi metode
akan terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penyetidikan itu. Dalam kesempatan ini akan dikemukakan metode-metode yang
digunakan datam lapangan psikologi empiris.
Ternyata, psikologi juga menerapkan metode-metode yang digunakan oleh ilmu-ilmu lain, tetapi sudah barang tentu
disesuaikan dengan keadaan objeknya itu sendiri. Pada dasarnya, metode penyelidikan dapat dibedakan atas dua bagian
yang besar, yaitu metode longitudinal dan cross-sectional.
a. Metode Longitudinal.
Metode ini merupakan metode penyelidikan yang membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai sesuatu hasil
penyelidikan. Dengan metode ini penyelidikan dilakukan hari demi hari, bulan demi butan, malahan mungkin tahun
demi tahun. Karena itu, bila dilihat segi perjalanannya, penyelidikan ini bersifat vertikal. Sebagai contoh, metode yang
ditempuh di dalam penyelidikan tentang perkembangan anak. Hasil pengamatan dicatat hari demi hari, butan demi
bulan dan tahun demi tahun. Hasil tersebut dikumpulkan dan diolah kemudian ditarik kesimpulan. Sudah barang tentu
dengan mengutamakan metode penyelidikan ini penyelidik membutuhkan waktu yang lama, kesabaran serta ketekunan.

b. Metode Cross-Sectional.
Metode ini merupakan suatu metode penyelidikan yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama di dalam
mengadakan penyelidikan. Dengan metode ini, dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan bahan yang banyak.
Jadi, kalau dilihat jalannya, penyelidikan ini berlangsung secara horizontal. Sebagai contoh penyelidikan dengan
menggunakan kuesioner merupakan penyelidikan yang bersifat cross-sectional.
Sudah barang tentu penyelidikan ini dapat berlangsung secara cepat, tetapi pada umumnya kurang mendalam. Karena
itu, untuk mengatasi kekurangan di satu pihak dan mengambil keunggulannya di lain pihak, kedua metode ini sering
digabungkan.
Di samping metode yang tersebut di atas, dalam penyelidikan psikologi digunakan pula metode eksperimental dan
noneksperimental. Dengan metode eksperimental, penyelidik dengan sengaja menimbulkan keadaan yang ingin
diselidiki, dan hal ini berbeda dengan yang noneksperimental. Dalam penyelidikan yang noneksperimental, penyelidik
mencari atau menunggu sampai dijumpai keadaan atau situasi yang ingin diselidiki, yakni mencari situasi yang ada dalam
keadaan wajar natural). Untuk lebih terperinci akan dikemukakan metode-metode yang digunakan dalam lapangan
psikologi sebagai oerikut:
1. Metode introspeksi. Arti kata introspeksi adalah melihat ke dalam (intra = ke dalam dan speksi dari spektare =
melihat). Metode ini merupakan suatu metode penyelidikan dengan melihat peristiwa-peristiwa kejiwaan ke dalam
dirinya sendiri. Metode introspeksi ini dapat eksperimental dan dapat pula noneksperimental. Sudah barang tentu
penyelidikan ini dijalankan dengan penuh kesadaran dan secara sistematik menurut norma-norma penyelidikan ilmiah.
Tetapi, dalam penyelidikan ini, yang menjadi objek adalah dirinya sendiri, maka metode ini mengandung kelemahan-
kelemahan. Kelemahan pokok yang sering dikemukakan terhadap metode ini yakni metode ini bersifat subjektif, karena
orang sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, apalagi mengenai hal-hal yang tidak baik.
Karena itu dengan metode ini sukar untuk mencapai segi objektivitas, padahal segi objektivitas dituntut oleh ilmu
pengetahuan. Sekalipun metode introspeksi merupakan metode yang mengandung kelemahan, tetapi metode ini sangat
besar artinya dalam lapangan psikologi. Banyak peristiwa kejiwaan dapat dimengerti yang didasarkan atas keadaan
dirinya sendiri, dan juga banyak yang dapat dicapai dengan metode introspeksi. Karenanya, sekalipun metode
introspeksi mempunyai kelemahan, tetapi pada umumnya masih dipertahankan di samping mencari jalan untuk
mengatasi segi subjektivitas dari metode ini. Karena itu, kemudian timbul metode lain yang menggabungkan metode
introspeksi dengan metode eksperimen yaitu yang dikenal dengan metode introspeksi eksperimental.
2. Metode introspeksi eksperimental. Seperti telah dikemukakan di atas metode ini merupakan penggabungan metode
iritrospeksi dan eksperimen. Dengan jalan eksperimen, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat
diatasi. Pada metode introspeksi murni banyak dari penyelidik yang menjadi objek. Tetapi pada introspeksi
eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang-orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya
subjek penyelidikan hasilnya akan lebih bersifat objektif.
3. Metode ekstrospeksi. Arti kata ekstrospeksi adalah melihat keluar (extro = keluar, speksi dari spektare = melihat).
Metode ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi. Pada metode
ekstrospeksi subjek penyelidikan bukan dirinya sendiri tetapi orang lain. Dengan demikian, diharapkan adanya sifat yang
objektif dalam penyelidikan itu. Namun metode ekstrospeksi sebenarnya juga -berdasarkan atas metode introspeksi.
Orang akan dapat mengatakan atau menyimpulkan yang terjadi pada orang lain, juga berdasarkan atas keadaan dirinya
sendiri. Orang dapat mengatakan seseorang dalam keadaan susah, dalam keadaan gembira, tergesa-gesa dan sebagainya
karena bila is sendiri berada dalam keadaan demikian tentu mengalami hal-hal yang demikian itu. Dengan demikian,
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode introspeksi sedikit banyak juga akan terdapat pada metode
ekstrospeksi.
4. Metode kuesioner. Kuesioner atau sering pula disebut angket merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek dari penyelidikan tersebut. Dengan
angket orang akan dapat memperoleh fakta atau pun opini (opinions). Pertanyaan dalam angket bergantung kepada
maksud serta tujuan yang ingin dicapai. Hai ini akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan
angket itu. Pada garis besarnya angket terdiri dari dua bagian yang besar, yaitu:
1. Bagian yang mengandung data identitas.
2. Bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin memperoleh jawabannya.
Pertanyaan itu ada beberapa macam bentuk atau jenis yang sekaligus memberikan bentuk atau jenis angket, yaitu:
a) Pertanyaan tertutup (closed questions), yaitu bentuk pertanyaan di mana orang yang dikenai angket (responden)
tinggal memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan dalam angket tersebut. Jadi, jawabannya telah terikat, responden
tidak dapat memberikan jawaban seluas-luasnya, yang mungkin dikehendaki oleh responden yang bersangkutan. Bentuk
angket yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang demikian coraknya disebut angket yang tertutup (closed
questionnaire). Biasanya, kalau persoalannya telah jelas dipakai angket bentuk ini.

b) Pertanyaan terbuka (open questions), yaitu bentuk pertanyaan di mana responden masih diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk memberikan jawaban. Angket yang mengandung pertanyaan semacam ini disebut angket terbuka
(open questionnaire). Pada umumnya, bila akan mendapatkan opini dipakai angket bentuk ini.
c) Pertanyaan terbuka dan tertutup, yaitu campuran dari kedua macam pertanyaan tersebut di atas. Angket yang
mengandung pertanyaan-pertanyaan tersebut disebut angket terbuka tertutup (open and closed questionnaire).
Jika angket ditihat dari cara orang memberikan informasi, angket dapat dibedakan dua jenis, yaitu angket tangsung dan
angket tidak tangsung.
a) Angket langsung. Angket tangsung yaitu angket yang diberikan kepada subjek yang dikenai, tanpa menggunakan
perantara. Jadi penyelidik tangsung mendapatkan bahan dari sumber pertama (first resource).
b) Angket tidak langsung. Angket tidak langsung yaitu angket yang men.ggunakan perantara dalam menjawab. Jawaban-
jawaban tidak langsung didapatkan dari sumber pertama, tetapi melalui perantara. Pada angket tidak langsung angket
tidak diberikan langsung kepada subjek penyelidikan, tetapi diberikan kepada orang yang digunakan sebagai perantara.
Keuntungan metode angket antara lain:
a) Metode angket merupakan metode yang praktis, dari jarak jauh metode ini dapat digunakan. Penyelidik tidak perlu
langsung datang di tempat penyelidikan.
b) Dalam waktu yang singkat dapat dikumpulkan data yang relatif banyak. Di samping itu, tenaga yang digunakan sedikit,
sehingga dari segi ini merupakan metode yang hemat.
c) Orang dapat menjawab leluasa, sehingga tidak dipengaruhi oleh orang-orang lain. Orang akan lebih terbuka dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Tetapi, di samping keuntungan-keuntungan tersebut di atas, angket juga mempunyai segi-segi kelemahan, antara lain:
a) Karena penggunaan angket penyelidik mungkin tidak dapat langsung berhadapan muka dengan yang diselidiki, maka
bila ada hal-hal yang kurang jelas, keterangan lebih lanjut sulit dapat diperoleh.
b) Dalam angket pertanyaan-pertanyaan telah disusun demikian sehingga pertanyaan-pertanyaan tidak dapat diubah
disesuaikan dengan situasinya.
c) Biasanya angket yang telah diketuarkan tidak semua dapat kembali. Hal ini harus diperhitungkan bila mengadakan
penyelidikan menggunakan angket.
d) Kesalahan dalam pelaksanaan (misalnya, sugestif), kurang terangnya pertanyaan-pertanyaan, menyebabkan kurang
validnya bahan yang diperoleh.
5. Metode interview.
Interview merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan. Kalau pada angket pertanyaan-
pertahyaan diberikan secara tertulis, maka pada interview pertanyaan-pertanyaan diberikan secara lisan. Karena itu
antara interview dan angket terdapat hat-hal yang sama di samping adanya perbedaan-perbedaan. Baik angket maupun
interview kedua-duanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan, tetapi berbeda dalam penyajiannya. Kalau kedua metode
itu dibandingkan maka pada interview terdapat keuntungan-keuntungan di samping ketemahan-ketemahan.

Keuntungan-keuntungannya antara lain adalah:


a) Pada interview, hal-hal yang kurang jelas dapat diperjelas, sehingga orang dapat mengerti apa yang dimaksudkan.
Keadaan ini tidak terdapat pada angket.
b) Pada interview, penginterview dapat menyesuaikan dengan keadaan yang diinterview. Pada angket keadaan ini tidak
mungkin.
c) Dalam interview, ada hubungan yang langsung (face to face), yang diharapkan dapat menimbulkan suasana hubungan
yang balk, dan ini akan memberikan bantuan dalam mendapatkan bahan-bahan.
Sedangkan kelemahan-kelemahannya antara lain:
a) Penyelidikan dengan interview kurang hemat, baik dalam soal waktu maupun tenaga, sebab dengan interview
membutuhkan waktu yang lama.
b) Pada interview dibutuhkan keahtian, dan untuk memenuhi ini dibutuhkan waktu untuk mendapatkan didikan atau
latihan yang khusus.
c) Pada interview bila telah ada prasangka (prejudice), maka ini akan mempengaruhi interview, sehingga hasilnya tidak
objektif.
6. Metode biografi. Metode ini merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup. Dalam
biografi, orang menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai orang yang bersangkutan.
Oleh karena itu, biografi juga dapat merupakan sumber penyelidikan dalam lapangan psikologi. Misalnya, biografi ibu
Kartini, Mahatma Gandhi, Ki Hadjar Dewantara dan sebagainya. Metode ini, di samping mempunyai keuntungan, juga
mempunyai kelemahan, yaitu bahwa metode ini kadang-kadang bersifat subjektif, dalam arti menurut pandangan yang
membuat biografi itu. Misalnya, bila orang yang membuat itu sepaham, maka sudah barang tentu orang dalam membuat
biografi akan dipengaruhi oleh sudut pandangannya, lebih-lebih dalam pembuatan otobiografi (biografi diri sendiri).
7. Metode analisis karya. lni merupakan suatu metode penyelidikan dengan mengadakan analisis dari hasil karya.
Misalnya, antara lain tentang gambar-gambar, karangan-karangan yang telah dibuat, karya-karya ini merupakan
pencetusan dari keadaan jiwa seseorang. Dalam hal ini, termasuk juga buku harian seseorang.
8. Metode klinis. Metode ini mula-mula timbul dalam lapangan klinik untuk mempelajari keadaan orang-orang yang
jiwanya menyimpang (abnormal). Pada umumnya, metode ini digunakan oleh para ahli psikologi. Kelemahannya
metode ini seakan-akan memberikan kesan bahwa subjeknya orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang
dicapai kurang menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.
9. Metode testing. Metode ini merupakan metode penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan,
atau tugas-tugas lain yang telah distandardisasikan. Dilihat dari caranya, orang mengerjakan tes seakan-akan seperti
eksperimen, namun kedua metode ini berbeda. Pada eks-perimen, orang dengan sengaja menerapkan treatment atau
perlakuan dan ingin mengetahui efek dari treatment tersebut. Pada tes ini, orang ingin mengetahui kemampuan-
kemampuan ataupun sifat-sifat lain dari testee (orang yang dites). Yang terpenting dalam tes adalah adanya standardisasi
di mana ini tidak terdapat dalam eksperimen. Metode tes mulai terkenal setelah hasil kerja dari Binet. Pada tahun 1904,
Binet mendapatkan tugas dari pemerintah Prancis (yang mengurusi bidang pendidikan dan pengajaran) untuk
mengadakan penyelidikan terhadap anak-anak yang mengalami kelambatan dalam pelajaran bila dibandingkan dengan
teman-teman sebayanya. Berdasarkan atas hasil penyelidikan Binet, anak-anak yang tidak dapat mengikuti pelajaran
seperti anak-anak yang lain, ternyata mereka itu kurang normal. Penyelidikan kemudian dilanjutkan bersama-sama
dengan Simon, hingga akhirnya hasil penyelidikan itu terkenal dengan tes-inteligensi Binet-Simon. Sumbangan utama
dari Binet adalah dalam hal merintis dan menentukan standar-standar pertanyaan, yaitu pertanyaan yang diperuntukkan
bagi anak-anak dengan tingkat umur masing-masing. Standar ini berdasarkan atas keadaan anak yang normal, sehingga
dengan demikian, bila pertanyaan itu diajukan kepada anak dengan umur tertentu maka pertanyaan itu akan dapat
dijawab oleh anak-anak yang normal. Tes Binet kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh ahli-ahli antara lain oleh
Stem, Terman Merril dan sebagainya. Salah satu revisi yang terkenal adalah dari Terman yang dipakai di Amerika.
Karena Terman adalah mahaguru di Stanford University, maka revisinya terkenal dengan Stanford Revision, dan sering
disebut tes inteligensi Stanford-Binet. Di camping tes Binet-Simon, masih banyak lagi tes-tes yang lain, misalnya tes
Rorschach, tes Kraeplin, tes T.A.T. dan sebagainya. Dengan demikian, ada macam-macam tes yang kesemuanya dapat
digunakan untuk mengadakan penyelidikan dalam lapangan psikologi.
Tes dapat dibedakan atas bermacam-macam jenis, yaitu:
a) Menurut banyaknya orang yang dites, tes dapat dibedakan atas:
1) Tes perorangan atau juga disebut tes individual, yaitu tes yang diberikan secara perorangan. Misalnya, tes Binet, tes
Rorschach, dan tes Wechsler.
2) Tes kelompok, yaitu merupakan tes yang. diberikan secara kelompok, misalnya Army Alpha dan Army Betha Test,
Army General Classification Test (AGeT), dan tes SPM. b) Berdasarkan atas peristiwa-peristiwa kejiwaan yang diselidiki,
maka tes dapat dibedakan atas:
- Tes pengamatan.
- Tes perhatian.
- Tes ingatan.
- Tes inteligensi, dan sebagainya.
c) Berdasarkan atas caranya orang menjawab atau mengerjakan, maka tes dapat dibedakan:
1) Tes bahasa (verbal test), yaitu tes di. mana testee (orang yang dites) dalam mengerjakan tes menggunakan bahasa.
Misalnya tes Binet, tes Rorschach, dan tes T.A.T.
2) Tes peraga (performance test), yaitu tes di mana testee dalam mengerjakan tes tidak perlu menggunakan bahasa,
cukup dengan perbuatan-perbuatan, misalnya menyusun, menggambar dan sebagainya. Misalnya, tes dari William
Healy, tes SPM, dan tes Goodenough.
Di samping itu, bila tes digunakan .untuk menyelidiki tentang bakat seseorang, tes itu disebut aptitude test atau tes bakat.
Kalau tes digunakan untuk mengetahui tentang kecepatan orang mengerjakan sesuatu, tes itu disebut speed test atau tes
kecepatan. Sedangkan kalau tes digunakan untuk mengetahui power atau kemampuan seseorang, maka tes itu disebut
sebagai power-test Kalau tes digunakan untuk mengetahui sampai di mana kemampuan individu di dalam mengadakan
performance terhadap sesuatu training atau sesuatu yang telah pernah diterimanya, maka tes ini disebut achievement test
Tes sebagai metode penyelidikan, di samping mempunyai keuntungan, juga terdapat kelemahan. Keuntungan yang
dapat diperoleh adalah dengan menggunakan tes orang dapat mengetahui gambaran atau keadaan dari orang yang dites,
sudah memberikan ancer-ancer yang sedikit banyak telah berguna dalam menentukan langkah-langkah lebih lanjut.
Sedangkan keberatan yang sering dikemukakan, yakni tes terikat kepada kebudayaan dari mana asal tes itu. Berhubung
dengan kelemahan ini maka orang kemudian mencari atau menciptakan tes yang sedikit banyak ingin mengurangi atau
bahkan menghilangkan kelemahan ini yaitu dengan menciptakan tes yang bebas dari ke-budayaan. Tes performa
merupakan usaha untuk mengatasi terikatnya tes terhadap unsur kebudayaan. Karena itu, performance test diharapkan
merupakan tes yang lebih bebas dari kebudayaan bila dibandingkan dengan tes-verbal. 10. Metode statistik. Pada
umumnya metode statistik digunakan untuk mengadakan penganalisaan terhadap materi atau data yang telah
dikumpulkan dalam suatu penyelidikan. Untuk memberikan gambaran yang dimaksud dengan statistik baiklah disajikan
apa yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1979: 1) sebagai berikut: "Kata statistik telah digunakan untuk membatasi
cara-cara iimiah untuk mengumpulkan, menyusun, meringkas, dan menyajikan data penyelidikan. Lebih lanjut statistik
merupakan cara untuk mengolah data tersebut dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang teliti dan keputusan-keputusan
yang logis dari pengolahan data tersebut (batasan umum). Khusus untuk keperluan-keperluan riset, seperti yang telah
beberapa kali disinggung di atas, fungsi dan peranan statistik digambarkan oleh Guilford sebagai berikut:
1. Statistik memungkinkan pencatatan secara paling eksak data penyelidikan.
2. Statistik memaksa penyelidik menganut tata-pikir dan tata kerja yang pasti dan tepat.
3. Statistik menyediakan cara-cara meringkas data ke datam bentuk yang tebih banyak artinya dan tebih gampang
mengerjakannya.
4. Statistik memberi dasar-dasar untuk menarik konklusi-konklusi melalui proses-proses yang mengikuti tata yang dapat
diterima oteh ilmu pengetahuan.
5. Statistik memberi landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang bagaimana sesuatu gejata akan terjadi datam
kondisi-kondisi yang telah diketahui.

6. Statistik memungkinkan penyelidik menganalisa, menguraikan sebab-akibat yang kompteks dan rumit, yang tanpa
statistik akan merupakan peristiwa yang membingungkan, kejadian yang tak teruraikan.

Sumber

http://sumberilmupsikologi.blogspot.com/2015/12/metode-metode-penyelidikan-dalam.html
1. Islam Pada Masa Nabi Muhammad.
Kondisi bangsa arab sebelum kedatangan islam, terutama di sekitar Mekah masih diwarnai dengan
penyembahan berhala sebagai Tuhan. Yang dikenal dengan istilah paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan
bangsa Arab ada pula yang menyembah agama Masehi(Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan
Syam. Di samping itu juga agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan Madinah, serta
agama Majusi, yaitu agama orang-orang persia.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal atau 20 April 571 M. Ketika itu Raja Yaman
Abrahah dengan gajahnya menyerbu Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Sehingga tahun itu dinamakan Tahun
Gajah. Beliau telah menjadi yatim piatu ketika berumur delapan tahun, dan beliau diasuh oleh kakek dan pamannya,
Abdul Muthalib dan Abu Thalib. Pada umur 12 tahun Nabi Muhammad sudah mengenal perdagangan, sebeb pada saat
itu beliau telah diajak berdagang oleh paman beliau, Abu Thalib ke Negeri Syam. Dari pengalamannya berdagang, maka
setelah beranjak dewasa, beliau ingin berusaha berdagang dengan membawa barang dagangan Khadijah, seorang
saudagar wanita yang pada akhirnya menjadi istri beliau.
Fase kenabian Nabi Muhammad dimulai ketika beliau bertahannus atau menyepi di Gua Hira, sebagai imbas
keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu
yang pertama, yang berupa surat Al-‘Alaq 1-5. Dengan wahyu yang pertama ini, maka beliau telah diangkat menjadi
Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya, namun
setelah turun wahyu kedua, yaitu surat Al-Mudatsir ayat 1-7, Nabi Muhammad saw diangkat menjadi Rasul yang harus
berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad dibagi menjadi dua periode, yaitu :
a. Periode Mekah, ciri pokok dari periode ini adalah pembinaan dan pendidikan tauhid(dalam arti luas)
b. Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan politik(dalam arti luas)
a. Periode Mekah
Pada periode ini, tiga tahun pertama dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad
mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, yang menerima
dakwah beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau. Di samping itu,
juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal
Awwalun(orang-orang yang lebih dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin
Abi Waqqash, Abdur Rahmanbin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarhah, dan Al-Arqam bin Abil
Arqam, yang rumahnya dijadikan markas untuk berdakwah(rumah Arqam). Kemudian setelah turun ayat 94 Surah Al-
Hijr, nabi Muhammad saw memulai dakwah secara-terang-terangan.[1]
Dalam menyebarkan agama islam, Nabi Muhammad melakukannya dengan tiga cara, yaitu:
a. Rahasia. Pada tahapan ini Nabi menyempaikannya hanya pada kalangan keluarganya sendiri dan teman dekatnya.
b. Semi Rahasia. Beliau menyebarkan Agama Islam dalam ryang lingkup yang lebih luas, termasuk Bani Muthalib dan
Bani Hasyim.
c. Terang-Terangan(Demonstratif). Nabi dalam berdakwah secara terang-terangan ke segenap lapisan masyarakat, baik
kaum bangsawan maupun hamba sahaya.
Dakwah yang disampaikan Nabi ini mendapatkan penolakan masyarakat Quraisy dalam berbagai cara.
Penolakan tersebut diantaranya:
a. Lunak. Cara ini dilakukan dengan menyebar propaganda. Bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pembohong,
penjahat, dan juga pembuat perpecahan di kalangan bangsa arab dan lainnya
b. Semi Lunak. Yaitu dengan membujuk Nabi Muhammad untuk menghentikan dakwah islamiyah
c. Kasar/Keji. Yaitu dengan melakukan penyiksaan atau penganiayaan baik secara fisik maupun nonfisik
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir
Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Bidang Politik Kekuasaan. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa
tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib
2. Sosial (persamaan derajat sosial). Nabi muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya
3. Agama dan Keyakinan. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran
tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat
4. Budaya. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi
mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam
5. Ekonomi. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.[2]
b. Periode Madinah
Sebab utama Rasulullah bersama para sahabat melakukan hijrah ke Madinah, yaitu :
1. Perbedaan iklim di kedua kota mempercepat dilakukannya hijrah. Iklim Madinah lembut dan watak rakyatnya yang
tenang sangat mendorong penyebaran dan pengembangan agama islam. Sedangkan kota Mekah sebaliknya.
2. Nabi-Nabi umumnya tidak dihormati di negara-negaranya sehingga Nabi Muhammadpun tidak diterima oleh kaumnya
sendiri
3. Tantangan yang nabi hadapi tidak sekerasa di Mekkah.[3]
Dalam periode ini, pengembangan islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat islam dan
pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di
Madinah, sebagai berikut:
a. Mendirikan Masjid
Tujuan Rasulullah mendirikan masjid ialah untuk mempersatukan umat islam dalam satu majelis, sehingga di
majelis ini umat islam bisa bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan
musyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali
ukhuwah islamiyah.
b. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin
Rasulullah saw mempersatukan keluarga-keluarga islam yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Dengan cara
mempersaudarakan kedua golongan ini, Rasulullah saw telah menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan agama
pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
c. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslimin
Nabi Muhammad saw hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada di madinah, oleh karena itu Nabi
membuat perjanjian antara kaum mus;limin dan nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik
2. Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat
3. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik muslim maupun nonmuslim, dalam hal moril maupun materiil. Mereka
harus bahu membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka(Madinah)
4. Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliaulah dibawa segala perkara dan perselisihan
yang besar untuk diselesaikan
d. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru
Ketika masyarakat islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk
tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada
pembninaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh Rasulullah, baik dengan lisan maupun dengan
perbuatan beliau sehingga terdapat dua sumber hukum dalam islam, yaitu Al-Quran dan hadis.
Dari kedua sumber hukum islam tersebut didapat suatu sistem untuk bidang politik, yaitu sistem musyawarah.
Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan pada jaminan keadilan sosial, serta dalam bidang kemasyarakatan, diletakkan
pula dasar-dasar persamaan derajat antara masyarakat atau manusia, dengan penekanan bahwa yang menentukan derajat
manusia adalah ketakwaan.[4]
e. Mengadakan perjanjian dengan seluruh penduduk Madinah, baik yang sudah masuk islam maupun yang belum masuk
islam. Perjanjian ini dikenal dengan “Piagam Madinah”, yang berisi undang-undang dikenal dengan konstitusi Madinah.
Konstitusi ini secara garis besar menyangkuit masalah-masalah yang berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan manusia,
yaitu:
1. Bidang Politik. Dalam piagam Madinah menerapkan sistem Musyawarah
2. Bidang Keamanan. Seluruh warga negara berhak mendapat keamanan dan kemerdekaan
3. Bidang Sosial. Nabi meletakkan dasar persamaan di antara manusia
4. Bidang ekonomi. Nabi saw menerapkan sistem yang dapat menjamin keadilan sosial
5. Bidang keagamaan. Hak beragama dijamin, namun harus memiliki sikap toleransi terhadap kegiatan-kegiatan
keagamaan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau penduduk kota madinah.
Adapun penjabaran dari piagam ini yang dijadikan sebagai dasar dalam membina masyarakat islam yang baru
dibentuk Rasulullah saw, meliputi beberapa prinsip, yaitu:
a. Al-Ukhuwah. Ukhuwah ini meliputi Ukhuwah Basyariyah, Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah Islamiyah
b. Al-Musawa. Semua penduduk memiliki kedudukan yang sama dan setiap warga masyarakat memuliki hak
kemerdekaan, kebebasan, dan yang membedakan hanyalah ketakwaannya
c. At-Tasamuh. Umat Islam siap berdamping secara baik dengan semua penduduk termasuk Yahudi serta bebas
melaksanakan ajaran agama dan harus memiliki sikap toleransi
d. Al-Ta’awun. Semua penduduk harus saling tolong menolong dalam hal kebaikan.
e. Al-Tasyawur. Jika ada persoalan dalam Negara, harus melakukan musyawarah
f. Al-‘Adalah. Berkaitan erat dengan hak dan kewajiban setiap individu dalam kehidupan bermasyarakat(Adil).[5]

1. Islam Pada Masa Khalifah Rasyidin


a. Masa Abu Bakar
1. Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah
Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabat segera berkumpul untuk bermusyawarah di suatu tempat
yaitu Tsaqifah Bani Sa’idah (semacam MPR dulu dikenal dengan Nadi al-Qoum) guna memilih pengganti Rasulullah
(Khalifah) memimpin ummat Islam. Musyawarah itu secara spontanitas diprakarsai oleh kaum Anshor. Sikap mereka itu
menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki kesadaran politik dari pada yang lain, dalam memikirkan siapa pengganti
Rasulullah dalam memimpin umat Islam. Pihak Anshar mencalonkan Sa’ad bin Ubaidah.
Hingga peristiwa tersebut diketahui Umar, ia kemudian pergi ke kediaman Nabi dan mengutus seseorang untuk
menemui Abu Bakar. Kemudian keduanya berangkat dan diperjalanan bertemu dengan Ubaidah bin Jarroh. Setibanya
di balai Bani Sa’idah, mereka mendapatkan dua golongan besar kaum Anshor dan Muhajirin bersitegang. Dengan
tenang Abu Bakar berdiri di tengah-tengah mereka, kemudian berpidato yang isinya merinci kembali jasa kaum Anshor
bagi tujuan Islam. Di sisi lain ia menekankan pula anugrah dari Allah yang memberi keistimewaan kepada kaum
Muhajirin yang telah mengikuti Muhammad sebagai Nabi dan menerima Islam lebih awal dan rela hidup menderita
bersama Nabi. Abu bakar juga berpidato di hadapan para sahabat yang ada disana dengan alasan hadits Nabi: al-
Aimmatu min Quraiys (kepemimpinan dalam Islam adalah dari golongan Quraisy). Akhirnya Abu Bakar terpilih
sebagai Khalifah ar-Rasul (pengganti Rasul)[6]. Abu Bakar terpilih menjadi khalifah dengan alasan utamanya adalah
senioritas karena sejak mula pertama Islam diturunkan menjadi pendamping Nabi, dialah sahabat yang paling
memahami risalah Rasul. Abu Bakar merupakan tokoh tua yang sangat dihormati serta orang yang pertama kali masuk
Islam dari golongan tua. Setelah mereka sepakat dengan gagasan Umar, sekelompok demi sekelompok maju ke depan
dan bersama-sama membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah. Baiat tersebut dinamakan baiat Tsaqifah karena bertempat di
balai Tsaqifah Bani Sa’idah. Pertemuan politik itu berlangsung hangat, terbuka, demokratis dan berdaulat. Pertemua
politik itu merupakan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Sesuatu yang mengikat mereka tetap dalam satu
kepemimpinan pemerintahan. Terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah Pertama, menjadi dasar terbentuknya sistem
pemerintahan Khalifah dalam Islam.
2. Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah merupakan bukti bahwa Abu Bakar menjadi Khalifah bukan atas
kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi
Khalifah, maka mulailah Abu Bakar menjalankan kekhalifahannya, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai
pemimpin pemerintahan, dan juga di sinilah prinsip demokrasi tertanam sejak awal perkembangan Islam. Adapun
sistem politik Islam pada masa Abu Bakar bersifat sentralistis sebagaimana yang diterapkan Nabi berdasarkan al-Qur’an
Hadits, jadi kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat ditangan Khalifah, meskipun demikian dalam
memutuskan suatu masalah, Abu Bakar selalu mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Kebijaksanaan politik yang
dilakukan Abu Bakar dalam mengemban kekhalifahannya yaitu:
1. mengirim pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid, untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana
Rasulullah, ketika Nabi masih hidup.
2. timbulnya kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi terputus.
3. khalifah di sisi lain juga serentak ekpedisi ke 12 front di bawah jenderal-jenderal di masing-masing batalyon, maka ketika
para pembangkang kalah perang di salah satu front,lari ke wilayah lain pun tidak bertaan dan berkutik melawannya.[7]
Adapun kebijakan di bidang pemerintahan yang dilakukan oleh Abu Bakar adalah:
1. Pemerintahan Berdasarkan Musyawarah.
2. Amanat Baitul Mal.
Para sahabat Nabi beranggapan bahwa Baitul Mal adalah amanat Allah dan masyarakat kaum muslimin. Karena
itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya dan pengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan dengan
apa yang telah ditetapkan oleh syari’at. Mereka mengharamkan tindakan penguasa yang menggunakan Baitul Mal untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi.
3. Konsep Pemerintahan. Politik dalam pemerintahan Abu Bakar dengan corak pemerintahan yang bersifat senteralistis dan
sangat merakyat.
4. Kekuasaan Undang-undang. Abu Bakar tidak pernah menempatkan dirinya diatas undang-undang. Dia juga tidak pernah
memberi sanak kerabatnya suatu kekuasaan yang lebih tinggi dari undang-undang. Mereka semua dihadapan undang-
undang adalah sama seperti rakyat yang lain, baik kaum Muslim maupun non Muslim.
C. Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik
Periode kekhalifahan Umar tidak diragukan lagi merupakan abad emas Islam dalam segala zaman. Periodenya
terkenal dengan pembangunan Islam dan perubahan-perubahannya. Khalifah Umar bin Khattab mengikuti langkah-
langkah Rasulullah dengan segenap kemampuannya, terutama pengembangan Islam. Ia bukan sekedar seorang
pemimpin biasa, tetapi seorang pemimpin pemerintahan yang professional. Ia adalah pendiri sesungguhnya dari sistem
politik Islam. Ia melaksanakan hukum-hukum Ilahiyah (syariat) sebagai code (kitab undang-undang) suatu masyarakat
Islam yang baru dibentuk. Maka tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa Umar lah pendiri daulah islamiyah (tanpa
mengabaikan jasa-jasa Khalifah sebelumnya). Banyak metode yang digunakan Umar dalam melakukan perluasan
wilayah, sehingga musuh mau menerima Islam karena perlakuan adil kaum Muslim. Di situlah letak kekuatan politik
terjadi. Dari usahanya, pasukan kaum Muslim mendapatkan gaji dari hasil rampasan sesuai dengan hukum Islam. Untuk
mengurusi masalah ini, telah dibentuk Diwanul Jund. Sedangkan untuk pegawai biasa, di samping menerima gaji
tetap (rawatib), juga menerima tunjangan (al-itha’). Khusus untuk Amr bin Ash, Umar menggajinya sebesar 200 dinar
mengingat jasanya yang besar dalam ekspansi. Dan untuk Imar bin Yasar, diberi 60 dinar disamping tunjangan (al-
jizyaat)karena hanya sebagai kepala daerah (al-amil). Dalam rangka desentralisasi kekuasaan, pemimpin pemerintahan
pusat tetap dipegang oleh Khalifah Umar bin Khattab. Sedangkan di propinsi, ditunjuk Gubernur (orang Islam) sebagai
pembantu Khalifah untuk menjalankan roda pemerintahan. Dalam pemerintahannya, terdapat Majlis Syura’, bagi umar
tanpa musyawarah, maka pemerintahannya tidak bisa berjalan, selain itu membentuk departemen dan membagi daerah
kekuasaan Islam menjadi delapan provinsi, membentuk kepala distrik yang disebut ‘amil, pada masanya juga terdapat
kebijakan yang fenomenal dalam kebijakan ekonomi di Sawad (daerah subur), ia mengeluarkan dekrit bahwa orang
Arab termasuk tentara dilarang transaksi jual beli tanah di luar Arab dengan alasan; mutu tentara Arab menurun,
produksi menurun, negera rugi 80% dari pendapatan, dan rakyat akan kehilangan mata pencaharian yang menyebabkan
mereka mudah memberontak terhadap negaga. Kebijakannya yang lain adalah menerapkan pajak perdagangan (bea
cukai), dan lain-lain.
Pada akhir kepemimpinannya, Umar dibunuh oleh Abu Lu’lu (orang Persia). Hal ini dilatar belakangi oleh
pemecatan Umar terhadap Mughirah Ibnu Syu’ba sebagai Gubernur Kuffah, karena Mughirah melakukan pembocoran
rahasia Negara dan penghianatan. Menjelang wafat Umar membentuk tim formatur untuk musyawarah menentukan
penggantinya, tim formatur terdiri dari enam orang sahabat yaitu Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubair, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Talib, dan Saad ibn Waqas.
Perluasan Wilayah
Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi
lainnya pergi ke negeri Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan hebat, sehingga penduduk mengaku
kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650 M pasukan Muslim berhasil menguasai Khurazan. Adapun tentang
Iskandariyah, bermula dari kedatangan Kaisar Konstantinopel II dari Romawi Timur atau Bizantium yang menyerang
Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah bin Saad
bin Abi Sarah yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat kembali
panglima Amru bin ‘Ash yang telah diberhentikan untuk menangani masalah di Iskandariyah. Abdullah bin Abi Sarah
memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih cakap dalam memimpin perang dan namanya sangat disegani oleh pikak
lawan. Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu terjadilah perpecahan dan menyebabkan tewasnya panglima di
pihak lawan. Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah al-Baini untuk berdakwah ke
Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang menentang dan memerangi terpaksa
dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai Armenia.
Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Sarah. Tunisia
sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan
Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk
ke dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqah, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nub’ah, Armenia, dan beberapa
bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria), Hera,
Kabul dan Gzaznah di Turkistan. Jadi Enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan
kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya telah sampai pada seluruh daerah
Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan
pasukan Islam, masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang mereka lakukan
sebelumnya pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
C. Konflik dan Kemelut Politik Islam Masa Utsman bin Affan
Selama pemerintahan Utsman di bagi menjadi dua periode, yaitu periode kemajuan dan periode kemunduran.
Pada periode kemajuan pemerintahan Utsman mengalami kemajuan yang sangat luar biasa. Peta Islam semakin meluas
hingga perbatasan al-Jazair (Barqah dan Tripoli, Syprus di front barat). Di bagian Utara sampai Aleppo dan sebagian
Asia kecil, Transoxiana, adapun di bagian Timur seluruh Persia bakan sampai wilayah Balucistan. Selain itu Utsman
berhasil membentuk armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan mengalau serangan-serangan di Laut Tengah yang
dilancarkan oleh tentara Bizantium. Namun, priode kemunduran kekuasaannya identik dengan kemunduran dengan
huru-hara dan kekacauan yang luar biasa sampai akhir hayatnya.
Sebagian ahli sejarah menilai, bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini terlihat dari pengangkatan sanak
saudaranya dalam jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan, hampir semua pejabat Negara dan panglima pada masa
Umar dipecat olehnya kemudian mengangkat pengganti mereka dari keluarga yang tidak mampu dan tidak cakap untuk
menjadi pengganti.
Beberapa tuduhan nepotisme/KKN yang tujukan pada Utsman antara lain; Muawiyyah ibn Abi Sufyan yang
merupakan masih satu suku dan keluarga dekat dengan Utsman mengganti Gubernur Syam, di Bashrah Abdullah ibn
Amir yang merupakan sepupu Utsman menggantikan Musa al-Asy’ari, di Kuffah Utsman memecat Mughirah ibn
Syu’bah yang pada saat masa Umar ampir di pecat tetapi baru terlaksana pada masa Utsman, di Kuffah Gubernurnya
diganti sebanyak enam kali, selain dari Mughirah yaitu Saad ibn Abi Waqas, kemudian Saad ibn Abi Waqas, seseorang
pilihan rakyat Bashrah namun hanya memimpin selama beberapa bulan kemudian dilanjutkan dengan Walid ibn
Uqbah yang merupakan saudara susuan Utsman, selanjutnya Said ibn al-Ash yang merupakan keponakan Khalid,
terakhir adalah Musa al-Asy’ari yang merupakan mantan Gubernur Bashrah dan bukan merupakan famili Utsman.
Adapun di Mesir Amr bin ash yang merupakan Amir seluruh Mesir dan Abdullah ibn Saad amil di Nubai yang diangkat
pada masa Umar, namun saat khalifah meminta laporan tahunan keduanya terdapat ketimpangan yaitu gagal
mengumpulkan pajak, pada saat itu Abdullah mengumpulkan pajak dua kali lipat dari Amr. Khalifah meminta mlaporan
keduanya karena khalifah butuh biaya banyak untuk membangun armada, Utsman ingin Amr tetap menjadi panglima
dan gubernur seluruh Mesir dan menjadikan Abdullah ‘amil. Namun kemudian Amr memperotes khalifah dengan
keras, akhirnya ia dipecat dan menjadikan Abdullah sebagai gubernur. Menurut M. Abdul Karim (2012:97-98)
pemecatan Amr dari jabatannya sebagai gubernur adalah untuk mengambil hati rakyat Mesir dengan memungut pajak
sesedikit mungkin membuat situasi kacau antara Mesir Selatan (di mana Abdullah sebagai ‘amil yang memungut pajak
dua kali lipat dari pada Mesir di Utara) dengan Mesir Utara. Selisih kebijakan ekonomi ini juga menimbulkan keresahan
di kalangan rakyat Nubia.
Perlu diketahui terdapat fakta lain di balik tuduhan nepotisme/KKN yang ditujukan pada Utsman antara lain: a)
pengangkatan Muawiyah ibn Abi Sufyan yang mengganti Gubernur Syam adalah karena kecakapan dan kemampuannya,
terutama waktu menghadapi Bizantium, ia menunjukkan keberhasil yang sangat luar biasa. b) di Bashrah Abdullah ibn
Amir yang merupakan sepupu Utsman, ia merupakan orang yang menaklukkan Persia yang menggantikan Musa al-
Asy’ari, padahal ia banyak mengumpulkan hadits akan tetapi ia tidak disukai rakyat, Musa merupakan panglima ke
Kurd, pidatonya memerintahkan agar berhemat, tetapi malah ia sendiri memakai jubah yang mahal serta menggunakan
kuda yang mahal, ia juga terkenal kikir. c) di Kuffah Utsman memecat Mughirah ibn Syu’bah yang pada saat masa Umar
ampir di pecat tetapi baru terlaksana pada masa Utsman, di Kuffah Gubernurnya diganti sebanyak enam kali, selain dari
Mughirah yaitu adalah Saad ibn Abi Waqas, ia menyalah gunakan jabatannya seperti meminjam uang tanpa melapor
pada khalifah. selanjutnya seseorang pilihan rakyat Bashra namun hanya memimpin selama beberapa bulan kemudian
dilanjutkan dengan Walid ibn Uqbah yang merupakan saudara susuan Utsman, banyak keluhan rakyat bahwa is minum
khamer dan pembawaannya keras dan kasar, tetapi setelah ia terbukti salah, ia dihukum dengan hukuman cambuk. Ini
membuktikan bahwa ia tidak memandang Walid sebagai keluarga dan tidak dibelanya menjadi bukti Usman tidak
melakukan nepotisme. Justru Walid yang kemudian bergabung dengan kelompok oposisi di Syam (namun tidak
berhasil karena daerah binaan Muawiyah adalah pendukung kalifah), Kuffa, Bashrah, dan Mesir, untuk melancarkan
propagandanya dan memusuhi kalifah. Setelah Walid melancarkan propaganda yang kotor, menghancurkan bangunan
kepercayaan yang megah dibangun awal periode Utsman, hancur lebur dengan sikap Walid. Dalam al ini, Walid situasi
sudah di luar kendali, meskipun dipecat dan dicambuk, tetapi kemudian kalifah membiarkannya secara bebas
propaganda. Selanjutnya Said ibn al-Ash yang merupakan keponakan Khalid, ia cakap dan berprestasi terutama dalam
penaklukkan Persia Utara, Azerbeijan. Namun ia dituduh nenomor satukan Arab dari pribumi, ia juga seseorang yang
tak sabar serta peminum khamer d) terakhir adalah Musa al-Asy’ari yang merupakan mantan Gubernur Bashrah dan
bukan merupakan famili Utsman namun ia tak dapat mengatasi situasi, kepemimpinannya tidak sebaik pada waktu ia
menjabat sebelumnya. Justru setelah asy’ari yang tidak ada hubungan darah dengan Utsman, pengganti Sa’id. Di sisi
lain, Abdullah orang yang sangat dikagumi khalifah Utsman dengan berbagai prestasinya, namun akhirnya dipecat atas
desakan rakyat Mesir dan menggantikan Muhammad ibn Abu Bakar

Sumber : http://irwantokrc.blogspot.com/2016/01/sejarah-peradaban-islam-pada-masa-nabi.html

Anda mungkin juga menyukai