Anda di halaman 1dari 12

Pengantar Statistik Inferensial

Pada awal tahun 1980 dan berlanjut sampai abad 21, industri di Amerika
menekankan tentangperbaikan kualitas. Hal tersebut diilhami oleh kemajuan industri
Jepang yang sangat pesat pada pertengahan abad 20. Keberhasilan industri di Jepang
didasarkan pada penggunanan metode statistik danpola piker statistik pada personil
manajemen perusahaan.
Penggunaan metode statistik bukanlah hal yang baru dalam industri, khususnya dalam
kaitannya dengan pengumpulan informasi/data atau data saintifik.
Terdapat perbedaan mendasar antara pengumpulan informasi saintifik dengan statistik
inferensial. Statistik inferensial digunakan dalam proses mengambil keputusan dalam menghadapi
ketidakpastian dan perubahan. Contoh ketidakpastian adalah kuat tekan beton dalam suatu pengujian
tidak sama, walaupun dibuat dengan material yang sama. Dengan adanya kenyataan tersebut, maka
metode statitsik digunakan untuk menganalisis data dari suatu proses
pembuatan beton tersebut sehingga diperoleh kualitas yang lebih baik. Statistik
inferensial telah menghasilkan banyak metode analitis yang digunakan untuk
menganalisis data. Dengan perkataan lain statistik inferensial tidak hanya mengumpulan
data, tetapi juga mengambil kesimpulan dari suatu sistem saintifik. Informasi
dikumpulkan dari suatu sampel atau kumpulan dari suatu pengamatan (observasi).
Sedangkan sampel diambil dari populasi yang merupakan kumpulan (himpunan) yang
mewakili semua pengukuran.

A. STATISTIK INFERENSIAL

Statistik inferensial adalah bidang ilmu statistik yang lanjutan dari statistik
deskriptif yang hasilnya akan digeneralisasikan atau adanya kesimpulan atas penelitian.
Statistika Inferensial merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel, dan hasilnya akan digeneralisasikan (diinferensikan)
untuk populasi dimana sampel diambil. Terdapat dua macam Statistik Inferensial
yaitu Satitistik Parametris dan Nonparametris. Statistik Parametris terutama digunakan
untuk menganalisis data interval atau rasio, yang diambil dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan Statistik Nonparametris terutama digunakan untuk
menganalisis data nominal, dan ordinal dari populasi yang bebas terdistribusi, jadi
tidak harus normal. Dalam hal ini teknik korelasi dan regresi dapat berperan sebagai
Statistik Inferensial.

B. HIPOTESIS

1. Pengertian Hipotesis
Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodologi Penelitian, definisi
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya
masih harus di uji secara empiris. Dalam penelitian yang disajikan, hipotesis merupakan
rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari penelaahan
kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Secara teknis, hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
sample penelitian.
Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter
yang akan diuji melalui statistik sampel.
Secara implisit, hipotesis itu juga menyatakan prediksi. Misalnya, hipotesis yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan sistematis antara nilai ujian masuk
dan prestasi belajar mengandung prediksi bahwa mahasiswa-mahasiswa yang
mempinyai nilai ujian masuk tinggi juga akan mempunyai indeks prestasi belajar tinggi;
hipotesis yang menyatakan bahwa metode diskusi lebih baik daripada metode ceramah
secara implicit mengandung prediksi bahwa kelas-kelas yang diajar terutama dengan
metode diskusi akan lebih baik hasil belajarnya dari pada kelas-kelas yang diajar
terutama dengan metode ceramah; dan sebagainya.
Pengertian hipotesis menurut Arikunto (1995: 71), hipotesis adalah alternatif
dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui
penelitian.Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam
penelitiannya,perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang
diperlukan bagi pengujian hipotesis. Hipotesis merupakan kunci keberhasilan suatu
eksperimen. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah.
Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau
menolak hipotesis.
Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang
diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan
penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang
baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak
relevan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis. Hipotesis menghubungkan dua
faktor. Sebagai contoh, pada penelitian jamur di atas, dua faktor yang berhubungan
adalah adalah lampu dan pertumbuhan jamur. Hipotesis yang mungkin muncul untuk
menjawab pertanyaan di atas adalah : saya percaya bahwa jamur tidak memerlukan
cahaya untuk berkembang biak.
Menurut Suparmoko, hipotesis adalah pernyataan tentatip yang berhubungan
dengan permasalahan sehingga berguna dalam mencari atau medaptkan alat
pemecahan.
Contoh: jika provinsi DIY dapat meningkatkan produksi daging sapi dengan 15% dan
mengurangi biaya produksi dengan 10%, maka kebutuhan daging DIY akan terpenuhi.
Jadi, hipotesis menunjukkan arah bagi pengumpulan data dimana ia berfungsi sebagai
penghubung yang penting antara permasalahan dan pengumpulan data serta tahap-
tahap analisis dari suatu penelitian.
Dalam buku Supranto yang dikutip dari Websters New World dictionary,
hypothesis is an unproved theory, proposition, supposition, etc. tentatively accepted to
explain certain facts or to provide a basis for investigation, arguments, etc. hipotesis
ialah suatu proposisi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar
dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan
dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan
menggunakan data empiris hasil penelitian.

2. Kegunaan hipotesis
Menurut Moh. Nazir (1988:183), kegunaan hipotesa adalah sebagai berikut:
a . Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
b. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang tercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.

Tinggi rendahnya kegunaan hipotesa tergantung dari:


a. pengamatan yang tajam si peneliti.
b. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari si peneliti.
c. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.
d. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

Menurut Lerbin (2007:26), hipotesis itu berfungsi sebagai jawaban sementara


atas permasalahan penelitian. Sebagai jawaban, hipotesis dirumuskan dalam kalimat
pertanyaan. Disebut sebagai jawaban sementara karena kebenarannya masih harus
diverifikasi secara empiris, harus diuji secara empiris, yaitu dengan pengumpulan data
empiris mengenai tiap variabel yang tercakup pada permasalahan maupun hipotesis
penelitian.
Menurut Andieir (2008) ,adapun fungsi-fungsi hipotesis, yaitu: membimbing
pikiran peneliti dalam memulai penelitian, menentukan tahapan atau prosedur
penelitian, membantu menetapkan format dalam menyajikan, menganalisis dan
menafsirkan data dalam tesis.
Hipotesis mengkonkritkan dan memperjelas masalah yang diselediki, karena
dalam hipotesis secara tidak langsung ditetapkan lingkup persoalan dan jawabannya.
Pada gilirannya hipotesis memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, sehingga
terhindarkan adanya penelitian yang tak bertujuan. Dengan hipotesis yang dirumuskan
secara baik, proses penelitian lebih terjamin akan berlangsung secara teratur, logis dan
sistematis menuju pada tujuan akhir penelitian. Selain dari itu hipotesis, memberikan
jalan yang cepat dan efisien ke arah penyelesaian masalah. Tanpa hipotesis,
pengumpulan data dan informasi akan dilakukan secara membabi-buta. Hipotesis
memberikan batasan data yang diperlukan atau sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Ciri-Ciri dan Kriteria Hipotesis


Menurut M. Suparmoko (1991:14) Ciri-ciri hipotesis sebagai berikut:
a. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam bentuk jikamaka , dan dinyatakan
sedemikian rupa sehingga implikasi dan hubungannya terhadap permasalahan dapat
diperlihatkan secara logis.
b. Hipotesis harus dinyatakan sesederhana mungkin baik dalam arti rumusan teori maupun
implikasinya maupun jumlah variabel yang dilibatkan.
c. Hipotesis harus dapat diuji kebenarannya dan dapat ditolak dalam batas-batas dana,
tenaga dan waktu yang ada.
d. Hipotesis harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengarahan
bagi penelitian yang bersangkutan. Hipotesis bila dirumuskan dengan baik, akan
menyarankan pengumpulan data, dan teknis analisis yang tepat bagi pengujian yang
akan dipakai dalam proses penelitian. Jadi suatu hipotesis dapat dianggap sebagai suatu
rencana pelaksanaan penelitian.
e. Secara keseluruhan, hipotesis harus pantas dan efisien dalam menyarankan pemecahan
masalah penelitian. Hipotesis harus memberikan hasil dengan derajat kepercayaan yang
dapat diterimanya, tetapi menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin.

4. Jenis-Jenis Hipotesis
Menurut Sumardi Suryabrata dalam bukunya Metodologi Penelitian(1990:75),
ciri-ciri hipotesis dapat dibedakan menurut isi dan rumusannya antara lain:
a. Hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling-hubungan
antara dua variabel atau lebih, mendasari berbagai penelitian korelasional.
b. Hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabe tertentu pada kelompok yang berbeda-beda. Hipotesis tentang perbedaan itu
mendasari berbagai penelitian komparatif.

Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah hipo-Ho adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya saling hubungan antara 2 variabel atau lebih, atau hipotesis
yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan lainnya.
Didalam analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak
kebenaran hipotesis nol itu. Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis
alternatif. Hipotesis alternatif (HA) menyatakan adanya saling-hubungan antara dua
variable atau lebih, atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal tertentu pada
kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji statistic berupa
penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.
Pada dasarnya, kedua jenis perumusan itu dapat dilakukan. Namun, dalam
kenyataanya kebanyakan penelitian ilmiah merumuskan hipotesis penelitiannya dalam
bentuk hipotesis alternatif. Hal yang demikian itu terjadi terutama dalam penelitian
eksperimental, dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengetahui perbedaan gejala
pada kelompok yang satu dan pada kelompok yang lain, sebagai akibat adanya
perbedaan perlakuan. Dalam penelitian bukan eksperimentalpun lebih banyak
diketemukan hipotesis alternatif daripada hipotesis alternatif daripada hipotesis nol yang
dirumuskan sebagai hipotesis penelitian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya
penelitian bertujuan untuk mengetahui atau mengungkapkan adanya saling-hubungan
atau adanya perbedaan, dan bukan sebaliknya.
Suatu hal yang sering dipersoalkan dalam hubungan dengan hipotesis ini ialah
apakah setiap penelitian harus mempunyai hipotesis? jawaban terhadap pertanyaan ini
dapat ya atau tidak. Jika penelitian itu adalah penelitian ilmiah seperti yang
modelnya disajikan disini, jawabannya ya. Dalam penelitian ilmiah komponen-
komponen utama yang menuntun langkah-langkah yang dilakukan adalah: masalah
hipotesis data hasil analisis - kesimpulan.
Komponen-komponen itu dijalin secara serasi oleh teori tertentu, dan
penelitiannya dituntun secara tertib oleh metodologi tertentu.
Ada penelitian-penelitian yang komponennya tidak seperti yang tersebut diatas
itu, dan karenanya mungkin dilakukan tanpa hipotesis. Penelitian deskriptif misalnya,
tidak bertujuan memuji sesuatu hipotesis, melainkan bertujuan membuat deskripsi
menganai hal yang diteliti. Penelitian eksploratif biasanya bersifat deskriptif. Pada
umumnya penelitian eksploratif itu bertujuan untuk mendapatkan data dasar, yang
diperlukan sebagai pangkalan untuk penelitian lebih lanjut ataupun sebagai dasar untuk
mebuat suatu keputusan.
Menurut Moh. Nazir (1988:185), hipotesis dapat dibagi sebagai berikut:
a. Hipotesis tentang perbedaan dengan hubungan.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, sebaliknya hipotesa yang menyatakan
perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan
b. Hipotesis kerja dengan hipotesa nol.
Hipotesis nol mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistic Fisher, yang difommulasikan
untuk ditolak sesudah pengujian. Selalu ada implikasi tidak ada beda. Perumusannya
bias dalam bentuk: Tidak ada beda antara dengan Hipotesis nul dapat juga ditulis
dalam bentuk tidak mem .
Dengan menolak hipotesa nul, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut
hipotesis alternatif.
Hipotesis nol biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental.
Hipotesis kerja mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya.
Hipotesis kerja biasanya dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut: Andaikan , maka
.
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima, dan biasanya dirumusakan oleh peneliti-
peneliti ilmu sosial dalam desain yang noneksperimental.

c. Hipotesis common sense dengan ideal.


Hipotesis acap kali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja
dan common sense ( akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan
keseragaman kegiatan terapan. Contohnya: hipotesis sederhana tentang produksi dan
status pemilikan tanah, hipotesa mengenai hubungan tenaga kerja dan luas garapan,
hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan
antara kegiatan-kegiatan dalam industri, dan sebagainya.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan
hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari
hipotesa analitis. Contoh: kita mempunyai suatu hipotesa ideal tentang keseragaman
empiris dan hubungan antara daerah, jenis tanah, luas garapan, jenis pupuk, dan
sebagainya. Misalnya tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan
hubungan jenis tanaman B dengan jenis tanah B*. jika kita perinci hubungan ideal di
atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas tanaman A saja, maka kita
memformulasikan hipotesa analitis.
Terdapat tiga jenis hipotesis yang penting menurut Sulaiman Masri (tutor.com)
yaitu hipotesis penyelidikan, hipotesis nol, dan hipotesis statistik.
Hipotesis penyelidikan merupakan pernyataan yang cermat tentang keadaan hal-hal
penyelidikannya. Hipotesis nol juga merupakan pernyataan kenyataan sesuatu perkara
tetapi pernyataan yang menolak atau menyangkal apa yang ditunjukkan oleh hipotesis
penyelidikan. Hipotesis statistik pula adakah pernyataan tentang populasi statistik yang
berdasarkan maklumat daripada data yang diamati dan diusahakan oleh seseorang
untuk diguna pakai atau disangkal.
Dalam ruang lingkup proposal penyelidikan, hipotesisBOLEH dipandang sebagai
kenyataan spesifik daripada teori dalam bentuk yang boleh diuji. Tiada had dalam jumlah
hipotesis yang boleh ditarik daripada skema teporetis dan dijadikan sasaran ujian
pengujian empirisis. Namun begitu, biasanya jumlah hipotesis pada pengujian emperis,
maka beberapa atau kesemua sasaran projek penyelidikan dicapai sebahagian atau
semuanya.

Menurut Dr.Suharsimi Arikunto dalam bukunya Manajemen Penelitian


(Suharsimi,1995:60), ditinjau dari operasinya, rumusan untuk ketiga jenis hipotesis
tersebut dikenal dua jenis rumusan yaitu:
a. Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan ketidakadanya hubungan antara
variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan Ho
Dalam contoh-contoh di atas ketiga rumusan hipotesis nol dimaksud adalah:
Tidak ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA
Tidak ada hubungan sebab-akibat timbal balik antara tingkat kekayaan dengan
kelancara berusaha.
. Tidak ada saling pengaruh antara tingkat kekayaan dengan keberhasilan
berusaha.
Tidak ada hubungan sebab-akibat antara banyaknya makan dengan tingkat
kekenyangan. Tidak adanya pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.
Banyaknya makanan tidak berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan.
b. Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, yakni hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antar variabel. Dalam notasi, hipotesis ini dituliskan dengan Ha. Untuk
hipotesis alternatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu hipotesis terarah
(direction hypothesis) dan hipotesis tidak terarah (non directional hypothesis).

Contoh-contoh berikut disesuaikan dengan ketiga jenis hubungan yang telah


disebutkan.
a) Untuk hubungan dua variabel sejajar tidak dapat dirumuskan hipotesis terarah.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada hubungan antara nilai matematika dengan nilai IPA.

Ha terarah (directional) :
Tingkat kekayaan berpengaruh terhaap kelancaran usaha.
Kelancaran berusaha berpengaruh terhadap tingkat kekayaan.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada pengaruh tingkat kekayaan terhadap keberhasilan berusaha.
Ada pengaruh keberhasilan berusaha terhadap tingkat kekayaan.
Ha terarah (directional) :
Banyaknya makan berpengaruh terhadap tingkat kekenyangan , atau Banyaknya makan
mempengaruhi tingkat kekenyangan.
Ha tidak terarah (non directional) :
Ada pengaruh banyaknya makan terhadap tingkat kekenyangan.

Perbedaan antara hipotesis terarah (directional) dengan hipotesis tidak terarah


(non directional) adalah dalam hipotesis terarah peneliti sudah berani dengan tegas
menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel tergantung.
Dalam hipotesis tidak terarah, peneliti merasakan adanya pengaruh, tetapi belum berani
secara tegas menyatakan pengaruh tersebut. Ia baru berani menyatakan bahwa ada
pengaruh.
Hipotesis yang dirumuskan berdasarkan hasil pendekatan terhadap permasalahan
dinamakan hipotesis substantif atau hipotesis penelitian. Hipotesis itu (dapat dikatakan
selalu) dalam bentuk kalimat pernyataan yang positif dan biasanya diawali dengan kata
ada. Semua contoh hipotesis berdasarkan tipenya yang dikemukakan di atas termasuk
hipotesis substantif. Lawan dari hipotesis ini adalah hipotesis nihil (nol) atau disebut juga
sebagai hipotesis statistik. Hipotesis nol ini selalu merupakan kebalikan dari hipotesis
substantif. Jadi, bila pada hipotesis substantifnya dinyatakan:
Ada hubungan atau perbedaan ...., maka hipotesis nolnya adalah tidak ada hubungan
atau tidak ada perbedaan ...,
A lebih besar daripada atau sama dengan B, maka hipotesis nolnya adalah A lebih kecil
daripada B.

Hipotesis substantif disebut juga sebagai hipotesis alternatif, yakni sebagai


alternatif atas hipotesis nihil (statistik). Hipotesis alternatif dibedakan lagi menjadi
hipotesis alternatif tidak terarah (tidak memiliki arah) dan hipotesis alternatif terarah.
Contoh hipotesis alternatif tidak terarah:
Ada hubungan antara volume penjualan dan biaya iklan (tidak tersurat apakah
hubungan kedua variabel itu tegolong positif atau negatif).
Ada perbedaan proporsi antara perempuan dan laki-laki yang membeli suatu produk
(tidak tersurat apkah proporsi perempuan atau laki-laki yang lebih besar).
Ada perbedaan nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan antara sebelum dan
setelah iklan suatu produk ditayangkan pada media audio visual (tidak tersurat apakah
nilai rata-rata sikap sebelum iklan atau setelah iklan yang lebih besar).
Ada pengaruh pemberian kupon berhadiah terhadap volume penjualan suatu produk
(tidak tersurat apakah pengaruhnya positif atau negatif).

Contoh hipotesis alternatif tidak terarah:


a. Ada hubungan yang positif antara volume penjualan dan biaya iklan.
b. Ada hubungan yang negatif antara volume penjualan dan biaya iklan.
a. Proporsi perempuan yang membeli produk lebih besar daripada proporsi laki-laki.
b. Proporsi perempuan yang membeli suatu produk lebih kecil daripada proporsi laki-
laki.
a. Nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk lebih besar setelah iklan
itu ditayangkan pada media audio visual bila dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Nilai rata-rata sikap konsumen terhadap iklan suatu produk lebih kecil setelah iklan itu
ditayangkan pada media audio visual bila dibandingkan dengan sebelumnya.
a. Ada pengaruh yang positif dari pemberian kupon berhadiah terhadap volume
penjualan suatu produk.
b. Ada pengaruh yang negatif dari pemberian kupon berhadiah terhadap volume
penjualan suatu produk.

Dari contoh-contoh di atas, kita dapat mengetahui bahwa arah kaitan


antarvariabel pada hipotesis alternatif terarah dinyatakan secara eksplisit, sedangkan
pada hipotesis alternatif tidak terarah tidak demikian.
(Lerbin, 2007:27 ) Selain lebih informatif, bila dibandingkan dengan hipotesis
alternatif tidak terarah, hipotesis alternatif juga lebih menguntungkan dari segi teknik
analisis statistik, khususnya dalam pembuatan kesimpulan. Pada dasarnya, teknik-teknik
analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dimaksudkan untuk menguji
hipotesis nihil. Alternatif kesimpulan yang dapat dibuat dari pengujian hipotesis itu hanya
dua, yaitu menolak atau tidak dapat menolak hipotesis nihil. Bila hipotesis alternatifnya
yang merupakan lawan atau tandingan atas hipotesis nihil yang diuji tidak terarah dan
bila hipotesis nihilnya tidak dapat ditolak, maka peneliti akan menghadapi masalah.
Dalam hal ini, peneliti hanya dapat menyimpulkan adanya kaitan antarvariabel yang
dirumuskan pada hipotesis alternatif itu tanpa mengetahui (tanpaBOLEH
menyimpulkan) arah kaitannya, walaupun dari hasil analisis statistiknya dapat diketahui
arahnya. Dalam hal hipotesis nihil ditolak dan hipotesis tandingannya adalah hipotesis
alternatif terarah, maka peneliti dapat dengan mudah menyimpulkan arah kaitannya.
Hipotesis nihil hanya dibuat pada bagian metode penelitian pada suatu proposal atau
laporan penelitian. Alasannya adalah bahwa analisis data dikemukakan pada bagian
metode penelitian dan hipotesis nihil dibuat sehubungan dengan analisis statistik yang
digunakan. (Lerbin, 2007:28)
Jenis-jenis hipotesis menurut winner statistik (2008), yaitu:
hipotesis 1 arah
hipotesis 2 arah.

Perbedaanya terletak pada masalah apa yang mau diuji. Hipotesis 1 arah
digunakan untuk menguji suatu hal yang sudah jelas akan lebih besar atau lebih kecil
dari hipotesis awal. Sedangkan Hipotesis 2 arah digunakan untuk menguji suatu hal
(hipotesis awal) pada suatu titik tertentu, dimana kemungkinan hipotesis tandingannya
bisa lebih besar maupun lebih kecil dari titik tersebut.
Contoh hipotesis 1 arah.
Misalnya kita ingin menguji suatu kadar emisi kendaraan apakah mencapai batas
tertentu atau tidak. Maka, yang menjadi perhatian kita adalah melebihi batas emisi
ataukah tidak. Bila kadar emisi lebih kecil dari batas emisi dianggap masih menjadi
hipotesis awal karena semakin kecil semakin baik.
Contoh hipotesis 2 arah.
Misalnya kita ingin menguji kadar racun dalam tubuh manusia misalhnya kreatinin
dan ureum. Maka kita konsen pada dua arah. Apabila kadar kreatinin dan ureum melebihi
batas normal sangat berbahaya. sedangkan apabila lebih kecil dari batas normal juga
berbahaya. Yang bagus adalah kadarnya pas dengan batas normal.

5. Sumber Menggali Hipotesis

Menurut Goode dan Hatt (1952:64-65), terdapat empat sumber untuk menggali
hipotesis:
a. Kebudayaan dimana ilmu tersebut dibentuk.
b. Ilmu itu sendiri yang menghasilkan teori dan teori member arah kepada penelitian.
c. Analogi juga merupakan sumber hipotesa. Pengamatan terhadap jagad raya atau
pengamatan yang serupa pada ilmu lain, merupakan sumber hipotesa yang baik. Contoh:
mengamati respon berat hewan terhadap makanan, memberikan analogi tentang adanya
respon tanaman terhadap zat hara.darinya dapat dirumuskan hubungan antara
tumbuhan dengan zat hara dalam tanah.
d. Reaksi individu dan pengalaman. Reaksi individu terhadap sesuatu, ataupun
pengalaman-pengalaman sebagai suatu konsekuensi dari suatu fenomena dapat
merupakan suatu sumber hipotesa. Reaksi tanaman terhadap pestisida, reaksi ayam
terhadap suntikan suatu obat dapat merupakan sumber hipotesa.

Menurut Goode dan Hatt (1952: 57), ada 3 penyebab kesukaran dalam
memformulasikan hipotesa:
a. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang kerangka teori yang
terang.
b. Kurang kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang ada.
c. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat merangkaikan
kata-kata dalam membuat hipotesa secara benar.

6. Merumuskan Hipotesis

Menurut Moh Nazir (1988:190), ada beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis:
a. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik.
b. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antardua atau lebih variabel yang dapat
diukur.
d. Hipotesis hendaknya dapat diuji.
e. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.

7. Menguji hipotesis

Secara umum hipotesis dapat diuji dengan dua cara:


a. Dengan mencocokkan dengan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk
memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesa
tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dkerjakan dengan
menggunakan desain percobaan.
b. Dengan mempelajari konsekuensi logis, maka si peneliti meneliti suatu desain di mana
logik dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesa. Cara ini sering
digunakan dalam menguji hipotesa pada penelitian dengan menggunakan metode
noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya.

Pengujian hipotesis memerlukan tiga komponen:


Soalan penyelidikan
Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
Alat mengukur
8. Penelitian Tanpa Hipotesis

Jenis-jenis penelitian yang biasanya tanpa menggunakan hipotesis antara lain:


a. Penelitian deskriptif
Penelitian deskripsi dilakukan oleh peneliti dengan harapan hasil berupa deskripsi,
penggambaran, atau uraian.
b. Penelitian historis
c. Penelitian filosofis
d. Penelitian pelacakan
Tujuan utama penelitian pelacakan adalah menguji sejauh mana efektivitas dan efisiensi
sesuatu lembaga pendidikan , misalnya sekolah, institut, universitas atau program-
program lain yang mempunyai tugas menyiapkan lulusannya untuk menerapkan
kemampuan yang diperoleh untuk diterapkan dalam tugas pelaksanaan pekerjaan bagi
penunjang kehidupannya. Dengan kata lain, penelitian pelacakan berusaha mengadakan
evaluasi lembaga dengan kriteria eksternal.
e. Penelitian evaluasi
Dalam penelitian evaluasi, peneliti juga hanya ingin mengetahui apakah pelaksanaan
program yang dievaluasi sudah mencapai standar yang diharapkan ataukah belum.
Dalam hal ini peneliti dituntut oleh sederetan kriteria yang digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan program. Dalam melakukan penelitian tersebut biasanya peneliti
tidak mempunyai dugaan untuk jawabannya. Oleh karena itu dia tidak perlu
menggunakan hipotesis dalam penelitiannya.
f. penelitian tindakan (action research)
Dalam The Action Research Planner, Stephen Kemmis dan Robert Mctaggert (1982)
memberikan pedoman tentang langkah-langkah yang dilalui jika seseorang
melaksanakan penelitian tindakan yaitu:
Menyusun sebuah rencana (to develop a plan) untuk mengembangkan atau
meningkatkan tindakan yang sudah dan sedang dilangsungkan.
Melaksanakan apa yang direncanakan (to act to implement the plan).
Mengadakan pengamatan terhadap akibat dari tindakan yang dilakukan (to observe the
effects of action in the context in which it occurs)
Mengadakan refleksi berdasarkan atas akibat-akibat tindakan untuk membuat rencana
tindak lanjut.

C. SIGNIFIKAN DAN TINGKAT KEPERCAYAAN

Besarnya taraf signifikan biasanya sudah ditentukan sebelumnya, yaitu 0,15,


0,05, 0,01, 0,005, atau 0,001. Untuk penelitian pendidikan, biasanya digunakan taraf
0,05 atau 0,01 , sedangkan untuk bidang yang berisiko tinggi akibat penarikan
kesimpulannya, seperti bidang kesehatan, biasanya digunakan taraf 0,005 atau 0,001.
Seandainya peneliti menetapkan kesalahan 5%, hal itu sama saja dengan
menyebut bahwa peneliti telah menolak hipotesis pada tingkat kepercayaan 95% .
Artinya, apabila kesimpulan hasil penelitian diterapkan pada populasi sejumlah 100
orang, peneliti tersebut hanya sesuai untuk 95 orang, sedangkan pada 5 orang sisanya
terjadi penyimpangan. Dengan kata lain, peluang terjandinya kemelesetan setiap 100
kali adalah 5 kali. Selayaknya, 95% tersebut dinamakan tingkat kepercayaan. Jadi,
tingkat kepercayaan adalah ukuran keyakinan peneliti yang dinyatakan dalam
persentase bahwa ia sanggup mengambil resiko bahwa sesuatu itu dapat terjadi, apakah
95% , 99% dan lain-lain.

D. DERAJAT KEBEBASAN

Derajat kebebasan merupakan tingkat kebebasan untuk bervariasi sehingga tidak


terjadi kekeliruan dalam penafsiran. Derajat kebebasan juga sebagai patokan membaca
tabel statistic berkenaan dengan batas rasio penolakan (kritis), yaitu pada batas saat
suatu hasil perhitungan statistic dapat disebut signifikan. Rumus derajat kebebasan (dk)
bergantung pada jenis statistik yang digunakan.

E. PENGUJIAN HIPOTESIS
Penarikan kesimpulan yang berakhir pada penerimaan atau penolakan hipotesis
diawali oleh pengujian hipotesis. Jadi, hasil akhirnya adalah dua pilihan berupa diterima
atau ditolaknya suatu hipotesis (H) didampingi pernyataan lain yang berlawanan,
sehingga diperoleh hipotesis (Ho) dan hipotesis alternative (H1).
Secara umum hipotesis dapat diuji dengan dua cara:
a. Dengan mencocokkan dengan fakta, maka diperlukan percobaan-percobaan untuk
memperoleh data. Data tersebut kemudian kita nilai untuk mengetahui apakah hipotesa
tersebut cocok dengan fakta tersebut atau tidak. Cara ini biasa dkerjakan dengan
menggunakan desain percobaan.
b. Dengan mempelajari konsekuensi logis, maka si peneliti meneliti suatu desain di mana
logik dapat digunakan, untuk menerima atau menolak hipotesa. Cara ini sering
digunakan dalam menguji hipotesa pada penelitian dengan menggunakan metode
noneksperimental seperti metode deskriptif, metode sejarah, dan sebagainya.

Pengujian hipotesis memerlukan tiga komponen:


Soalan penyelidikan
Populasi yang ditakrif dengan tepat (well-defined population)
Alat mengukur

Pola Umum Pengujian Hipotesis


Langkah - langkah dalam pengujian hipotesis secara umum ( Harun Al Rasyid , 2004 :
4 ) , antara lain:
1. Nyatakan hipotesis statistik ( Ho dan H1 ) yang sesuai dengan penelitian yang diajukan.
2. Menentukan taraf kemaknaan atau nyata
3. Kumpulkan data melalui sampel peluang
4. Gunakan statistik uji tepat
5. Tentukan titik kritis dan daerah kritis ( daerah penolakan ) Ho
6. Hitung nilai statistik uji berdasarkan data yang dikumpulkan.
Perhatikan apakah nilai hitung statistik uji jatuh di daerah penerimaan atau daerah
penolakan.
7. Berikan kesimpulan statistik
8. Menentukan nilai

Beberapa hipotesis Ho dan H1 antara lain:


a. Pasangan hipotesis dua ekor ( dua pihak )
Rumusan hipotesis :
Terdapat perbedaan rata rata belajar antara siswa yang jarak tempat tinggalnya jauh
dengan siswa yang jarak tempat tinggalnya dekat dengan sekolah
Atau dinyatakan dalam Ho dan H1 menjadi :
: rata rata belajar siswa yang jarak tempat tinggalnya jauh
: rata rata belajar siswa yang jarak tempat tinggalnya dekat

Anda mungkin juga menyukai