KELAS X SEMESTER I
mpetensi : 1. Memahami struktur atom, sifat periodik unsur, dan ikatan kimia
Dasar : 1.2 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan koordinasi, dan ikatan
logam serta hubungannya dengan sifat fisika senyawa yang terbentuk.
Produk Pengetahuan:
Kestabilan unsur-unsur
Definisi ikatan kimia
Definisi ikatan ion
Definisi ikatan kovalen
Definisi ikatan kovalen koordinasi
Definisi ikatan logam
Contoh senyawa yang berikatan ion
Contoh senyawa yang berikatan kovalen
Contoh senyawa yang berikatan kovalen koordinasi
Contoh senyawa yang berikatan logam
Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan ion
Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen
Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen koordinasi
Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan logam
Indikator Produk :
1. Menjelaskan kestabilan unsur-unsur
2. Menjelaskan definisi ikatan kimia
3. Menuliskan definisi ikatan ion
4. Menjelaskan mekanisme terjadinya ikatan ion
5. Menuliskan definisi ikatan kovalen
6. Menjelaskan mekanisme terjadinya ikatan kovalen
7. Menuliskan definisi ikatan kovalen koordinasi
8. Menjelaskan mekanisme terjadinya ikatan kovalen koordinasi
9. Menuliskan definisi ikatan logam
10. Menjelaskan mekanisme terjadinya ikatan logam
11. Menyebutkan contoh senyawa yang berikatan ion
12. Menyebutkan contoh senyawa yang berikatan kovalen
13. Menyebutkan contoh senyawa yang berikatan kovalen koordinasi
14. Menyebutkan contoh senyawa yang berikatan logam
15. Menyebutkan Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan ion
16. Menyebutkan Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen
17. Menyebutkan Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan kovalen koordinasi
18. Menyebutkan Sifat fisika senyawa yang terbentuk dari ikatan logam
Proses:
1. Menampilkan slide yang berisi gambar SPU (Lambang Lewis).
2. Menampilkan slide yang berisi gambar yang menunjukkan mekanisme pembentukan ikatan
ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam.
3. Menampilkan gambar-gambar senyawa yang telah dikelompokkan berdasarkan ikatannya
beserta sifat-sifat fisis yang terjadi akibat ikatan tersebut.
Indikator Proses:
1. Siswa mengidentifikasi cara agar suatu unsur mencapai kestabilan (menangkap-melepas)
2. Siswa mengidentifikasi gambar mekanisme pembentukan ikatan ion, juga didukung
penjelasan guru.
3. Siswa mengidentifikasi gambar mekanisme pembentukan ikatan kovalen, juga didukung
penjelasan guru
4. Siswa mengidentifikasi gambar mekanisme ikatan koordinasi, juga didukung dengan
penjelasan guru
5. Siswa mengidentifikasi gambara mekanisme ikatan logam, juga didukung dengan penjelasan
dari guru.
6. Siswa mengidentifikasi perbedaan ikatan ion dan ikatan kovalen.
7. Siswa mengidentifikasi perbedaan ikatan kovalen dan ikatan kovalen koordinasi.
8. Siswa menyimpulkan penyebab terjadinya ikatan ion. Contoh : NaCl
9. Siswa menyimpulkan penyebab terjadinya ikatan kovalen. Contoh : HCl, CO2, dan N2
10. Siswa menyimpulkan penyebab terjadinya ikatan kovalen koordinasi. Contoh : SO3
11. Siswa menyimpulkan penyebab terjadinya ikatan logam. Contoh : Natrium
12. Siswa mengidenifikasi tabel yang berisi sifat fisik dan gambar-gambar senyawa yang
terbentuk dari ikatan ion, kovalen, kovalen koordinasi,dan logam.
SKENARIO PEMBELAJARAN
Kegiatan Pendahuluan
Guru : Nah, sembari mengingat apa yang telah dipelajari, dapat dilihat pada gambar, berapa jumlah
elektron valensi pada golongan 1A, 3A, 5A?
Siswa : Jumlahnya yang 1A ada 1 elektron valensi, yang golongan 3A ada 3 elektron valensi, dan
golongan 5A elektron valensinya ada 5, Bu..
Guru : Ya, jadi yang dapat disimpulkan antara hubungan golongan dengan jumlah elektron valensi
apa?
Siswa : Golongan menunjukkan jumlah elektron valensi, Bu..
Guru : Ya, tepat sekali. Ada yang masih bingung atau lupa?
Siswa : Tidak, Bu...
Guru : Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan. Pada pertemuan sebelumnya Ibu sudah pernah
mengatakan unsur-unsur pada golongan mana yang stabil?
Siswa : Lupa, Bu...
Guru : Ya, sebelum masuk pada pembahasan mekanisme pembentukan sebuah ikatan kimia, kita
harus memahami keadaan stabil suatu unsur. Jadi anak-anak... unsur-unsur yang sudah berada
dalam keadaan stabil adalah unsur-unsur pada golongan VIII. Sekarang kalian amati
golongan VIII A, kenapa mereka stabil?
Siswa : (Hening----Bingung)
Guru : Ya, kalau dilihat dari jumlah elektron valensi?
Siswa2 : Pada golongan VIIIA ada yang elektron valensinya 2 dan 8, Bu...
Guru : Ya, bagus sekali. Itulah kenapa mereka mengalami kestabilan, karena terdapat elektron
valensi yang sudah berpasang-pasangan, yang berjumlah 2 dan 8. Stabil dalam arti tidak
terdapat dalam bentuk mineral atau bersenyawa atau bereaksi dengan unsure/atom lain
melainkan berdiri sendiri. Dari sini dapat dibahas suatu aturan,
yaitu duplet dan oktet. senyawa yang memenuhi aturan duplet (elektron
luarnya/sekelilingnya jumlah/penuhnya 2elektron, sedangkan oktet apabila terdapat maksimal 8
elektron pada kulit terakhir.
Siswa1 : Bu, yang jadi pertanyaan saya, kenapa golongan II A tidak stabil, padahal kan elektron
valensinya juga 2 seperti He? ..
Guru : Pertanyaan yang bagus sekali, jadi pada kenyataannya golongan II A adalah unsur logam
yang cenderung melepaskan elektron, dan meskipun elektron valensinya ada 2, namun
keduanya tidak berpasangan. Berbeda dengan Helium yang ditemukan dalam keadaan kedua
elektron valensinya berpasangan. Dan Helium ditemukan dalam bentuk gas yang sangat sukar
bereaksi, karena kestabilannya.
Siswa1 : Oooo... begitu ya...
Guru : Ya, Menurut kalian..Unsur-unsur lain selain pada golongan gas mulia ingin stabil juga atau
lebih memilih sendiri dalam keadaan tidak stabilnya?
**Beberapa siswa menjawab stabil, beberapa siswa menjawab sendiri, beberapa siswa
terdiam kebingungan.
Guru : Yah, jadi anak-anak pada dasarnya semua unsur akan cenderung mencapai suatu
keadaan kestabilan. Unsur yang tidak stabil akan berikatan dengan unsur lain dengan cara
melepas/menerima electron atau dengan pemakaian bersama elektron sehingga keadaannya
stabil.
Kegiatan Pembelajaran
Guru : Baiklah, yang pertama, kita akan mempelajari tentang ikatan ion. Nah, Ibu sudah
menyediakan suatu gambar yang menerangkan bagaimana sebuah ikatan ion terbentuk dalam
sebuah senyawa. Ibu mengambil sampel dari senyawa NaCl.
*Guru menampilkan slide yang berisi mekanisme pembentukan ikatan ion pada senyawa
NaCl.
Elektron yang disumbangkan oleh Na
Guru : Coba kalian lihat pada gambar Na, berapa elektron yang terdapat pada kulit terluar?
Siswa : satu elektron, Bu. Pada kulit M.
Guru : Terus pada unsur Cl ada berapa elektron di kulit terluarnya?
Siswa 2: Mmmm 7, Bu. Di kulit M juga Bu.
Guru : Bagus. Lalu, pada gambar di bawahnya apa yang terjadi dengan unsur Na dan Cl?
Siswa : Elektron terluar Na hilang Bu, Terus elektron terluar Cl nambah satu, Bu.
Guru : Ya, lalu ada yang berubah lagi tidak pada gambar unsur Na dan Cl?
Siswa 2: Pada gambar unsur Na ada tanda positif , Bu. Terus, di gambar unsur Cl ada tanda negatif.
Guru : Ya, benar sekali anak-anak. Tanda positif pada gambar unsur Na menunjukan bahwa unsur
Na tersebut melepaskan satu elektron pada kulit terluarnya. Kemudian tanda negatif pada
gambar unsur Cl menunjukan bahwa unsur Cl tersebut menerima satu elektron pada kulit
terluarnya.
Guru menampilkan gambar mekanisme serah terima elektron pada ion Na+ dan pada ion Cl-
Guru : Jadi, semua sudah paham kan tentang mekanisme terjadinya ikatan ion?
Siswa : Sudah, Bu..
Guru : Jadi, apa itu ikatan ion? Dari apa yang sudah kita bahas tadi.
Siswa : Saya, Bu! Ikatann ion itu adalah ikatan yang terjadi dimana suatu unsur ada yang melepas
elektron dan unsur lainnya menerima elektron.
Guru : Ya, bagus sekali.. Untuk contoh senyawa lain yang berikatan ion dapat di lihat pada buku.
Seperti MgCl2 , AlF3 dan MgO.
Guru : Kalau kalian sudah paham ikatan ion selanjutnya kita akan membahas ikatan kovalen. Coba
sekarang lihat slide yang akan Ibu tampilkan ini!
Guru menampilkan mekanisme pembentukan HCl...
Guru : Anak-anak, pada gambar dapat dilihat, berapa elektron valensi H ada berapa? Dan elektron
valensi Cl ada berapa?
Siswa : H ada 1 elektron valensi, sedangkan Cl ada 7 elektron valensi, Bu..
Guru : Ya, tadi kan kita sudah membahas apa itu duplet dan oktet, kalau begitu atom H cenderung
stabil dengan duplet atau oktet?
Siswa 3 : Kan H punya satu elektron valensi, Bu.. Jadi untuk stabil perlu 1 elektron lagi untuk mencapai
duplet, Bu..
Guru : Kemudian, pada atom Cl cenderung stabil dengan duplet atau oktet?
Siswa : Cl kan sudah punya 7 elektron valensi, jadi butuh satu elektron untuk mencapai oktet, Bu...
Guru : Nah, agar keduanya dapat stabil, kedua unsur tersebut membentuk senyawa dengan berikatan
kovalen. Ayo, coba lihat kembali gambar elektron yang membentuk ikatan kovalen, dari
gambar tersebut, apa yang terjadi pada elektron valensi H dan Cl?
Siswa : elektron valensi H dan satu elektron valensi Cl nya bergabung, Bu.....
Guru : Ya, pada intinya ikatan kovalen itu terjadi karena adanya pemakaian bersama sepasang
elektron yang elektronnya berasal dari masing-masing unsur...
*Guru menampilkan lagi gambar senyawa yang berikatan kovalen (Ikatan rangkap dua dan
rangkap tiga)
Gambar ikatan kovalen rangkap dua
Gambar ikatan kovalen rangkap tiga
Guru : Ayo coba perhatikan gambar slide yang ibu tampilkan ini!
Siswa : Iya Bu.....
Guru : Anak-anak, kira-kira ikatan apa yang terbentuk pada senyawa N2 dan O2? Coba diamati pada
gambar diatas?
Siswa pun terdiam dan serius mengamati gambar slide yang ditampilkan oleh guru
Guru : Kira-kira dalam gambar tersebut terjadi serah terima elektron atau pemakaian bersama
elektron?
Siswa : Terjadi pemakaian bersama Bu, Tapi kok pasangan elektronnya ada dua pasang pada O dan
ada tiga pasang pada N ya Bu...?
Guru : Coba amati kembali ada berapa banyak elektron valensi pada unsur O?
Siswa : Ada 6 elektron valensi, Bu? (Siswa pun serentak menjawab)
Guru : Nah, untuk mencapai oktet, apabila unsur O tersebut akan berikatan dengan unsur O yang lain
untuk mencapai kestabilan, berapa elektron yang dibutuhkan?
Siswa : Kan elektron valensi nya sudah 6 Bu, jad dibutuhkan 2 elektron lagi untuk mencapai
kestabilan.
Guru : Ya, benar sekali anak-anak, oleh karena itulah agar kedua unsur O tersebut sama-sama
mencapai oktet,, Maka masing-masing unsur O menyumbangkan 2 elektronnya untuk
membentuk ikatan kovalen rangkap 2. Sehingga terjadi pemakaian bersama pasangan
elektron unsur-unsur. Kemudian kalau menurut kalian bagaimana dengan senyawa N2?
Siswa 1 : Ooooh itu Bu, kan elektron valensi unsur N ada 5 elektron valensi, sehingga dibutuhkan 3
elektron lagi untuk mencapai oktet, karena itu untuk mencapai kestabilan, masing-masing
unsur N menyumbangkan 3 elektron nya untuk berikatan, sehingga membentuk ikatan
kovalen rangkap 3, Bu....
Guru : Ya, benar sekali anak-anak, sebenarnya mekanisme terbentuknya ikatan kovalen rangkap 2
dan ikatan kovalen rangkap 3 adalah sama. Hanya saja kalau ikatan kovalen rangkap 2,
masing-masing unsur yang akan berikatan menyumbangkan 2 elektron nya untuk berikatan,
kemudian kalau ikatan kovalen rangkap 3, masing-masing unsur yang akan berikatan
menyumbangkan 3 elektronnya untuk berikatan.
Siswa : Ooo, jadi intinya seperti itu ya Bu?
Guru : Nah, Selain ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap 2 dan ikatan kovalen rangkap 3,
juga ada ikatan kovalen koordinat. Baiklah, ibu akan kembali menampilkan gambar slide, ayo
coba perhatikan gambar ini anak-anak!
(Siswa mengamati gambar slide yang telah ditampilkan oleh guru dengan seksama)
H2SO4
HCl
Cl2
Guru : Anak-anak ini adalah gambar wujud nyata dari senyawa yang berikatan ion dan berikatan
kovalen.dapat dilihat pada gambar, contoh senyawa yang berikatan ion ada NaCl, CaCl2,
MgO, MgS2.
Siswa : Oh, jadi sifat senyawa ion dan senyawa kovalen itu beda ya, Bu?
Guru : Iya, anak-anak. Contohnya garam dapur sebagai wujud nyata senyawa ion, faktanya garam
dapur bersifat padat, keras tapi rapuh kan? Kemudian dapat juga larut dalam air.
Siswa : Oh, iya ya ,Bu...
Guru : Ya.Sifat-sifat senyawa ion yang lain dapat kalian baca pada tabel. Kemudian, kalian tahu
tidak wujud nyata dari senyawa H2SO4?
Siswa1 : Hmmm.. apa ya?
Siswa2 : Saya Bu! Saya pernah baca H2SO4 itu adalah air aki, Bu?
Guru : Ya tepat sekali. Faktanya pada suhu normal, air aki berupa cairan yang mudah menguap, tidak
larut dalam air. Buktinya, zaman dulu aki digunakan untuk sumber listrik untuk
penerangan. Baiklah kita akan membahas sifat fisis dari ikatan, yaitu ikatan logam. Logam
mempunyai sifat-sifat khas yaitu merupakan konduktor, dapat ditempa dan dapat ditarik. Hal
itu terjadi karena logam mempunyai sedikit elektron valensi sehingga kulit terluar unsur
logam relatif longgar, hal ini memungkinkan elektron valensi logam berpindah dari satu atom
ke atom yang lain. Bukti bahwa logam itu dapat ditempa yaitu logam dapat dibentuk menjadi
panci, wajan dan alat-alat dapur lainnya.
Guru menampilkan gambar contoh loga-logam yang telah ditempa (alat-alat dapur)
Kegiatan Penutup :
Guru : Anak-anak, dari yang telah kita pelajari hari ini adakah yang dapat menyimpulkan pengertian
ikatan ion, ikatan kovalen, Ikatan kovalen koordinasi dan ikatan logam? Ayo ibu meminta
satu orang menyebutkan satu pengertian ?
Siswa 1 : Saya bu ! Ikatan ion adalah ikatan yang teradi akibat serah terima elektron dari masing-
masing unsur
Siswa 2 : Saya bu ingin menjelaskan ikatan kovalen ! Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi
akibat pemakaian bersama pasangan elektron oleh masing-masing unsur.
Siswa 3 : Saya bu ! Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kovalen yang terjadi akibat pemakaian
bersama pasangan elektron dimana elektron tersebut dari alah satu unsur saja.
Siswa 4 : Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk dari atom logam itu sendiri, dimana atom-aom
logam tersebut saling berikatan dan membentuk bijih logam.
Guru : Ya bagus sekali anak-anak, kalau begitu kita cukupkan pertemuan kita hari ini.
Kompetensi dasar :
1.1 Menyadari adanya keteraturan struktur atom dan sistem periodic sebagai wujud kebesaran Tuhan YME.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka,mampu membedakan fakta
dan opini,ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam merancang dan
melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam
memanfatkan sumber daya alam.
2.3 Menunjukan prilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3.1 Mendeskripsikan struktur atom berdasarkan teori atom bohr, sifat-sifat unsur, massa atom, massa atom
relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari keteraturannya, melalui
pemahaman konfigurasi elektron.
4.1 Menyajikan hasil diskusi kelompok tentang perkembangan teori atom, perkembangan tabel periodik,
struktur atom, sifat fisik, dan sifat kimia unsur, sifat keperiodikan unsur.
Tujuan pembelajaran :
1. Siswa mampu menjelaskan kecenderungan atom-atom membentuk ikatan
2. Siswa mampu menjelaskan proses terjadinya ikatan ion dan ikatan kovalen beserta contoh
senyawanya.
3. Siswa dapat menjelaskan kepolaran senyawa dan hubungannya dengan keelektronegatifan
4. Siswa mampu menjelaskan proses pembentukan ikatan logam
5. Siswa dapat memprediksi jenis ikatan yang terjadi pada berbagai senyawa dan membandingkan sifat
fisisnya.
Kompetensi dasar :
1.1 Menyadari adanya keteraturan dalam ikatan kimia sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan
tentang jenis-jenis ikatan kimia sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
2.1. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan
fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang
dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat
dalam memanfatkan sumber daya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3.1 Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi dan ikatan
logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi dan hubungannya dengan sifat fisikmateri.
3.2 Menganalisis kepolaran senyawa
3.3 Menganalisis teori jumlah pasangan elektron di sekitar inti atom (Teori Domain Elektron) untuk
menentukan bentuk molekul.
4.1 Mengolah dan menganalisis perbandingan proses pembentukan ikatan ion, ikatan
kovalen, ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel (atom, ion, molekul) materi
dan hubungannya dengan sifat fisik materi.
4.2 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan kepolaran senyawa.
Domain Elektron).
Tujuan pembelajaran :
1. Siswa mampu menuliskan tata nama senyawa sederhana
2. Siswa dapat menyetarakan reaksi kimia
3. Siswa mampu membuktikan hukum-hukum dasar kimia
4. Siswa dapat menggunakan konsep mol dalalm menyelesaikan perhitungan kimia
Kompetensi Dasar
1.1 Menyadari adanya keteraturan dalam menuliskan tata nama senyawa sederhana sebagai wujud kebesaran
Tuhan YME.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan
fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang
dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat
dalam memanfatkan sumber daya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3.1 Mendeskripsikan tata nama senyawa anorganik dan organik sederhana serta persamaan reaksinya
3.2 memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapan konsep mol dala perhitungan kimia
Kompetensi Inti :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa
ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa mampu membedakan larutan elektrolit dari larutan nonelektrolit
2. Membedakan dan mendeskripsikan perkembangan konsep redoks
3. Siswa mampu menuliskan nama dari senyawa-senyawa yang terlibat dalam reaksi redoks dengan tata nama
IUPAC
Kompetensi dasar :
1.1 Menyadari adanya keteraturan dalam larutan elektrolit dan konsep redoks sebagai wujud kebesaran Tuhan
YME
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan
fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang
dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat
dalam memanfatkan sumber daya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
3.1 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berdasarkan daya
hantar listriknya.
3.2 Memahami perkembangan konsep reaksi Redoks serta penentuan bilangan
oksidasi atom dalam ion
3.3 Menerapkan aturan IUPAC untuk penamaan senyawa anorganik dan organik
sederhana.
4.1 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan reaksi
oksidasi-reduksi
4.2 Menuliskan rumus senyawa dan nama senyawa berdasarkan kosep bilangan oksidasi
4.2 Menalar aturan IUPAC dalam penamaan senyawa anorganik dan organik
sederhana.
Tujuan pembelajaran :
1. Siswa dapat menjelaskan keunikan atom karbon
2. Siswa mampu menuliskan komposisi, sifat-sifat, dan reaksi reaksi alkana,alkena,dan
alkuna
3. Menjelaskan proses pengolahan fraksi-fraksi minyak bumi dan penggunananya dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi dasar :
1.1 1.1 Menyadari adanya keteraturan dalam keunikan atom karbon sebagai wujud kebesaran Tuhan YME
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan
fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam merancang
dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat
dalam memanfatkan sumber daya alam.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif, dan proaktif serta bijaksana sebagai wujud
kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan
Pengembangan
Kurikulum dan
Desain
Pembelajaran
Kimia
Jumat, 07 Oktober 2016
1. 2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan proses atau prosedur yang digunakan oleh guru untuk
mencapai tujuan atau kompetensi. Beberapa metode yang dilakukan oleh guru di ruang kelas antara
lain :
a. Presentasi
Dalam sebuah persentasi, guru menyajikan, mendramatisa atau menyebarkan informasi kepada
siswa .Komunikasi dikendalikan oleh guru dengan interaksi dengan pembelajar. Guru bisa
menyelipkan pertanyaan dimana siswa dapat langsung menjawabnya. Sumber informasi bisa berupa
buku ajar, situs internet, audio, video.
b. Demostrasi
Dalam sebuah demostrasi para siswa melihat contoh nyata atau aktual dari sebuah keterampilan
atau prosedur untuk dipelajari. Demostrasi mungkin direkam dan diputar ulang melalui sarana media
seperti video. Jika ingin interaksi dua arah atau praktik siswa dengan umpan balik diperlukan
instruktur atau tutor yang hadir secara langsung. Belajar langsung di tempat sering kali menggunakan
demostrasi satu-persatu dimana siswa yang berpengalaman memperlihatkan kepada siswa lainnya
bagaimana menjalankan sebuah prosedur.
c. Latihan dan Praktek
Dalam latihan dan praktek para pembelajar di bimbing melewati serangkaian latihan dan pratek
yang dirancang untuk menyegarkan kembali atau meningkatkan penguasaan pengetahuan konten
spesifik atau sebuah keterampilan baru. Agar efektif latihan dan pratek harus menyertakan umpan
balik untuk memperkuat respon yang benar dan memperbaik kesalahan yang mungkin dibuat oleh
siswa .
d. Tutorial
Dalam tutorial, guru menyajikan konten, mengajukan pertanyaan atau persoalan, meminta respon
para siswa, menganalisis tepat dan menyediakan praktik hingga para siswa menunjukan level dasar
kompeten. Pmberian tutorial paling sering dilakukan satu lawan satu dan sering digunkan untuk
mengajarkan keterampilan dasar, seperti membaca, dan matematika. Perbedaan antara toturial dan
latihan dan praktik adalah tutorial memperkenalkan dan mengajarkan materi baru sementara latihan
dan praktik fokus pada konten yang diajarkan dalam format lainnya.
e. Diskusi
Diskusi adalah pertukaran gagasan dan opini di antara para siswa dan guru. Strategi ini
digunakan dalam tahap pengajaran dan pembelajaran apa pun dan dalam kelompok kecil atau besar.
Diskusi merupakan cara yang bermanfaat dalam menakar pengetahuan, keterampilan dan sikap dari
kelompok siswa sebelum mengakhiri tujuan pengajaran. Diskusi bisa dipimpin oleh guru dengan
mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan respon dari siswa dimana pertanyaannya harus
membuat siswa memikirkan topik atau masalah yang mereka ketahui dan menerapkan pengetahuan
tersebut. Pertanyaannya dimulai dengan bagaimana atau kenapa.
f. Penemuan
Strategi penemuan menggunakan pendekatan induktif atau penyelidikan,, untuk belajar. Strategi
ini menyajikan masalah untuk diselesaikan melalui percobaan dan kesalahan (trial and error). Tujuan
strategi penemuan adalah untuk memacu pemahaman konten yang lebih mendalam melalui
keterlibatan dengan konten tersebut. Aturan atau prosedur yang ditemukan para siswa mungkin
berasal dari percobaan sebelumya, berdasarkan informasi dari buku referensi atau dari situs internet.
g. Belajar Kooperatif
Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokan di mana para siswa bekerja sama untuk
saling mendapatkan keuntungan dari potensi belajar dari anggota siswa lainnya. Guru bisa
menciptakan kelompok kooperatif formal yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan belajar
sfesifik akan tercapai. Kelompok formal ini sebaiknya tidak berlangsung lebih lama dari tugas belajar.
Pengalaman belajar kooperatif bisa bersifat informal pula. Para siswa mungkin dapat menentukan
kebutuhan belajar mereka sendiri dan bekerja sama dengan siswa lain untuk meningkatkan
pengalaman belajar mereka.
h. Permainan
Permainan memberikan lingkungan kompetitif yang di dalamnya para siswa mengikuti aturan yang
telah ditetapkan saat mereka berusaha mencapai tujuan pendidikan yang menantang. Ini merupakan
teknik yang sangat memotivasi, terutama untuk konten yang membosankan dan repetitif. Permainan
mungkin melibatkan satu siswa atau satu kelompok siswa. Dengan melakukan permainan, para siswa
mulai mengenali pola yang ada dalam situasi tertentu. Permainan bisa menantang dan
menyenangkan untuk dimainkan. Permainan bisa memberikan pengalaman belajar yang beraneka
ragam.
i. Simulasi
Simulasi melibatkan para siswa menghadapi situasi kehidupan nyata dalam versi di perkecil.
Simulasi memungkinkan praktik realistik tampa mengeluarkan biaya dan resiko. Simulasi mungkin
melibatkan dialog peserta, manipulasi materi dan perlengkapan atau interaksi dengan komputer.
Simulasi dapat digunakan untuk seluruh kelas atau kelompok kecil yang bekerja sama. Misal kita
ingin menjelasakan tentang proses pembakaran pada mobil kita bisa membawa model mobil mainan
dan menjelaskan pada siswa tentang simulasi mesin mobil dan siswa dapat memahami konsep yang
sedang disajikan dan melindungi mereka dari bahaya menyalakan mesin yang sesungguhnya.
3. Strategi-strategi pembelajaran
Startegi pembelajaran yaitu cara-cara spesifik yang dapat dilakukan oleh indidu untuk
membuat siswa mencapai tujuan pembelajaran atau standar kompetensi. Guru perlu melakukan
upaya kreaktif dalam menggunakan strategi pembelajaran. Sebagai pengembang strategi-strategi
pembelajaran, guru harus tahu upaya atau strategi apa yang harus dilakukan untuk menarik dan
memelihara minat siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi
atau substansi pembelajaran yang disampaikan. Ketika mengindetifikasi strategi pembelajaran, guru
harus memilih dua jenis :
a. Strategi yang berpusat pada guru dan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi guru adalah
kegiatan mengajar mata pelajaran, misal menyajikan sebuah konsep dengan menampilkan sebuah
video atau membaca atau menunjukan bagaimana menkonjugasi sebuah kata kerja.
b. Startegi yang berpusat pada siswa merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dalam belajar
aktif ,seperti membahas kelebihan dan kekurangan sebuah topik, melaksanakan pencarian internet,
membaca sebuah artikel koran. Pertimbangan utama ketika memilih startegi pembelajaran adalah
bahwa strategi tersebut sebaiknya menyebabkan siswa mencapai standar dan tujuan pembelajaran.
Selain itu, pertimbangkan pula gaya belajar dan motivasi siswa saat guru dalam memilih startegi
untuk memastikan dengan lebih baik, bahawa seorang guru dapat memenuhi kebutuhan yang
beragam dari pada siswa
4. Media pembelajaran
Media adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan untuk memfasilitasi aktivitas
belajar. Ragam media yang dapat digunakan dapat diklasifikasi sebagai teks, audio, video, komputer
dan jaringan intenet. Pemilihan media pembelajaran perlu dilakukan secara cermat. Setiap jenis
media pembelajaran memiliki kekuatan dan juga kelemahan yang perlu dipertimbangkan sebelum
diplih dan diimplementasikan dalam aktivitas pembelajaran. Guru sebagai pengembang media
pembelajaran harus tahu mengombinasikan media yang diperlukan dalam menyelenggarakan
program pembelajaran(kombinasi media yang dipilih tentunya harus dapat menunjang efektifitas pada
sekolah tempat aktivitas pembelajaran berlangsung.
5. Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah kesatuan atau sistematika berlangsungnya sebuah
kegiatan pembelajaran. Sampai saat ini beberapa temuan baru model pembelajaran yang merupakan
hasil dari inovasi pembelajaran diantaranya adalah yang disebut dengan Brain Based Learning, LCBT,
ICARE, dan pembelajaran berbasis komputer, dengan bentuk-bentuk model Tutorial, Stimulasi,
Games, dan biological Communication Based Learning
.
2. Contoh Inovasi dalam Pembelajaran Kimia
Dewasa ini seiring dengan perkembangan teknologi sudah cukup banyak inovasi-
inovasi yang digunakan dalam pembelajaran. Inovasi ini bisa dilakukan oleh guru dan dosen untuk
mengoptimalkan tujuan pembelajaran yang akan di capai. Tujuan pembelajaran dikatakan tercapai
jika apa yang disampaikan oleh guru maupun dosen dapat diterima atau dipahami siswanya. Inovasi
pembelajaran juga harus efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Inovasi pembelajaran
dapat dilakukan untuk berbagai mata pelajaran tidak terkecuali mata pelajaran kimia. Pada mata
pelajaran kimia sangat diperlukan inovasi-inovasi agar siswa yang belajar kimia merasa asik dan
menyenangkan.
Mendengar kata kimia sebagian siswa sudah merasa ngeri dan takut. Dalam artian sejauh
yang mereka ketahui tentang kimia yaitu berhubungan dengan bahan-bahan berbahaya yang dapat
membahayakan tubuh maupun kehidupan (bahaya limbah kimia dan alat peledak). Mereka
beranggapan seperti itu karena yang terekspos di media adalah bahan kimia yang membahayakan
kehidupan seperti berita terorisme yang menggunakan alat peledak untuk menyakiti orang-orang.
Dari anggapan-anggapan tersebut merupakan salah satu alasan siswa malas mempelajari ilmu kimia.
Selain alasan klasik seperti yang disebutkan tadi ada alasan lain yaitu kimia dianggap mata pelajaran
yang sulit dan rumit dengan berbagai unsur yang mempunyai sifat-sifatnya masing-masing. Selain itu,
guru kimia terkenal galak atau menyeramkan dan lain-lain. Kebanyakan siswa kurang tahu akan
manfaat ilmu kimia dalam kehidupan karena mereka belum mengetahui ilmunya secara menyeluruh.
Hal ini yang masih menjadi PR bagi para guru untuk mengubah anggapan-anggapan seperti itu.
Pembelajaran yang inovatif adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberikan
pembaharuan berlandaskan kebutuhan pembelajaran pada tataran pendidikan pada saat itu. Inovasi
pembelajaran sains dalam hal ini kimia yaitu strategi, metode, dan prinsip pengajaran yang
dipergunakan dalam pembelajaran sains (kimia). Inovasi pembelajaran dalam bidang sains memilki
kelebihan dalam tiga aspek yaitu, (1) pembelajaran pemecahan masalah, (2) pembelajaran
berdasarkan pengalaman, dan (3) pembelajaran berbasis individu dan kerjasama (Situmorang,2004
dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis
Media). Pembelajaran pemecahan masalah membantu siswa untuk memecahkan masalah yang
diberikan kepada siswa dan akan menuntun siswa untuk melakukan penyelidikan. Dengan
pembelajaran ini siswa akan melakukan sendiri semua kegiatan pembelajaran sehingga siswa
merasakan pengalaman dan pelajaran yang didapat akan membekas di pikiran siswa. Dengan
pembelajaran dengan pengalaman memori yang didapat akan sulit terlupakan beda dengan kita
belajar dengan cara mengingat. Pembelajaran dengan pengalaman dan pemecahan masalah ini
harus dikembangkan agar pembelajaran yang dilakukan semakin bermakna dan mengena di setiap
siswa. Tidak seperti pembelajaran sebelumnya yang hanya mengandalkan teori saja. Pembelajaran
berbasis individu dan kerjasama juga sangat membantu peningkatan kualitas pembelajaran.
Pembelajaran individu dan kerjasama akan membantu siswa memahami konsep-konsep materi
pembelajaran yang sulit, terutama bagi siswa yang tingkat kemampuan akademiknya berbeda. Siswa
dengan tingkat akdemik yang kurang dapat dibantu oleh siswa yang mempunyai kemampuan lebih
tinggi. Pembelajaran ini juga memberikan pendidikan karakter yaitu tentang kerjasama antar siswa.
Menurut Glancario dan Slunt (2004) dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran
Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media menyebutkan bahwa model pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara mandiri
maupun secara berkelompok dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata melalui
kegiatan kelas dan laboratorium. Model ini mampu membawa siswa untuk dapat belajar aktif
sehingga terjadi interaksi diantara siswa.
Dalam mengembangkan inovasi dalam pembelajaran dapat dilakukan inovasi bagi guru,
siswa dan metode pembelajaran. Pada umumnya guru mengajar sesuai buku teks yang digunakan
dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini yang membuat pelajaran menjadi tidak menarik.
Banyak siswa yang menjadi enggan belajar sain dalam hal ini kimia karena guru menyampaikan
materi terlalu akademik sehingga pelajaran kimia dianggap pelajaran yang sangat sulit dan
membosankan. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi guru untuk membuat belajar kimia menjadi
menarik dan menyenangkan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa jiwa sains adalah inkuiri. Belajar kimia (sains) akan menarik
jika dapat membuat siswa meningkatkan rasa ingin tahu mereka sehingga siswa akan terus ingin
belajar. Peningkatan rasa ingin tahu dapat meningkat jika siswa dipandu bekerja sains tidak
menghafal seperti yang dipraktekkan dalam pendidikan Indonesia sebelum-sebelumnya. Untuk
mencapai hal tersebut guru harus mendorong siswa untuk berpikir dan bertanya secara kritis dalam
bekerja sains. Fungsi guru sebagai fasilitator harus berfungsi dengan baik. Dalam hal ini guru sebagai
fasilitas untuk siswa dalam belajar. Guru tidak bertindak sebagai pelaku pembelajaran atau sumber
tunggal informasi ketika belajar. Guru harus bisa menggali pengetahuan yang dimilki oleh siswa
sehingga pengatahuan yang telah dimilki oleh siswa akan bertambah dari yang kurang lengkap
menjadi lebih lengkap lagi. Dalam melakukan pembelajaran guru juga harus mengaitkan materi
pembelajaran yang akan diajarkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang
didapat oleh siswa tidak mentah dan tidak ada bayangan sama sekali. Jika materi pembelajaran yang
disampaikan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang didapat bermakna
bagi siswa. Kemampuan siswa bertanya dan berpikir kritis akan tercapai apabila guru membimbing
siswa melakukan analisis dan sintesis. Dengan pola pembelajaran inovatif yang dilakukan oleh guru,
siswa juga akan mengalami inovasi dalam belajarnya.
Siswa perlu diinovasi dalam cara belajarnya. Bila biasanya siswa belajar hanya
mengumpulkan pengetahuan dan cara yang dilakukan oleh siswa adalah dengan cara menghafal
materi yang ada. Sekarang ini metode hafalan tidak lagi efektif untuk belajar karena dengan hafalan
yang siswa dapat adalah materi secara teori saja dan belum tentu menguasai konsep-konsep yang
dipelajari. Padahal, dalam belajar yang harus dikuasai adalah konsep materi tersebut. Pencapaian
kompetensi siswa tidak hanya diukur seberapa jauh siswa mengetahui konsep tetapi bagaimana
kinerja siswa atau penerapan konsep konsep yang dipelajari siswa. Pada proses pembelajaran
terdahulu, aktivitas guru lebih banyak atau lebih didominasi oleh guru maka untuk pembelajaran saat
ini, proses pembelajaran harus diubah siswa harus lebih mendominasi kegiatan dikelas. Siswadituntut
lebih aktif dalam melakukan proses pembelajaran. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Dari
kegiatan menghafal harus diubah menjadi kegiatan berpikir. Jadi, kegiatan belajar yang menerima
harus diubah menjadi belajar menemukan.
Kegiatan pembelajaran perlu diinovasi dengan beberapa indicator yang perlu diganti, seperti
dari menyimak menjadi kegiatan, dari praktikum verifikasi menjadi praktikum berbasis inkuiri. Apabila
biasanya siswa hanya menjawab pertanyaan guru maka perlu diubah menjadi bertanya kepada guru
dan sesama siswa. Sebagai akibatnya kegiatan siswa yang biasanya hanya mencatat hal-hal yang
disampaikan oleh guru, perlu diubah menjadi merangkum. Kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas
belajar siswa dari surface learning menjadi deep learning (Light and Cox, 2001 dalam Inovasi
Pembelajaran Menuju Profesionalisme Guru).
Dengan belajar merangkum siswa dituntut berpikir membuat kesimpulan dan merangkum
materi yang ada. Setelah pembelajaran berlangsung siswa juga diminta untuk mereview pelajaran
yang baru diajarkan sehingga pengetahuan siswa terus digali tidak hanya menerima pengetahuan
saja. Dari kegiatan siswa mendengarkan ceramah guru perlu diinovasi menjadi siswa
mempresentasikan apa yang mereka pelajari. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ciri-ciri
pembelajaran inovatif meliputi menyenangkan, menantang, aktif, kreatif, mandiri, interaktif dan
inspiratif.
Selain inovasi yang dilakukan guru dan siswa materi pelajaran juga seharusnya diinovasi
agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat tercapai secara optimal. Pada pembelajaran lama,
bahan ajar meliputi buku teks, soal-soal, LKS, audio-video, slide dan lain sebagainya. Sekarang ini
dengan kecanggihan teknologi yang ada materi ajar ataupun bahan ajar dapat didapatkan dengan
mudah. Saat ini seorang siswa dengan sangat mudah untuk mendapatkan materi ajar dengan
mencari di internet secara mandiri. Bahkan saat ini pemerintah juga sudah mengadakan buku
elektronik atau e-book yang dapat diunduh oleh siapapun. Bentuk bahan ajar lain yaitu jurnal ilmiah
tercetak.
Selain buku, bahan ajar juga dapat berupa software animasi, simulasi, pemodelan, tutorial
dan berbagai jenis software lainnya. Guru dapat memodifikasi bahan ajar sesuai dengan kemampuan
setiap guru. Misalnya guru yang dapat memanfaatkan media komputer dapat memanfaatkannya
untuk membuat model-model pembelajaran yang menarik. Dibandingkan dengan pendidikan lama,
pendidikan saat ini sangat berbeda jauh. Kalau dahulu kita hanya terbatas oleh buku-buku yang
disediakan perpustakaan, yang terbatas oleh ruang dan waktu. Sekarang kita difasilitasi kecanggihan
teknologi yang dapat digunakan oleh siapa saja, kapan pun dan dimanapun. Perpustakaan yang dulu
hanya memiliki bahan ajar tercetak saja, masa kini dengan adanya inovasi pembelajaran memerlukan
adanya bahan ajar yang dapat diakses oleh siapapun. Bila perpustakaan hanya dapat digunakan saat
jam buka, maka saat ini perpustakaan dapat diakses selama 24 jam setiap hari dengan akses internet.
Sudah saatnya bahan ajar tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini menuntut adanya perubahan
kompetensi siswa maupun guru dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang
semakin canggih. Dengan perkembangan teknologi ini guru dan siswa dituntut aktif dan mandiri untuk
memanfaatkan teknologi yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.
I novasi pembelajaran juga mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan
teknologi. Melalui inovasi maka model pembelajaran dapat dikembangkan dan ditingkatkan untuk
melahirkan model-model pembelajaran baru yang menarik. Beberapa inovasi model pembelajaran
yang telah berhasil dipergunakan dalam pembelajaran sain diantaranya adalah model pembelajaran
menggunakan analogi, model pembelajaran menggunakan media dan model pembelajaran berbasis
teknologi informasi (web). Model pembelajaran menggunakan analogi adalah pembelajaranyang
menggunakan analogi dalam penjelasan fenomena ilmiah. Model pembelajaran menggunakan
analogi sangat berperan dalam penjelasan ilmiah, pengamatan dan penemuan. Model pembelajaran
ini sangat menolong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dengan keadaan lingkungan nyata
yang relevan pada saat mempelajari pengetahuan baru. Sebagai contoh, model pembelajaran
dengan menggunakan analogi antara pergerakan planet dengan arah pergerakan jarum jam,
pembelajaran menggunakan visualisasi analogi antara lemari buku dengan model atom Bohr, dan
visualisasi analogi antara aliran air dengan aliran listrik (Glynn, dkk, 2001 dalam Peningkatan Kualitas
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Media pendidikan dapat dipergunakan untuk membangun pemahaman dan penguasaan
objek pendidikan. Beberapa media pendidikan yang sering digunakan dalam pembelajaran
diantaranya media cetak, elektronik, model dan peta (Kreyenhbuhl, 1991 dalam Peningkatan Kualitas
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media). Media media tersebut
akan mendukung berjalanya pembelajaran dalam menjelaskan materi ajar. Media cetak akan lebih
efektif jika bahan ajar sudah dipersiapkan dengan baik yang dapat memberikan kemudahan bagi
siswa untuk menjelaskan materi. Selain media cetak, contoh media elektronik yang dapat digunakan
bahan ajar adalah video. Video ini berisi materi-materi yang berhubungan dengan pembelajaran.
Misalnya diperlihatkan video tentang reaksi logam-logam alkali yang direaksikan dengan air. Hal ini
sangat mendukung karena reaksi ini tidak mungkin dilakukan di dalam laboratorium karena reaksinya
yang sangat eksplosif. Siswa tidak hanya diberikan materi secara teori saja tetapi juga diberikan
contoh secara nyata walaupun hanya menggunakan video. Penggunaan video ini juga mengurangi
salah konsep siswa terhadap suatu materi. Pembelajaran dengan menggunakan video dalam
percobaan yang menuntut keterampilan seperti pada kegiatan praktikum sangat efektif bila dilakukan
dengan penuh persiapan. Sebelum praktikum dimulai, video dipergunakan untuk membantu siswa
memberikan arahan terhadap apa yang harus mereka amati selama percobaan. Selanjutnya, video
diputar kembali pada akhir praktikum untuk mengklarifikasi hal-hal penting yang harus diketahui oleh
siswa dari percobaan yang sudah dilakukan (Situmorang, 2003 dalam Peningkatan Kualitas
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Media lain yang dipergunakan dalam pembelajaran sains adalah petakonsep. Penggunaan
media petakonsep didalam pendidikan sudah dilakukan sejak tahun 1977, yaitu dalam pengajaran
Biologi (Novak, 1977 dalam Peningkatan Kualitas Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui
Inovasi Berbasis Media) dan sejak itu model petakonsep berkembang dan telah dipergunakan dalam
pembelajaran sains. Model petakonsep bertujuan untuk membantu siswa belajar sistematis dari
pengetahuan yang umum dan mengerucut ke pengetahuan yang lebih khusus. Model ini juga dapat
meningkatkan pemahaman konsep sehingga memudahkan siswa untuk belajar. Petakonsep
merupakan media pendidikan yang dapat menunjukkan konsep ilmu yang sistematis yaitu dimulai
dari inti permasalahan sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu dengan
lainnya, sehingga membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu topik pelajaran.
Langkah yang dilakukan dalam inovasi model pembelajaran dengan media peta konsep adalah
memikirkan apa yang menjadi pusat atau topic permasalahan yaitu sesuai yang dianggap sebagai
konsep inti dimana konsep-konsep pendukung lain dapat diorganisasikan terhadap konsep inti,
kemudian menuliskan kata, peristilahan dan rumus yang memiliki arti, yaitu yang mempunyai
hubungan dengan konsep inti dan pada akhirnya membentuk suatu peta hubungan integral dan
saling terkait antar konsep atas-bawah-samping (Situmorang, dkk, 2000 dalam Peningkatan Kualitas
Perkuliahan Evaluasi Pembelajaran Kimia Melalui Inovasi Berbasis Media).
Kemajuan teknologi juga sangat memudahkan siswa untuk belajar mandiri tanpa bimbingan
guru. Kemajuan jaman dan perkembangan teknologi telah menciptakan berbagai alat yang sangat
membantu atau memudahkan pekerjaan manusia. Teknologi yang ada misalnya internet. Dari
internet ini juga tercipta e-learning yaitu suatu teknologi berbasis internet untuk menyampaikan materi
pelajaran. E-learning telah memberikan pengaruh sangat besar dalam inovasi model pembelajaran.
Dengan adanya e-learning siswa semakin dimudahkan untuk belajar mandiri. Siswa dapat langsung
mengembangkan pengetahuannya tanpa menunggu perintah dari guru. Dengan adanya e-learning
maupun e-book menjadikan pendidikan tidak terbatas ruang dan waktu.
Inovasi dalam pembelajaran juga dapat dilakukan dengan menginovasi model pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran inovatif diantaranya model pembelajaran inkuiri, model pmbelajaran
kontekstual, model pembelajaran tematik, model pembelajaran kreatif-produktif, dan model
pembelajaran berpikir tingkat tinggi. Model pembelajaran inkuiri menekankan pada hakekat sains
sebagai proses, yaitu inkuiri sains. Berdasarkan pola pikir tersebut model pembelajaran ini bertujuan
membangun sikap ilmiah dan meningkatkan rasa ingin tahu. Dan dalam hal ini yang menjadi
perhatian utama adalah bagaimana siswa dapat menyusun pertanyaan-pertanyaan yang produktif.
Inovasi yang dapat dilakukan pada model inkuiri ini yaitu dengan membuat pelajaran sains menjadi
menantang dan membuat siswa penasaran untuk memecahkannya. Guru hanya sebagai pembimbing
untuk siswa memecahkan masalah yang ada.
Model pembelajaran yang kedua adalah model pembelajaran konstektual. Model ini
menekankan pada afektif siswa yang berbeda dengan model pembelajaran inkuiri yang menekankan
pada ranah kognitif. Model pembelajaran ini berbasis nilai/norma dan berasal dari kehidupan sehari-
hari siswa. Inovasi pembelajaran melalui model pembelajaran konstektual ini yaitu kimia sebagai
aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya siswa diberi tugas untuk membuat sesuatu dari bahan
kimia atau membuat produk kimia yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran yang lain yaitu model pembelajaran tematik. Model pembelajaran
tematik yaitu model pembelajaran yang berbasis pada tema kehidupan sehari-hari. Model ini dipilih
untuk menghilangkan kesan disiplin-disiplin sains yang kokoh dan tidak berhubungan dengan satu
dengan lainnya. Melalui model pembelajaran tematik akan tergambar keterhubungan berbagai mata
pelajaran yang ada. Hal ini menunjukkan inovasi adanya keterkaitan mata pelajaran sains (kimia)
dengan mata pelajaran yang lain. Misalnya materi kimia tentang limbah dan kimia lingkungan akan
berkaitan dengan ilmu sosial karena pada materi limbah dan kimia lingkungan akan sangat berkaitan
dengan sosial masyarakat. Jadi, penggunaan model pembelajaran tematik ini selalu menggunakan
pendekatan hand-on dan minds-on yang lebih konkret bagi siswa. Hal ini akan berdampak pada
kebermaknaan belajar kimia (sains) oleh banyaknya hubungan dengan mata pelajaran lain. Untuk
menemukan banyak hubungan ini kekuatan pembelajaran tematik adalah tidak terbatas pada jam
pelajaran saja, melainkan dapat berlanjut di luar jam pelajaran tanpa menjadi beban bagi
siswa (Lailasari, 2009).
Model pembelajaran yang keempat adalah model pembelajaran kreaktif-produktif. Model
pembelajaran ini merupakan modivikasi dari siklus belajar kontruktivisme.Model ini merupakan
penerapan dari teori Piagetyaitu model asimilasi dan akomodasi dalam pembentukan struktur kognitif
siswa. Pada model ini terdapat tahap-tahap pembelajaran yang meliputi tahap orientasi, pengenalan
konsepdan aplikasi konsep, lebih mengarahkan pada pembentukan konsep-konsep sains sehingga
siswa dapat berpikir kritis. Untuk mengembangkan berpikir kreatif maka dilakukan modifikasi tahap
ketiga dari siklus belajar menjadi 2 tahap yaitu tahap interpretasi konsep-konsep sains dan rekreasi
aplikasi konsep-konsep sains. Keuntungan lain yang diperoleh melalui model pembelajaran kreatif-
produktif adalah efisiensi waktu belajar siswa di kelas, karena tugas-tugas dapat dilakukan di luar
kelas (Lailasari, 2009).