Anda di halaman 1dari 9

NAMA : FITRIANI

NIM : F1061181044
KELAS : A1
TUGAS : KDMK
SKENARIO PEMBELAJARAN (KETERAMPILAN BERTANYA, KETERAMPILAN
MEMBUKA DAN MENUTUP, KETERAMPILAN MENJELASKAN, PENGUATAN,
DAN MEMBIMBING DISKUDI KELOMPOK)
Kegiatan Pendahuluan
Guru : “Assalamualaikum wr. Wb. Selamat pagi anak-anak, bagaimana
kabarnya?”
Siswa : “Waalaikum salam wr. wb... Selamat pagi, baik, Bu..”
Guru : “Ibu akan memeriksa kehadiran kalian terlebih dahulu” (Mengabsen
satu per satu)
Guru : “sebelum memulai pelajaran ibu minta ketua kelas untuk memimpin
doa”
Siswa : teman-teman, sebelum memulai pelajaran hari ini marilah kita berdo’a
menurut kepercayaan masing-masing, berdo’a dimulai”(semua siswa
berdo’a)
Siswa : “berdo’a selesai”
Guru : “minggu lalu ibu sudah memberitahu kalian hari ini kita akan
mempelajari materi apa, ada yang tahu kita akan mempelajari materi
apa hari ini?”
Siswa : “Tentang Ikatan Kimia, Bu..”
Guru :“Ya, benar sekali anak-anak. Sekarang...buka bukunya halaman 92
tentang Ikatan Kimia.”
Siswa : “Iya, Bu...”
Guru : “Pada pertemuan minggu kemarin kita sudah belajar tentang Sistem
Periodik Unsur kan? Ada yang masih ingat berdasarkan apa
penyusunan unsur-unsur dalam tabel periodik?
Siswa : “Berdasarkan konfigurasi elektron, Bu..”
Guru : “Ya, tepat sekali.. Nah, saat kita akan mempelajari sebuah Ikatan
Kimia, kita sama sekali tidak boleh melupakan tentang konfigurasi
elektron. Belum lupa kan tentang konfigurasi elektron?”
Siswa : “Masih ingat kok, Bu..”
Guru : “Coba (menunjuk 1 siswa) bagaimana konfigurasi dari unsur Na?”
Siswa : “Kan nomor atom Na nya 11 Bu, jadi konfigurasinya dikulit K ada 2
elektron, dikulit L ada 8 elektron dan dikulit M ada 1 elektron, Bu...”
Guru : “Ya, bagus sekali,,, berarti kalian masih ingat pelajaran yang lalu”.
Guru : “berarti sekarang kalian telah siap mempelajari ikatan kimia. Lalu Ibu
mau bertanya lagi, ada yang masih ingat apa itu elektron valensi?
”(siswa mengangkat tangan)
Siswa : “Elektron valensi menyatakan jumlah elektron pada kulit terluar, Bu..”
Guru : “Ya, bagus sekali. Nah, kali ini Ibu akan menampilkan suatu tabel
periodik unsur”
Guru menampilkan slide yang berisi tabel periodik
Guru : “Nah, sembari mengingat apa yang telah dipelajari, dapat dilihat pada
gambar, (menunjuk 1 siswa) berapa jumlah elektron valensi pada
golongan IA, IIIA, VA?”
Siswa : “Jumlahnya yang 1A ada 1 elektron valensi, yang golongan IIIA ada 3
elektron valensi, dan golongan VA elektron valensinya ada 5, Bu..”
Guru : “Ya, jadi yang dapat disimpulkan antara hubungan golongan dengan
jumlah elektron valensi apa?” (siswa mengangkat tangan)
Siswa : “Golongan menunjukkan jumlah elektron valensi, Bu..”
Guru : “Ya, tepat sekali. Ada yang masih bingung atau lupa?”
Siswa : “Tidak, Bu...”
Guru : “Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan. Pada pertemuan sebelumnya Ibu
sudah pernah mengatakan unsur-unsur pada golongan mana yang
stabil?
Siswa : “Lupa, Bu...”
Guru : “Ya, sebelum masuk pada pembahasan mekanisme pembentukan
sebuah ikatan kimia, kita harus memahami keadaan stabil suatu unsur.
Jadi anak-anak... unsur-unsur yang sudah berada dalam keadaan
stabil adalah unsur-unsur pada golongan VIII. Sekarang kalian amati
golongan VIII A, kenapa mereka stabil?
Siswa : (Hening,Bingung)
Guru : “Ya, kalau dilihat dari jumlah elektron valensi?”(siswa mengangkat
tangan)
Siswa : “Pada golongan VIIIA ada yang elektron valensinya 2 dan 8, Bu...”
Guru : “Ya, bagus sekali. Itulah kenapa mereka mengalami kestabilan,
karena terdapat elektron valensi yang sudah berpasang-pasangan,
yang berjumlah 2 dan 8. Stabil dalam arti tidak terdapat dalam bentuk
mineral atau bersenyawa atau bereaksi dengan unsure/atom lain
melainkan berdiri sendiri. Dari sini dapat dibahas suatu aturan,
yaitu duplet dan oktet. senyawa  yang  memenuhi aturan duplet
(elektron luarnya/sekelilingnya  jumlah penuhnya 2 elektron,
sedangkan oktet apabila terdapat maksimal 8 elektron pada kulit
terakhir.  ”
Siswa : “Bu, yang jadi pertanyaan saya, kenapa golongan II A tidak stabil,
padahal kan elektron valensinya juga 2 seperti He? ..”
Guru : “Pertanyaan yang bagus sekali, jadi pada kenyataannya golongan II A
adalah unsur logam yang cenderung melepaskan elektron, dan
meskipun elektron valensinya ada 2, namun keduanya tidak
berpasangan. Berbeda dengan Helium yang ditemukan dalam
keadaan kedua elektron valensinya berpasangan. Dan Helium
ditemukan dalam bentuk gas yang sangat sukar bereaksi, karena
kestabilannya.”
Siswa : “Oooo... begitu ya...”
Guru : “Ya, Menurut kalian..Unsur-unsur lain selain pada golongan gas mulia
ingin stabil juga atau lebih memilih sendiri dalam keadaan tidak
stabilnya?”
Beberapa siswa menjawab ‘stabil’, beberapa siswa menjawab ‘sendiri’,
beberapa siswa terdiam kebingungan.
Guru : “Yah, jadi anak-anak pada dasarnya semua unsur akan cenderung
mencapai suatu keadaan kestabilan. Unsur yang tidak stabil akan
berikatan dengan unsur lain dengan cara melepas/menerima electron
atau dengan pemakaian bersama elektron sehingga keadaannya
stabil.”

Kegiatan Pembelajaran
Guru : “Baiklah, yang pertama, kita akan mempelajari tentang ikatan ion.
Nah, Ibu sudah menyediakan suatu gambar yang menerangkan
bagaimana sebuah ikatan ion terbentuk dalam sebuah senyawa. Ibu
mengambil contoh dari senyawa NaCl.”
Guru menampilkan slide yang berisi mekanisme pembentukan ikatan ion pada
senyawa NaCl.
Guru : “Coba kalian lihat pada gambar Na, (menunjuk 1 siswa) berapa
elektron yang terdapat pada kulit terluar? “
Siswa : “ satu elektron, Bu. Pada kulit M. ”
Guru : “Terus (menunjuk 1 siswa) pada unsur Cl ada berapa elektron di kulit
terluarnya?”
Siswa : “Mmmm 7, Bu. Di kulit M juga Bu.”
Guru : “Bagus. Lalu, (menunjuk 1 siswa) pada gambar di bawahnya apa
yang terjadi dengan unsur Na dan Cl?”
Siswa : “Elektron terluar Na hilang Bu, Terus elektron terluar Cl nambah satu,
Bu.”
Guru : “Ya, lalu ada yang berubah lagi tidak pada gambar unsur Na dan Cl?”
Siswa : “Pada gambar unsur Na ada tanda positif , Bu. Terus, di gambar
unsur Cl ada tanda negatif.”
Guru : “Ya, benar sekali. Tanda positif pada gambar unsur Na menunjukan
bahwa unsur Na tersebut melepaskan satu elektron pada kulit
terluarnya. Kemudian tanda negatif pada gambar unsur Cl menunjukan
bahwa unsur Cl tersebut menerima satu elektron pada kulit terluarnya.”
Guru : “Jadi, semua sudah paham kan tentang mekanisme terjadinya ikatan
ion?”
Siswa : “Sudah, Bu..”
Guru : “ Jadi ada yang bisa menjelaskan apa itu ikatan ion? Dari apa yang
sudah kita bahas tadi.”
Siswa : “ Saya, Bu! Ikatan ion itu adalah ikatan yang terjadi dimana suatu
unsur ada yang melepas elektron dan unsur lainnya menerima
elektron.”
Guru : “Ya, bagus sekali.. Untuk contoh senyawa lain yang berikatan ion
dapat di lihat pada buku. Seperti MgCl2 , AlF3 dan MgO.”
Guru : “Kalau kalian sudah paham ikatan ion selanjutnya kita akan
membahas ikatan kovalen. Coba sekarang lihat slide yang akan Ibu
tampilkan ini!”
Guru menampilkan mekanisme pembentukan HCl...
Guru : “Anak-anak, pada gambar dapat dilihat, berapa elektron valensi H
ada berapa? Dan elektron valensi Cl ada berapa?”
Siswa : “H ada 1 elektron valensi, sedangkan Cl ada 7 elektron valensi, Bu..”
Guru : “Ya, tadi kan kita sudah membahas apa itu duplet dan oktet,
(menunjuk siswa) kalau begitu atom H cenderung stabil dengan duplet
atau oktet?”
Siswa : “Kan H punya satu elektron valensi, Bu.. Jadi untuk stabil perlu 1
elektron lagi untuk mencapai duplet, Bu..”
Guru :  “Kemudian, (menunjuk siswa) pada atom Cl cenderung stabil dengan
duplet atau oktet?”
Siswa :  “Cl kan sudah punya 7 elektron valensi, jadi butuh satu elektron
untuk mencapai oktet, Bu...”
Guru : “Nah, agar keduanya dapat stabil, kedua unsur tersebut membentuk
senyawa dengan berikatan kovalen. Ayo, coba lihat kembali gambar
elektron yang membentuk ikatan kovalen, dari gambar tersebut, apa
yang terjadi pada elektron valensi H dan Cl?”
Siswa : “elektron valensi H dan satu elektron valensi Cl nya bergabung,
Bu.....”
Guru : “Ya, pada intinya ikatan kovalen itu terjadi karena adanya pemakaian
bersama sepasang elektron yang elektronnya berasal dari masing-
masing unsur”...
Guru menampilkan lagi gambar senyawa yang berikatan kovalen (Ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga)
Guru : “Ayo coba perhatikan gambar slide yang ibu tampilkan ini!”
Siswa : “Iya Bu.....”
Guru : “Anak-anak, kira-kira ikatan apa yang terbentuk pada senyawa N2
dan O2? Coba diamati pada gambar diatas?”
(Siswa pun terdiam dan serius mengamati gambar slide yang ditampilkan oleh guru)
Guru : “(menunjuk siswa) Kira-kira dalam gambar tersebut terjadi serah
terima elektron atau pemakaian bersama elektron?”
Siswa : “Terjadi pemakaian bersama Bu, Tapi kok pasangan elektronnya ada
dua pasang pada O dan ada tiga pasang pada N ya Bu...?”
Guru : “Coba amati kembali ada berapa banyak elektron valensi pada unsur
O?”
Siswa : “Ada 6 elektron valensi, Bu?” (Siswa pun serentak menjawab)
Guru : “Nah, untuk mencapai oktet, apabila unsur O tersebut akan berikatan
dengan unsur O yang lain untuk mencapai kestabilan, berapa elektron
yang dibutuhkan?”
Siswa : “Kan elektron valensi nya sudah 6 Bu, jadi dibutuhkan 2 elektron lagi
untuk mencapai kestabilan”.
Guru : “Ya, benar sekali anak-anak, oleh karena itulah agar kedua unsur O
tersebut sama-sama mencapai oktet,, Maka masing-masing unsur O
menyumbangkan 2 elektronnya untuk membentuk ikatan kovalen
rangkap 2. Sehingga terjadi pemakaian bersama pasangan elektron
unsur-unsur. Kemudian kalau menurut kalian bagaimana dengan
senyawa N2?”
Siswa : “Ooh itu Bu, kan elektron valensi unsur N ada 5 elektron valensi,
sehingga dibutuhkan 3 elektron lagi untuk mencapai oktet, karena itu
untuk mencapai kestabilan, masing-masing unsur N  menyumbangkan
3 elektron nya untuk berikatan, sehingga membentuk ikatan kovalen
rangkap 3, Bu....”
Guru : “Ya, benar sekali, sebenarnya mekanisme terbentuknya ikatan
kovalen rangkap 2 dan ikatan kovalen rangkap 3 adalah sama. Hanya
saja kalau ikatan kovalen rangkap 2, masing-masing unsur yang akan
berikatan menyumbangkan 2 elektron nya untuk berikatan, kemudian
kalau ikatan kovalen rangkap 3, masing-masing unsur yang akan
berikatan menyumbangkan 3 elektronnya untuk berikatan.
Guru : “Nah, Selain ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap 2 dan
ikatan kovalen rangkap 3, juga ada ikatan kovalen koordinat. Baiklah,
ibu akan kembali menampilkan gambar slide, ayo coba perhatikan
gambar ini anak-anak!”
Siswa mengamati gambar slide yang telah ditampilkan oleh guru dengan
seksama
Guru menampilkan gambar ikatan SO3
Guru :“Anak-anak, berapa elektron valensi dari unsur S dan unsure O?”
Siswa : “Elektron valensi dari unsur S ada 6 elektron valensi, Bu… Unsur O
juga ada 6 elektron valensi”.
Guru : “Oke, sekarang kita fokus pada bagian gambar yang ditunjuk oleh
panah pada gambar!” Itulah yang dinamakan dengan ikatan kovalen
koordinasi, kalau diperhatikan kira-kira perbedaan apa yang terlihat
dengan ikatan kovalen yang telah kita pelajari tadi”.
Siswa : “ehmm, itu Bu….terjadi ikatan antara S dan O, tapi elektronnya hanya
berasal dari S aja, Bu…. Kalau ikatan kovalen yang sudah kita bahas
tadi kan terjadinya ikatan karena adanya pasangan elektron yang
dipakai bersama yang berasal dari masing-masing unsur yang akan
berikatan”.
Guru : “Ya bagus sekali, itulah yang kita sebut sebagai ikatan kovalen
koordinasi. Jadi, ikatan kovalen koordinasi itu adalah ikatan kovalen
yang terbentuk karena salah satu unsur menyumbangkan elektronnya
untuk berikatan dengan unsur lainnya.
Siswa : “Oooo, pada gambar itu kan terlihat unsur S menyumbangkan
elektron nya kepada unsur O sehingga kedua unsur itu dapat
berikatan. Jadi itu ikatan kovalen koordinasi ya Bu?”
Guru : “Iya, berarti sekarang kalian sudah paham kan, apa itu ikatan kovalen
koordinasi?”
Siswa : “Sudah Bu….”
Guru : “Baiklah, kalau begitu kita akan lanjutkan pada ikatan kimia, yaitu
ikatan logam. Sekarang kalian kembali perhatikan gambar slide yang
akan ibu tampilkan ini!”
Guru menampilkan gambar slide yang berisi tentang ikatan logam pada
Natrium
Guru : “Anak-anak, gambar tersebut menunjukkan ikatan logam yang terjadi
pada natrium”.
Siswa : “Ikatan logam itu hanya terjadi dalam unsur itu saja ya?” kalau ikatan
yang telah kita pelajari tadi kan terjadi antara dua atau lebih unsur
yang berikatan, tapi kok pada ikatan logam ini ikatannya hanya ada
pada unsur Na saja ya Bu?”
Guru : “Ya anak-anak, ikatan logam ini memang agak berbeda dengan
ikatan-ikatan kimia yang telah kita pelajari tadi”. Logam cenderung
memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi sehingga memberikan
kesan kuatnya ikatan yang terjadi antara atom-atomnya. Pembentukan
ikatannya kebanyakan sama dengan cara pembentukan ikatan
kovalen. Perbedaannya tiap atom Natrium tersentuh oleh delapan
atom Natrium lainnya. Dan tiap atom yang delapan ini disentuh oleh
delapan atom Natrium lainnya. Terus-menerus sampai memperoleh
seluruh atom dalam bongkahan Natrium.
Siswa : “Ooo, jadi ikatan logam itu terjadi hanya dalam unsur logam itu saja
ya Bu?”
Guru : “Ya baiklah, kalau kalian sudah paham tentang ikatan ion, kovalen,
dan logam yang telah kita bahas tadi, kita akan lanjut ke sifat-sifat fisik
senyawa yang terbentuk dari ikatan ion dan kovalen. Sekarang coba
perhatikan gambar tabel yang akan ibu tampilkan di slide berikut ini

Guru : “baiklah ibu akan membagi kalian kedalam 3 kelompok diskusi,


diskusikan tentang sifat-sifat fisik senyawa yang terbentuk dari ikatan
ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam, ibu beri waktu 10 menit, jika
sudah nanti akan ibu tanya hasil dari diskusi kalian”
Siswa : “baik bu”
Guru :“oke sudah 10 menit, ibu ingin bertanya kekelompok (menunjuk 1
kelompok) dari hasil diskusi kalian sebutkan contoh sifat fisik senyawa
dari ikatan ion”
Siswa : “Contohnya garam dapur sebagai wujud nyata senyawa ion bu,
karena garam dapur bersifat padat, keras tapi rapuh, Kemudian dapat
juga larut dalam air”
Guru : “oke, bagus sekali kelompok ini.. sekarang ibu akan tanya contoh dari
sifat fisik senyawa dari ikatan kation (menunjuk 1 kelompok)”
Siswa : “contohnya H2SO4 atau air aki bu, air aki pada suhu normal berupa
cairan yang mudah menguap, tidak larut dalam air. Tetapi pada zaman
dulu aki digunakan untuk sumber listrik untuk penerangan”
Guru : “iya, tepat sekali.. selanjutnya ibu akan tanya contoh dari sifat fisik
senyawa dari ikatan logam (menunjuk 1 kelompok)
Siswa : “Bukti bahwa logam itu dapat ditempa yaitu logam dapat dibentuk
menjadi panci, wajan dan alat-alat dapur lainnya bu”
Guru : “wah hebat sekali anak-anak, ibu rasa kalian sudah memahami sifat-
sifat fisik senyawa dari ikatan ion, ikatan kation dan ikatan logam”
Guru : “tepuk tangan untuk kita semua”

Kegiatan Penutup :
Guru : “Anak-anak, dari yang telah kita pelajari hari ini adakah yang dapat
menyimpulkan pengertian ikatan ion, ikatan kovalen, Ikatan kovalen
koordinasi dan ikatan logam? Ayo ibu meminta satu orang
menyebutkan satu pengertian ?”
Siswa 1 : “Saya bu ! Ikatan ion adalah ikatan yang teradi akibat serah terima
elektron dari masing-masing unsur”
Siswa 2 : “Saya bu ingin menjelaskan ikatan kovalen ! Ikatan kovalen
merupakan ikatan yang terjadi akibat pemakaian bersama pasangan
elektron oleh masing-masing unsur.”
Siswa 3 : “Saya bu ! Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kovalen yang
terjadi akibat pemakaian bersama pasangan elektron dimana elektron
tersebut dari salah satu unsur saja.”
Siswa 4 : “Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk dari atom logam itu
sendiri, dimana atom-aom logam tersebut saling berikatan dan
membentuk bijih logam.”
Guru : “Ya bagus sekali anak-anak, kalau begitu kita cukupkan pertemuan
kita hari ini, semoga apa yang kita pelajari dapat bermanfaat, jangan
lupa belajar dirumah, ibu akhiri, Wassalamualaikum warahmatullahhi
wabarakatuh.”

Anda mungkin juga menyukai