Anda di halaman 1dari 10

BAB I

A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis
(kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian
yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-
bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan secara
logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis
sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan pertanyaan
penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab rumusan masalah dalam
hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.1[1]
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam rangka
mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-premis. Adapun
kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-premis
itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya, maka dengan
sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian kebenaran
pula.2[2]
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi mengenai
kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu
benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian
dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:3[3]
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke
dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fak

B. Jenis-jenis Hipotesis
Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu :4[4]
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan
atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan
teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang
akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu (1) hipotesis tentang hubungan dan (2) hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan
antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan
dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari
berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi
menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2)
hipotesis alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara
suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat
pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan
non directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi
Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di
mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent
memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar
dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode curah pendapat (diskusi).
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan
dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap
variabel dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan
hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-
bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor :
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA.
Contoh hipotesis minor :
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,
3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

C. Perumusan Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung
pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah
dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.5[7]
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup
memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam
menggali hipotesis, peneliti harus:
a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak
membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek, serta
hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang
sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo (
2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan
penjelasan sebagai berikut :
a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian
hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari konsef
konsef dan teori teori yang sudah ada
b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt
diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn
tettentu pada hubungan antar dua variable
c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika
dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu
sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang
dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada
alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang
lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan
umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:6[8]
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.
d. Hipotesis hendaklah dapat diuji.

D. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133) dan
Yatim Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:7[9]
a. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar.
b. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau
prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
c. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut
didukung oleh data atau tidak.
Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat
dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari
populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu
populasi yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah
selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan
oleh peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan
hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data
yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung
atau diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis
nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga
dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini
berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh
kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah
diajukan peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam
merumuskan hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat
hipotesis tidak terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data
yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).8[10]

BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban
tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya
tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta
yang ada dan terjadi di lapangan.
Jenis-jenis hipotesis:
a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.
b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal
ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang
tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian
hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau
tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.
B. Saran
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis menerima kritikan dan
saran yang membangun untuk kebaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).


Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa Retakama
Media, 2011) .
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,
2006)
HIPOTESIS
METODE PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Sulistyowati SST,M.Kes

Oleh :
Deti Ilma Wahyu

NIM : 15.20.21.643

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN MUHAMMADIYAH LAMONGAN

2017

Anda mungkin juga menyukai