Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Kajian Hipotesis
A. Pengertian Hipotesis
Dari arti katanya, hipotesis memang dari dua penggalan kata. Kata “Hypo” yang artinya
“DI BAWAH ” dan “THESA” yang artinya “KEBENARAN” jadi Hipotesis merupakan
jawaban Research Question yang diajukan, kemudian cara menulisnya disesuaikan
dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Pernyataan yang masih lemah perlu diuji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak.
1. Ada berbagai pendapat yang diungkapkan oleh masing-masing orang. Antara lain:
a. Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara
dari suatu fakta yang dapat diamati.
b. Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau
referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan
fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai
petunjuk untuk langkah-langkahselanjutnya.
b. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari
hubungan antara dua atau lebih variable.Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat
suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu diuji (di bawah kebenaran). Inilah
hipotesis penelitiakan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data
yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul,
peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status menjadi teas,
atau sebaliknya tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
2. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni:
a. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada
akhirpenelitian).
b. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul
tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
3. Sedangkan untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
a. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel
akibat
b. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh
penyebabitu
c. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.
4. Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. G.E.R brurrough mengatakan bahwa
a. penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi:
b. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu.
c. Penelitian tentangperbedaan
d. Penelitian hubungan.
5. Ada beberapa ketentuan yang dimiliki oleh peneliti dalam menggali hipotesis, antara
lain peneliti:

a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan
banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang
sedangdilaksanakan.
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,
objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang
sedangdiselidiki.
c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan
lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yangbersangkutan.
6. Good dan scates (1954) memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis,
antaralain:
a. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentangilmu.
b. Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatuwawasan.
c. Imajinasi danangan-angan
d. Materi bacaan danliterature.
e. Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
f. Data yang tersedia.
g. kesamaan.
7. Menurut bentuknya, hipotes dibagi menjadi tiga:a. Hipotesa penelitian / kerja:
a. hipotesa penelitia merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang
sedang dikaji. Dalam hipotesa ini peneliti mengaggap benar hipotesanya yang kemudian
akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesa dengan mempergunakan
data yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara
krisis ekonomi dengan jumlah orangstress.
b.Hipotesa operasional: hipotesa operasional merupakan hipotesa yang bersifat
obyektif. Artinya peneliti merumuskan hipotesa tidak semata-mata berdasarkan
anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa hipotesa penelitian
yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data yang ada. Untuk
itu peneliti memerlukan hipotesa pembanding yang bersifat obyektif dan netral atau
secara teknis disebut hipotesa nol (H0). H0 digunakan untuk memberikan keseimbangan
pada hipotesa penelitian karena peneliti meyakini dalam pengujian nanti benar atau
salahnya hipotesa penelitian tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama
melakukan penelitian. Contoh:H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan
jumlah orang stress.
c. Hipotesa statistik: Hipotesa statistik merupakan jenis hipotesa yang dirumuskan dalam
bentuk notasi statistik. Hipotesa ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap populasi dalam bentuk angka-angka(kuantitatif).
d. Sebagai kesimpulan , maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat
diberikan sebagai berikut:
a. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat sertaspesifik.
b. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentukpernyataan.
c. Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat
diukur.
d. Hendaknya dapat diuji.
e. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori

1. Pengertian Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan suatu bentuk Proses dari keseluruhan dari proses
penelitian dimana Kerangka pemikiran harus menerangkan:
2. Mengapa penelitian dilakukan
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau masalah yang
ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang telah ada dengan penelitian
yang sedang atau yang akan dilakukan sekarang, membantah atau membenarkan hasil
penelitian sebeumnya, menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan
dalam menjawab masalah-masalah yang ada.
3. Bagaimana penelitian dilakukan.
Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan yang akan
diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan metode sampling, olah literarute (studi
pustaka), studi kasus dan lain sebagainya.
4. Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari pemikiran yang
sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran, walaupun secara umum tidak
semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
5. Untuk apa hasil penelitian diperoleh
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu “mengapa penelitian
itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan sesuatu masalah yang kontropersi di
kalangan masyarakat atau untuk membantah opini atau mitos yang tersebar sejak turun-
temurun.

Pada intinya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak kalangan
masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.
a. Tahapan dalam membuat kerangka pemikiran :
Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian diturunkan dari perumusan masalah/identifikasi
masalah, dengan demikian apa yang diinginkan dalam penelitian terlihatjelas.
b. Operasionalisasi variabel. Dari judul dibuat dimensi-dimensi yang tersusun dalam
operasionalisasi varibael.
c. Teori. Kajian teoritis dari referensi yang cukup akurat, disajikan secara komprehensip
sehingga alur pikir penulis/peneliti jelas kemana arah penelitian akandilakukan.
d. Empiris. Bukti-bukti empiris yang menunjukan bahwa ada kesesuaian antara teori dan
kenyataannya. dapat dicantumkan penelitian terdahulu yang judul atau tema
berdekatan dengan judul yang akan diteliti.

Kerangka pemikiran intinya berusaha menjelaskan konstelasi hubungan antar variabel


yang akan diteliti. Konstelasi hubungan tersebut idealnya dikuatkan oleh teori atau
penelitian sebelumnya. Dalam menyusun kerangka pemikiran, penyajiannya dimulai dari
variabel yang mewakili masalah penelitian. Jika hendak diteliti adalah masalah kinerja
pegawai dalam hubungannya dengan motivasi dan kompensasi, maka penyajiannya
dimulai dari teori kinerja lalu dikaitkan dengan teori motivasi. Keterkaitan dua variabel
tersebut sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian tedahulu yang
dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya hubungan atau
pengaruh antar keduanya.Jika konstelasi hubungan antara kinerja dan motivasi sudah
terbangun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah merangkai konstelasi hubungan
antara kinerja dengan kompensasi, dengan persyaratan teoritis serupa.
Artinya,

konstelasi hubungan atar keduanya juga harus diperkuat teori atau penelitian terdahulu.
Pada bagian akhir kerangka pemikiran umumnya disajikan konstelasi hubungan antara
keseluruhan variabel dilengkapi dengan bagan yang menggambarkan hubungan antar
variabel penelitian. Jika akan meneliti pengaruh motivasi dan kompensasi terhadap
kinerja pegawai, maka dapat gambarkan secara bagan konstelasi tersebut.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya perlu diuji. Nasir (1990) menyatakan bahwa hipotesis tersusun berda-
sarkan teori,' maka belum tentu isinya selalu mutlak benar. Untuk itulah diperlukan data
empiris untuk menguji apakah jawaban yang tertera dalam hipotesis itu masih relevan
kebenanarannya. Hampir senada dengan pernyataan di atas, Margono (1997:80),
mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawab- an dari masalah
yang diajukan, dan ini merupakan dugaan yang bijaksana dari si peneliti yang diturunkan
dari teori yang telah ada”. Seiring dengan itu, Sugiyono, (1994:39), juga mengungkapkan
bahwa “Hipotesis merupakan jawaban teoritis, karena belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengum- pulandata.
Sehubungan dengan posisi hipotesis dalam penelitian, Tuckman (1999)
menyatakan bahwa tanpa adanya hipotesis tak akan ada progress dalam wawasan atau
pengertian ilmiah dalam pengumpulan fakta empiris. Sedangkan Kerlinger (1980)
berpendapat bahwa hipotesis dapat diajukan apabila peneliti akan menghu- bungkan atau
membandingkan dua atau beberapa variabel. Oleh karena itu peneliti- an yang tidak
menghubungkan atau membandingkan variable-variabel, sebaiknya menggunakan
pertanyaan penelitian. Ini berarti bahwa tidak semua penelitian harus
mencantumkanhipotesis.

Secara garis besar, keguanaan hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan dan kerjapenelitian.
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antara fakta yang kadang
kala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
kodisi dalam satu kesatuan.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian fakta dan antarfakta.

Menurut Mardalis (1995:49), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengemukakan hipotesis diantaranya adalah ;
a. Hipoteisi hendaknya dikemukakan dalam bentuk kalimat pernyataan, bukan dalam
kalimat Tanya.
b. Hipotesis hendaknya dirumuskan secara jelas danpadat.
Hipotesis hendaknya menyatakan berhubungan atau perbedaan antara dua atau
lebih variable.
c. Hipotesis hendaklah dapat diuji, yaitu dengan tersedianya data yang akan
dikumpulkan untuk mengujinya,

Menemukan suatu Hipotesis memerlukan kemampuan peneliti dalam mengaitkan


masalah-masalah dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan
suatu analisa yang dibentuknya. Menggali dan merumuskan hipotesis dapat memfo-
kuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka.

2.2 Kajian Pustaka (perbarui)


A.pengertian kajian pustaka

kajian pustaka atau landasan teori adalah kumpulan teori-teori referensi yang menjadi dasar
dalam sebuah penelitian yang menjawab secara teori tentang permasalahan dari sebuah ide
pokok penelitian.

Tujuan dari kajian pustaka menurut DiCooper dalam Creswell adalah menginformasikan kepada
pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat
itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah
penelitian-penelitian sebelumnya.

Pengertian Kajian Pustaka didefinisikan oleh bebrapa para ahli sebagai berikut:

1. Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 276), memiliki tiga pengertian yang berbeda.

Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik
yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi.

Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang
digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti
menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori.

Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek
penelitian yang sedang dikaji.

2. Menurut Pohan (2007:42) kegiatan ini (penyusunan kajian pustaka) bertujuan


mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang
pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan,
rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Selain itu,
kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat,
termasuk suaplagiat.
B. Proses Pencarian

Pada bagian kajian pustaka dipaparkan dengan tujuan untuk mencari tahu lebih dalam tentang
penelitian yang menjadi fokus kita dengan literatur-literatur yang ada. Dalam proses mencari
tahu tersebut, proses pencarian dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Sudah diketahui

Topik penelitian yang sudah diketahui atau dalam artian telah dikaji sebelumnya maka dapat
dijadikan sumber referensi. Untuk dijadikan sebagai sumber referensi tentunya haruslah
diketahui bagaimana memperoleh informasi mengenai sumber tersebut.

Sumber yang sudah diketahui ada yang telah dituliskan ada pula yang belum. Sumber yang
telah dituliskan maka dapat diperoleh dengan mencarinya di internet atau di perpustakaan.
Sumber-sumber tersebut bisa berupa jurnal, artikel, buku, dan sebagainya. Namun, sumber-
sumber yang belum dituliskan maka jalan satu-satunya untuk memperoleh informasi tentang
penelitian tersebut adalah dengan mendatangi subjeknya (peneliti sebelumnya) untuk di
wawancarai.

Sebagai tambahan, perlu diingat bahwa dalam mengutip teori dalam sebuah literatur maka
haruslah dicantumkan sumber dimana kita mengutipnya berupa mencantumkan nama
pengarang, judul buku, halaman dan sebagainya sesuai dengan pedoman penulisan.

2. Belum diketahui

Topik penelitian yang baru atau objek kajiannya belum diteliti sebelumnya maka menjadi
tantangan tersendiri bagi peneliti tersebut untuk mengolah informasi yang ada yang terkait.
Setelah informasi dikumpulkan maka selanjutnya disusunlah komponen-komponennya yang
kemudian sebagai landasan untuk membuat indikator. Dari indikator tersebut kemudian
disusunlah instrumen penelitian.

C. Manfaat dan Fungsi Kajian Pustaka

1. Sebagai solusi
Dengan adanya kajian pustaka maka kerangka berpikir menjadi jelas sehingga solusi dari
permasalahan ditemukan berdasarkan hasil pengkajian-pengkajian dari berbagai literatur
tersebut.

2. Landasan Pengembangan Instrumen

Setelah menemukan solusi berupa teori selanjutnya disusunlah indikator-indikator berdasarkan


solusi tersebut. Indikator yang disusun inilah yang kemudian dijadikan intrumen dalam
penelitian.

3. Membuat/menentukan kriteria

Terkait dengan penelitian evaluasi, dalam membuat atau menentukan kriteria dengan dimulai
pembentukan pernyataan terlebih dahulu. Kriteria yang dimaksud seperti
keberhasilan/kegagalan, saran bagi program tersebut, diidentifikasi, kemudian dibuatlah
kesimpulan susuaikah dengan teori atau tidak.

4. Memverifikasi hasil penelitian

Pada manfaat memverifikasi hasil penelitian ini dimaksudkan sebagai perbandingan hasil
penelitian yang telah kita lakukan dengan penelitian sebelumnya sehingga diperolehlah
kesimpulan-kesimpulan yang menjadi hasil dari verifikasi tersebut.

D. Macam-Macam Kajian Pustaka

Berikut ini macam-macam teori berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan, antara lain:

1. Kajian Pustaka Penelitian kuantitatif

Teori dalam penelitian kuantitatif (theory in quantitative research) dapat diartikan sebagai
seperangkat gagasan konstrak (atau variabel) yang saling berhubungan, yang berasosiasi
dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci hubungan antarvariabel. Fungsi teori dalam
sutu penelitian bisa saja sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan.

Dalam proposal penelitian kuantitatif, peneliti bisa menegaskan teorinya dalam berbagai
bentuk:

a. Peneliti menegaskan teori dalam bentuk pernyataan hipotesis-hipotesisi yang saling


berhubungan. Contohnya: semakin tinggi pangkat seseorang, semakin kuat sentralitasnya.

b. Peneliti menyatakan teori dalam bentuk pernyataan “jika-maka” untuk menunjukkan


mengapa seseorang harus berharap variabel bebas bisa mempengaruhi variabel terikat.
c. Peneliti menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk visual ini penting untuk
menerjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual.

2. Kajian Pustaka Penelitian kualitatif

Dalam berbagai macam penelitian kualitatif, para peneliti menggunakan teori dalam penelitian
untuk tujuan-tujuan yang berbeda:

a. Dalam penelitian kualitatif, teori seringkali digunakan untuk menjelaskan perilaku dan sikap
tertentu. Teori tersebut dapat menjadi sempurna dengan adanya variabel, konstrak, dan
hipotesis penelitian.

b..Para peneliti kualitatif seringkali menggunakan perspektif teoritis sebagai pedoman umum
untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau masalah lain mengenai kelompok marginal).

c. Dalam penelitian kualitatif, teori seringkali digunakan sebagai poin akhir penelitian, artinya
peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu.

d.Dilansir dari sumber yang berbeda, beberapa penelitian kualitatif tidak menggunakan teori
yang terlalu eksplisit. Hal itu bisa saja disebabkan karena 2 hal, yakni;

e. Tidak ada satu pun penelitian kualitatif yang dilakukan dengan observasi yang “benar-benar
umum”;

g. Konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan
starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt, 1993 dalm Creswell, 2016).

3. Kajian Pustaka Penelitian Campuran

Teori dalam penelitian metode campuran bisa diterapkan secara deduktif, misalnya dengan
pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara induktif, misalnya dengan pemunculan
teori atau pola kuantitatif.

Terdapat beberapa cara unik yang memasukkan sebuah teori ke dalam penelitian metode
campuran dimana peneliti mengumpulkan, menganalisis, dan menggabungkan data kuantitatif
dan kualitatif dengan menggunakan rancangan metode campuran yang berbeda.

4. Kajian Pustaka Teori Normatif

Kajian pustaka normatif cocok untuk penelitian ilmu sosial yang terbatas pada mempelajari apa
yang dapat diuji secara empiris. Sementara masih ada banyak pertanyaan penting tentang
politik yang berada di luar cakupannya. Karena itu, juga sentral bagi ilmu politik adalah apa
yang disebut “filsafat politik” atau “teori normatif.”

Teori sosial empiris berusaha menjelaskan mengapa orang berperilaku seperti itu, teori
normatif mencari standar untuk menilai bagaimana kita seharusnya berperilaku.

E. Penyusunan Kajian Pustaka

Menurut Zubaidah (2007) dalam menyususn kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan
sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat
dalam penelitian. Kajian pustaka dapat digunakan dengan menggunakan dua pola; yaitu
dedukatif dan indukatif. Dengan dedukatif kita mulai dari proposisi yang berlaku umum dan
memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku sebaliknya untuk indukatif.

- Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan :

a. Menyiapkan butir-butir yang perlu mencatat informasi dari pustaka

b. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi

c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.

- Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan perlu diperhatikan hal-hal berikut:

a. Menggunakan masalah penelitian sebagai fokus

b. membuat rencana urutan pencarian dan penulisan

c. Menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian.

F. Contoh Kajian Pustaka

1. Contoh 1 Konsep Diri

Penelitian tentang ”Konsep ‘diri’ dalam budaya pop digital: Konsekuensi menjadi terkenal di
Youtube” oleh Daniel R. Smith. Paragraf yang bisa dijadikan contoh kajian pustaka adalah
sebagai berikut:
Pendefinisian tentang ’diri’ melalui data digital telah menjadi konsen sosial dan politik baik bagi
ilmuwan sosial maupun publik secara umum (Lupton, 2016; Gerlitz dan Lury, 2014; Giroux,
2015; Pasquale, 2015). Sosiolog telah melakukan mapping terhadap teritori kajian budaya pop
digital (Beer dan Gane, 2008: Beer dan Burrows, 2013) dan berpendapat bahwa dalam ’data
kehidupan sosial yang baru’ kita perlu memahami bagaimana ’sirkulasi data mempengaruhi
performa subjektivitas dan pengalaman hidup sehari-hari’. (Beer dan Burrows, 2013: 68)

2.3 Kajian Teori( terbaru)


Pengertian Teori dalam Penelitian
Para ahli memberikan banyak definisi teori dalam penelitian. Para peneliti menggunakan teori
secara berbeda dalam berbagai jenis penelitian, tetapi beberapa jenis teori hadir dalam sebagian
besar penelitian sosial (Neuman, W. L., & Kreuger, n.d.). Hal tersebut mengandung makna
bahwa teori dalam penelitian sangat dominan ditemukan dalam model penelitian sosial.
Teori merupakan sekumpulan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi
melihat fenomena secara sistematik dan menyeluruh, melalui spesifikasi hubungan antar
variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlinger,
1978). Proposisi merupakan rancangan usulan, ungkapan yang dapat dipercaya, disangsikan,
disangkal, atau dibuktikan benar-tidaknya. Pendapat lain mengatakan bahwa teori adalah
seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat
digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Cooper, Schindler, & Sun, 2006).
Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa teori dapat berupa konsep, defisini,
proposisi tentang suatu variabel yang dapat dikaji, dikembangkan oleh peneliti.

Teori berupa sebuah penjelasan atau hal yang menjelaskan tentang sebuah system yang
mendiskusikan bagaimana sebuah fenomena terjadi dan mengapa fenomena itu terjadinya
demikian (Christensen, Johnson, Turner, & Christensen, 2011; Johnson & Christensen, 2019,
2019). Teori mengandung arti yang penting, apabila teori tersebut dapat melukiskan,
menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada (Monks, F. J., & Knoers, A. M. P. Siti
Rahayu., 1999). Teori membutuhkan konstruksi agar mengandung makna yang utuh dan
mendalam.
Langkah-langkah dalam Penyusunan Kajian Teori
Langkah-langkah melakukan kajian teori menurut (Gall et al., 2003) adalah sebagai berikut:
1. Mencari sumber utama yang dapat dirujuk dari artikel jurnal, buku-buku, laporan penelitian
dan publikasi lain yang dapat digunakan sebagai rujukan utama.
2. Menggunakan sumber tambahan dari hasil pemikiran seseorang yang ia rangkum dari
berbagai rujukan dengan mengkaji secara mendalam.
3. Membaca sumber utama. Setelah semua sumber teridentifikasi maka selanjutnya peneliti
harus membaca seluruh sumber bacaan untuk menemukan berbagai cara pandang tentang riset
yang akan dilakukannya.

4. Mensintesis bahan bacaan. Tahap ini merupakan tahapan yang penting, karena biasanya
peneliti tergoda untuk melakukan tindakan copy paste dari rujukan yang dibacanya, padahal
semestinya peneliti tersebut melakukan kajian analisis dan mengkomparasikannya dengan hasil
penelitian lainnya. (Sugiyono, 2014) mengatakan bahwa secara umum langkah-langkah untuk
dapat melakukan kajian teori adalah sebagai berikut

2.4 Penelitian terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi dasar ketika melaksanakan sebuah
penelitian. Karena penelitian terdahulu memiliki fungsi untuk memperluas dan memperdalam
teori yang akan dipakai dalam kajian penelitian yang akan dilakukan.

A. Pengertian

Secara umum pengertian penelitian terdahulu adalah sumber lampau dari hasil penelitian yang
nantinya diusahakan oleh peneliti untuk membandingkan penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian terdahulu juga bisa berfungsi sebagai sumber inspirasi yang nantinya membantu
pelaksanaan penelitian. Selain itu peneliti juga bisa memeriksa apa yang kurang dan kelebihan
untuk dikembangkan. Sehingga ilmuwan juga bisa membuat sebuah penelitian yang
orisinil/baru karena tahu mana yang sudah ditemukan dan mana yang belum.

B. Manfaat

Pada penelitian terdahulu bermanfaat bila judul penelitian yang ditemukan sangat
berhubungan dengan penelitian yang akan dieksekusi.
Seringkali penelitian terdahulu yang dipakai merupakan penelitian yang terlibat secara langsung
dengan penelitian yang dilaksanakan. Contohnya adalah penelitian mengenai pembelajaran di
kelas, secara tidak langsung peneliti juga harus mencari topik yang terkait dengan pembelajaran
di kelas.

Hal tersebut berfungsi agar penelitian bisa mempunyai hasil maksimal, karena terdapat tujuan
penelitian untuk mengembangkan penelitian, memperbaharui aplikasi penelitian dan bahkan
membuat penelitian original dengan solusi mutakhir.

Dengan adanya penelitian terdahulu peneliti juga bisa mengetahui tentang plagiasi dan
memacu peneliti untuk meneliti dan memperoleh solusi yang baru dan original.

Tujuan adanya (pencatatan) penelitian terdahulu dalam sebuah penelitian atau dalam karya
penelitian adalah agar akar keilmuan yang telah dilakukan oleh ilmuwan terdahulu bisa
diteruskan dan bisa menghasilkan penelitian yang baru. Sehingga setiap solusi yang ada bisa
bermanfaat dan tidak sia-sia dengan pengulangan yang tidak perlu.

Secara sederhana dengan mengetahui penelitian terdahulu, peneliti akan gampang memilih
sumbangan apa yang akan dilakukan/diciptakan dengan penelitiannya.

Masalah yang kerap hadir adalah kurangnya penelitian yang serupa di masa lalu padahal
penelitian serupa sudah ada namun dengan nama atau istilah yang berbeda. Sehingga
membuat peneliti merasa bahwa penelitian yang dilakukan sekarang adalah karya original dan
benar-benar baru.

Solusi yang bisa ditawarkan dari permasalahan diatas adalah dengan kritis, tekun dan sabar
dalam mencari penelitian terdahulu yang serupa.

C. Cara mencari penelitian terdahulu

Ketika ingin membuat atau mencari penelitian terdahulu yang bisa dilakukan adalah menuju
pusat-pusat jurnal ilmiah atau ke perpustakaan. Ini lebih efektif ketimbang mencarinya di
pencarian internet, karena data yang ditampilkan akan sangat berbeda.

Biasanya mahasiswa akan membuat landasan teori atau tinjauan pustaka dengan memeriksa
penelitian terdahulu pada bab dua. Pada bagian intro bab dua tersebut akan memuat
pengertian mengenai apa yang diteliti dan sumber landasanya. Selanjutnya akan menyertakan
tabel perbandingan antara penelitian terdahulu dengan sekarang.

Sebagian besar penelitian terdahulu merupakan penelitian yang dipublikasikan dan


disebarluaskan di masa lalu yang melaporkan hasil temuan dari penelitian.
Hal tersebut bisa berbentuk uji hipotesis, uji prinsip teori dan juga peneliti yang mencoba untuk
menjawab pertanyaan penelitian tertentu.

Sebagian besar penelitian diterbitkan dalam bentuk jurnal, namun terkadang temuan penelitian
disebarluaskan sebagai laporan independen, monograf, buku atau bab dalam buku.

2.5 Kerangka Berfikir (Terbaru)

A. Pengertian kerangka berfikir

Kerangka berpikir adalah gambaran alur pemikiran sang peneliti yang menjelaskan bagaimana
peneliti dapat beranggapan layaknya dalam ungkapan hipotesis. Pentajian kerangka berpikir
dapat berupa bagan alur pikir serta hubungan antar variabel yang diteliti yang mana bagan
tersebut juga sebagai model penelitian.2 Dominikus Dolet Unaradjan, Metode Penelitian
Kuantitatif (Jakarta : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 2019) hlm.92

Pengertian Kerangka Berpikir Menurut Para Ahli:

Ditinjau dari pengertiannya memiliki perspektif bermacam-macam. Tergantung dari siapa yang
mengartikan. Namun secara garis besar memiliki makna yang sama. Berikut pengertian
Kerangka Berfikir menurut beberapa para ahli.

1. Polancik

Menurut Polancik (2009) kerangka berfikir diartikan sebagai diagram yang berperan sebagai
alur logika sistematika tema yang akan ditulis. Polancik menempatkan hal ini untuk kepentingan
penelitian. Dimana kerangka berpikir tersebut dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian.
pertanyaan itulah yang menggambarkan himpunan, konsep atau mempresentasikan hubungan
antara beberapa konsep.

2. Sugiyono
Berbeda dengan pendapat Sugiyono, yang mendefinisikan kerangka berpikir sebagai model
konseptual yang dimanfaatkan sebagai teori yang ada kaitannya dengan beberapa faktor yang
diidentifikasi sebagai masalah penting. Konteks yang dimaksud untuk kerangka penelitian.

Dalam menjalankan sebuah penelitian yang membutuhkan kerangka berpikir, alangkah lebih
baiknya jika hal tersebut mampu menjelaskan secara teoritis. Sekaligus juga bisa menjelaskan
hubungan antara variable yang diangkat. Jadi peneliti bisa menjelaskan hubungan antara
variable independen & variable dependent.

3. Sapto Haryoko

Kerangka berpikir menurut Sapto Haryoko adalah sebuah penelitian yang akan meneliti dua
variable atau lebih. Jika peneliti akan membahas satu variable atau lebih secara mandiri, maka
peneliti hanya bisa mengemukakan deskripsi teoritik dari masing-masing variable, atau bisa
juga mengemukakan argumentasi terhadap variasi besaran variable yang diteliti.

4. Scribd

Jika di atas ada beberapa pendapat dari para tokoh, kali ini bukan hadir dari tokoh, tetapi dari
web scribd. Scribd mengartikan kerangka berpikir pemahaman yang mendasari pemahaman
lain yang mendukung pemikiran-pemikiran yang lain. Disebutkan juga, kerangka berfikir tidak
sekedar sebagai gambaran besar, tetapi juga sebagai kerangka cerdas dan brilian dalam seluruh
informasi yang pada nantinya akan diambil kesimpulan.

5. Eecho

Sedikit berbeda dengan pendapat Eecho yang mengartikan kerangka berpikir sebagai dasar
pemahaman yang akan mempengaruhi dasar pemahaman orang lain. Dengan kata lain,
kerangka berpikir dapat diartikan pula sebagai pondasi dasar dari semua pemikiran.

B. Ciri-Ciri Kerangka Berpikir


Perlu diketahui beberapa cirri-ciri dari kerangka berpikir seperti yang dilihat dibawah ini :
1) Dapat dikatakan sebagai pemikiran dari susunan instruksi logika yang sudah diatur dalam
rangka menjelaskan variabel yang diteliti
2) Kerangka dibuat untuk menjelaskan instruksi dari aliran logika secara sistematis
3) Ditujukan untuk memperjelas variabel data yang sedang diteliti sehingga pengukurannya
dapat dirinci secara relevan
4) Dalam kerangka berpikir harus menerangkan : mengapa penelitian ini dilakukan, bagaimana
proses penelitian ini dilakukan, apa yang akan diperoleh melalui penelitian tersebut, dan untuk
apa hasil penelitian tersebut jika sudah diperoleh.
4Hardani, dkk. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta : CV PustakaIlmu Group

Yogyakarta, 2020), hlm.322

C. Cara Membuat Kerangka Berpikir

Jika sebelumnya sudah menyimak beberapa pengertian para ahli, barangkali Anda penasaran
bagaimana cara membuatnya dalam penelitian? Sebenarnya ada beberapa tips cara yang bisa
dilakukan oleh siapapun. Penasaran? Langsung saja simak pembahasannya sebagai berikut.

1. Membuat Variabel

Cara pertama tentu saja Anda terlebih dahulu menentukan variabel apa yang akan diangkat.
Jika bingung bagaimana cara menentukan variabel Anda cukup lihat judul yang dibuat. Bisa juga
melihat topic yang akan diangkat. Kemudian dari hal tersebut, barulah ditentukan variable-
variabel bisa ditentukan.

2. Mengumpulkan Referensi

Cara selanjutnya adalah mengumpulkan referensi. Referensi banyak membantu penulis dalam
mendapatkan ide, gagasan, dan membukakan perspektif. Dari sisi sudut pandang pun akan
lebih luas. Pilih referensi yang relevan dengan topic atau tema yang diangkat. Bentuk Referensi
bisa berupa hasil penelitian seperti jurnal atau karya ilmiah. Bisa juga berbentuk buku bacaan.
Termasuk buku kamus, atau hasil skripsi, tesis, berita di televisi atau di surat kabar.

3. Mendeskripsikan Penelitian

Adapun langkah lain, yaitu melakukan deskripsi teori. Teori dapat diambil dari sumber referensi
yang sudah dikumpulkan. Karena konteksnya adalah penelitian, maka deskripsi memperhatikan
pemilihan bahasa. Pilih bahasa yang baku, baik dan benar. Karena diperuntukan untuk kalangan
akademik, maka bahasa bisa menggunakan bahasa ilmiah.

Akan berbeda cerita jika kerangka berfikir digunakan untuk penulisan buku popular. Maka
penggunaan bahasa bisa menyesuai segmentasi pasar. Jika segmentasi pasar adalah orang-
orang muda, maka Anda bisa menggunakan bahasa gaul, bahasa non formal. Berlaku
sebaliknya. Jika segmentasinya adalah lembaga pendidikan, maka penggunaan bahasa juga
menggunakan bahasa baku.

4. Pembahasan Teori Berdasarkan Hasil Penelitian


Di pembahasan teori, Anda dituntut jeli dan analitis. Karena Anda tidak sekedar menuliskan
teori-teori dari berbagai hasil referensi. Tetapi Anda juga perlu melakukan analisis secara
mendalam. Dimana teori yang diambil cukup garis besar dan benang merahnya saja. Apakah
ada keterkaitan atau tidak.

Jika semuanya dianggap cukup, langkah selanjutnya Anda bisa melakukan analisis serta
komparasi. Misalnya, anda bisa membandingkan teori satu dengan yang lain. Kemudian anda
bisa melakukan analisis komparatif tentang teori dari hasil penelitian

5. Membuat Kesimpulan

Dari hasil analisis selesai, selanjutnya membuat kesimpulan. Kesimpulan ditulis menggunakan
bahasa yang mudah dipahami, singkat dan jelas. Hindari penjabaran yang bertele-tele. Dalam
penelitian, ada yang disebut kesimpulan sementara, nah kesimpulan sementara inilah yang
nantinya diperlukan pengujian.

6. Kerangka Berpikir

Di dalam membuat kesimpulan sementara, terdapat hubungan antar variabel, hubungan antar
variable inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai kerangka berpikir. Dimana kerangka
berpikir inilah yang mengarahkan peneliti untuk membuat skema. Setidaknya ada dua skema
yang dapat Anda gunakan, yaitu asosiatif dan komparatif.

D. Macam-macam Kerangka Berpikir

Dilihat dari kerangka berpikir, memiliki beberapa macam. Setidaknya ada tigam macam, berikut
ulasannya.

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah jenis yang menegaskan tentang teori yang digunakan untuk landasan
sekaligus untuk menjelaskan fenomena yang sedang diteliti.

2. Kerangka Operasional

Kerangka operasional menjelaskan variabel yang diangkat oleh peneliti berdasarkan konsep
yang diteliti. Umumnya jenis ini sering digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antar
variable satu dengan yang lain.

3. Kerangka Konseptual

Terakhir adalah konseptual. Dikatakan kerangka konseptual apabila terdapat asumsi teoritis
yang nantinya teori teoritis ini yang akan digunakan untuk mengistilahkan objek yang diteliti.
E. Manfaat Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir memiliki manfaat yang banyak. Diantaranya membantu peneliti untuk
menempatkan penelitian dalam konteks yang lebih luas. Selain itu hal ini juga membantu
peneliti dalam menguji rumusan masalah.

Padahal kita tahu, rumusan masalah tidak dapat diuji jika peneliti tidak tahu arah penelitiannya
kemana. Setidaknya hal ini menjawab masalah tersebut. Sehingga peneliti lebih mudah dalam
menguji rumusan masalah yang sudah diambil secara masuk akal.

Manfaat yang terakhir adalah memudahkan peneliti menemukan konsep. Tentu saja konsep
yang dimaksud adalah konsep yang digunakan untuk masalah penelitian yang akan
dilaksanakan di lapangan.

Bahkan, kerangka pemikiran bisa juga berisi tentang hasil penelitian sejenis yang pernah
dilakukan oleh orang lain. Bedanya, peneliti dan penelitiannya bertanggung jawab untuk
melihat apa saja aspek yang belum tuntas ditelaah dari penelitian-penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai