PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotesis
Secara etimologis atau bahasa kata hipotesis, berasal dari kata “hypo”, yang artinya
“dibawah” dan “thesa”, yang artinya “kebenaran”. Jadi hipotesis secara etimologis berarti
kebenaran yang masih diragukan. Sedangkan secara istilah atau terminologi terdapat beberapa
tokoh yang mendefinisikan pengertian hipotesis itu sendiri. Yang pertama yaitu menurut Boedi
Abdullah, dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Ekonomi Islam menjelaskan
bahwasanya hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada
hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka
hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian
tersebut mengandung satu variabel. Ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa
semua penelitian hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga
mengajukan hipotesis.
Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat yang
menunjukan bahwa peneliti telah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk melakukan
penelitian di bidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran
data; hipotesis dapat menunjukan prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus
dikumpulkan.
B. Ciri-ciri Hipotesis
1) Hipotesis hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement) bukan dalam bentuk
kalimat tanya.
2) Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti bahwahipotesis
hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan yang sedang atau akan diteliti.
3) Hipotesis harus dapat diuji, Hal ini berarti bahwa suatu hipotesis harus mengandung atau
terdiri dari variabel-variabel yang diukur dan dapat dibanding-bandingkan. Hipotesis yang
tidak jelas pengukuran variabelnya akan sulit mencapai hasil yang objektif.
4) Hipotesis harus sederhana dan terbatas. Artinya hipotesis yang tidak menimbulkan
perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas sifatnya.
Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa, sebenarnya nilai
atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun
demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau
peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan
Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan
yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
c. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability,
artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah
mapan.
e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-ciri
hipotesis yang baik, yaitu:
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan
Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi
empat criteria, yaitu:
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis
dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau
dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan
terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif
dugaan tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai dengan
argumentasi yang kokoh.
c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu
mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak
boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan
pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah
dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.
Ada beberapa fungsi hipotesis dalam proses penelitian. Ashan, menjelaskan beberapa
fungsi hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja kerap juga disebut hipotesis alternatif (Ha). Namun ada kalanya hipotesis
disimbolkan dengan H1. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y.
Hipotesis ini juga bisa menunjukkan adanya perbedaan antar dua kelompok. Hipotesis ini
menjelaskan adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain.
Rumusan hipotesis kerja:
2. Hipotesis Nol
Sedangkan hipotesis nol (null hypotheses) biasanya disimbolkan dengan Ho. Nama lain
hipotesis ini adalah hipotesis statistik. Dinamai demikian karena sering dipakai dalam penelitian
kuantitatif yang membutuhkan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh antara variabel X dan Y.
Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah
karena tidak ada perbedaan antara variabel dengan variabel lain. Dengan kata lain, selisih
variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang
berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh :
Hipotesis yang akan diajukan pilih salah satu saja dan penentuan hipotesis yang ditetapkan
berdasar pada teori dan studi pra penelitian atas objek penelitian yang diajukan. Berikut
kemungkinan masing-masing hipotesis alternatif yang bisa diajukan, yaitu:
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah dugaan atau jawaban atas rumusan masalah secara sementara yang
bersifat komparatif. Rumusan masalah pada hipotesis ini, bervariabel yang sama, walaupun
jumlah populasi atau sampelnya tidak sama atau keadaan yang terjadi berlainan waktunya.
Contoh :
Hipotesis Alternatif :
b) Ha: Kinerja kerja karyawan bank syariah “X” lebih besar (atau lebih kecil)
dari karyawan bank syariah “Y”.
c) Ha: Kinerja kerja karyawan bank syariah “X” lebih kecil dari pada (<) bank
syariah “Y”.
d) Ha: produktivitas karyawan bank syariah “X” lebih besar dari pada (>)
karyawan bank syariah “Y”.
3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
b) Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
c) Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan:
µ1 = rata-rata (populasi) kinerja kerja karyawan bank syariah “X”
µ2 = rata-rata (populasi) kinerja kerja karyawan bank syariah “Y”
c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis Asosiatif adalah dugaan atau jawaban sementara atas rumusan penelitian yang
berbentuk asosiatif, yaitu yang menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis
asosiatif merupakan salah satu dari macam macam hipotesis.
G. Karakteristik Hipotesis
Hipotesis dapat diuji jika hipotesis tersebut dirumuska dengan benar. Meskipun hipotesis
telah memenuhi syarat secara proporsional, jika hipotesis tersebut masih abstrak akan
membingungkan prosedur penelitian dan juga sukarr untuk diuji secara nyata. Untuk dapat
menyusun hipotesis yang bak dan benar, harus memiliki ciri-ciri pokok, yaitu:
a. Hipotesis diturunkan dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan
dinyatakan dalam proposisiproposisi. Maka dari itu hipotesis dianggap sebagai jawaban
atau dugaan sementara atas masalah yang dirumuskan atau yang searah dengan tujuan
penelitian.
b. Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, istilah yang benar dan secara operasional. Untuk
menguji satu hipotesis secara empiris adalah harus mendefinisikan secara operasional
semua variabel dalam hipotesis dan diketahui secara pasti variabel bebas dan variabel
terikatnya.
c. Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan
gambaran mengenai masalah yang diteliti.untuk hipotesis deskriptif berarti hipotesis
secara jelas menyatakan kondisi, ukuran, penggunaan suatu variabel atau fenomena yang
dinyatakan dalam nilai-nilai yang mempunyai makna.
d. Hipotesis harus dapat diuji. Maka dari itu instrumen harus ada, karena instrumen akan
menggambarkan ukuran yang valid dari variabel yang akan diteliti.lalu hipotesis dapat
diuji dengan metode yang digunakan untuk mengujinya. Evaluasi hipotesis bergantung
pada metode-metode untuk mengujinya, baik metode pengamatan, pengumpulan data,
analisis data, maupun generalisasi.
e. Hipotesis harus spesifik. Artinya hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan sebenarnya. Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk pada kenyataan
yang sebenarnya. Hipotesis akan menekankan hubungan yang diharapkan di antara
variabel.
f. Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Satu hipotesis yang
memuaskan adalah salah satu hubungan yang diharapkan di antara variabel yang dibuat
secara eksplisit.
H. Tahapan-tahapan Pembentukan Hipotesis
a. Penentuan Masalah
Dasar penalaran ilmiah adalah banyaknya pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul
karena suatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum atau teori ilmu yang telah diketahui. Dalam proses penalaran ilmiah,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b. Hipotesis Pendahuluan
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi dasar poko dari penelitian. Tanpa
hipotesa pendahuluan, pengamatan tidak akan terarah.hipotesis pendahuluan bukan
dianggap sebagai hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis
yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
c. Pengumpulan Fakta
Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tidak terbatas, namun
hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa sementara yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan memilih fakta.
d. Pengujian Hipotesa
Hipotesa dicocokkan dengan keadaan yang dapat diamati atau secara ilmiah disebut
Verifikasi. Jika hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi.
Penyalahan akan terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak
sesuai dengan hipotesa. Jika usaha tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh
fakta. Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi dapat disebut sebagai teori.
e. Aplikasi/Penerapan
Jika hipotesa benar dan dapat dijadikan prediksi, dan prediksi tersebut harus terbukti
cocok dengan fakta lalu harus dapat dikolaborasikan dengan fakta.
I. Manfaat Hipotesis
Hardani dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: CV. Pustaka
Ilmu.
https://idaauliamawaddah.blogspot.com/2016/10/makalah-hipotesis-penelitian.html
https://www.academia.edu/40408522/Pengujian_Hipotesis
https://www.academia.edu/40540145/Makalah_Hipotesis
https://docplayer.info/38230145-A-pengertian-hipotesis-penelitian.html