Anda di halaman 1dari 6

5.

Langkah-langkah Penyusunan Kerangka Berpikir

1. Menetapkan Variabel Yang Diteliti

Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berpikir untuk pengajuan hipotesis, harus ditetapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya.
Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap variabel merupakan titik tolak untuk
menentukan teori yang dikemukakan . Kalau variabel penelitiannya lima, maka minimal
menggunakan lima teori.

2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian

Setelah variabel ditentukan, maka langkah berikutnya adalah membaca buku-buku dan hasil
peneitian yang relevan. Buku buku yang dibaca dapt berupa buku teks, ensiklopedia, dan kamus.
Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan
disertasi.

3. Deskripsis Teori dan Hasil Penelitian

Dari buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan
dengan variabel yang diteliti. Seperti yang telah dikemukakan, bahwa deskripsi teori berisi tentang
definisi tiap-tiap variable yang diteliti, uraian terinci tentang ruang lingkup setiap variable, dan
kedudukan antara variabel satu dan yang lain dalam konteks penelitian itu.

4. Analisis Kritis Terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian
yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori-teori dan hasil
penelitian yang telah ditetapkan itu betul-betul sesuai dengan objek penelitian atau tidak. Hal itu
penting karena sering terjadi teori-teori yang berasal dari luar tidak cocok untuk penelitian di dalam
negeri.

5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian

Analisis komperatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang
lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini
penelitian dapat memadukan teori satu dengan teori yang lain atau mereduksu bila dipandang
terlalu luas.

6. Sintesis dan Simpulan

Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang relevan
dengan semua hasil variabel yang diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa atau
simpulan sementara. Perpaduan antara sintesis atau variabel yang lain akan menghasilkan
kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa kerangka berpikir yang baik, memuat
hal-hal sebagai berikut:

1 Variable-variable yang akan diteliti harus dijelaskan


2 Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukan dan menjelaskan pertautan atau
hubungan antara variabel yang diteliti, serta ada teori yang mendasari.
3 Diskusi juga harus dapat menunjukana dan menjelasakan apakah hubungan antarvariabel
itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal Balik)
4 Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir yang dikemukakan dalam
penelitian.

6. Bentuk-bentuk Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan dua variabel atau lebih.
Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan (declaratif) dan menggabungkan,baik
secara umum maupun secara khusus antara variabel yang satu dan variabel lainnya. Terkait dengan
hipotesis dan pernyataan hipotesis yang baik, ada dua kriteria. Kriteria itu sama dengan yang
berlaku untuk masalah dan penyertaan masalah. Hipotesis merupakan pernyataan yang
menunjukkan relasi antara variabel-variabel. Kedua, hipotesis mengandung implikasi-implik asi
yang jelas untuk pengujian hubungan-hubunag yang dinyatakan itu. Jadi, kriteria ini berarti bahwa
pernyataan hipotesis mengandung dua variabel atau yang lebih yang dapat diukur atau
berkemungkinan untuk diukur dan disamping itu pernyataan hipotesis menunjuk secara jelas dan
tegas cara variabel-variabel itu berhubungan.
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam
rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis dalam penelitian kuantitatif
dikembangkan dari telaah teoritis sebagai jawaban sementara dari masalah atau pertanyaan
penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris. Dengan demikian hipotesis memiliki
beberapa fungsi yaitu sebagai berikut.

1. Hipotesis nmenjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional.


2. Hipotesis menyatakan variabel-variabel penelitian yang perlu diuji secara empiris.
3. Hipotesis digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode-metode pengujian data.
4. Hipotesis menjadi dasar untuk membuat simpulan penelitian.

Bentuk –bentuk hipotesis penelitian sangat erat terkait denga rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga, yaitu rumusan
masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh
karena itu bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga, yaitu hipotesis deskriptik, komparatif, dan
asosiatif atau hubungan.

1. Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadp rumusan desriptif, hipotesis
komparatif,merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif, dan hipotesis
asosiatif merupakan jawaban sementara terhaap masalah asosiatif atau hubungan.
2. Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
komparatif.
3. Hipotesis asosiatif
Hipotesis asosiatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif, yaitu yang
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Paradigma penelitian, Rumusan Masalah dan Hipotesis

Paradigma penelitian dapat digunakan sebagai panduan untuk merumuskan masalah dan
hipotesis penelitiannya yang selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data
dan analisis.
Karakteristik Hipotesis yang Baik

1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel


pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel tau
lebih. Pada umumnya hipotesis seskriptif tidak dirumuskan.
2. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas sehinggan tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Kriteria Rumusan Hipotesis

Hipotesis yang baik setidaknya memertimbangkan kriteria sebagai berikut.

1. Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah
memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian
kuantitatif merupakan jawaban rasional yang dideduksi dari teori-teori yang ada.
2. Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris.
Tujuan penelitian adalah menguji teori atau hipotesis. Agar dapat diuji, hipotesis harus
menyatakan secara jelas variabel-variabel yang diteliti dan dugaan mengenai hubungan
antarvariabel.
3. Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat
dibandingkan dengan hipotesis rivalnya. Beberapa teori memungkinkan saling
bertentangan antara yang satu dengan yang lain atau teori yang satu lebih kuat daripada
teori yang lain. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan
teoritis yang lebih kuat daripada alternatif hipotesis yang lainnya yang memungkinkan
dapat dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lain.

Format : Rumusan hipotesis dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk rumusan, diantaranya
seperti dibawah ini :

1. Format pernyataan jika maka atau proporsi


Hipotesis penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk jika maka atau proporsi yang
menyatakan hubungan antar variabel dan perbedaan antara dua kelompok atau lebih dalam
kaitannya dengan variabel tertentu yang dapat diuji.
2. Format hipotesis nol
Merupakan hipotesis yang menyatakan suatu hubungan antar variabel yang definitif atau
eksak sama dengan nol, atau secara umum dinyatakan bahwa tidak ada hubungan atau
perbedaan.
3. Format hipotesis alternatif
Merupakan lawan pernyataan dari format hipotesis nol yang menunjukkan adanya
hubungan atau perbedaan (signifikansi) antarvariabel yang diteliti.

Pentingnya Hipotesis

Cukup jelas bahwa hipotesis merupakan alat yang penting dan mutlak yang perlu dalam
peneitian ilmiah. Ada tiga alasan utama yang menopang pandangan ini.

1. Hipotesis dapat dikatakan sebagai peranti kerja teori. Hipotesis dapat dijabarkan dari teori
dan dari hipotesis lain. misalnya, jika kita sedang mempersiapkan teori tentang agresi,
tentunya kita mencari sebab dan akibat perilaku agresif. Kita mungkin telah mengamati
kasus-kasus perilaku agresif yang muncul setelah adanya situasi-situasi yang menyebabkan
frustasi. Dengan demikian, teori itu mungkin mencakup proporsi frustasi menyebabkan
agresi. Dari hipotesis yang umum dan luas ini dapat dijabarkan hipotesis-hipotesis yang
lebih spesifik, seperti mencegah anak mencapai tujuan yang diinginkan (frustrasi) akan
membuat mereka berkelahi (agresi). Jika anak-anak tidak mendapat kasih sayang orang tua
(frustrasi), reaksi mereka antara lain adalah perilaku agresif.
2. Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul atau salah. Fakta-fakta terisolasi
tidak diuji dengan cara yang dinyatakan sebelum ini. Yang diuji hanyalah relasi. Karena
hipotesis merupakan proporsi rasional inilah kiranya yang merupakan alasan utama
mengapa digunakan dalam telaah ilmiah. Pada intinya, yang kita susun untuk menguji
relasi antara A dan B. Kita biarkan faktanya untuk menetapkan probabilitas kebenaran atau
kekeliruan hipotesis kita.
3. Hipotesis merupakan alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuan dapat “keluar” dari dirinya sendiri. Sungguh pun disusun oleh manusia,
hipotesis itu ada, dapat diuji dan ditunjukan kemungkinan betul atau salahnya dengan cara
yang terbebas dari nilai dan pendapat manusi. Ia demikian pentingnya sehingga kita berani
mengatakan bahwa tanpa hipotesis tidak akan pernah ada ilmu pengetahuan dalam arti
yang sepenuh-penuhnya.

Anda mungkin juga menyukai