Anda di halaman 1dari 10

PERILAKU ORGANISASI

SAP 2

KELOMPOK 1

Akmil Asril (01)

I Nengah Asta Gina Jaya Artha (02)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019
MATERI POKOK : DINAMIKA PRILAKU INDIVIDU

1) DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU


2) KARAKTERISTIK BIOGRAFIS
3) KEMAMPUAN
4) KEPRIBADIAN PEMBELAJARAN
DASAR-DASAR PRILAKU INDIVIDU

Perilaku individu adalah sebagai suatu fungsi interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Individu membawa tatanan dalam organisasi berupa kemampuan, kepercayaan

pribadi, pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lainnya. Sementara itu, karakteristik

individu akan dibawa memasuki suatu lingkungan baru, yaitu organisasi atau lainnya. Selain itu,

organisasi juga memiliki karakteriktis dan merupakan suatu lingkungan bagi individu.

Karakteristik individu berinteraksi dengan karakteriktik organisasi yang akan mewujudkan

perilaku individu dalam organisasi. Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia

membawa karakteristik individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara

karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku

individu dalam organisasi.

Perilaku individu dalam organisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

Karakteristik Individu:

Kemampuan, Kebutuhan, Kepercayaan,


Pengalaman, dan Pengharapan.
Perilaku Individu Dalam
Organisasi
Karakteristik Organisasi:

Hirarki, Tugas-tugas, Wewenang, Tanggung-


jawab, Sistem Penghargaan, Sistem Kontrol

Gambar 1. Karakteristik Perilaku Individu Dalam Organisasi

Semua perilaku individu pada dasarnya dibentuk oleh kepribadian dan pengalamannya. Ada
empat variabel tingkat-individual dalam organisasi, yaiitu :
 KARAKTERISTIK BIOGRAFIS
Karakteristik biografis merupakan karakteristik pribadi, seperti usia, jenis kelamin, ras dan
etnis, disabilitas, masa kerja, agama, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja,
yang diperoleh secara mudah dan objektif dari arsip pribadi seseorang.

a) Usia

Hubungan antara usia dan kinerja akan terus menjadi isu yang penting dimasa yang akan
datang. Keyakinan yang luas bahwa kinerja merosot seiring dengan usia. Kualitas positif yang
dimiliki para pekerja yang lebih tua pada pekerjaan mereka, khususnya pengalaman, penilaian,
etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap kualitas. Tetapi para pekerja tua dianggap kurang
memiliki fleksibilitas dan sering menolak teknologi baru. Seiring berjalannya waktu, organisasi
secara aktif mencari individu yang dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan terbuka terhadap
perubahan, dan sifat-sifat negatif terkait usia secara nyata menghalangi perekrutan awal atas para
pekerja yang lebih tua serta meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan dilepaskan selama
masa pengurangan karyawan.

Secara umum pekerja yang lebih tua memiliki tingkat ketidak hadiran yang lebih rendah
dibandingkan para pekerja yang lebih muda, tetapi mereka memiliki tingkat ketidakhadiran yang
lebih tinggi yang tidak dapat dihindari, misalnya kondisi kesehatan dan periode pemulihan yang
lebih lama.

a. Bagi karyawan profesional: seiring bertambahnya usia, kepuasan


kerja juga meningkat.
b. Karyawan non-profesional: kepuasan merosot selama usia tengah
baya dan kemudian naik lagi dalam tahun-tahun selanjutnya.

b) Jenis Kelamin
Dari segi jenis kelamin, umumnya tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan
wanita dalam hal kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif,
motivasi, sosiabilitas, produktifitas pekerjaan, kepuasan kerja atau kemampuan belajar. Namun,
hasil studi menunjukkan bahwa wanita lebih bersedia mematuhi wewenang, dibandingkan pria
yang lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses,
namun tetap saja perbedaannya kecil.
Biasanya yang membuat adanya perbedaan adalah karena posisi wanita sebagai ibu yang
juga harus merawat anak-anaknya. Ini juga mungkin menimbulkan anggapan bahwa wanita lebih
sering mangkir daripada pria. Jika anak-anak mereka sakit, tentu ibu yang akan merawat dan
menemani dirumah.

c) Keragaman Ras dan Budaya

Ras adalah suatu kategori atau pengelompokkan sejumlah orang berdasarkan (terutama)
karakter fisik tubuh, seperti warna kulit, tekstur rambut, bantuk mata, hidung, dan lain
sebagainya yang sangat subjektif. Dalam hal ini biasanya ras digolongkan dalam suatu daerah
memiliki kesamaan baik tradisi, bahasa, dll.
Angkatan kerja sekarang tidaklah sama dengan angkatan kerja dahulu. Tenaga kerja jaman
sekarang lebih beragam dari sisi nilai, bahasa, keterampilan, dan persaingan pendidikan. Dengan
makin banyaknya latar belakang keragaman dan budaya di tempat kerja membawa perbedaan-
perbedaan utama dalam nilai, etika kerja, dan norma-norma yang berlaku. Persoalan komunikasi,
ketidak pekaan, dan pengabaian akan menjadi perhatian utama manajemen. Terdapat perbedaan
dalam bagaimana individu dari kebudayaan yang berbedabereaksi terhadap permintaan untuk
bekerja lebih keras. Oleh karena itu para manajer harus belajar bagaimana berurusan dengan
perbedaan yang akan mereka temukan pada tenaga kerja yang beragam. Semua itu tergantung
dari prestasi kerja yang dia miliki.

d) Masa Kerja
Selain perbedaan jenis kelamin dan ras, beberapa isu lebih disebabkan oleh miskonsepsi dan
spekulasi dibandingkan dampak dari senioritas pada kinerja. Dengan pengecualian isu-isu
perbedaan pria dan wanita, tidak ada isu yang berpotensi terbesar memicu kesalahpahaman dan
spekulasi dari dampak senioritas pada kinerja. Kajian-kajian ekstensif mengenai hubungan
senioritas, produktivitas telah dilakukan. Jika kita mendefinisikan senioritas sebagai masa kerja
seseorang pada pekerjaan tertentu, kita dapat mengatakan bahwa bukti paling baru menunjukkan
suatu hubungan positif antara senioritas dan produktivitas kerja. Jika demikian masa kerja yang
diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi dasar perkiraan yang baik terhadap
produktivitas pekerja. Riset yang menghubungkan masa kerja dengan keabsenan sangatlah tegas.
Secara konsisten penelitian-penelitian menunjukkan bahwa masa kerja berhubungan negatif
dengan absen. Faktanya, dalam hal frekuensi keabsenan maupun dalam total hari yang hilang
pada saat kerja, masa kerja merupakan penjelas tunggal yang peling penting.
Masa kerja merupakan variabel yang penting dalam menjelaskan tingkat pengunduran diri
karyawan. Semakin lama seseorang berada dalam pekerjaan, semakin kecil dia mengundurkan
diri. Lebih jauh lagi, konsisten dengan penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku masa lalu
merupakan indikator peramalan terbaik untuk memperkirakan perilaku masa depan, bukti
menunjukkan bahwa masa kerja pekerjaan terdahulu dari seorang pekerja merupakan indikator
perkiraan yang kuat atas perputaran pekerja tersebut di masa mendatang.
Bukti tersebut menjunjukkan bahwa masa kerja dan kepuasan saling berkaitan positif.
Memang, ketika usia dan masa kerja diperlakukan secara terpisah, tampaknya masa kerja akan
menjadi indikator perkiraan yang lebih konsisten dan mantap atas kepuasan kerjadari pada usia
kronologis.

 KEMAMPUAN
Kemampuan adalah suatu kapasitas yang dimiliki seorang individu untuk mengerjakan
berbagai tugas suatu pekerjaan. Ada dua jenis kemampuan, yaitu :
1) Kemampuan Intelektual
Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas
mental-berpikir, penalaran, dan memecahkan masalah. (Robbins) mencatat 7 dimensi yang
membentuk kemampuan intelektual :
a. Kecerdasan numerik adalah kemampuan berhitung dengan cepat dan tepat.
b. Pemahaman verbal adalah kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar.
c. Kecepatan konseptual adalah kemampuan mengenal kemiripan dan perbedaan visual dengan
cepat dan tepat.
d. Penalaran induktif adalah kepmampuan mengenal suatu urutan logis dalam satu masalah dan
pemecahannya.
e. Penalaran deduktif adalah kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu
argument.
f. Visualisasi ruang adalah kemampuan membayangkan bagaimanan suatu objek akan tampak
seandainya posisi dalam ruang diubah.
g. Ingatan adalah kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu.
Beberapa profesi yang erta kaitannya dengan kemampuan intelektual adalah akuntan, periset.

2) Kemampuan Fisik
Kemampuan fisik merupakan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut
daya stamina, kecekatan, dan keterampilan. Penelitian terhadap berbagai persyaratan yang
dibutuhkan dalam ratusan pekerjaan telah mengidentifikasi sembilan kemampuan dasar yang
tercakup dalam kinerja dari tugas-tugas fisik, yaitu kekuatan dinamis, kekuatan tubuh, kekuatan
statis, kekuatan eksplosif, fleksibilitas luas, fleksibilitas dinamis, koordinasi tubuh,
keseimbangan dan stamina. Setiap individu memiliki kemampuan dasar tersebut secara berbeda-
beda. Kemampuan intelektual berperan dalam pekerjaan yang rumit, sedangkan kemampuan
fisik hanya menguras kapabilitas fisik.

 KEPRIBADIAN
Para psikolog cenderung mengartikan kepribadian sebagai suatu konsep dinamis yang
mendeskripsikan pertumbuhan dan perkembangan seluruh sistem psikologi seseorang. Defisini
kepribadian yang paling sering digunakan dibuat oleh Gordon Allport hampir 70 tahun yang lalu.
Ia mengatakan bahwa kepribadian adalah “organisasi dinamis dalm suatu sistem psikofisiologis
individu yang menentukan caranya untuk menyelesaikan diri secara unik terhadap
lingkungannya”. Kepribadian juga dapat diartikan keseluruhan cara dimana seorang individu
bereaksi dan berinteraksi. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalah istilah sifat yang bisa
diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.

 Menurut Robbins, kepribadian itu sebagai total dari cara dimana seseorang/individu bereaksi
dan berinteraksi dengan orang lain, yang digambarkan dalam bentuk sifat-sifat yang dapat
diukur dan dapat diperlihatkan.
 Menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, mendefinisikan kepribadian sebagai gabungan
dan ciri fisik dan mental yang besifat tetap yang memberi identitas pada seseorang/individu.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepribadian seseorang menurut Robbins disebutkan ada
tiga, yaitu :
1. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah,
gender, tempramen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah
karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial,
dipengaruhi oleh siapa orang tua, yaitu komposisi biologis, psikologis dan psokologis bawaaan
mereka. Pendekatan keturunan berpendapat bahwa dari gen yang terdapat dalam kromosom.
Terdapat tiga dasar penelitian berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap
argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian
seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari prilaku dan tempramen anak-
anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga
meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lain yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter kita
adalah lingkungan dimana kita tumbuh dan dibesarkan, norma dalam keluargam teman-teman,
dan kelompok sosial dan pengaruh-pengaruh lain yang kita alami. Faktor-faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian kita.
3. Faktor Situasi
Faktor lainnya adalah situasi. Ini berarti, kepribadian seseorang yang banyak ditentukan
oleh bawaan lahir, lingkungan yang relatif stabil akan dapat berubah karena adanya kondisi
situasi tertentu yang berubah.

Robbins mencatat 16 ciri-ciri kepribadian sebagai sumber prilaku yaitu sebagai berikut :
 Pendiam vs Ramah  Percaya vs Curoga
 Kurang Cerdas vs Cerdas  Praktis vs Imajinatif
 Emosi Labil vs Emosi mantap  Terus Terang vs Lihai
 Percaya diri vs Takut-takut
 Mengalah vs Dominan
 Konservatif vs Suka bereksperimen
 Serius vs Senang-senang  Berganutng kelompok vs Mandiri
 Kompromis vs Hati-hati  Tak terkendali vs Terkendali
 Mali-malu vs Petualang  Sabtai vs Tegang
 Keras Hati vs Peka
Tipe-tipe Kepribadian
Holland dalam Haryona (2001

PEMBELAJARAN SOSIAL
Seseorang dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada individu lain dan hanya dengan
diberi tahu mengenai sesuatu, seperti belajar dari pengalaman langsung. Disini teori
pembelajaran sosial adalah sebuah perluasan dari pengkondisian operant. Teori ini berasumsi
bahwa sebuah fungsi dari konsekuensi-teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui
pengamatan atau observasi dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Individu merespon
pada bagaimana mereka merasakan dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada konsekuensi
objektif itu sendiri.
Ada empat model yang telah ditemukan oleh Robbins untuk menetukan pengaruh sebuah model
pada seorang individu, yaitu :
- Proses perhatian. Individu berminat belajar dari suatu model bila model itu cukup
dikenal, cukup dapat menarik perhatiannya sedemikian rupa serta apa yang disajikan
penting buatnya.
- Proses penyimpanan. Pengaruh dari suatu model bergantung kepada seberapa baik
individu mengingat tindakan model setelah model tersebut tidak lagi tersedia.
- Proses reproduksi motor. Setelah seseorang melihat sebuah perilaku baru dengan
mengamati model, pengamatan tersebut harus diubah menjadi tindakan. Proses ini
kemudian menunjukkan bahwa ondividu itu dapat melakukan aktivitas yang dicontohkan
oleh model tersebut.
- Proses penegasan. Individu akan termotivasi untuk menampilkan perilaku yang
dicontohkan jika tersedia insentif positif atau penghargaan. Perilaku yang ditegaskan
secara positif akan mendapat lebih banyak perhatian, dipelajari dengan lebih baik dan
dilakukan lebih sering.

Anda mungkin juga menyukai