Anda di halaman 1dari 7

LOGIKA DEDUKTIF DAN HIPOTESIS

Oleh :
Taufiq Julian Davit

PEMBIMBING :
Alwin Kasim, drg., SpBM

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS


PROGRAM STUDI BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
Deduktif Hipotetikal

Metode Deduktif Hipotetikal adalah metode teoritis berdasarkan ilmu


pengetahuan akibat dari kesimpulan deduktif dari hipotesis atau sistem hipotesis
dan pembuktian empiris (percobaan). Karena deduksi sepenuhnya mentransfer nilai
kebenaran dari menarik kesimpulan, hasil negatif dari tes empiris menunjukkan
hipotesis awal yang salah (atau perlu melakukan perubahan yang sesuai dalam
prosedur tes empiris atau dalam logika dan matematis dari penarikan kesimpulan)
(Clapham et al., 2012).
Untuk alasan yang sama, konfirmasi konsekuensi deduktif tidak dapat menjadi
kondisi yang memadai untuk kebenaran hipotesis yang akan diuji, tetapi hanya
kondisi kemungkinan atau probabilitasnya. Secara umum, evaluasi hipotesis awal
berdasarkan kesimpulan ini kompleks dan multi-tahap karakter, karena hanya
proses pengujian hipotesis panjang dalam pengetahuan ilmiah dapat menyebabkan
terdengar penerimaan atau sanggahannya.
Metode Deduktif Hipotetikal Dasar dari metode deduktif-hipotetis didasarkan
pada postulat bahwa pengembangan pengetahuan teoretis tidak dibangun dengan
mengorbankan generalisasi induktifprosedur, data, dan fakta, yaitu "dasar", dan
terbuka seperti "atas" dalam kaitannya dengan yang kedua. Metode membangun
pengetahuan semacam itu adalah yang pertama kali membuat konstruk hipotetis itu
secara deduktif membuka untuk membentuk sistem hipotesis, dan kemudian sistem
menjadi sasaran verifikasi eksperimental, di mana itu ditentukan dan dikonkretkan.
Setiap hipotesis yang dikembangkan sistem deduktif memiliki struktur hirarkis.
Pertama-tama, itu memiliki hipotesis dari tingkat atas dan tingkat yang lebih rendah
dari hipotesis, yaitu konsekuensi dari hipotesis pertama (Trotta et al., 2013).
Setiap hipotesis diperkenalkan sehingga oleh logika atau metode logis-
matematis darinya bisa membawa hipotesis berikut dan hipotesis tingkat lebih
rendah secara langsung dibandingkan dengan data eksperimen. Pengembangan dari
sains sering harus berurusan dengan bukan hanya satu tetapi seluruh sistem
hipotesis tingkat yang lebih tinggi, yaitu berasal dari investigasi, sebagaimana
diverifikasi dalam percobaan. Ciri khas dari sistem deduksi-hipotetis adalah
integritasnya. Dalam uji empiris dibandingkan dengan pengalaman seluruh sistem
hipotesis secara keseluruhan, dan itu membuat proses restrukturisasi hipotesis
prosedur yang agak rumit (Romesburg,2014).
Kasus paling sederhana adalah ketika ada hipotesis dari tingkat atas dan sudah
seharusnya demikian menjadi rantai linear dari pernyataan hipotesis menengah,
dibandingkan dengan pengalaman. Di dalam kasus, data eksperimen segera
mengambil hipotesis "kalimat". Dari sudut pandang modern teori deduksi-hipotetis
hingga struktur logisnya dapat dilihat sebagai sistem aksiomatik ditafsirkan seperti,
misalnya, aksioma konten Geometri Euclidean. Untuk ini harus diambil sebagai
aksioma hipotesis terkuat, dan semua mereka konsekuensi untuk
mempertimbangkan teorema (Man, 2013).
Meskipun dari sudut pandang murni logis adalah cukup sulit untuk membantah
pendekatan ini, namun model hipotetis-deduktif terungkap dengan baik beberapa
fitur spesifik dari konstruksi deduktif pengetahuan ahli yang sepenuhnya terganggu
pada aksioma teori-teori matematika. Metode Deduktif Hipotetikal adalah metode
untuk memperoleh pengetahuan baru dan teori metode penyebaran, esensi yang
didapat adalah untuk menciptakan hipotesis terkait deduktif yang diturunkan
(disimpulkan) pada akhirnya pernyataan tentang fakta empiris. Metode ini
didasarkan pada dalil pengembangan pengetahuan teoritis tidak dibangun melalui
induktif prosedur generalisasi, data dan fakta, yaitu, "Bawah" dan akan digunakan
sebagai "atas" di hubungan dengan yang terakhir.
Metode hipotetis-deduktif memiliki beberapa langkah penting: observasi dari
fenomena yang akan dipelajari, membuat hipotesis untuk menjelaskan fenomena
ini, deduksi konsekuensi atau lebih mendasar daripada proposisi hipotesis sendiri,
dan verifikasi atau bukti kebenaran pernyataan yang disimpulkan dengan
membandingkannya dengan pengalaman. Ini Metode memaksa ilmuwan untuk
menggabungkan refleksi rasional atau waktu bijaksana (pembentukan hipotesis dan
deduksi) dengan pengamatan realitas atau waktu empiris (observasi dan verifikasi).

Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari
hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan
hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian. Peneliti harus selalu
bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu baik yang memperkuat
maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi, dalam hal ini telaah teoritik
dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan permasalahan dan
menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Hipotesis penelitian dapat dirumuskan melalui jalur:
1. Membaca dan menelaah ulang (review) teori dan konsep-konsep yang
membahas variabel-variabel penelitian dan hubungannya dengan proses berfikir
deduktif.
2. Membaca dan mereview temuan-temuan penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan penelitian lewat berfikir induktif.

B.Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang berceraiberai
tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat tergantung
pada:
1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.
2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari peneliti.
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh peneliti.
4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.
C. Ciri hipotesis yang baik
Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif,
bukan kalimat pertanyaan.
2. Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua
variabel penelitian.
3. Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik
menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana
prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
5. Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi
kesalahpahaman pengertian.

D. Menggali Hipotesis
Untuk merumuskan hipotesis seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali
sumber-sumber hipotesis. Untuk itu peneliti harus: 1. Memiliki banyak informasi
tentang masalah yang akan dipecahkan dengan cara banyak membaca literatur yang
ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. 2. Memiliki
kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat, objek, dan hal-hal yang
berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki. 3. Memiliki
kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain yang
sesuai dengan kerangka teori dan bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli,penggalian sumber-sumber hipotesis dapat
berasal dari: 1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang berkaitan
dengan fenomena. 2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu
fenomena. 3. Materi bacaan dan literatur yang valid. 4. Pengalaman individu
sebagai suatu reaksi terhadap fenomena. 5. Data empiris yang tersedia. 6. Analogi
atau kesamaan dan adakalanya menggunakan imajinasi yang berdasar pada
fenomena.
Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis lebih banyak disebabkan
karena hal-hal: 1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan tentang
kerangka teori yang jelas. 2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan
kerangka teori yang ada. 3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang
ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
E. Jenis-jenis Hipotesis
1. Hipotesis satu arah dan hipotesis dua arah
Hipotesis penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa
hipotesis satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai
adanya perbedaan atau adanya hubungan. Contoh hipotesis dua arah: 1. Ada
perbedaan tingkat peningkatan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu
tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda. 2. Ada
hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa. Contoh hipotesis
satu arah: 1. Terdapat perbedaan peningkatan berat badan bayi yang signifikan
antara bayi yang memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda
dan tidak berperan ganda. 2. Ada hubungan yang cukup kuat antara tingkat
kecemasan siswa dengan prestasi belajar siswa.
2. Hipotesis Statistik
Rumusan hipotesis penelitian, pada saatnya akan diuji dengan menggunakan
metode statistik, perlu diterjemahkan dalam bentuk simbolik. Simbol-simbol yang
digunakan dalam rumusan hipotesis statistik adalah simbol-simbol parameter.
Parameter adalah besaran-besaran yang ada pada populasi. Sebagai contoh,
hipotesis penelitian yang menyatakan adanya perbedaan usia menarche antara siswi
SMU I dan SMU II. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan rata-rata
usia menarche antara siswi dari kedua sekolah tersebut. Dalam statistika, rata-rata
berarti mean yang mempunyai simbol M, sedangkan parameter mean bagi populasi
adalah µ . Oleh karena itu, simbolisasi hipotesis tersebut adalah: Ha : µ 1≠ µ 2
(Hipotesis dua-arah) (kurang spesifik) Ha : µ 1 > µ 2 (Hipotesis satu-arah) (tepat
dan spesifik) Atau Ha : µ 1- µ 2 ≠ 0 (Hipotesis dua-arah) Ha : µ 1 - µ 2 > 0
(Hipotesis satu-arah) Dengan demikian simbol Ha berarti hipotesis alternatif, yaitu
penerjemahan hipotesis penelitian secara operasional. Hipotesis alternatif disebut
juga hipotesis kerja. Jadi, statistik sendiri digunakan tidak untuk langsung menguji
hipotesis alternatif, akan tetapi digunakan untuk menolak atau menerima hipotesis
nihil (nol). Penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif merupakan konsekuensi
dari penolakan atau penerimaan hipotesis nihil. Hipotesis nihil atau null hypothesis
atau Ho adalah hipotesis yang meniadakan perbedaan antar kelompok atau
meniadakan hubungan sebab akibat antar variabel. Hipotesis nihil berisi deklarasi
yang meniadakan perbedaan atau hubungan antar variabel. Contoh dari hipotesis
nol secara statistik adalah: Ho : µ 1- µ 2 = 0 (Hipotesis dua-arah) Ho : µ 1= µ 2= 0
(Hipotesis satu-arah) Pada akhirnya penolakan terhadap hipotesis nihil akan
membawa kepada penerimaan hipotesis alternatif, sedangkan penerimaan terhadap
hipotesis nihil akan meniadakan hipotesis alternatif. F. Kesalahan dalam perumusan
hipotesis dan pengujian hipotesis Dalam perumusan hipotesis dapat saja terjadi
kesalahan. Kesalahan dalam perumusan hipotesis ada dua macam yaitu: 1. Menolak
hipotesis nihil yang seharusnya diterima, maka disebut kesalahan alpha dan diberi
simbol α atau dikenal dengan taraf signifikansi pengukuran. 2. Menerima hipotesis
nihil yang seharusnya ditolak, maka disebut kesalahan beta dan diberi simbol β .
Pada umumnya penelitian di bidang pendidikan digunakan taraf signifikansi 0.05
atau 0.01, sedangkan untuk penelitian kedokteran dan farmasi yang resikonya
berkaitan dengan nyawa manusia, diambil taraf signifikansi 0.005 atau 0.001
bahkan mungkin 0.0001. Misalnya saja ditentukan taraf signifikansi 5% maka
apabila kesimpulan yang diperoleh diterapkan pada populasi 100 orang, maka akan
tepat untuk 95 orang dan 5 orang lainnya terjadi penyimpangan. Cara pengujian
hipotesis didekati dengan penggunaan kurva normal. Penentuan harga untuk uji
hipotesis dapat berasal dari Z-score ataupun T-score. Apabila harga Z-score atau T-
score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan tidak diterima
dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai