0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan36 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hipotesis dalam penelitian, termasuk definisi, fungsi, dan jenis-jenis hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan yang dirumuskan untuk mengarahkan penelitian dalam memecahkan masalah penelitian dan dapat diverifikasi secara empiris. Ada beberapa jenis hipotesis seperti hipotesis kerja, hipotesis nihil, hipotesis induktif dan deduktif.
Dokumen tersebut membahas tentang hipotesis dalam penelitian, termasuk definisi, fungsi, dan jenis-jenis hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan yang dirumuskan untuk mengarahkan penelitian dalam memecahkan masalah penelitian dan dapat diverifikasi secara empiris. Ada beberapa jenis hipotesis seperti hipotesis kerja, hipotesis nihil, hipotesis induktif dan deduktif.
Dokumen tersebut membahas tentang hipotesis dalam penelitian, termasuk definisi, fungsi, dan jenis-jenis hipotesis. Hipotesis adalah pernyataan yang dirumuskan untuk mengarahkan penelitian dalam memecahkan masalah penelitian dan dapat diverifikasi secara empiris. Ada beberapa jenis hipotesis seperti hipotesis kerja, hipotesis nihil, hipotesis induktif dan deduktif.
• Hipotesis adalah suatu perkiraan (suposisi) yang logis, dugaan yang beralasan atau ramalan ilmiah yang dapat mengarahkan jalan pikiran peneliti mengenai masalah penelitian yang dihadapi akan membantu memecahkan masalah tersebut. • Membangun atau merumuskan hipotesis merupakan langkah penting berikutnya setelah merumuskan masalah dan membangun kerangka teoretis. • Hipotesis harus bersandar pada kerangka teoretis yang logis dan kokoh berdasarkan teori, konsep atau hasil-hasil penelitian sebelumnya yang ada dan mapan. • Hipotesis sangat menentukan langkah- langkah berikutnya dalam paradigma penelitian, yaitu menyusun rancangan penelitian, membuat alat ukur dan pengukurannya, menentukan populasi, pengambilan sampel sampai pada analisis data yang diperoleh. • Tidak semua penelitian harus mempunyai hipotesis. • Penelitian eksploratif dan deskriptif yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis. • Jenis-jenis penelitian yang bersifat deskriptif analitik dan eksperimental memerlukan hipotesis. Batasan Hipotesis • Banyak batasan (definisi) hipotesis yang dapat diajukan, tergantung dari sudut pandang dan penekanan yang diberikan oleh pembuat batasan tersebut. 1. Menurut van Dalen (1902): • Hipotesis adalah pernyataan yang terdiri atas unsur-unsur yang dinyatakan dalam sistem yang teratur mengenai relasi yang dicari untuk menerangkan suatu kejadian yang belum dikukuhkan oleh fakta-fakta. 2. Menurut Trelease (1960): • Hipotesis merupakan penjelasan sementara yang diajukan untuk menerangkan fenomena yang diamati. 3. Menurut Gay (1962): • Hipotesis adalah penjelasan tentatif tentang fenomena/perilaku/kejadian yang telah / akan terjadi. 4. Menurut Kerlinger (1973): • Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel.
5. Menurut Good & Scates (1954):
• Hipotesis adalah suatu dugaan atau referensi (acuan) yang dirumuskan dan diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta atau keadaan yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. • Dengan memperhatikan berbagai batasan tersebut, maka hakikat makna hipotesis dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Merupakan dasar penalaran (logika) 2. Dirumuskan secara sistematik dan menggunakan penalaran induktif 3. Menggambarkan relasi dua atau lebih variabel yang dapat diukur dan diperbandingkan 4. Merupakan penjelasan sementara (tentatif) 5. Memerlukan pengujian dan verifikasi secara empiris Macam Hipotesis • Berbagai ragam jenis hipotesis dapat dikemukakan tergantung dari sudut mana kita melakukan pendekatannya 1. Hipotesis kerja dan hipotesis nihil • Dalam khasanah penelitian istilah hipotesis mempunyai dua arti yang sangat berbeda. • Arti pertama membatasi istilah hipotesis pada hipotesis yang berorientasi pada masalah penelitian, sedangkan pemakaian istilah kedua terbatas pada hipotesis yang berorientasi pada statistik. • Dalam hal yang pertama istilah hipotesis ada atau diadakan berkaitan dengan masalah penelitian, yang mendorong peneliti mengajukan dugaan tentatif dalam upaya memecahkan masalah penelitiannya. • Dengan hipotesis ini peneliti diberi arah dalam mencari data. • Berdasar kesimpulan yang diambil dan data yang diperoleh, peneliti harus mengkonfirmasi (mengukuhkan) atau menolak hipotesis yang diajukan. • Dengan demikian hipotesis ini, yang lazim disebut hipotesis kerja (working hipothesis, hipotesis- alternatif Hi), adalah hipotesis yang menyatakan hubungan antar variabel-secara operasional. • Hipotesis kerja dinyatakan: "Jika......, maka-.....“ atau “Ada hubungan/perbedaan antara ..... dan ......". • Dibedakan dua hipotesis kerja berdasarkan atas macam atau arah hubungan antar variabel: a. Direksional atau satu ekor • Arah hubungan atau perbedaan sudah tertentu misalnya imbalan meningkatkan pencapaian. b. Non direksional atau dua ekor • Arah hubungan tidak jelas. Misalnya: Ada hubungan antara ….. dan ….. • lstilah hipotesis dalam arti yang lain, yaitu jika mengacu pada statistik, akan jelas terlihat jika kita berbicara tentang pengujian (testing) hipotesis. • Di sini kata hipotesis mengacu pada hipotesis yang berorientasi pada statistik, yang biasa disebut hipotesis nihil (null hypothesis, Ho). • Hipotesis nihil mempostulasikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara fenomena yang terjadi karena kebetulan (by chance) dengan evaluasi statistik perilaku data yang diamati dalam penelitian observasional atau analitik. Biasanya hipotesis nihil dinyatakan: "Tidak ada perbedaan/hubungan antara .... dan ....',. • Hipotesis nihil tidak banyak kontribusinya dalam mencapai tujuan utama penelitian dasar, yaitu penelitian yang sistematis guna mengungkapkan kebenaran. • Jika ternyata perbedaan tersebut benar-benar terjadi dan besar perbedaan tersebut sedemikian rupa sehingga melebihi kebolehjadian yang disebabkan oleh random error atau pure chance, maka disimpulkan bahwa variabel luar/pengacau (intervening variable) berpengaruh pada data tersebut, konsekuensinya ialah hipotesis nihil ditolak. 2. Hipotesis tandingan • Hipotesis tandingan adalah hipotesis yang diajukan mengenai hubungan atau pengaruh variabel luar yang menandingi pengaruh variabel bebas. Hal ini dapat terlihat jelas pada penelitian eksperimental. 3. Hipotesis induktif dan deduktif • Disebut hipotesis induktif jika hipotesis tersebut dibangun sebagai derivasi hasil pengamatan (observasi). • Relasi antar variabel dan juga situasinya diketahui, diikuti dengan review pustaka, dan selanjutnya diirumuskanlah hipotesis tersebut. • Jika hipotesis dibangun berdasarkan derivasi teori yang ada maka hipotesis tersebut dikenal sebagai hipotesis deduktif. • Hipotesis deduktif ini dapat bersifat mendukung, mengembangkan atau kontradiktif dengan teori yang ada. Fungsi Hipotesis
• Mengarahkan penelitian dengan jalan:
1. Menunjukkan adanya masalah. 2. Menentukan relevansi fakta-fakta. 3. Menentukan rancangan penelitian. 4. Memberikan penjelasan-penjelasan. 5. Memberi kerangka konklusi (kesimpulan). 6. Memacu (stimulasi) atau memicu (trigger) penelitian lebih lanjut. Merumuskan Hipotesis • Hipotesis harus dirumuskan dengan baik, artinya wellstated and defined. • Kriteria hipotesis yang baik: 1. Bentuk pernyataan (deklaratif). 2. Menyatakan hubungan/perbedaan antar variabel. 3. Memberikan penjelasan logis. 4. Bersifat operasional (variabel-variabelnya dapat diukur atau potensial dapat diukur). 5. Berkaitan dan konsisten dengan teori yang ada. 6. Dapat diuji secara empiris. 7. Bersifat sederhana dan terbatas (spesifik). Persiapan Pengujian Hipotesis • Sebelum merumuskan hipotesis diperlukan kemampuan peneliti untuk mengaitkan masalah penelitian dengan variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan kerangka analisis/teoretis yang dibangun. • Peneliti harus mampu memfokuskan masalah sehingga hubungan antar variabel dapat diduga atau diramalkan. • Oleh karena itu peneliti harus: a. Kaya akan informasi tentang masalah penelitian yang akan dipecahkan b. Memiliki kemampuan menghubung- hubungkan suatu fenomena dengan fenomena yang lain sesuai dengan kerangka teoretis yang ada atau yang telah dibuat. • Beberapa sumber yang dapat dipakai atau digali dalam rangka menyusun hipotesis: 1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teori-teori di bidangnya. 2. Memiliki wawasan yang luas dan dalam di bidang tersebut. 3. Data yang tersedia. 4. Materi literatur. 5. Analogi atau kesamaan. 6. lmajinasi yang kuat. • Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun hipotesis: • Merumuskan variabel dalam hipotesis dalam bentuk definisi operasional, artinya bagaimana variabel harus diukur (measured operational definition) dan apa kriteria manipulasi yang akan dilakukan (experimental operational definition). • Misalnya anemia adalah variabel terikat dalam hipotesis, maka pertanyaannya bagaimana anemia tersebut diukur. • Dalam hal ini diperlukan indikator/indikan atau parameter yang langsung dapat diukur, yaitu kadar Hb, kadar Fe dll. • Di pihak lain, jika misalnya manipulasi yang akan dilakukan adalah pemberian hormon steroid (sebagai variabel bebas/perlakuan), maka pertanyaannya bagaimana intervensi atau manipulasi tersebut dilakukan (apakah peroral/sistemik, bagaimana dengan dosis, frekuensi pemberian, berapa lama, dalam bentuk apa pemberian hormon tersebut). 2. Mendeduksi konsekuensi-konsekuensi hipotesis. • Salah satu tugas penting peneliti selanjutnya ialah mendeduksi konsekuensi-konsekuensi hipotesis tersebut dan menentukan apakah konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat di amati (observabIe/measurabIe). • Variabel-variabel yang terdapat dalam hipotesis ada yang secara langsung dapat diukur atau sudah operasional, namun tidak jarang bahwa variabel-variabel tersebut tidak dapat diukur secara langsung. • Dalam keadaan yang terakhir ini diperlukan mendeduksi konsekuensi-konsekuensi yang tersirat di dalam variabel-variabel tersebut. • Konsekuensi itu di sebut konsekuensi deduktif. • Contoh mendeduksi konsekuensi hipotesis: • Hipotesis: Dorongan meningkatkan prestasi • Konsekuensi deduktif. Jika diberi hadiah, maka nilai matematika meningkat b. Hipotesis: Sinar putih merupakan campuran sinar-sinar dengan refraksi berbeda-beda sesuai dengan derajat refraksinya. • Konsekuensi deduktif. Jika sinar putih merupakan campuran cahaya dengan refraksi yang berbeda-beda, maka (1) cahaya warna-warna yang berbeda-beda tidak dapat mencapai fokus pada jarak yang sama dari lensa (ini dapat menerangkan bayangan kabur yang terlihat pada teleskop kuno), (2) pencampuran dengan proporsi yang tepat semua warna-warna primer akan menghasilkan warna putih, (3) warna-warna tetap benda-benda alam adalah hasil refaksi sinar-sinar cahaya (light rays), (4) dst. • Pada contoh 2 ini terlihat jelas bahwa satu hipotesis dapat menurunkan beberapa konsekuensi. • Jika semua konsekuensi-konsekuensi tersebut didukung oleh fakta-fakta yang diperoleh dalam penelitian tersebut, maka dikatakan bahwa hipotesis tersebut didukung atau telah teruji tanpa keraguan lagi. Pengujian Hipotesis • Mengingat hipotesis merupakan pernyataan dugaan tentang hubungan antar variabel yang bersifat tentatif (sementara) dan baru pada tingkat teoretis, maka hipotesis harus diuji validitasnya dengan menggunakan teknik- teknik yang sesuai. • Jadi yang harus dibuktikan bukan kebenaran suatu hipotesis tetapi validitasnya. • Jika sekiranya data yang diperoleh dari penelitian itu sesuai dengan atau mendukung hipotesis yang diajukan, maka dikatakan bahwa hipotesis tersebut diterima, sebaliknya jika data yang diperoleh tidak sesuai dengan atau tidak mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak. • Penolakan hipotesis dapat juga dianggap sebagai penemuan positif atau punya arti, karena dengan demikian dapat dibuktikan ketidaktahuan (ignorance) dan membuka jalan untuk membuat hipotesis yang lebih baik. • Perlu dicamkan kata-kata Einstein: "Hipotesis hanya guesses dan sebagian besar salah". • Hipotesis dapat diuji dengan dua cara: 1. Dengan mencocokkan (matching) hipotesis dengan data atau fakta-fakta. Untuk ini diperlukan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian atau percobaan-percobaan (eksperimental). 2. Dengan konsistensi logis. Dalam hal ini diperlukan suatu rancangan (design) yang menggunakan logika (penalaran) sebagai alasan-alasan untuk dapat menerima atau menolak hipotesis. Untuk ini diperlukan penelitian dengan metode noneksperimental. • Pada dasarnya logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi alasan dengan metode tertentu. Fakta-fakta diamati, bukti- bukti dikumpulkan untuk kemudian diambil kesimpulan yang wajar. • Ada dua cara/metode pemberian alasan, yaitu metode deduktif (dari umum menuju spesifik), dan metode induktif (dari spesifik menuju umum). TERIMA KASIH