Anda di halaman 1dari 36

HIPOTESIS

Dr. Haris Budi Widodo


• Hipotesis adalah suatu perkiraan (suposisi)
yang logis, dugaan yang beralasan atau
ramalan ilmiah yang dapat mengarahkan jalan
pikiran peneliti mengenai masalah penelitian
yang dihadapi  akan membantu
memecahkan masalah tersebut.
• Membangun atau merumuskan hipotesis
merupakan langkah penting berikutnya
setelah merumuskan masalah dan
membangun kerangka teoretis.
• Hipotesis harus bersandar pada kerangka
teoretis yang logis dan kokoh berdasarkan
teori, konsep atau hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang ada dan mapan.
•  Hipotesis sangat menentukan langkah-
langkah berikutnya dalam paradigma
penelitian, yaitu menyusun rancangan
penelitian, membuat alat ukur dan
pengukurannya, menentukan populasi,
pengambilan sampel sampai pada analisis
data yang diperoleh.
• Tidak semua penelitian harus
mempunyai hipotesis.
• Penelitian eksploratif dan deskriptif
yang bersifat eksploratif tidak
memerlukan hipotesis.
• Jenis-jenis penelitian yang bersifat
deskriptif analitik dan eksperimental
memerlukan hipotesis.
Batasan Hipotesis
• Banyak batasan (definisi)
hipotesis yang dapat diajukan,
tergantung dari sudut pandang
dan penekanan yang diberikan
oleh pembuat batasan
tersebut.
1. Menurut van Dalen (1902):
• Hipotesis adalah pernyataan yang
terdiri atas unsur-unsur yang
dinyatakan dalam sistem yang
teratur mengenai relasi yang dicari
untuk menerangkan suatu
kejadian yang belum dikukuhkan
oleh fakta-fakta.
2. Menurut Trelease (1960):
• Hipotesis merupakan penjelasan
sementara yang diajukan untuk
menerangkan fenomena yang
diamati.
3. Menurut Gay (1962):
• Hipotesis adalah penjelasan tentatif
tentang fenomena/perilaku/kejadian
yang telah / akan terjadi.
4. Menurut Kerlinger (1973):
• Hipotesis adalah pernyataan yang bersifat
dugaan mengenai hubungan antara dua atau
lebih variabel.

5. Menurut Good & Scates (1954):


• Hipotesis adalah suatu dugaan atau referensi
(acuan) yang dirumuskan dan diterima untuk
sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta
atau keadaan yang diamati dan digunakan
sebagai petunjuk langkah-langkah penelitian
selanjutnya.
• Dengan memperhatikan berbagai batasan tersebut,
maka hakikat makna hipotesis dapat dirangkum
sebagai berikut:
1. Merupakan dasar penalaran (logika)
2. Dirumuskan secara sistematik dan menggunakan
penalaran induktif
3. Menggambarkan relasi dua atau lebih variabel
yang dapat diukur dan diperbandingkan
4. Merupakan penjelasan sementara (tentatif)
5. Memerlukan pengujian dan verifikasi secara
empiris
Macam Hipotesis
• Berbagai ragam jenis hipotesis dapat dikemukakan
tergantung dari sudut mana kita melakukan
pendekatannya
1. Hipotesis kerja dan hipotesis nihil
• Dalam khasanah penelitian istilah hipotesis
mempunyai dua arti yang sangat berbeda.
• Arti pertama membatasi istilah hipotesis pada
hipotesis yang berorientasi pada masalah penelitian,
sedangkan pemakaian istilah kedua terbatas pada
hipotesis yang berorientasi pada statistik.
• Dalam hal yang pertama istilah
hipotesis ada atau diadakan
berkaitan dengan masalah penelitian,
yang mendorong peneliti mengajukan
dugaan tentatif dalam upaya
memecahkan masalah penelitiannya.
• Dengan hipotesis ini peneliti diberi
arah dalam mencari data.
• Berdasar kesimpulan yang diambil dan data yang
diperoleh, peneliti harus mengkonfirmasi
(mengukuhkan) atau menolak hipotesis yang
diajukan.
• Dengan demikian hipotesis ini, yang lazim disebut
hipotesis kerja (working hipothesis, hipotesis-
alternatif Hi), adalah hipotesis yang menyatakan
hubungan antar variabel-secara operasional.
• Hipotesis kerja dinyatakan: "Jika......, maka-.....“
atau “Ada hubungan/perbedaan antara .....
dan ......".
• Dibedakan dua hipotesis kerja berdasarkan
atas macam atau arah hubungan antar
variabel:
a. Direksional atau satu ekor
• Arah hubungan atau perbedaan sudah
tertentu misalnya imbalan meningkatkan
pencapaian.
b. Non direksional atau dua ekor
• Arah hubungan tidak jelas. Misalnya: Ada
hubungan antara ….. dan …..
• lstilah hipotesis dalam arti yang lain,
yaitu jika mengacu pada statistik,
akan jelas terlihat jika kita berbicara
tentang pengujian (testing) hipotesis.
• Di sini kata hipotesis mengacu pada
hipotesis yang berorientasi pada
statistik, yang biasa disebut hipotesis
nihil (null hypothesis, Ho).
• Hipotesis nihil mempostulasikan bahwa
tidak ada perbedaan bermakna secara
statistik antara fenomena yang terjadi
karena kebetulan (by chance) dengan
evaluasi statistik perilaku data yang
diamati dalam penelitian observasional
atau analitik. Biasanya hipotesis nihil
dinyatakan: "Tidak ada
perbedaan/hubungan antara .... dan ....',.
• Hipotesis nihil tidak banyak kontribusinya dalam
mencapai tujuan utama penelitian dasar, yaitu
penelitian yang sistematis guna mengungkapkan
kebenaran.
• Jika ternyata perbedaan tersebut benar-benar
terjadi dan besar perbedaan tersebut sedemikian
rupa sehingga melebihi kebolehjadian yang
disebabkan oleh random error atau pure chance,
maka disimpulkan bahwa variabel luar/pengacau
(intervening variable) berpengaruh pada data
tersebut, konsekuensinya ialah hipotesis nihil
ditolak.
2. Hipotesis tandingan
• Hipotesis tandingan adalah
hipotesis yang diajukan mengenai
hubungan atau pengaruh variabel
luar yang menandingi pengaruh
variabel bebas. Hal ini dapat
terlihat jelas pada penelitian
eksperimental.
3. Hipotesis induktif dan deduktif
• Disebut hipotesis induktif jika hipotesis tersebut
dibangun sebagai derivasi hasil pengamatan
(observasi).
• Relasi antar variabel dan juga situasinya
diketahui, diikuti dengan review pustaka, dan
selanjutnya diirumuskanlah hipotesis tersebut.
• Jika hipotesis dibangun berdasarkan derivasi
teori yang ada maka hipotesis tersebut dikenal
sebagai hipotesis deduktif.
• Hipotesis deduktif ini dapat bersifat mendukung,
mengembangkan atau kontradiktif dengan teori
yang ada.
Fungsi Hipotesis

• Mengarahkan penelitian dengan jalan:


1. Menunjukkan adanya masalah.
2. Menentukan relevansi fakta-fakta.
3. Menentukan rancangan penelitian.
4. Memberikan penjelasan-penjelasan.
5. Memberi kerangka konklusi (kesimpulan).
6. Memacu (stimulasi) atau memicu (trigger)
penelitian lebih lanjut.
Merumuskan Hipotesis
• Hipotesis harus dirumuskan dengan baik, artinya
wellstated and defined.
• Kriteria hipotesis yang baik:
1. Bentuk pernyataan (deklaratif).
2. Menyatakan hubungan/perbedaan antar variabel.
3. Memberikan penjelasan logis.
4. Bersifat operasional (variabel-variabelnya dapat
diukur atau potensial dapat diukur).
5. Berkaitan dan konsisten dengan teori yang ada.
6. Dapat diuji secara empiris.
7. Bersifat sederhana dan terbatas (spesifik).
Persiapan Pengujian Hipotesis
• Sebelum merumuskan hipotesis diperlukan
kemampuan peneliti untuk mengaitkan
masalah penelitian dengan variabel-variabel
yang dapat diukur dengan menggunakan
kerangka analisis/teoretis yang dibangun.
• Peneliti harus mampu memfokuskan masalah
sehingga hubungan antar variabel dapat
diduga atau diramalkan.
• Oleh karena itu peneliti harus:
a. Kaya akan informasi tentang masalah
penelitian yang akan dipecahkan
b. Memiliki kemampuan menghubung-
hubungkan suatu fenomena dengan
fenomena yang lain sesuai dengan kerangka
teoretis yang ada atau yang telah dibuat.
• Beberapa sumber yang dapat dipakai atau digali
dalam rangka menyusun hipotesis:
1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teori-teori di
bidangnya.
2. Memiliki wawasan yang luas dan dalam di
bidang tersebut.
3. Data yang tersedia.
4. Materi literatur.
5. Analogi atau kesamaan.
6. lmajinasi yang kuat.
• Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun
hipotesis:
• Merumuskan variabel dalam hipotesis dalam bentuk
definisi operasional, artinya bagaimana variabel harus
diukur (measured operational definition) dan apa
kriteria manipulasi yang akan dilakukan (experimental
operational definition).
• Misalnya anemia adalah variabel terikat dalam hipotesis,
maka pertanyaannya bagaimana anemia tersebut diukur.
• Dalam hal ini diperlukan indikator/indikan atau
parameter yang langsung dapat diukur, yaitu kadar Hb,
kadar Fe dll.
• Di pihak lain, jika misalnya manipulasi
yang akan dilakukan adalah
pemberian hormon steroid (sebagai
variabel bebas/perlakuan), maka
pertanyaannya bagaimana intervensi
atau manipulasi tersebut dilakukan
(apakah peroral/sistemik, bagaimana
dengan dosis, frekuensi pemberian,
berapa lama, dalam bentuk apa
pemberian hormon tersebut).
2. Mendeduksi konsekuensi-konsekuensi
hipotesis.
• Salah satu tugas penting peneliti
selanjutnya ialah mendeduksi
konsekuensi-konsekuensi hipotesis
tersebut dan menentukan apakah
konsekuensi-konsekuensi tersebut
dapat di amati
(observabIe/measurabIe).
• Variabel-variabel yang terdapat dalam
hipotesis ada yang secara langsung dapat
diukur atau sudah operasional, namun tidak
jarang bahwa variabel-variabel tersebut tidak
dapat diukur secara langsung.
• Dalam keadaan yang terakhir ini diperlukan
mendeduksi konsekuensi-konsekuensi yang
tersirat di dalam variabel-variabel tersebut.
• Konsekuensi itu di sebut konsekuensi
deduktif.
• Contoh mendeduksi konsekuensi
hipotesis:
• Hipotesis: Dorongan
meningkatkan prestasi
• Konsekuensi deduktif. Jika diberi
hadiah, maka nilai matematika
meningkat
b. Hipotesis: Sinar putih merupakan campuran sinar-sinar
dengan refraksi berbeda-beda sesuai dengan derajat
refraksinya.
• Konsekuensi deduktif. Jika sinar putih merupakan
campuran cahaya dengan refraksi yang berbeda-beda,
maka (1) cahaya warna-warna yang berbeda-beda
tidak dapat mencapai fokus pada jarak yang sama dari
lensa (ini dapat menerangkan bayangan kabur yang
terlihat pada teleskop kuno), (2) pencampuran dengan
proporsi yang tepat semua warna-warna primer akan
menghasilkan warna putih, (3) warna-warna tetap
benda-benda alam adalah hasil refaksi sinar-sinar
cahaya (light rays), (4) dst.
• Pada contoh 2 ini terlihat jelas bahwa
satu hipotesis dapat menurunkan
beberapa konsekuensi.
• Jika semua konsekuensi-konsekuensi
tersebut didukung oleh fakta-fakta yang
diperoleh dalam penelitian tersebut,
maka dikatakan bahwa hipotesis tersebut
didukung atau telah teruji tanpa keraguan
lagi.
Pengujian Hipotesis
• Mengingat hipotesis merupakan
pernyataan dugaan tentang hubungan
antar variabel yang bersifat tentatif
(sementara) dan baru pada tingkat
teoretis, maka hipotesis harus diuji
validitasnya dengan menggunakan teknik-
teknik yang sesuai.
• Jadi yang harus dibuktikan bukan
kebenaran suatu hipotesis tetapi
validitasnya.
• Jika sekiranya data yang diperoleh
dari penelitian itu sesuai dengan
atau mendukung hipotesis yang
diajukan, maka dikatakan bahwa
hipotesis tersebut diterima,
sebaliknya jika data yang diperoleh
tidak sesuai dengan atau tidak
mendukung hipotesis maka hipotesis
tersebut ditolak.
• Penolakan hipotesis dapat juga dianggap
sebagai penemuan positif atau punya
arti, karena dengan demikian dapat
dibuktikan ketidaktahuan (ignorance)
dan membuka jalan untuk membuat
hipotesis yang lebih baik.
• Perlu dicamkan kata-kata Einstein:
"Hipotesis hanya guesses dan sebagian
besar salah".
• Hipotesis dapat diuji dengan dua cara:
1. Dengan mencocokkan (matching) hipotesis
dengan data atau fakta-fakta. Untuk ini diperlukan
data yang diperoleh dengan melakukan penelitian
atau percobaan-percobaan (eksperimental).
2. Dengan konsistensi logis. Dalam hal ini diperlukan
suatu rancangan (design) yang menggunakan
logika (penalaran) sebagai alasan-alasan untuk
dapat menerima atau menolak hipotesis. Untuk
ini diperlukan penelitian dengan metode
noneksperimental.
• Pada dasarnya logika adalah ilmu yang
mempelajari cara memberi alasan dengan
metode tertentu. Fakta-fakta diamati, bukti-
bukti dikumpulkan untuk kemudian diambil
kesimpulan yang wajar.
• Ada dua cara/metode pemberian alasan, yaitu
metode deduktif (dari umum menuju spesifik),
dan metode induktif (dari spesifik menuju
umum).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai