Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI KEPERILAKUAN:Konsep Dasar & Dampaknya

Pendahuluan

Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal adanya
hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin majunya
peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan sebagai bagian
dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah mengalami
metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat ini.Akuntansi merupakan
suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam
pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah berperan dalam menganalisis
permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan kemajuan dalam tehnologi komputer
akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun
prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan
tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling
baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun,
pemilihan dan penetapan keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para
pengambil keputusan. Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia
serta kebutuhan organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu
mencegah orang untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang
didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana
prilaku orang-orang di dalam organisasi.

Pokok-pokok Kajian

Berdasarkan uraian di atas menunjukan adanya beberapa masalah yang perlu dibahas sebagai berikut:

1) Mengapa perlu mempertimbangkan keperilakuan pada akuntansi?

2) Bagaimana persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku akuntansi?

3) Bagaimana dampak dari persyaratan pelaporan akuntansi?

Pembahasan

1. Mengapa Perlu Mempertimbangkan Keperilakuan pada Akuntansi?

Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan pekembangan
lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya
(Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut, manusia dan faktor sosial
secara jelas didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dan para
akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang fakum. Para akuntan secara
berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana mereka membuat orang termotivasi,
bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem
akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan mempengaruhi organisasi.Penjelasan di atas
menunjukan adanya aspek keperilakuan pada akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi)
maupun dari pihak pemakai informasi akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah
seseorang atau kumpulan orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai
terwujudnya laporan keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan
penting dalam menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat
memberikan manfaat bagi kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja
dalam wujud penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan dari
sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi akuntansi
tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang dihasilkan tidak handal
dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk menjadi bias dalam memberikan
evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk itu motivasi dan perilaku dari pelaksana
menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi.Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah,
investor/calon investor, kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi
akuntansi akan digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan
digunakan untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di
samping itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang
disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi tindakan
pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset akuntansi mulai
mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek keperilakuan dalam
akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan terhadap beberapa aspek
perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang secara lebih luas terhadap
bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan
baik sehingga membuat sistem akuntansi yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para
manajer/pimpinan dan karyawannya. Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak
permasalahan yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi,
pertimbangan perilaku dan sosial tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun
mulai mengembangkan perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai
pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

2. Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku Akuntansi?

Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkan informasi kepada
pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa harus
bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai ”persyaratan” pelaporan, meskipun beberapa
diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan. Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas
informasi yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan atau pelaporan
informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara suka rela kecuali
pembuat informasi yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi penerima untuk berperilaku sebagaimana
yang diinginkan oleh pelapor/pembuat. Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam
beberapa cara, diantaranya adalah:

Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan mempengaruhi


perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi mengenai perilaku pembuat itu
sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan bertanggung jawab. Semakin informasi yang dilaporkan
mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan
bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi. Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam
perilaku akan mengarah pada perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.

Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi. Kadang kala penerima menyatakan secara jelas
bagaimana mereka menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk dicapai secara
simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang, atau citra publik yang
baik. Apabila pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka ia akan berperilaku dalam
cara-cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan, mengenai tindakan dan hasil yang
manakah yang penting bagi penerima. Namun ketika orang tidak merasa pasti mengenai bagaimana
informasi tersebut akan digunakan, maka pembuat laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi
kapan dan bagaimana informasi tersebut akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada
prediksi sesuai dalam situasi yang serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan
menggunkannya jika berada pada penerima informasi tersebut.

Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah penentu yang
penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan penghargaan
atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan bertindak dan memastikan bahwa informasi yang
dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar akan mengerjakan tugasnya
ketika tugas tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika tidak, meskipun manfaat
pembelajaran dalam kedua kasus tersebut adalah sama.

Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan pelaporan akan
menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya persyaratan pelaporan
dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan tersebut sebelum ia
bertindak. Sehingga jika persyaratan plaporan yang sebelumya dikenakan setelah perilaku yang
dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan berikutnya.

Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat mengubah


perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatian pada
bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat mengarah pada perubahan perilaku.

3. Bagaimana Dampak dari Persyaratan Pelaporan Akuntansi ?

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi: keuangan, perpajakan,
akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak tersebut dapat dijelaskan di bawah
ini.

* Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag diterapkan setelah diperdebatkan
terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang ditimbulkannya. Beberapa hal yang kontraversial dari
pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai bagaimana prinsip akuntansi
mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi: ”Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat
melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar?” dan ”bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai
pembayaran kontrak utang dalam mata uang asing?”. Setelah mengalami proses perdebatan dari
berbagai kelompok (pemerintah, praktisi bisnis, akademisi) melahirkan ISAK (Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan) No. 4 yang menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi Keuangan) No.
10 mengenai transaksi dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian
yang ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi
dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi yang
kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya penelitian dan pengembangan, serta persyaratan
pelaporan akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam laporan keuangan.
Demikian pula halnya dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.

* Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan akuntansi perpajakan dipandang rumit dan
sulit bagi banyak pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar
pajak, tetapi juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih
dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci atas pengurangan beban bisnis merupakan contoh
yang paling baru dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan pelaporan pajak. Yang
dalam faktanya, catatan rinci tersebut tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun pajak
diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.

* Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun


yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat keuangan, operasional,
sosial atau suatu kombinasi. Tetapi hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia bagi
publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk
digeneralisasi karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen yang berbeda-beda.

* Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi sosial bagi publik
karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif baru. Salah satu bidang pembahasan
dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan bahwa akuntansi dibangun
dengan menggunakan konsep, prinsip dan pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan
kegunaannya. Sehingga akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Disamping itu kesempurnaan teknis dari jasa akuntansi bukan
hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan
bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang didalam organisasi, baik sebagai pelaksana (penyusun
informasi) maupun sebagai pemakai informasi.Persyaratan pelaporan akuntansi akan mempengaruhi
perilaku dari berbagai fakor, baik karena adanya antisipasi penggunaan informasi, prediksi penggunaan
informasi, insentif/sanksi, penentuan waktu maupun pengarahan perhatian dari pihak yang akan
menggunakan informasi tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam akuntansi terjadi pada
berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, akuntansi manajerial dan
akuntansi sosial. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan,
polusi dan keamanan produk.

KASUS 7-1 Tugas Akuntansi Keperilakuan


KASUS 7-1
Tugas Akuntansi Keperilakuan

Kelompok 2
Muhajirin
Nanda Setiawan
M. Aliev Isnanda
Tiffany Andari
Dessy Mauliza

The Company

Main Bank adalah sebuah bank berukuran sedang di Chicago. Bank tersebut adalah bagian dari sebuah
perusahaan perbankan dengan lima bank dalam kelompoknya. Setiap bank dalam kelompok tersebut
memberikan layanan penuh, dengan beberapa fungsi yang dikendalikan oleh induk perusahaan. Salah
satu jenis fungsi(layanan)nya adalah operasi pinjaman (loan operation). Operasi pinjaman adalah area
yang menangani “pemesanan” dan mengawasi pinjaman.
Selama setahun terakhir, induk perusahaan memutuskan bahwa semua bank akan berhenti melakukan
pemrosesan data internal, dan sebaliknya akan mengirimnya ke sebuah vendor diluar perusahaan,
vendor tersebut akan bertanggungjawab terhadap entri data, penyimpanan, dan output informasi.
Anggaran setiap bank dibuat berdasarkan perkiraan penggunaan sistem yang baru. Setiap layanan yang
sebelumnya telah disediakan/diberikan oleh personil data internal akan diasumsikan oleh vendor
eksternal. Perusahaan induk merasa bahwa tingkat pelayanan akan meningkat.

The Dilemma
Area kredit komersial menghasilkan mayoritas input ke sistem. Sebuah laporan manajemen yang telah di
hasilkan sebelumnya oleh kelompok data internal tidak tersedia secara langsung pada sistem yang baru.
Laporan ini telah didistribusikan ke pelanggan sebagai sebagai tanda terimakasih. Vendor luar telah
sepakat untuk mengembangkan laporan pada harga $10.000 dan akan menagih biaya layanan setiap kali
program dijalankan. Perusahaan induk memiliki kuantitas yang akan dihasilkan. Mereka juga
bertanggungjawab terhadap beragam akitivitas penjualan dan modifikasi produk jika perlu diganti sesuai
kebutuhan pelanggan.
Manajemen harus memilih dari pilihan berikut ini untuk tipe data akuntansi yang akan diberikan kepada
manajer produk dan sejauh mana tanggungjawab mereka.
Proposal 1
Menyediakan data akuntansi kepada manajer produk terkait karyawan, beban, penjualan, bauran
produk, harga pokok, level produk, dan seterusnya. Walaupun manajer produk hanya akan memiliki
pengendalian langsung terhadap sebagian biaya, mereka akan diberikan data-data lain untuk keperluan
informasi.

Proposal 2
Menyediakan data akuntansi untuk manajer produk mengenai karyawan, beban, penjualan, bauran
produk, biaya penjualan, level produk, dan seterusnya. Menetapkan semua biaya langsung terkait suatu
produk spesifik kepada manajer produk, tetapi membebankan biaya tidak langsung kepada tingkat yang
melaksanakan pengendalian.

Proposal 3
Menetapkan semua produk atau kelompok produk sebagai pusat laba, dan karena itu setiap manajer
produk bertanggungjawab terhadap kendala pada pengembalian atas investasi (return on investment)
dan minimum pendapatan sisa.

Usulan mana yang harus dipilih?

Menurut kami, usulan yang harus dipilih adalah Proposal 3, berikut pembahasan terhadap masing-
masing proposal.

Proposal 1
Pada pilihan ini, manajer hanya memiliki tanggungjawab dan kewenangan terhadap beberapa biaya,
tetapi manajer memiliki banyak informasi yang diberikan oleh pengelola informasi dari pihak luar. Hal ini
sepertinya kurang efektif, karena manajer akan mendapat informasi-informasi yang tidak berguna/tidak
relevan. Padahal, untuk mendapatkan informasi tersebut, bank harus mengeluarkan sejumlah uang
untuk membayar vendor yang mengelola informasi. Selain itu, terlalu banyak informasi juga dapat
menyebabkan kebingungan. Harusnya, manajer hanya diberikan informasi-informasi yang berhubungan
dengan tugas dan tanggungjawabnya.

Proposal 2
Pada pilihan ini, manajer hanya akan bertanggungjawab terhadap biaya langsung saja, sedangkan biaya
tidak langsung dibebankan ke tingkatan yang lain. Pilihan ini juga sepertinya tidak tepat, karena biaya
produk yang dihitung hanya biaya langsung, padahal kedua biaya harusnya diperhitungkan sebagai harga
produk, untuk memperhitungkan laba.

Proposal 3
Pada pilihan ini, produk ditetapkan sebagai pusat laba, sehingga manajemen memiliki tanggungjawab
terhadap biaya maupun pendapatan. Manajer akan membutuhkan informasi-informasi yang relevan
untuk dapat mengelola pusat laba ini dengan baik, sehingga informasi-informasi yang diberikan oleh
vendor akan sangat berguna. Selain itu, kewenangan dan tanggung jawab manajer pada pusat laba lebih
luas daripada pada pusat biaya/pusat pendapatan, sehingga posisi ini dapat meningkatkan harga diri dan
memotivasi manajer untuk bekerja dengan lebih baik.
Latar Belakang Permasalahan
Akuntansi yang kita kenal sekarang telah berkembang seiring dengan zaman dan peradaban manusia.
Masyarakat modern tidak dapat terlepas dari apa yang dinamakan akuntansi. Namun, akuntansi yang
telah diterapkan sekarang, baik di perusahaan profit oriented maupun non profit oriented, sebenarnya
telah mengalami evolusi.
Dalam perkembangan akuntansi, bidang yang paling awal berkembang adalah akuntansi keuangan.
Seiring dengan perkembangan industri yang sangat pesat karena kebutuhan akan informasi, maka
berkembanglah bidang-bidang lain, seperti akuntansi biaya, akuntansi manajemen, auditing, akuntansi
perpajakan, akuntansi sektor publik, sistem informasi akuntansi, akuntansi keperilakuan dan
perkembangan terakhir khususnya di Indonesia adanya konsep akuntansi syariah. Bidang akutansi dapat
dipandang dari berbagai sudut pandang sehingga memperkaya bidang akuntansi. Akuntansi manajemen
menghasilkan informasi untuk pihak internal perusahan (internal user), sedangkan akuntansi keuangan
menghasilkan informasi untuk pihak eksternal perusahaan (external user).
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi karena proses dari akuntansi manajemen akan
menghasilkan informasi. Pembuat informasi atau pengguna sistem informasi adalah manusia (manajer,
investor, pemerintah, dan user lainnya yang berkepentingan dengan informasi tersebut). Keberhasilan
suatu sistem informasi tak lepas dari perilaku manusianya. Perkembangan akuntansi tak lepas dari
perilaku. Mendesaknya kebutuhan akuntansi dan pentingnya peranan manusia dalam bidang akuntansi
maka dengan mengadopsi bidang-bidang ilmu lainnya, seperti ilmu psikologi dan sosial, lahirlah
akuntansi keperilakuan. Akuntansi keperilakuan akhirnya diakui keberadaannya dan banyak bukti empiris
yang dihasilkan oleh para peneliti yang ikut memperkuat bidang akuntansi keperilakuan.
Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan bidang yang sangat luas. Dalam
perkembangan riset empirisnya diawali dari bidang akuntansi manajemen dan kemudian ke bidang
lainnya. Dalam analisisnya banyak didukung oleh teori yang ada di disiplin ilmu lainnya. Suatu hal yang
menarik dalam mengkaji bidang riset akuntansi keperilakuan ini adalah mengkaitkannya dengan
akuntansi manajemen (managerial accounting). Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi
manajemen yang pertama kali berkembang adalah isu budgeting.
Untuk lebih memahami perbandingan akuntansi keperilakuan (behavioral accounting comparison/ BAC)
terhadap pengembangan akuntansi manajemen (managerial accounting), kajian akan dimulai dari
perkembangan akuntansi keperilakuan, akuntansi manajemen, riset akuntansi keperilakuan dalam
akuntansi manajemen. Batasan masalah dalam penelitian ini yang digunakan meliputi budgeting,
balanced scorecard (BSC), just in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system
(ABC system). Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menemukan sebuah analisis yang relevan
dengan keadaan sekarang dapat mendukung pengembangan penelitian terdahulu.

B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka, penulis merumuskan beberapa
permasalahan antara lain :
Bagaimanakah sitem akuntasi manajemen yang baik sehingga dapat diperoleh riset akuntansi
keperilakuan yang tepat?
Bagaimanakah pengembangan sistem akuntansi manajemen dapat mempengaruhi pendapat dan
perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Mengetahui sistem akuntansi manajemen yang baik sehingga diperoleh akutansi keperilakuan yang
tepat.
Mengetahui pengembangan sistem akuntansi manajemen dapat mempengaruhi pendapat dan perilaku
guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.

D. Manfaat Penelitian
Penulisan penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah wawasan tentang implikasi riset akuntansi keperilakuan
terhadap pengembangan akuntansi manajemen.
Bermanfaat untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan.
Sebagai referensi bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.

E. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
menggambarkan realitas tanpa menjelaskan hubungan antar variabel. Jenis penelitian ini tidak menguji
hipotesis atau membuat prediksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data
sekunder hasil literature seperti buku, majalah, Koran internet dan lain-lain yang berhubungan dengan
aspek penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data melalui beberapa teknik pengumpulan data,
antara lain:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung suatu objek untuk mengetahui kegiatan yang sedang dilakukan
objek. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui secara langsung kegiatan komunikasi pemasaran yang
dijalankan.
b. Wawancara
Selain menggunakan metode observasi, penulis juga menggunakan metode wawancara (Interview)
dalam mengumpulkan data. Wawancara menurut Berger adalah percakapan antara periset yang
berharap mendapatkan informasi dengan informan yang diasumsikan mempunyai informasi penting
tentang suatu objek.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (Depth
Interview) yaitu wawancara dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan
data lengkap dan mendalam.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk melengkapi informasi yang belum tercakup lewat data-data yang
diperoleh pada observasi dan wawancara. Data diperoleh melalui dokumen-dokumen, baik dokumen
publik maupun dokumen privat.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dari sumber-sumber yang
ada.
3. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat penelitian
berlangsung, berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif
memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta- fakta sebagaimana keadaan sebenarnya. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk melakukan representasi obyektif mengenai gejala- gejala yang
terdapat dalam masalah- masalah penelitian. Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-
gejala sebagai data atau fakta sebagaimana adanya. Data atau fakta itu harus bersumber dari gejala-
gejala yang terdapat di dalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi dengan
pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif.

TINJAUAN PUSTAKA
Akuntansi Keperilakuan dan Perkembangannya
Akuntansi perilaku adalah sub disiplin ilmu akuntansi yang melibatkan aspek keperilakuan manusia
terkait dengan proses pengambilan keputusan ekonomi, Ikhsan (2005). Juga menyatakan bahwa tujuan
ilmu keperilakuan adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi perilaku manusia sampai
pada generalisasi yang ditetapkan mengenai perilaku manusia yang didukung oleh empiris yang
dikumpulkan secara impersonal melalui prosedur yang terbuka, baik untuk peninjauan maupun replikasi
dan dapat diverifikasi oleh ilmuwan lainnya yang tertarik. Selanjutnya Ikhsan (2005) menjelaskan bahwa
akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik yang bertujuan:
1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja
perusahaan,
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan
strategis, dan
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan
perusahaan.
Bidang keperilakuan dalam akuntansi dapat dikatakan masih baru dibandingkan dengan akuntansi
keuangan. Topik keperilakuan ini mulai berkembang pada tahun 1950-an. Pada Juni 1951 Controllership
Foundation of America mensponsori suatu riset untuk penyelidikan dampak anggaran (Ikhsan,2005).
Awal perkembangan riset keperilakuan ini telah dikaji dalam studi yang dilakukan Lord (1989). Lord
mengkaji perkembangan riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting research) dari tahun 1952
sampai dengan tahun 1981. Lord (1989) mengelompokkan perkembangan hasil penelitian yang berkaitan
dengan bidang riset akuntansi keperilakuan menjadi enam fokus penelitian, antara lain akuntansi dalan
konteks organisasi (accounting in an organizational context), penganggaran (budgeting), pemikiran
psikologi (earlypsychology thoughts), pemrosesan informasi manusia (human information proccesing),
kontingensi teori (contingency teory), dan konferensi dan peristiwa (conferences and events).
Studi Burgstahler dan Sundem (1989) hampir sama dengan studi Lord (1989), yaitu mengkaji
perkembangan riset keperilakuan tahun 1968-1987. Hasil riset yang dikaji diambil dari artikel yang
dipublikasikan pada tiga jurnal, yaitu The Accounting Review (AR), Journal of Accounting Research (JAR),
Accounting Organization and Society (AOS). Hal itu berawal dari cikal bakal penelitian yang pertama kali
fokus pada anggaran hingga akhirnya sekarang berkembang pada bidang lain, seperti auditing, pajak, dan
akuntansi keuangan.
Penelitian bidang keperilakuan sudah mengalami perkembangan sebagai berikut. Pertama, metode
penelitian behavioral digunakan untuk isu akuntansi tanpa mengadopsi beberapa teori behavioral yang
mendasarinya. Kedua, model atau teori behavioral diadopsi. Fase ketiga adalah pengujian model
behavioral kepada akuntansi.
Akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan informasi keuangan bagi
manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen.
Peneliti-peneliti di Indonesia juga tertarik dengan riset akuntansi keperilakuan. Bidang riset keperilakuan
juga menjadi pusat perhatian dalam ajang seminar nasional akuntansi (SNA) di Indonesia yang
diselenggarakan setiap tahun oleh IAIKAPd yaitu Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) bekerja sama dengan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd). Topik bahasan hasil-hasil studi dalam seminar ini dibagi menjadi
lima, yaitu akuntansi keuangan dan pasar modal; akuntansi manajemen dan keperilakuan; akuntansi
sektor publik dan perpajakan; sistem informasi, auditing, dan etika; dan pendidikan akuntansi dan
akuntansi syariah. Hasil penelitian di bidang akuntansi manajemen dijadikan satu pembahasan dengan
akuntansi keperilakuan karena kedua bidang ini sama-sama membahas tentang manusia.
Faktor yang membuat behavioral research inaccounting secara khusus mempunyai kesulitan, yaitu
bidangnya luas, variabel kompleks, perilaku adalah sebuah situasi spesifik, perwujudan lain dari
interelasi variabel-variabel adalah beberapa hukum perilaku sepenuhnya umum, titik temu validitas
internal dan validitas eksternal, sistem kontrol akademis, dan evaluasi kualitatif.
Penelitian keperilakuan dalam akuntansi riset bisa menggunakan tiga jenis metode, antara lain studi
lapangan, eksperimen, dan survei yang masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya. Ketiga
metode ini bisa saling melengkapi dengan menerapkan metode multiple.

PEMBAHASAN
Riset Akuntansi Keperilakuan dalam Akuntansi Manajemen Budgeting
Budgeting merupakan bagian dari materi akuntansi manajemen, yang memegang peranan dalam
perencanaan dan pengendalian sebagai dua bagian yang tak terpisahkan. Perencanan berarti melihat ke
depan, yang mengandung pengertian yaitu menentukan tidakan-tindakan apa yang harus dilakukan
untuk merealisasikan tujuan tertentu. Sebaliknya, pengendalian adalah melihat ke belakang yang berarti
menilai apa yang telah dihasilkan dan membandingkan dengan rencana yang telah disusun. Adapun
tujuan anggaran adalah memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan
keputusan, sebagai standar bagi evaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi
antarbagian. Anggaran yang disusun berupa anggaran operasi (seperti anggaran penjualan, produksi,
pembelian bahan, tenaga kerja, overhead, beban penjualan dan administrasi, persediaan akhir, serta
harga pokok penjualan) dan anggaran keuangan (seperti anggaran arus kas, neraca, dan pengeluaran
modal). Anggaran digunakan untuk mengontrol kinerja pekerja, yang paling sederhana meliputi empat
langkah berikut.
Penetapan standar oleh manajemen
Penetapan standar oleh kelompok yang dikontrol
Kinerja operasi
Pelaporan hasil dengan ganjaran positif atau negatif ditentukan oleh manajemen
Penelitian di bidang akuntansi manajemen topik yang diambil adalah budgeting, yaitu melihat hubungan
manusia dengan anggaran. Didukung oleh teori dan temuan empiris dari perilaku organisasional dan
psikologi sosial, peneliti melakukan sebuah studi lapangan tentang proses anggaran. Peneliti
menemukan bahwa budgeting digunakan sebagai proses politik oleh manajer untuk merasionalkan dan
melegitimasi aksi simbolis dan ritualistis. Studi lapangan lainnya menjelaskan bagaimana proses
anggaran berhubungan dengan konteks budaya organisasi. Lalu meringkas beberapa studi akuntansi dan
nonakuntansi yang menunjukkan hubungan antara karakteristik tugas dan organisasional dengan proses
anggaran. Desain sebuah eksperimen untuk secara langsung mengamati slack perilaku dan menemukan
bahwa preferensi risiko dan tekanan sosial benar-benar mempengaruhi terjadinya slack anggaran.
Penelitian behavioral dalam managerial accounting dibagi ke dalam tiga kategori luas, yaitu sebagai
berikut.
Usaha untuk menentukan model bagi seluruh bagian subsistem manusia
Investigasi ke dalam dimensi behavioral dari proses kontrol manajemen
Studi dari sudut pandang behavioral tentang efek karakteristik perusahaan terhadap bentuk dan fungsi
sistem informasi manajemen.
Beberapa hasil penelitian akuntansi keperilakuan terbaru dalam bidang akuntansi manajemen di
Indonesia telah diseminarkan dalam Seminar Nasional Akuntansi (SNA). Peneliti pengaruh sistem
pengukuran kinerja terhadap kejelasan peran, pemberdayaan, psikologis, dan kinerja manajerial dengan
pendekatan partial least square, kemudian meneliti pengaruh moderasi sistem pengendalian
manajemen dan inovasi terhadap kinerja. Juga meneliti hubungan antara sistem pengendalian
manajemen dengan perilaku disfunctional: budaya nasional sebagai variabel moderating. Peneliti
menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan
anggaran dan job relevant information (JRI) sebagai variabel intervening. Sumarno (2005) meneliti
pengaruh komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap hubungan antara partisipasi anggaran
dan kinerja manajerial.

Balanced Scorecard
Balanced scorecard merupakan isu-isu terbaru dalam akuntansi manajemen. Balanced scorecard
merupakan suatu sistem manajemen strategic yang menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke
dalam tujuan operasional dan tolak ukur kinerja untuk empat perspektif yang berbeda, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Pengukuran kinerja yang komprehensif ini diberi nama balanced scorecard. Hal itu pertama kali
diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton (1992) mengenai keunggulan pengukuran kinerja dari dua
perspektif, yaitu sisi keuangan dan non keuangan (customer relations, internal business processes,
learning and growth).
Kaplan dan Norton (1996) menulis mengenai penggunaan balanced scorecard sebagai sistem
manajemen strategi. Balanced scorecard dapat berfungsi sebagai alat untuk mengawasi apakah strategi
perusahaan telah dijalankan dan juga untuk menilai apakah strategi yang telah ditetapkan sudah tepat.

Just In Time (JIT)


Just In Time (JIT) merupakan suatu filosofi yang memusatkan pada eliminasi aktivitas pemborosan
dengan cara memproduksi produk sesuai dengan permintaan konsumen dan hanya membeli bahan
sesuai dengan kebutuhan produksi dengan tujuan strategis meningkatkan laba, meningkatkan mutu,
mengendalikan sediaan, dan memperbaiki kinerja pengiriman.
Sebuah contoh penelitian di bidang JIT yang meneliti perusahaan-perusahaan yang mengadopsi sistem
inventori JIT dan pengaruhnya terhadap Ratio Return on Assets (ROA). Penelitian ini dimotivasi oleh
perusahaan-perusahaan kelas dunia di Amerika yang mulai mengadopsi JIT karena dapat mengurangi
kos. Jadi, adanya pertimbangan cost and benefit. Turunnya nilai persediaan berarti turunnya kos.

Total Quality Management


Manajemen mutu total (Total Quality Management/TQM) adalah suatu pendekatan sistem untuk
mengintegrasikan semua fungsi dan proses dalam suatu organisasi agar tercapainya penyempurnaan
mutu barang atau jasa secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mencapai kepuasan konsumen.
Untuk membantu tercapainya Total Quality Management/TQM harus memperhatikan daur hidup produk
seperti desain dan pengembangan, pengadaan masukan, produksi, pemasaran, distribusi, dan
pelayanan.
Penelitian tentang Total Quality Management (TQM) dan pilihan dari informasi dan sistem reward-
nya. Data diambil dari sampel perusahaan automobil dan industri komputer dari Jerman, Kanada,
Jepang, dan Amerika pada tahun 1991 yang telah mempraktikkan manajemen kualitas/ Quality
Management.

Activity Based Costing System


Activity based costing adalah suatu sistem pembebanan biaya yang berdasarkan aktivitas. Activity-based
Costing (ABC) telah dipromosikan dan diadopsi sebagai dasar untuk pembuatan keputusan yang strategis
dan untuk meningkatkan kinerja laba. Informasi ABC kini juga digunakan secara luas untuk menilai
continous improvement dan untuk memonitor proses kinerja. ABC dapat diterima secara luas dan cepat
karena dipercaya memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan metode pembebanan biaya
konvensional.
Dalam sebuah penelitian menemukan bahwa aktivitas yang inovatif dapat menghasilkan tingkat laba
perusahaan yang lebih tinggi atau lebih rendah bila para pekerja mempunyai informasi mengenai ABC.
Penelitian analisis hubungan activity based costing dengan peningkatan kinerja keuangan yang
merupakan studi empiris yang dilakukan di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian tidak menemukan bukti
empiris yang mendukung analisis dan penelitian sebelumnya mengenai kondisi yang memungkinkan
untuk bisa memperoleh keuntungan dari ABC. Hubungan antara lingkup penggunaan ABC dan
peningkatan di dalam ROI tidak dipengaruhi oleh faktor yang diidentifikasi spesifik.
Riset akuntansi keperilakuan (behavioral accounting riset/BAR) adalah bidang riset yang sedang
berkembang. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen seperti budgeting. Dalam
perkembangan sekarang riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen sudah
berkembang pada penelitian dan pengujian terhadap konsep-konsep baru dalam akuntansi
manajemen.Hasil-hasil riset akuntansi keperilakuan yang menguji konsep-konsep baru dalam akuntansi
manajemen seperti activity based management, customer orientation, cross-functional perspective, total
quality management, time as competitive element, efficiency dan E-business, ABC system, dan balanced
scorecard diharapkan akan memberikan pengembangan terhadap teori-teori akuntansi manajemen
menjadi teori yang lebih baik dan dipercaya implementasinya akan memberikan manfaat bagi
perusahaan. Melalui riset akuntansi keperilakuan pada akuntansi manajemen diharapkan akan
melahirkan konsep atau teori baru.
Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial
1. Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi.
Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi
seseorang. Ketiga komponen sikap: pengertian
(cognition), pengaruh
(affect), dan perilaku
(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu untuk
memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.

Komponen Sikap

Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas gagasan,
persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional atau afektif
mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen perilaku mengacu pada
bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.

Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang
bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego dengan
melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang berlandaskan kebenaran
mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.

Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan perilakunya. Ini
berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan
menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek yang tidak
ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah
ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal
pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan langsung
dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman yang menyenangka maupun tidak,
traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup
baru.
2. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

Teori Perubahan Sikap


Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling efektif. Sikap,
mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

Teori Pertimbangan Sosial

Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-orang
merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini
menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami
struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk dapat mengubah
ancaman.

Konsistensi dan Teori Perselisihan


Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan, walaupun tidak
ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori konsistensi.

Teori Disonansi Kognitif


Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini menjelaskan
hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Festinger
mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur
yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh individu terhadap unsur-
unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam disonansi. Teori ini dapat membantu
kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan sikap dan perilaku.

Teori Persepsi Diri


Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan bagaimana
mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa
sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna menawarkan
sikap yang konsisten dengan perilaku.

Teori Motivasi dan Aplikasinya


Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan demikian, ada
sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.

Teori Motivasi Awal


Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah teori hierarki
kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini
mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer
mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan secara
teratur.

Teori Kebutuhan dan Kepuasan

Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing individu
mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow

Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa haus, kebutuhan
akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan dari
bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin
hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam
suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan diri untuk
mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.

Teori Prestasi

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori McClelland
mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu
prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga
karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan tugas yang
moderat dan menghitung risikonya.
Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk memperoleh
umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
Teori Motivasi

Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi kedalam
beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh
positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif.
Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan
kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi, pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan
tanggung jawab.
Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori keadilan, kunci
ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah jika orang tersebut
membandingkannya dengan lingkungan lainnya.

Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia memilki tiga
hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan keterikatan
( relatedness needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).

Teori Harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori harapan disebut
juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh
hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci
dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen
yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan
antara prestasi dan imbalan atas pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader
kekuatan dan keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.

Teori penguatan

Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi, kualitas
produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-urutan antara
stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi kerja) dengan
pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.
Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa karyawan
yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku
kerjanya.

Teori Atribusi

Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu factor-faktor
yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan.

Teori Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh usaha dan
pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa principal bersikap netral
terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.

Pendekatan Dyadic

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis
hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan keduanya.

3. Persepsi

Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek, serta
manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan (penerimaan) langsung
dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Sedang dalam lingkup
yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam
memperoleh dan menginterprestasikan stimulus yang ditunjukkan oleh panca indra.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor Dalam Situasi


Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.

Faktor Pada Pemersepsian


Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

Faktor Pada Target


Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.

Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu

Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan sentuhan.
Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari masa lalu dan
harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan individu yang menerimanya
berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan perbedaan. Empat factor lain yang
berhubungan dengan kecenderungan individu adalah kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.

Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas organisasi.
Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi oleh ketelitian
persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh sandiwara yang mencoba
untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan meninggalkan perusahaan. Oleh karena
itu para penyelia perlu mengenali perasaan mereka terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat
mempengaruh evaluasi mereka, dan harus waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini.
Kesalahan persepsi dapat juga mendorong kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika
sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab
terjadinya peristiwa bisnis yang dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini akan
dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia menilai
orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku tertentu. Pada
dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang individu, orang
tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal atau eksternal, tetapi
penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:

Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-prilaku yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi dengan cara yang
sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria ini jika semua karyawan yang
mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut memberikan reaksi
yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan datang terlambat beberapa menit saja
tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang
luabiasa (karena tidak pernah terlambat).

4. Nilai

Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang
khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu modus perilaku atau
keadaan akhir yang berlawanaan.

Arti Penting Nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan dasar
untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap manusia.seseorang
memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan
apa yang tidak seharusnya.

Nilai dan Dilema Etika


Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar etika dan
krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih
berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang
lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur
Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.

Ihksan menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan
mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi terhadap apa
yng menjadi kekawatiran di dalamnya.

5. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai hasil dari
motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi. Kombinasi dari motivasi, pengalaman
dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh keadaan klasik,
pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.

Pengondisian Keadaan Klasik

Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran suatu
respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan yang
berpasangan, yang satu memaksa yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu rangsangan
terkondisi yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.

Pengondisian Operant

Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-
konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang dipelajari
sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya pungutan
yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

Pembelajaran Sosial

Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian operant, di mana
teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga
mengakui eksistensi pembelajaran observasional(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam
belajar.
6. Kepribadian

Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku. Pengujian
terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan, siapa yang akan
menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu sebelum berbicara mengenai
perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin potensial. Semuanya itu merupakan
bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.

Penentu Kepribadian

Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan hasil
keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh tersebut.
Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi

a.Keturunan

Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seseorang
individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.

b.Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya dimana
seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga, temam-teman, dan
kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialmi.

c.Situasi

Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian
seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada kondisi yang berbeda.

Sumber: Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, "Akuntansi Keperilakuan," Salemba Empat.

DIPOSKAN OLEH NOER SASONGKO DI 13.23 TIDAK ADA KOMENTAR:


KAMIS, 16 JULI 2009

PENGANTAR AKUNTANSI KEPERILAKUAN


Akuntansi keperilakuan – tinjauan umum
Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan oleh para
pemakainya dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan
petunjuk dalam memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka pada
aktivitas bisnis dan ekonomi. Motivasi dan perilaku dari pelaksana sistem informasi akuntansi menjadi
aspek penting dari suatu sistem informasi akuntansi. Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu pemakai internal (internal user) dan pemakai eksternal (external user).
Pemakaian oleh pihak internal dimaksudkan untuk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Pihak
eksternal juga memiliki suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
organisasi. Pihak eksternal sama dengan pihak internal, tetapi mereka labih berfokus pada jumlah
investasi yang mereka lakukan dalam organisasi tersebut.

Binberg dan Shields (1989) mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school) ,
yaitu :

Pengendalian manajemen (management control)


Pemrosesan informasi akuntansi (accounting information processing)
Desain sistem informasi (information system design)
Riset audit (audit research)
Sosiologi organisasional (organizational sociology)
Informasi akuntansi dirancang untuk suatu dasar bagi pengambilan banyak keputusan penting di dalam
maupun diluar perusahaan. Sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses
perencanaan, pengkoordinasian dan pengendalian yang kompleks, serta aktivitas yang saling
berhubunga untuk memotivasi orang-orang pada semua tingkatan didalam perusahaan Awal
perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek akuntansi manajemen khususnya
penganggaran (budgeting), namun yang dominan dalam hal ini terus berkembang dan bergeser searah
akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, dan audit. Banyak volume riset atas akuntansi
keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik, akan
memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :

Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam bidang baru yang ingin
diperkenankan
Membantu dalam mengindentifikasikan kesenjangan riset
Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset melalui sebidang akuntansi,
seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan
Perkembangan yang pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan karena akuntansi secara
simultan dihadapkan dengan ilmu-ilmu social secara menyeluruh. Akuntansi keperilakuan menggunakan
metodelogi ilmu pengetahuan perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan
melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil mereka. Akuntansi
keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun berdasarkan teknik berikut ini :

Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-orang dan kinerja perusahaan
Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap perencanaan strategis
Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi kebijakan
perusahaan
Akuntansi Konvensional
Merupakan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan
tepat waktu mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan
eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi keuangan melalui pelaporan
keuangan sebagai hasil dari sistem informasi keuangan memiliki tujuan yang beberapa diantaranya
adalah :

Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermafaat bagi investor serta
kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan sumber-sumber
ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tgersebut
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan
laba
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang-utangnya
Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pendanaan perusahaan
Menyediakan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan arus kas
masuk ke dalam perusahaan.
Akuntansi sebagai Suatu Sistem Informasi

Sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan dibentuk dari berbagai komponen
yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki sasaran, input output, dan
lingkungan untuk mencapai target geser yang telah ditetapkan.

Akuntansi adalah Sistem

Sistem informasi yang baru dapat juga menimbulkan hubungan kerja yang baru diantara karyawan yang
ada, perubahan pekerjaan, bahkan mungkin perubahan struktur organisasi. Dukungan manajemen
puncak merupakan suatu faktor penting yang menent penting yang menentukan efektukan efektivitas
penerimaan sistem informasi dalam organisasi. Jackson (1986) mengemukakan beberapa alasan
mengapa keterlibatan manajemen puncak dalam pengembangan sistem informasi merupakan hal yang
penting, yaitu :

Pengembangan sistem merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan perusahaan.


Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem.
Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan daripada aspek teknisnya.
Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang akan diperoleh
dan manajemen puncak mampu untuk menginterprestasikan hal tersebut.
Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan yang lebih baik
dalam pengembangan sistem.
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral dari kesuksesan
suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus
hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan,
implementasi dan pascaimplementasi. Untuk mengukur keterlibatan pemakai ini, Ives dan Olson (1984)
mengemukakan enam tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu :

Tidak ada keterlibatan (no-involvement)


Keterlibatan simbolis (symbolic involvement)
Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice)
Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control)
Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing)
Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by strong control)
Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem

Perencanaan Strategis

Perencanaan Sistem

Implementasi

a. Kandungan proses perencanaan strategis

a. Integrasi Sistem

a. Pengendalian rencana implementasi

b. Kegunaan rencana

b. Tingkat rincian rencana proyek

b. Keterbatasan sumber daya

c. Keterpaduan dalam rencana

c. Integrasi hardware

c. Pencapaian tujuan perencanaan

d. Pengkoordinasian tindakan perencanaan

d. Perencanaan proyek

Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi. Perusahaan harus berupaya untuk
mengoptimalkan peran informasi ini untuk mencapai tujuannya. Informasi yang diperlukan oleh
manajemen harus memiliki karakteristik seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara
cepat, relevan, dan lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-
masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keunggulan kompetitif. Agar proyek pengembangan sistem
informasi tidak sia-sia, perlu dipahami tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti
yang diutarakan oleh Bodnar dan Hopwood (1995), yaitu :

Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi masalah sistem dan
penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem
Perancangan sistem yaitu proses menspesifikan rincian solusi yang dipilih oleh proses analisis sistem
Implementasi sistem yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan metode baru atau
revisi ke dalam operasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat menyediakan atau
memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan seperti itu sebab akuntansi dapat
berperan sebagai media komunikasi yang mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa
ekonomi yang terjadi disuatu organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
fenomena, gejala dan peristiwa ekonomi tersebut.

Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntansi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas berhubungan dengan
perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama yang berhubungan dengan proses informasi
akuntansi dan audit. Studi terhadap perilaku akuntan atau perilaku dari non akuntan telah banyak
dipengaruhi oleh fungsi akuntan dan laporan (Hofstede dan Kinerd, 1970). Riset akuntansi keperilakuan
meliputi masalah yang berhubungan dengan:

Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


Pengaruh dari fungsi akuntansi seperti partisipasi dalam penyusunan anggaran, karakteristik sistem
informasi, dan fungsi audit terhadap perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun Wajib Pajak.
Pengaruh dari hasil fungsi tersebut, seperti informasi akuntansi dan pengunaan pertimbangan dalam
pembuatan keputusan
Pada bulan Juni 1951, Controllership Foundation of America mensponsori suatu riset untuk menyelidiki
dampak anggaran terhadap manusia. Sejumlah penjelasan dan kesimpulan dari hasil riset mengenai
perangkap keperilakuan pada anggaran dan pembuatan anggaran dalam banyak pemikiran masih
bersifat sementara, dan oleh karena itu masih perlu disempurnakan.

Paradigma riset perilaku yang dilakukan oleh Steadry (1960) dalam disertasinya telah menggali pengaruh
anggaran motivasional dengan menggunakan suatu eksperimen analog. Selanjutnya disusul oleh karya
Benston (1963) serta Churcil dan Cooper (1965) yang memfokuskan pada akuntansi manajerial dan
pengaruh fungsi akuntansi pada perilaku. Riset-riset ini berlanjut pada tahun 1970-an dengan satu
rangkaian studi oleh Mock (1969-1973), Barefield (1972), Magee dan Dickhout (1978), Benbasat dan
Dexter (1979). Fokus dari studi-studi tersebut adalah pada akuntansi manajerial, namun penekanannya
mengalami pergeseran dari pengaruh fungsi akuntansi ke perilaku terhadap pemrosesan informasi oleh
pembuat keputusan. Studi yang mempengaruhi bidang ini dilakukan oleh Ashton (1974) dan Libby
(1975), yang membantu membentuk suatu standar dalam desain eksperimental dan validitas internal
untuk pertimbangan riset yang diikuti.

Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi keperilakuan semakin
meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai akuntansi keperilakuan, sementara artikel
selanjutnya membahas mengenai teori dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya
dengan akuntansi serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi
akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh akademisi profesi
akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi menunjukkan adanya pertumbuhan minat
akan bidang riset ini. Berbagai variabel perilaku yang terus dipelajari oleh para akuntan terkait dengan
akuntansi dapat dilihat pada gambar dibawah ini,

Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan


Hidayati (2002) menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science), teori-teori
akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku manusia dalam organisasi. Dengan
demikian, peranan riset dalam pengembangan ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana,
yaitu hanya memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan
perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topic mengenai
penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun demikian,
berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.

Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952, desain riset akuntansi manajemen
mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain
system pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset
lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para
pelaku organisasi.

Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal (universalistic approach),
seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley (1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki
banyak kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar
dalam bidang riset, yaitu pendekatan kontinjensi (contingency approach).

Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi
berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian
manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang mempengaruhi desain system
pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai berikut:

Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-faktor eksternal lainnya.
Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence) seperti proses produksi, produk
masal, dan lainnya.
Industri, perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio konsentrasi, dan
ukuran perusahaan.
Strategi kompetitif (competitive strategy) seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
Faktor-faktor yang dapat diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya
organisasi dan lainnya
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan
dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat
sistem akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai