Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN KESEHATANREPRODUKSI WANITA YANG

MELAKUKAN PERNIKAHAN DINI

LITERATUR RIVIEW

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana


keperawatan

Proposal

Disusun Oleh :

Luluk Erni S (17.1342.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya kasus pernikahan dini yang terjadi


antara laki-laki dan wanita di usia dini, mayoritas pelaku pernikahan dini kurang
mengetahui dampak buruk bagi kesehatan reperoduksi, khususnya bagi wanita. Dimana
dampak buruk bagi kesehatan reproduksi wanita yang melakukan pernikahan dini lebih
besar terjadi dan bisa mengakibatkan kematian.

Pernikahan dini di definisikan oleh UNICEF (2018) sebagai perkawinan formal


atau tidak formal sebelum usia 18 tahun. Secara global, lebih dari 650 juta wanita yang
hidup hari ini menikah sebelum usia 18 tahun. Diperkirakan bahwa 12 juta anak
perempuan dibawah 18 tahun menikah setiap tahun. Secara keseluruhan, porsi wanita
yang menikah sebagai anak menurun 15% dalam dekade terakhir, lebih dari 150 juta
anak tambahan akan menikah sebelum ulang tahun ke 18 tahun, UNICEF (2018),
pernikhan anak perempuan yang paling umum adalah di Afrika dan Asia yaitu antara
50% dan 60% di seluruh Sub Sahara Afrika. Negara-negara dengan jumlah pernikahan
anak mutlak tertinggi adalah di India (15.509,000), Bangladesh, (4.451.000). Nigeria
(3.538.000). (GNB, 2018). Indonesia termasuk diantara 10 negara ke 8 dengan jumlah
perkawinan anak tertinggi : 1.408.000 perempuan berusia 20-24 tahun menikah sebelum
usia 18 tahun (GNB, 2018).

Kemudian terkait dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari pernikahan


dini khususnya kesehatan reproduksi dari pasangan pernikahan dini. Kesehatan
reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik,
mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi atau prosesnya. Hal
ini terkait dengan suatu keadaan yaitu manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya
serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Kesehatan reproduksi terkait dengan siklus hidup, yang setiap tahapannya mengandung
resiko yang terkait dengan kesakitan dan kematian (BKKBN, 2018).

Kesehatan reproduksi erat kaitannya dengan pernikahan dini yang pada umumnya
dilakukan oleh pasangan yang masih terlalu muda terutama perempuannya. Pernikahan
dini menyumbang 20% angka kematian ibu (WHO, 2016). Sebanyak 10% kehamilan
remaja usia 15-19 tahun juga akan meningkatkan resiko kematian dua hingga empat kali
lebih tinggi dibandingkan dengan usia lebih dari 20 tahun. Demikian pula dengan resiko
kematian bayi, 30% lebih tinggi pada ibu usia remaja, dibandingkan dengan bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang sudah berusia 20 tahun keatas. Hal inilah yang menyebabkan
remaja perempuan rentan terhadap kematian maternal dan neonatal (Profil kesehatan,
2016).

Selain beresiko terhadap kematian ibu dan bayi, pernikahan dini juga beresiko
terhadap penurunan kesehatan reproduksi, beban ekonomi yang semakin berat,
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), perceraian dan bunuh diri (BKKBN, 2017).
Remaja putri yang melakukan pernikahan dini akan kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan formal untuk mengembangkan dirinya dikarenakan
bertambahnya tanggung jawab di dalam rumah tangganya terutama setelah mengandung
dan memiliki anak (BKKBN, 2016).

Data World Health Organizations (WHO) tahun 2014 menunjukan bahwa


sebanyak 16 juta kelahiran terjadi pada ibu berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh
kelahiran di dunia yang mayoritas 95% terjadi di negara yang sedang berkembang,
Indonesia tercatat menempati rangking ke-37 negara yang melakukan pernikahan dini
tertinggi di dunia. Pernikahan dini sejatinya masih banyak terjadi di wilayah indonesia.
Badan pusat statistik pada tahun 2017 menyebut kan 25,71% perempuan menikah pada
usia kurang dari 18 tahun. Artinya 1 dari 4 perempuan di Indonesia menikah di usia
anak (BPS, 2017).

Pernikahan dini pada wanita cenderung bisa mengakibatkan dampak yang buruk
terhadap kesehatan reproduksinya dan dari beberapa dampak buruk terhadap kesehatan
reproduksi wanita muda, penyakit kankerlah yang menjadi paling banyak menyebabkan
kematian diantaranya kanker payudara, dan kanker servik.

Kanker payudara adalah salah satunya, hasil study ACTION ( ASEAN Cost In
Oncology), menganalisa bahwa kanker payudara memiliki beban biaya yang tinggi di 8
negara di Asia Tenggara. Prevalensi kanker payudara 5 tahun tertinggi dengan rasio
mortalitas yang terbilang relatif rendah. Pada tahun 2020 penderita kanker payudara
diperkirakan akan meningkat empat kali lipat dibandingkan 2012 yang berjumlah 1.7
juta. Insidensi pendereita kanker payudara adalah 20% dari seluruh keganasan(
American Cancer Socienty, 2011)

Di Indonesia angka kejadian kanker menempati urutan no 8 di Asia Tenggara dan


no 3 Di Asia. Kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara yang
paling banyak dijumpai pada wanita Indonesia. Data Kemenkes per 31 Januari 2019,
angka kejadian kanker serviks sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 13,9 per 100.000 penduduk, artinya hampir 50% penderita kanker serviks
berakhir dengan kematian

Risiko kanker serviks meningkat seiring dengan mudanya usia melakukan


hubungan seksual pertama kali. Besarnya risiko yang ditimbulkan bervariasi dari1,6
sampai 58 kali lebih besar risiko untuk mengalami kanker serviks jika melakukan
hubungan seksual pertamakali pada usia kurang dari 16 tahun. Kesimpulannya adalah
semakin dini perempuan melakukan hubungan seksualuntuk yang pertama kalinya,
maka semakin tinggi risiko kejadian kanker serviks. Perlu upaya untuk
mencegahhubungan seksual terlalu dini dengan cara menghindari pernikahan usia dini.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah pene;itian sebagai


berikut” bagaimana gambaran kesehatan reproduksi wanita yang melakukan pernikahan
dini”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui terkait gambaran kesehatan reproduksi wanita yang
melakukan pernikahan dini
2. Tujuan khusus
a. Untuk menganalisis literatur riview kesehatan reproduksi wanita yang
melakukan pernikahan dini
b. Untuk menganalisis masalah kesehatan yang terjadi akibat pernikahan dini

D. Manfaat penelitian
1. Aspek teori
Penelitian ini memberikan pengetahuan, wawasan serta pengalaman tentang
kesehatan reproduksi wanita yang melakukan pernikahan dini.
2. Aspek profesi
Penelitian ini untuk menjadi masukan bagi tenaga kesehatan agar meningkatkan
efektifitasnya dalam memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi bagi
wanita yang melakukan pernikahan dini.
3. Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai data dasar penelitian literature
riview selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai