Anda di halaman 1dari 28

TRIAGE

DAN
PRIMARY
SURVEY
DISUSUN OLEH:
Firza Khairullah
Putri Gily Ginting
Vivian L. Sitinjak
Dian Septiyani
Nanda Ibrena

dr. Fadli Armi Lubis Sp.An


TRIAGE :
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas pasien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera.
Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk
mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.

TUJUAN :
• Untuk memastikan bahwa korban ditolong sesuai dengan urutan skala prioritas
berdasarkan urutan kegawatdaruratannya.
• Untuk memastikan pengobatan terhadap korban tepat guna dan tepat waktu.
• Untuk memindahkan pasien ke lokasi yang lebih aman dan ke lokasi pengobatan.
• Untuk mengumpulkan informasi dalam penanggulangan pasien multi kasus.
KONDISI YANG MEMPENGARUHI TRIAGE :

MULTIPLE CASUALTIES : NORMAL :
 Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan
• Korban paling berat ditolong
tidak melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam lebih dulu dengan semua sarana
keadaan ini penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan yang ada.
• Korban paling ringan ditolong
multiple trauma akan dilayani terlebih dahulu. belakangan / ditunda.

MASS CASUALTIES :
BENCANA : 
 Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka
melampaui kemampuan petugas dan peralatan. Dalam keadaan ini • Korban paling berat ditolong
belakangan / ditunda.
yang akan dilayani terlebih dahulu adalah penderita dengan • Korban paling mudah
kemungkinan hidup/survival terbesar, serta membutuhkan waktu diselamatkan, ditolong dulu
dengan sarana minimal yang
perlengkapan dan tenaga paling sedikit. ada.
KODE INTERNATIONAL DALAM TRIAGE

Segera
Tunda
(Immediate Minimal Expectant
) (Delayed)

Prinsip triage berdasarkan sistem prioritas (Brooker, 2008) :


 Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
 Dapat meninggal dalam hitungan jam
 Trauma ringan
 Sudah meninggal
KLASIFIKASI BERDASARKAN
TINGKAT PRIORITAS (LABELING) :

KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I • Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai
(Merah – Immediate) kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan
pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
• Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorax, syok hemoragik, luka terpotong pada
tangan dan kaki, combutio (lukabakar) tingkat II dan III > 25%.

Prioritas II • Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu
(Kuning – Delayed) singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat.
• Contoh : patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorax /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III • Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
(Hijau – Minimal) bersifat terakhir.
• Contoh : luka superfisial, luka-luka ringan.

Prioritas 0 • Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif.
(Hitam – Expectant ) • Contoh : henti jantung kritis, trauma kepala, kritis.
PITA / GELANG TRIAGE : DOKUMENTASI TRIAGE :

 Gelang Identitas : nama • Identitas korban : nama, jenis


lengkap, umur, nomor rekam medis  kelamin, alamat, kewarganegaraan.
 Warna gelang identitas : • Waktu kejadian, waktu dilakukan
Merah muda : Perempuan triage.
Biru muda : Laki-laki • Status lokalis pasien (area cidera /
 Gelang Resiko : keluhan).
Kuning : Jatuh • Jumlah korban di setiap area merah,
Merah : Alergi kuning, hijau, hitam.
Ungu : DNR (Do Not Resusitate) • Jumlah korban yang dirujuk ke RS.
MANAJEMEN JALAN NAFAS
MENILAI JALAN NAFAS

 LOOK
• Gerak dada & perut
• Tanda distres nafas
• Warna mukosa, kulit
• Kesadaran
 LISTEN
• Mendengarkan gerakan nafas
 FEEL
• Merasakan nafas
Look, Listen, Feel
CARA MENGATASI OBSTRUKSI JALAN
TANDA OBSTRUKSI JALAN NAPAS :
NAPAS :

• Suara nafas abnormal : snoring, • Lakukan chin lift / jaw thrust.


gurgling, stridor. • Bersihkan rongga mulut (suction).
• Gerak otot nafas tambahan. • Pasang jalan nafas oro/nasopharyngeal
• Retraksi interkostal, suprasternal, airway.
supraklavikula. • Lindungi tulang leher.
• Tidak terasa ada udara ekspirasi. • Intubasi trachea.
• Sianosis.
PENANGANAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS :

PEMBUKAAN JALAN NAPAS SECARA MANUAL :

Head tilt – chin lift maneuver :


Posisikan telapak tangan pada dahi sambil mendorong dahi ke belakang, pada waktu yang
bersamaan ujung jari tangan yang lain mengangkat dagu.

Jaw thrust maneuver :


Posisikan tangan pada sisi kanan dan kiri kepala korban, pegang sudut rahang bawah pasien
dan angkat dengan kedua tangan sehingga akan mendorong rahang bawah ke depan.
Head tilt – chin lift manuever : Jaw thrust manuever :

Pada pasien trauma cara paling


aman : Jaw Thrust
PADA PASIEN TRAUMA :

Chin lift hati-hati

Neck lift Head tilt


jangan dilakukan jangan dilakukan

13
NECK COLLAR / COLLAR BRACE :

Immobilisasi leher di tempat kejadian


dengan in-line immobilisation dan collar brace

• Dipasang tanpa terlalu banyak menggerakkan leher


• Kepala harus dipegang “in-line”
• Indikasi :
- Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
- Adanya jejas daerah klavikula ke arah cranial
- Trauma leher
14
PEMBUKAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT BANTU :

Oropharyngeal Airway (OPA) :

• Digunakan pada pasien tidak sadar bila head tilt-chin lift tidak

berhasil mempertahankan jalan napas atas terbuka.

Nasopharyngeal Airway (NPA) :

• Digunakan pada pasien sadar/setengah sadar, dan apabila

terdapat kesulitan penggunaan OPA seperti pada trauma

disekitar mulut atau trismus.


PEMBERIAN VENTILASI MANUAL
• Dilakukan bila pernapasan tidak adekuat

• Target pemberian bantuan ventilasi adalah agar O₂ bisa masuk sampai ke alveoli

• Alat yang digunakan : Bag valve ventilation/ambu bag

INDIKASI :

- Henti napas
- Nafas spontan tidak adekuat
- Mengurangi kerja napas
dengan membantu
memberikan tekanan positif
pada saat inspirasi pasien.
PEMBERIAN VENTILASI DENGAN
ALAT BANTU JALAN NAPAS TINGKAT LANJUT :

Pipa Endotracheal (ETT) :


• Merupakan proses memasukkan pipa endotrakea ke dalam
trakea pasien.
• Indikasi intubasi endotrakea :
a. Pasien gagal napas, hipoksia, hipoksemia yang memerlukan
oksigen aliran tinggi yang gagal dengan alat-alat ventilasi
yang tidak invasive.
b. Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan napas sendiri,
misalnya pasien koma / berada dibawah pengaruh obat
anastesi.
Laryngeal Mask Airway (LMA) :

• Merupakan pipa yang ujungnya berbentuk sungkup dengan balon yang bisa dikembangkan.

• Indikasi pemasangan LMA :

a. Ketidakmampuan penolong memberikan ventilasi dengan alat kantong napas-sungkup muka.

b. Henti napas dan henti jantung.


TERAPI OKSIGEN :
Terapi Oksigen adalah upaya terapi INDIKASI KLINIS :
dengan menggunakan oksigen untuk
Diberikan pada pasien yang mengalami
mencegah dan memperbaiki hipoksia
ketidakadekuatan oksigenasi jaringan
jaringan, dengan cara :
akibat :
1. Meningkatkan masukan oksigen - Gagal napas
kedalam sistem respirasi
- Kegagalan transportasi O₂.
2. Meningkatkan daya angkut oksigen
- Peningkatan kebutuhan jaringan
dalam sirkulasi
terhadap O₂.
3. Meningkatkan pelepasan oksigen ke
- Pasca anesthesia
jaringan
PERSIAPAN ALAT UNTUK
TUJUAN TERAPI OKSIGEN :
TERAPI OKSIGEN :

• Mengoreksi Hipoksemia • Sumber oksigen (tabung) atau sumber

• Mencegah Hipoksemia oksigen sentral.

• Mengobati keracunan karbonmonoksida • Tabung pelembab (humidifier)

• Mempercepat proses eliminasi obat • Pengukur aliran oksigen (flow meter)

anesthesia inhalasi pasca anestesia. • Alat pemberi O₂ tergantung metode yang


dipakai.
ALAT-ALAT TERAPI OKSIGEN :

NASAL KANUL :

- Disebut juga terapi oksigen rendah-aliran rendah.

- Kecepatan aliran oksigen antara 1-5L/I, Pemberian


aliran yang lebih dari 5L/I, tidak akan memberikan
FiO2 yang tinggi karena dapat menyebabkan iritasi
dan kekeringan pada mukosa nasal.

- Keuntungan : Kenyamanan pasien dan aliran O2


terus menerus meskipun pasien sedang makan
ataupun berbicara.
SIMPLE FACE MASK :
- Termasuk sistem oksigen sedang, aliran tinggi.

- Sungkup mempunyai lubang tempat pipa saluran masuk O2 didasarnya dan terdapat
lubang-lubang kecil disekelilingnya.

- Oksigen dapat dialirkan dengan kecepatan 6-10L/I dengan FiO2 yang dicapai sekitar
35-60%.

- Bila kecepatan aliran O2 kurang dari 6L/I dapat terjadi penumpukan CO2.

NON REBREATHING MASK :


- Terdiri atas sungkup muka sederhana dan dilengkapi dengan kantong reservoir oksigen.

- Kecepatan aliran O2 pada sungkup ini sebesar 9-15L/I dan dapat memberikan
konsentrasi O2 sebesar 90-100%.

- Harus diperhatikan agar kantong “Reservoir” mengembang secara baik agar didapati
FiO2 yang baik.
PARTIAL RE-BREATHING MASK

• Sama seperti non-rebreathing mask, namun ada katup searah


sehingga udara dari luar tidak mudah masuk.
• Flow gas : 6-10 L/menit

VENTURI MASK

• Tiap “alat” mempunyai lubang yang berbeda, sehingga FiO2


yang dihasilkan berbeda-beda (24-40%).
• FiO2 yang dihasilkan juga tergantung dari aliran gas
• Efektif untuk pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik
yang sudah diketahui dosis FiO2
TANDA DAN GEJALA HIPOKSIA
1. Pasien gelisah
2. Tampak pucat pasi
3. Pernapasan mengalami “distress”yang ditandai:
 Pernapasan cepat dan dangkal
 Pernapasan tidak teratur
4. Denyut nadi kecil, cepat
5. Irama denyut jantung sering tidak teratur
6. Tekanan darah meningkat
7. Keringat dingin

TUJUAN SUPLEMENTASI OKSIGEN


Fraksi inspirasi O2 ↑ → Tekanan Parsial O2 ↑ → Jalan napas dan ventilasi baik →
Tekanan parsial O2 di alveoli (PaO2) akan meningkat → O2 yang berdifusi ke darah ↑
→ kandungan O2 dalam darah juga meningkat.
PENGUKURAN KADAR OKSIGEN DARAH :

Pengukuran kadar oksigen darah dilakukan :

• Pada semua pasien yang menerima terapi oksigen

Spo2 diukur melalui pulse oxymeter

• Mengukur saturasi oksigen Hb.


• Sebagian besar oksigen berikatan dengan Hb di darah untuk dihantarkan ke jaringan.

Pao2 diukur melalui pemeriksaan analisa gas darah (AGD)

• Mengukur tekanan parsial oksigen di dalam darah.


• Yang ditentukan oleh oksigen yang terikat dan terlarut.
PEMILIHAN ALAT SUPLEMENTSI OKSIGEN BERDASARKAN
NILAI PULSE OXYMETRY

NILAI PULSE OXYMETRY ARTI KLINIS PILIHAN ALAT


SUPLEMENTASI OKSIGEN
95% - 100% Dalam batas normal Nasal kanul

90%
90% -- 94%
94% Hipoksia
Hipoksia ringan
ringan sampai
sampai sedang
sedang Sungkup muka sederhana/sungkup
muka dengan reservoir

85%
85% -<90%
-<90% Hipoksia
Hipoksia berat
berat Ventilasi
Ventilasi dibantu
dibantu

<85%
<85% Hipoksia
Hipoksia berat
berat yang
yang mengancam
mengancam Ventilasi
Ventilasi dibantu
dibantu
nyawa
nyawa
TITRASI TERAPI OKSIGEN :
Target kadar oksigen
SpO2 ≥ 90% pada dewasa dan anak SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil

Sungkup Sungkup
muka muka
Bila diperlukan aliran penghantaran yang lebih tinggi untuk mencapai sederhana dengan
target SpO2, maka harus beralih ke alat yang lebih tepat kantong
reservoir
Kateter nasofaring Sungkup muka Sungkup muka dengan Yakinkan kantong
(1-2 l/mnt) sederhana (6-101/mnt) reservoir (10-15 l/mnt) terisi penuh

Lakukan penyapihan terapi oksigen pada pasien


dengan oksigenasi yang adekuat
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai