OLEH
KELOMPOK VI
i|
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Praktek Klinik
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
membantu kami menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam memahami konsep-konsep materi dan penerapannya dalam aplikasi asuhan
keperawatan di lapangan nantinya dengan kasus yang ditemui sesuai dengan materi yang
dibahas.
Tentu banyak kekurangan dalam makalah ini baik dari bobot materi dan dalam hal
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritik yang konstruktif guna
Kelompok VI
ii|
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IIIPENUTUP
B. Saran .......................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
iii|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu penegtahuan dan teknolgi kian hari terus mengalami kemajuan dari tahun
ketahun termasuk pengembangan pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan. Saat ini
telah banyak penelitian – penelitian kesehatan yang terus berkembang dimana hasilnya
dijadikan sebagai evidance based dalam berbagai tindakan yang dilakukan oleh petugas
Perawat harus memiliki skill atau keterampilan dan pengetahuan yang mumpuni
agar dapat melaksakan asuhan keperawatan yang bermutu kepada masyarakat khususnya
kepada pasien yang dirawatnya. Namun seperti kita ketahui bahwa saat ini belum semua
Untuk itu dibutuhkan banyaknya referensi dan bahan bacaan kepada perawat agar
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF dan
OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
1
2. Apakah tujuan dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF dan OREF,
3. Apakah indikasi dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF dan OREF,
4. Apakah kontra indikasi dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF dan
OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
5. Bagaimana persiapan(alat dan Pasien) dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka
post ORIF dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
6. Bagaimana cara kerja dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF dan
OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post
ORIF dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
2. Untuk memahami tujuan dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF
dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
3. Untuk memahami indikasi dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post ORIF
dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
4. Untuk memahami kontra indikasi dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka
post ORIF dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
5. Untuk memahami persiapan(alat dan Pasien) dari tehnik ambulasi dan ROM,
perawatan luka post ORIF dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik
2|
6. Untuk memahami cara kerja dari tehnik ambulasi dan ROM, perawatan luka post
ORIF dan OREF, perawatan traksi dan gips, serta tehnik membalut dan bidai.
3|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tehnik Ambulasi dan ROM (Range Of Motion) (Jacob, R, & Tarachnand, 2014)
1. Tehnik Ambulasi
2) Tujuan :
Meredakan tekanan pada titik – titik penekanan saat berada dalam posisi
telentang.
3) Prosedur
prosedur.
Posisikan diri anda searah pinggang pasien pada tepi ranjang dimana
4|
Condongkan badan anda,tekuk pangggul, lutut dan pergelangan kaki
anda. Buat kuda – kuda dengan berat badan menumpu pada kaki
depan.
2) Tujuan
3) Prosedur
c) Posisikan pasien miring menghadap ketepi ranjang dimana dia akan duduk
5|
e) Berdiri menghadap pinggul pasien,lebarkan kaki anda dengan satu kaki
f) Letakkan lengan yang dekat dengan bagian atas tempat tidur dibawah bahu
j) Pada saat yang sama, pindahkan tumpuan anda pada pada kaki belakang
6|
Sumber : (Perry, Potter, & Ostendorf, 2014)
2) Tujuan :
3) Prosedur
a) Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan dan instruksikan apa yang
harus dilakukan
c) Bantu pasien duduk di tepi ranjang. Posisikan kursi roda pada sudut 450
f) Masukkan tangan melewati bawah aksila pasien dan letakkan tangan pada
scapula
g) Bantu pasien berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan lutut dan
pinggul anda.
i) Instruksikan pasien untuk duduk bila telah merasakan tepi dari tempat
k) Tekuk pinggul dan lutut anda serta pasien didudukan di kursi roda
7|
Sumber (Perry et al., 2014)
1) Definisi : memindahkan pasien yang tidak berdaya dari brankar ke tempat tidur
atau sebaliknya.
2) Alat
a) Brankar
b) Selimut pengankut
3) Tujuan
4) Prosedur
8|
a) Perawat mencuci tangan
memindahkan ke brankar)
j) Fleksikan pinggul anda dan tarik pasien secara serenpak pakai seprei
l) Naikkan jeruji di tepi tempat tidur pasien atau kencankan tali pengikat
1) Definisi : memindahkan pasien yang tidak berdaya dari brankar ke tempat tidur
atau sebaliknya.
2) Tujuan :
9|
3) Prosedur
g) Tiga perawat dengan tinggi badan rata – rata sama berdiri di samping
selipkan dibawah kepala dan bau,tubuh bagian atas dan panggul, paha dan
tunkai bawah, dengan jari – jari anda memegang sisi lain tubuh pasien.
j) Pada hitungan ketiga kedua perawat mundur dan dengan poros kaki
tempat tempat tidur tepat ditengah dengan menekuk lutut dan pinggul
m) Naikkan jeruji di tepi tempat tidur pasien atau kencankan tali pengikat
10|
1) Definisi : latihan isotonik yang dilakukan baik oleh pasien sendiri atau dibantu
oleh perawat untuk memobilisasi semua semua sendi lewat pergerakan dengan
jangkauan penuh.
2) Tujuan :
3) Prosedur :
c) Lepaskan cincin atau perhiasan lain yang bersifat menjepit atau dapat
mencederai pasien
11|
h) Mulaialah latihan passif mulai dari kepala diteruskan kebawah
Leher
hiperekstensi leher.
Bahu
Badan
Siku
Lengan bawah
fungsional
Pergelangan tangan
Tangan
ibu jari
Pinggul
12|
Gerakkan pinggul lewat gerakan fleksi,ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi
internal dan rotasi eksternal dan sirkumduksi dengan topangan diatas dan
dibawah sendi
Lutut
i) Pasien dirapikan
j) Cuci tangan
k) Catat prosedur
l) Gerakan sendi totalnya tiga kali dan dilakukan dua kali sehari (Jacob et al.,
2014)
13|
Sumber (Perry et al., 2014)
14|
B. Perawatan Luka Post ORIF Dan OREF
jaringan lunak yang luas, kemungkinan terjadi defisit neurologis atau sindroma
lain dari tungkai yang sama. Pengkajian neurovaskular berkelanjutan sangat penting.
Temuan terbaru harus dibandingkan dengan data awal, dan tungkai yang terkena harus
dibandingkan dengan tungkai yang tidak sakit. Mintalah klien melaporkan perubahan apa
pun, dan atasi segala keluhan dengan cepat. Lokasi pin dan luka harus dikaji secara rutin
terhadap tanda-tanda infeksi, dan pin harus diperiksa dari adanya kelonggaran. Dapat
ditemukan sedikit perdarahan segera setelah memasukkan pin dan dapat diatasi dengan
perban tekan kecil; namun, perdarahan yang berlanjut lebih dari 24 jam harus menjadi
perhatian dokter bedah. Proses penyembuhan tulang harus dikaji, dan didokumentasikan
dengan hati-hati.
Cedera terhadap jaringan adiposa pada lokasi pin dapat menghasilkan drainase
berlemak yang menyerupai pus. Hati-hati terhadap tanda infeksi yang spesifik, seperti
instabilitas pin, drainase dengan bau dan warna, dan tegangan kulit pada lokasi insersi
(tenting). Jika tenting terjadi, dokter bedah harus dikasih tahu sehingga luka dapat
diperluas. Status nutrisi klien sangat memengaruhi penyembuhan tulang dan luka; hati-
hati terhadap kecukupan makanan dan juga ketidakmampuan klien untuk mengunyah dan
menelan. Hati-hati terhadap keluhan mual atau muntah. Nilai laboratorium apa pun yang
tidak normal harus dikaji sebagai kemungkinan adanya nutrisi buruk. Jika klien
merokok, kajilah keinginan untuk berhenti dari merokok. Harus ditekankan bahwa
banyak bukti-bukti baru yang menunjukkan bahwa merokok menghambat atau mencegah
15|
penyembuhan tulang setelah pembedahan atau trauma. Reduksi Terbuka dan Fiksasi
Internal Tujuan terapi pascaoperasi adalah sebagai berikut (Blace & Hawks, 2014).
2. Pengembalian kemampuan berjalan dengan beban, jika perlu dengan alat bantu
atau implant. Istilah reduksi terbuka mengindikasikan bahwa suatu insisi bedah
Fiksasi internal artinya penggunaan alat-alat seperti pin atau plat untuk menahan tulang
agar tetap lurus selama penyembuhan. Reduksi dan fiksasi yang sempurna mungkin
susah didapatkan pada klien dengan penurunan kepadatan tulang akibat osteoporosis.
Jika fraktur sangat berkeping-keping atau kepala femur sudah hancur, diperlukan
penggunaan endoprostesis untuk mengganti keseluruhan kepala femur. Untuk klien yang
diperlukan
a) Pengertian
ORIF adalah tindakan invasif bedah fiksasi internal dengan dengan tujuan untuk
16|
1) Komplikasi post opp ORIF dapat meliputi anemia dan trombositopeniai
terjadi pada pasien dengan kerusakan jaringan yang luas, dan beresiko
4) Malunion, suatu keaadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
5) Infeksi, sistem pertahan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam. Ini
biasanya terjadi pada fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat (Rosyidi k, 2013).
6) Avaskuler Nekrosis (AVN), AVN terjadi karena aliran darah ketulang rusak
17|
2. Open Reduction Eksternal Fixation (OREF)
a) Pengertian
OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang
dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu
batang lain.
b) Indikasi
1) Fraktur terbuka grade II dan III, fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan
lunak
2) Fraktur terbuka yang disertai dengan hilangnya jaringan atau patah tulang
yang parah
3) Fraktur yang sangat kominutif ( hancur dan remuk) dan tidak stabil
c) Tujuan
tulang, mobilisasi awal dan latihan awal untuk sendi di sekitarnya sehingga
2) Untuk menghilangkan nyeri , nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena
frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah
tersebut
4) Agar terjadi penyatuan tulang kembali, biasanya tulang yang patah akan
menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam
18|
waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang,
d) Sedangkan komplikasinya
3) Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau non
union
4) Emboli lemak.
5) Overdistraksi fragmen.
e) Hal-hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan ORIF dan
OREF
1) Persiapan psikologis
fiksator eksternal. Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.
Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan
fiksator ini.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin
harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat
19|
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh
darah.
3) Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus
harus diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
4) Latihan isometric
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
dan tulang.
1) Pencegahan Infeksi
Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran mukosa
atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka operasi
2) Tujuan
situs pin.
20|
Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
mereka dapat dengan aman melakukan perawatan pin situs dan mengenali
komplikasi..
3) Prosedur
Mencuci tangan
4) Menyiapkan alat:
Khasa steril
Com 1 buah
Nacl 0,9 %
Sabun cair
Gunting plester
Perlak/under pad
Bengkok
21|
Masker
Apron
5) Tahap orientasi
keluarga
6) Tahap kerja
dimulai
klien menggunakan selimut atau handuk sehingga hanya area luka yang
terpapar
manset
pakai
Jaga privacy pasien, dengan tutup tirai yang ada di sekkitar pasien, juga
22|
Mengatur posisi klien, instrusikan pada klien untuk tidak menyentuh
Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan
perlahan, sejajar pada kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih
Basahi kain khasa dengan sabun, bersihkan luka dengan larutan sabun
pada daerah kulit sekitar luka (pegang khasa mengunakan pinset steril)
Cuci luka menggunakan sabun dan Nacl 0,9% pada daerah luka dari
23|
Hapus kerak di sekitar pin: Bungkus kain kasa steril yang
Gunakan kain kasa terpisah untuk setiap situs pin. Saat kerak
masing-masing pin.
Rapikan alat
Cuci tangan
24|
25|
26|
C. Tehnik Membalut Dan Bidai
1. Membalut
a. Defenisi, Membalut adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
b. Tujuan
3) Menyokong bagian badan yang cidera dan mencegah agar bagian itu tidak
bergeser
2) Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
4) Kassa steril
1) Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
2) Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian yang akan
dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan
27|
Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan
b, atau diikatkan pada tempat lain maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini
28|
Lengan yang cedera
Telapak kaki
Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi
1) Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi segitiga agar
beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan kedua ujung – ujungnya lancip dan
lebarnya antara 5 – 10 cm
2) Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala
yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki terkilir
Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga berbentuk pita
Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara sebelum diikat
29|
Luka pada dagu
30|
Kemudian ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain Secukupnya
4) Gambar cara membalut dengan pita
Pada kepala
Pada lengan
Pada tumit
Pada telapak tangan
Kassa steril
1) Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang
sudah diberi obat – obatan (antibiotik, antiplagestik)
2) Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut
Prosedur Pembalutan
1. Perhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan menjawab pertanyaan ini :
Bagian dari tubuh yang mana ?
Apakah ada luka terbuka atau tidak ?
Bagaimana luas luka tersebut ?
Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak ?
2. Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan ! dapat salah satu atau kombinasi
3. Sebelum dibalut jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan atau dislokasi perlu direposisi
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan :
Dapat membatasi pergeseran atau gerak bagian tubuh yang memang perlu
difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita
31|
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya pada balutan berlapis, lapis yang
2. Pembidaian
a) Pengertian, Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar
bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi). Balut bidai adalah
fiksator /imobilisator.
b) Tujuan
4) Mempercepat penyembuhan
9) Memberikan tekanan
c) Prinsip Pembidaian
32|
1) Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan mengalami
2) Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
d) Syarat-syarat Pembidaian
2) Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang
5) Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
33|
e) Persiapan Pasien
perubahan warna, luka, atau edema. (Lihat dengan teliti daerah penonjolan
tulang).
3) Khusus untuk di Unit Gawat Darurat, perhatikan jika ada luka maka
bersihkan luka, dan berikan balutan atau jahitan jika luka terbuka.
4) Khusus untuk di Unit Perawatan, Kaji ulang adanya program khusus dalam
Perhatikan area yang akan dipasang perban, jenis perban yang dibutuhkan,
memberikan tekanan.
8) Mencuci tangan.
f) Indikasi Pembidaian
2) Terkilir
3) Luka terbuka
34|
g) Kontra Indikasi
gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat pada distal daerah
2) Hipermobilitas
3) Efusi Sendi
4) Inflamasi
a. Pengertian, Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh.
pemulihan
c. Indikasi
2) Traksi buck, indikasi yang paling sering untuk traksi jenis ini adalah untuk
35|
3) Traksi Dunlop merupakan traksi pada ektermitas atas
4) Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan traksi
5) Traksi kulit Bryani sering digunakan untuk merawat anak kecil yang
6) Traksi rangka seimbang ini terutama dipakai untuk merawat patah tulang
7) Traksi 90-90-90 pada fraktur tulang femur pada anak-anak usia 3 tahun
d. Kontraindikasi
1) Hipermobilitas
2) Efusi sendi
3) Inflamasi
e. Jenis traksi
1) Skin Traksi
Traksi kulit (skin traksi) adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera dan biasanya
digunakan untuk jangka pendek (48 -72 jam). Traksi kulit menunjukkan
2) Skeletal Traksi
3) Traksi skeletal adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
36|
(kawat) ke dalam. Traksi ini menunjukkan tahanan dorongan yang di
aplikasikan langsung ke skeleton melalui pins, wire atau buat yang telah
dimasukkan kedalam tulang. Untuk melakukan ini berat yang besar dapat
digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk
mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur
f. Prosedur
1) Pra interaksi
Pisau cukur
Balsam perekat
37|
Beban
Bantal kasur
Gunting
Bedak
Handuk
Kapas lidi
Povidone iodine
Kasa steril
Nierbekken
5) Orientasi
- Menjaga privacy
38|
6) Tahap kerja
Pelaksanaan prosedur
Mencuci tangan
Gunakan handscoon
Ambil skin traksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial
fraktur
- Skin traksi
kembali
39|
Anjurkan pasien untuk menggerakkan ekstremitas distal yang
terpasang traksi
rotasi
- Traksi skeletal
Cuci tangan
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan
steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin menggunakan kapas lidi
Beri salep antibakteri jika diperlukan atau sesuai protokol tutup kasa
Cuci tangan
punggung/bokong
40|
Terminasi
- Lepaskan handscoon
kulit atau cairan yang keluar di sekitar traksi jika menggunakan skin
traksi.
3. Perawatan Gips
a) Pengertian
kontur tubuh tempat gips dipasang. Gips juga merupakan balutan ketat yang
1) Fraktur
2) Dislokasi tulang
41|
d) Jenis gips
1) Short arm cast, dipasang pada bawah siku sampai palmar / telapak tangan
4) Long leg cast, diapasang di atas dan 1/3 bagian paha sampai kaki
5) Walking cast, a short atau long leg cast untuk memberikan kekuatan
8) Shoulder spica cast dipasang pada sebagian kecil badan dan shoulder
hingga siku
9) Hip spica cast dipasang pada sebagian kecil badan dan ekstremitas bawah
e) Prosedur
1) Persiapan alat
Gips
Sarung tangan
Baskom/ember berisi air bersih
Set perawatan luka
2) Persiapan pasien
Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan beserta tujuannya
secara mendetail
3) Prosedur pelaksanaan
Cuci tangan
Jika terdapat luka di sekitar tempat yang akan dilakukan pemasangan
gips, bersihkan dan kaji luka. Laporkan pada dokter jika ada kotoran
atau partikel asing yang tidak dapat diangkat.
Pasang stockinett. Stockinette dipasang di atas tungkai dan harus
dipotong beberapa inci lebih panjang dari perkiraan panjang akhir dari
gips sehingga bagian berlebih dapat ditarik untuk menutupi kulit
pasien. berlebih dapat ditarik untuk menutupi kulit pasien. Pastikan
42|
berukuran tepat dan tanpa kerutan untuk menghindari titik tekanan
pada jaringan di bawahnya.
Gunakan bantalan atau gulungan kasa pada tungkai untuk mengelilingi
lokasi fraktur. Bantalan tambahan mungkin diperlukan untuk
penonjolan tulang tetapi terlalu banyak bantalan akan menambah
tekanan.
Bungkus lapisan pertama tanpa meregangkan bantalan tersebut dari
distal proximal
Pasang lapisan kedua dengan lebih ketat dari proksimal distal
Masukkan gulungan bahan gips plester kedalam air bersih dalam
ember satu demi satu lalu air diperas kemudian perban tersebut
dipasang mengelilingi lokasi tubuh yang terluka. Bahan sintetik tidak
perlu ditenggelamkan dalam air. Saat pemasangan gips, sanggahlah
tungkai dari bawah, dengan hanya menggunakan telapak tangan untuk
menghindari tekanan berlebihan hanya pada satu area.(Suddarth, 2002)
Ujung jari tidak boleh menekan gips dan tidak boleh bersandar pada
permukaan keras atau tajam. Hal tersebut dapat menyebabkan gips
menjadi rata dan dapat menciptakan tekanan
Segera setelah prosedur selesai kulit pasien harus dibersihkan dari
bahan gips yang berlebihan
Rapikan alat dan pasien
Dokumentasikan apa yang telah dilakukan dan catat respon pasien
4) Hal-hal yang harus diperhatikan setelah pemasangan gips
Awasi adanya tanda-tanda sindrome kompartemen, emboli lemak, dan
DVT
dekat gips.
43|
44|
45|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca operasi dimulai dari bangun
dan duduk sampai pasien turun dari tempat tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat
ORIF adalah tindakan invasif bedah fiksasi internal dengan dengan tujuan untuk
mempertemukan serta memfiksasi kedua ujung fregmen tulang yang patah dengan
menggunakan pin, sekrup, kawat, batang atau lempeng untuk mempertahankan reduksi.
tulang ditransfiksasikan diatas dan dibawah fraktur, sekrup/pen atau kawat ditransfiksi
dibagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang
lain.
Traksi adalah suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi
Gips merupakan mineral yang terdapat di alam berupa batu putih tang
mengandung unsur kalsium sulfat dan air. Gips adalah imobilisasi eksternal yang kaku
B. Saran
46|
saran,tanggapan, dan kritikan yang membangun dari teman-teman sangat kami terima
demi menyempurnakan makalah kami. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan
47|
DAFTAR PUSTAKA
Blace, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk
Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedures Jilid
Satu. (M. C. da Silva, Ed.) (2nd ed.). Tangerang Selatan: BINARUPA AKSARA.
Perry, A. G., Potter, P. A., & Ostendorf, W. R. (2014). Clinical Nursing Skills & Techniques
Suddarth, B. &. (2002). BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH. (S. K. Monica
48|