Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK SYSTEM NEUROLOGI DAN SYSTEM INTEGUMEN

KELOMPOK 6

 Abdila Amalia Kartika Putri (206121021)


 Elia Catur Anugrah (206120003)
 Irti Mutiazimah ( 206121013)
 Widiya Ayu Hartini (206121023)

PRODI : D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH

CILACAP

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami kelompok 6 bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan System
Neurologi dan System Integumen” Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Susanti selaku dosen pengampu mata kuliah KKPK II yang telah membimbing kami dalam
mengerjakan makalah ini. Makalah ini memberikan penjelasan tentang Pemeriksaan System
Neurologi dan System Integumen. Agar pembaca dapat memahami dan ilmu tersebut dengan
baik dan benar. Kami menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi makalah ini. Kami juga berharap semoga makalah ini mampu
memberikan pengetahuan kepada pembaca

Cilacap, 14 November 2022

2
KATA PENGANTAR……………………………………………………  2

DAFTAR ISI……………………………………………………………….3

BAB I     

Latar Belakang……………………………………………….….. ……….4

Tujuan dan manfaat………………………………………………………4

BAB II    TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian system Saraf……..…………………………………………. 5

Pengertin pemeriksaan neurologi……………………………………… 5

Prosedur pemeriksaan Fisik……………………….…………….….…. 5

Langkah – Langkah…………..……………………………………….. 6

Aktifitas Refleks……………………………………………………… 11

Fungsi Sensorik……..………………...……………………………….12

Sistem Integumen……….……………………………………………….13

Fungsi Kulit……………………………………………………….……..14

Fungsi Sistem Integumen……………………………………….……….15

BAB III  

Kesimpulan…………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………17

3
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap organ
lainnya. Secara spesifik sistem saraf merupakan suatu sistem protektif dari rangsangan yang
membahayakan, dapat menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya untuk
menghasilkan respon tubuh dan sebagai sistem komunikasi untuk mengirimkan informasi ke
otak. Pemeriksaan neurologik merupakan suatu proses yang dibutuhkan bagi tenaga kesehatan
untuk mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien. Pemeriksaan ini membutuhkan
ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan yang spesifik.

Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit
pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula spinalis tidak dapat dilihat, diiperkusi, dipalpasi
ataupun diauskultasi seperti sistem lainnya dalam tubuh. Agar pemeriksaan neurologis dapat
memberikan informasi yang akurat, maka perlu di usahakan kerja sama yang baik antara
pemeriksa dan pasien dan pasien diminta untuk kooperatif (Brunner, 2001).

Pemeriksaan neurologis yang terdiri atas anamnesis, rangkuman gejala pasien, dan
pembahasan mengenai keluhan yang terkait pada anggota keluarga pasien, akan memfokuskan
pemikiran pemeriksa, mengarahkan pemeriksaan fisik dan menjadi kunci pemeriksaan
diagnostik. Hubungan erat antara gejala neurologik dan gejala penyakit medis lainnya
memerlukan evaluasi medis yang lengkap dan akurat. Pengaturan pemeriksaan neurologis sangat
penting dalam mengikuti suatu urutan pemeriksaan tertentu sehingga tenaga medis dapat
mengevaluasi informasi yang ada dan langsung memeriksa segmen selanjutnya yang belum
diperiksa (Price dan Wilson, 2006)

Tujuan
Tujuan
1. Mengetahui berbagai teknik pemeriksaan fisik sistem persarafan
2. Mengetahui hasil normal dan abnormal pemeriksaan fisik
3. Mengetahui macam-macam pemeriksaan fisik pada sistem persarafan

4
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian sistem saraf


Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan, sangat
khusus dan kompleks untuk mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi
antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf
(neoron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan sel schawnn) yang saling berkaitan dan
terintegrasi satu sama lain (Price dam Wilson, 2006).

Pengertian pemeriksaan neurologis


Pemeriksaan neurologis adalah suatu proses yang membutuhkan ketelitian dan pengalaman
yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi yang sangat spesifik. Meskipun
pemeriksaan neurologis sering terbatas pada pemeriksaan yang sederhana, namun
pemeriksaan ini sangat penting dilakukan oleh pemeriksa, sehingga mampu melakukan
pemeriksaan neurologis dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit dan keadaan fisik
lainnya. Banyak fungsi neurologik paisen yang dapat dikaji selama pengkajian riwayat dan
pengkajian riwayat fisik rutin. Salah satuya adalah mempelajari tentang pola bicara, status
mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik,dan koordinasinya. Aktivitas sederhana
yang dapat memberikan informasi banyak bagi orang yang melakukan pengkajian adalah saat
berjabat tangan dengan pasien (Smeltzer dan Bare, 2002).

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSYARAFAN

1. Persiapan alat :
- Snelen cart
- Bahan untuk penciuman seperti kopi, gula dan the
- Tong spatel
- Reflek hamer
- Garpu tala dan penlight
- Lidi dan kapas

5
2. Langkah-langkah :
a. Pemeriksaan tanda-tanda perangsangan selaput meningen :
-Tanda kaku kuduk
Bila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada
dada —- kaku kuduk positif (+).
-Tanda kerniq
Fleksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
Normal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1350 terhadap tungkai atas.
Kernig + bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
-Tanda laseque
Fleksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m.
ischiadicus.
-Tanda Brudzinski I
Letakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien untuk
mencegah badan tidak terangkat. Kemudian kepala klien difleksikan kedada secara pasif.
Brudzinski I positif (+) bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi
lutut.
-Tanda Brudzinski II
Tanda Brudzinski II positif (+) bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif akan
diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.

6
b. Pemeriksaan GCS ( Glasgow Coma Scale )
Menilai mata (E)
Respon membuka mata ( E = Eye )
Spontan ( 4 )
Dengan perintah ( 3 )
Dengan nyeri ( 2 )
Tidak berespon ( 1 )
Menilai verbal (V)
Respon Verbal ( V= Verbal )
Berorientasi (5)
Bicara membingungkan (4)
Kata-kata tidak tepat (3)
Suara tidak dapat dimengerti (2)
Tidak ada respons (1)
- Menilai motorik ( M )
Respon Motorik (M= Motorik )
Dengan perintah (6)
Melokalisasi nyeri (5)
Menarik area yang nyeri (4)
Menjauhi rangsangan nyeri (fleksi abnormal)/postur dekortikasi (3)
Ekstensi abnormal/postur deserebrasi (2)
Tidak berespon (1)

c. Pemeriksaan syaraf cranial


Saraf kranial :
1. Test nervus I (Olfactory)
Fungsi penciuman
• Test pemeriksaan, klien tutup mata dan minta klien mencium benda yang baunya mudah
dikenal seperti sabun, tembakau, kopi dan sebagainya.
7
• Bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
2. Test nervus II ( Optikus)
Fungsi aktifitas visual dan lapang pandang
• Test aktifitas visual, tutup satu mata klien kemudian suruh baca dua baris di koran, ulangi
untuk satunya.
• Test lapang pandang, klien tutup mata kiri, pemeriksa di kanan, klien memandang hidung
pemeriksa yang memegang pena warna cerah, gerakkan perlahan obyek tersebut,
informasikan agar klien langsung memberitahu klien melihat benda tersebut, ulangi mata
kedua.
3. Test nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear dan Abducens)
Fungsi koordinasi gerakan mata dan kontriksi pupil mata (N III).
• Test N III Oculomotorius (respon pupil terhadap cahaya), menyorotkan senter kedalam tiap
pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi klien dan sinari satu mata (jangan
keduanya), perhatikan kontriksi pupil kena sinar.
• Test N IV Trochlear, kepala tegak lurus, letakkan obyek kurang lebih 60 cm sejajar mid
line mata, gerakkan obyek kearah kanan. Observasi adanya deviasi bola mata, diplopia,
nistagmus.
• Test N VI Abducens, minta klien untuk melihat kearah kiri dan kanan tanpa menengok.
4. Test nervus V (Trigeminus)
Fungsi sensasi, caranya : dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata atas dan bawah.
• Refleks kornea langsung maka gerakan mengedip ipsilateral.
• Refleks kornea consensual maka gerakan mengedip kontralateral.
Usap pula dengan pilihan kapas pada maxilla dan mandibula dengan mata klien tertutup.
Perhatikan apakah klien merasakan adanya sentuhan.
Fungsi motorik, caranya : klien disuruh mengunyah, pemeriksa melakukan palpasi pada otot
temporal dan masseter.
5. Test nervus VII (Facialis)
• Fungsi sensasi, kaji sensasi rasa bagian anterior lidah, terhadap asam, manis, asin pahit.
Klien tutup mata, usapkan larutan berasa dengan kapas/teteskan, klien tidak boleh menarik
masuk lidahnya karena akan merangsang pula sisi yang sehat.
• Otonom, lakrimasi dan salivasi
• Fungsi motorik, kontrol ekspresi muka dengancara meminta klien untuk : tersenyum,
mengerutkan dahi, menutup mata sementara pemeriksa berusaha membukanya

8
6. Test nervus VIII (Acustikus)
Fungsi sensoris :
• Cochlear (mengkaji pendengaran), tutup satu telinga klien, pemeriksa berbisik di satu
telinga lain, atau menggesekkan jari bergantian kanan-kiri.
• Vestibulator (mengkaji keseimbangan), klien diminta berjalan lurus, apakah dapat
melakukan atau tidak.
7. Test nervus IX (Glossopharingeal) dan nervus X (Vagus)
• N IX, mempersarafi perasaan mengecap pada 1/3 posterior lidah, tapi bagian ini sulit di test
demikian pula dengan M.Stylopharingeus. Bagian parasimpatik N IX mempersarafi M.
Salivarius inferior.
• N X, mempersarafi organ viseral dan thoracal, pergerakan ovula, palatum lunak, sensasi
pharynx, tonsil dan palatum lunak.
Test : inspeksi gerakan ovula (saat klien menguapkan “ah”) apakah simetris dan tertarik
keatas.§
Refleks menelan : dengan cara menekan posterior dinding pharynx dengan tong spatel, akan
terlihat klien seperti menelan.§
8. Test nervus XI (Accessorius)
• Klien disuruh menoleh kesamping melawan tahanan. Apakah Sternocledomastodeus dapat
terlihat ? apakah atropi ? kemudian palpasi kekuatannya.
• Minta klien mengangkat bahu dan pemeriksa berusaha menahan —- test otot trapezius.
9. Nervus XII (Hypoglosus)
• Mengkaji gerakan lidah saat bicara dan menelan
• Inspeksi posisi lidah (mormal, asimetris / deviasi)
• Keluarkan lidah klien (oleh sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan minta untuk
menggerakkan ke kiri dan ke kanan.

9
D . Pemeriksaan kekuatan otot

Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara observasi dan pemeriksaan kekuatan.


1. Massa otot : hypertropi, normal dan atropi
2. Tonus otot : Dapat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai
persendian secara pasif.
Bila tangan / tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti dan berulang dapat dirasakan oleh
pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan pasif sehingga tenaga itu
mencerminkan tonus otot. Bila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. Keadaan
otot disebut kaku.
Bila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap gerakan pasif
dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot tidak tetap tapi
bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas klien. Sementara penderita
dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan terhadap fleksi pasif sendi siku,
sendi lutut dan sendi pergelangan tangan. Normal, terhadap tahanan pasif yang ringan /
minimal dan halus.
3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat dilihat dan
diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0 –
5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau
gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.

10
AKTIFITAS REFLEKS
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks
hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 = tidak ada respon
1 = hypoactive / penurunan respon, kelemahan ( + )
2 = normal ( ++ )
3 = lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal ( +++ )
4 = hyperaktif, dengan klonus ( ++++)

Refleks-refleks yang diperiksa adalah :


1. Refleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih 300.
Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan refleks
hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
2. Refleks biceps
Lengan difleksikan terhadap siku dengan sudut 900 , supinasi dan lengan bawah
ditopang pada alas tertentu (meja periksa).
Jari pemeriksa ditempatkan pada tendon m. biceps (diatas lipatan siku), kemudian dipukul
dengan refleks hammer.
Normal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian dan
gerakan pronasi. Bila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada lengan
dan jari-jari atau sendi bahu.
3. Refleks triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900 ,tendon triceps diketok dengan refleks
hammer (tendon triceps berada pada jarak 1-2 cm diatas olekranon).
Respon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi
ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebar keatas sampai otot-otot bahu atau
mungkin ada klonus yang sementara.
4. Refleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang
diperiksa bisa diletakkan / disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.

11
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar
fleksi kaki.
5. Refleks abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. Kalau digores
seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
6. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting . Ia hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. Untuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki dari
tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. Respon Babinski
timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar. Respon yang
normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
FUNGSI SENSORIK
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan
sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab itu sebaiknya
dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain (tetapi ada yang
menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan masih
bisa konsentrasi dengan baik).
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli
(tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa dingin (coldness) atau
perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang keluhan motorik (kelemahan
otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya) disajikan oleh klien sebagai
keluhan sensorik.
Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada perlengkapan
refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.
3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
4. Garpu tala, untuk rasa getar.
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :Jangka, untuk 2 (two)
point tactile dyscrimination.
6. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk pemeriksaan
stereognosis
7. Pen / pensil, untuk graphesthesia.
3. Sikap

12
- Teliti
- Respon terhadap keluhan klien
- Komunikasi therapeutik
- Sopan
SISTEM INTEGUMEN
Pengertian Sistem Integumen
Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup".Sistem integumen
adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan
hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ
yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan
produknya (keringat atau lendir).

Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Pada vertebrata struktur kulit dibagi menjadi
2 bagian, bagian terluar disebut epidermis, dan bagian dalam dermis.
a) Epidermis merupakan lapisan luar yang selalu terdiri dari jaringan epitel berlapis banyak
dan berasal dari derivat ectoderm.
b) Dermis atau torium. Di dalam dermis terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak,
pembuluh darah, ujung-ujung saraf dan kantung rambut.

Kulit dibagi kedalam dua kategori :


- Kulit tebal
Dapat dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki. Menurut seorang bangsa scot : Henry
Faudlus (1880), kulit dari telapak tangan mempunyai alur yang selalu konstan polanya yang
digunakan dalam dactiloscopy atau ilmu merajah tangan (astrologi).dilihat dari penampang
meintangnya tampak tidak merata karena adanya papilla dermis yang menonjol ke epidermis.
Terbentuknya kulit teba antara lain :
v Mula-mula terjadi pembelahan mitos pada stratum germinativum
v Dilanjutkan denga pedorongan sel-sel hasil pembelahan mitosis ini keluar
v Sel-sel yang terdorong keluar ini akan mengalami proses penandukan (kornivikasi)
v Kemudian sel-sel yang telah mengalami penandukan akan terlepaskan
Lapisan epidermis kulit tebal :
a) Stratum germinativum, lapisan in terdiri 2 lapisan :

13
Lapisan basal
Stratum spnosium
b) Stratum granulosum
c) Stratum lusidum
d) Stratum corneum

Lapisan dermis kulit tebal :

a) Stratum papilare, lapisan ini membentuk penjorokan-penjorokan ke epidermis yang


disebut papilla dermis.

b) Stratum retikulare , sifatnya lebih padat daripada stratum papillare, elemen seluler
lebih sedikit di bandingkan lapisan di atasnnya .

- Kulit tipis

Kulit tipis meliput semua permukaan kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki, kulit
yang paling tipis terdapat pada kelopak mata ± 0,5 mm, sedangkan yang tertebal di bagian
punggung yaitu ± 5 mm.

pada kulit tipis dapat di jumpai : kelenjar keringat, kelenjar keringat , kelenjar lemak
atau minyak yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan akar rambut .

Struktur yang membangun epidermis tipis, terdiri dari :

v Stratum germinativum

v Stratum spinosum, tipis saja

v Stratum granulosum, yangtidak kontinyu

v Stratum korneum juga tipis, stratum lusidum tidak ada.

Fungsi – fungsi kulit

• Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.

• Sebagai alat peraba.

14
• Sebagai pelindung organ dibawahnya.

• Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.

• Pengatur suhu tubuh.

• Tempat menimbun lemak.

Pigmentasi kulit

Didalam kulit terdapat butir-butir melanin, terutama pada stratum germinativum pada
bagian epidermis. Fungsi dari melanin adalah melindungi tubuh dari bahaya sinar ultra violet.
Cara terjadinya pembentukan melanin , adalah sebagai berikut :

 Sel-sel yang berperan dalam menghasilkan butir-butir pigmen disebut melanobast,


 Di dalam sitopasma sel terdapat enzim depaoksidase . darah membawa asam
amino tyrosin.
 Tyrosin oleh enzim depaoksidase dengan bantuan sinar ultra volet diubah
menjadi melanin.

Fungsi Sistem Integumen

a. Pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet dan mekanik,


kimia, atau suhu

b. Penerima sensasi, sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu

c. Pengatur suhu, menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan meningkatkan
kehilangan panas saat suhu panas

d. Fungsi metabolic, menyimpan energi melelui cadangan lemak, sintesis vitamin D.

e. Ekskresi dan absorpsi.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan, memisahkan,


melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.

Komponen dari Sistem ini merupakan bagian sistem organ yang terbesar,yakni

Mencakup :

- kulit, merupakan lapisan terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagia yaitu kulit tipis dan
kulit tebal.

- Rambut merupakan organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama mamalia.

- Bulu merupakan struktur keratin yang karakteristiknya terdapat pada bangsa aves, dan di
anggap sebagai modifikasi dari sisik.

- Sisik, secara umumnya berarti semacam lapisan kulit yang keras dan berhelai-helai, seperti
pada ikan, ular atau kaki ayam

- kuku, adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari
sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung
jari.

- kelenjar keringat. Kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan
berbentuk pori-pori halus.

Sistem integument memiliki fungsi antara lain :

- Pelindung dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, & mekanik, kimia, atau
suhu

- Penerima sensasi; sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu

- Pengatur suhu; menurunkan kehilangan panas saat suhu dingin dan meningkatkan kehilangan
panas saat suhu panas

- Fungsi metabolik, menyimpan energi melelui cadangan lemak, sintesis vitamin D.

- Ekskresi dan absorpsi.

16
Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap organ
lainnya. Pemeriksaan neurologik merupakan suatu proses yang dibutuhkan bagi tenaga kesehatan
untuk mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien. Tujuan Pemeriksaan fisik yaitu
Mengetahui sistem persarafan, Mengetahui status kesehatan neurologis pasien, Sebagai alat
untuk menegakkan diagnosa. Anamnese, Inspeksi, Pemeriksaan bahasa dan bicara, Pemeriksaan
status dan fungsi mental, Pemeriksaan GCS, Pemeriksaan Tonus Otot, Pemeriksaan Motorik,
Pemeriksaan Tanda Meningeal, Pemeriksaan Refleks.

17
DAFTAR PUSTAKA

Timbuleng,Treysia, 2019, SISTEM INTEGUMEN, waktu akses web: 20.00,


https://www.academia.edu/6424987/MAKALAH_SISTEM_INTEGUMEN

Al Fajri,Muthmainnah, 2020, SISTEM SARAF, waktu akses web 20.00,


https://www.academia.edu/5893276/Pemeriksaan_neurologis

18

Anda mungkin juga menyukai