Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan
prognosis yang sering kali buruk (Somantri, 2012).Prevalensi kanker paru di
negara maju sangat tinggi, di USA tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400
kasus baru (merupakan kanker baru yang terdiagnosis) dengan 154.900
kematian (merupakan 28% dari seluruh kematian akibat kanker), di Inggris
prevalensi kejadian mencapai 40.000 per tahun, sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Angka kematian akibat kanker paru
di seluruh dunia mencapai kurang lebih satu juta penduduk tiap tahunnya
(Amin, 2007).
Kanker paru biasanya tidak dapat diobati dan penyembuhan hanya
mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien
yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis
penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya
dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru seringkali hanya berupa tindakan paliatif
(mengatasi gejala) dibandingkan dengan kuratif (penyembuhan)
(Somantri,2012).
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kanker paru ?
1.2.2 Apa penyebab dari kanker paru ?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari kanker paru ?
1.2.4 Apa tanda dan gejala dari kanker paru ?
1.2.5 Apa saja pemeriksaan diagnostik kanker paru ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan kanker paru ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan kanker paru ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan definisi kanker paru.
1.3.2 Menjelaskan penyebab kanker paru.
1.3.3 Menjelaskan klasifikasi dari kanker paru.
1.3.4 Mengidentifikasi tanda dan gejala kanker paru.
1.3.5 Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kanker paru.
1.3.6 Menjelaskan penatalaksanaan dan pencegahan kanker paru.
1.3.7 Menjelaskan asuhan keperawatan kanker paru.

1.4 Manfaat
1.4.1 Mengetahui definisi kanker paru.
1.4.2 Mengetahui penyebab kanker paru.
1.4.3 Mengetahui klasifikasi dari kanker paru.
1.4.4 Mengenal tanda dan gejala kanker paru.
1.4.5 Mengetahui pemeriksaan diagnostik kanker paru.
1.4.6 Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan kanker paru.
1.4.7 Mengetahui asuhan keperawatan kanker paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (price,


patofisiologi, 1995). Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel-sel
yang mengalami proliferasi dalam paru ( underwood, patologi, 2000 ).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok (Suryo, 2010).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di
paru,mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan
dariluar paru (metastasis tumor di paru) (Jusuf, 2005).

2.2 Etiologi
 Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh
batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti
ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok
ringan. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam tar dari tembakau
rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
 Radiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50%
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif
dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
 Zat-zat yang terhirup ditempat kerja
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan

3
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh :
radon, nikel, radiasi dan arsen.

2.3 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hiperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptisis, dispnea, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

2.4 Klasifikasi

Menurut Corwin (2009) terdapat 4 jenis umum kanker paru antara lain:

 Karsinoma sel skuamosa berkaitan dengan asap rokok dan pajanan


dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestosdan komponen polusi
udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada sisi
tempat bronkus masuk ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian
meluas kebawah ke bronkus
 Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjar
paru. Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk
bronkiolus terminal dan alveolus.

4
 Kanker sel besar takberdiferensiasi sangat anaplastik dan cepat
bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua kanker paru, sering
terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru.
 Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Tumor
jenis ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh
dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat
sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan insiden
metastasis yang tinggi.

Klasifikasi histologis WHO (1999)dalam Travis (2004) untuk tumor


paru dan tumor pleura:

1. Benign epithelial tumours


2. Malignant epithelial tumours
3. Lymphoproliferative tumours
4. Miscellaneous tumors
5. Metastatic Tumors

2.5 Gambaran Klinis Tumor Paru

Menurut Amin (2007) pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak
menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti
pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejalanya antara lain:

1. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis


2. Hemoptisis
3. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
4. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
5. Atelektasis
6. Invasi lokal
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
d. Sindrom vena cava superior

5
e. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal
recurrent
g. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis
dan saraf simpatis servikalis

2.6 WOC

 Staging (Penderajatan atau Tingkatan) Kanker Paru


Staging kanker paru dibagi berdasarkan jenis histologis Kanker paru,
apakah SLCC atau NSLCC. Tahapan ini penting untuk menentukan pilihan
terapi yang harus segera diberikan pada pasien. Staging berdasarkan ukuran
dan lokasi : tumor primer, keterlibatan organ dalam dada/ dinding dada (T),
penyebaran kalenjer getah bening (N), atau penyebaran jauh (M).

6
Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC)
 Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan
pada jaringan disekitanya.
 Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat
asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
 Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien
dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor
diparu-paru.
 Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan
terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif.
 Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan
belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
 Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer
getah bening di dekatnya.
 Stasium III
Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya,
seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah
bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
 Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru
yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar
juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan
tulang.

7
 Stadium Klinis
Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on
Cancer (AJCC) 1997 yang dikutip oleh Nuzulul (2011) adalah sebagai
berikut:
Stadium Klinis Kanker Paru
STADIUM TNM
Karsinoma Tx, N0, M0 Spuntum mengandung sel-
tersembunyi sel ganas tetapi tidak dapat
dibuktikan adanya tumor
primer atau metastasis
Stadium 0 Tis, N0, M0 Karsinoma in situ
Stadium T1, N0, M0 Tumor termasuk T1 tanpa
IA adanya bukti metastasis
pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang
jauh
Stadium T2, N0, M0 Tumor termasuk klasifikasi
IB T2 dengan bukti metastasis
pada kelenjar getah bening
regional atau tempat yang
jauh
Stadium IIA T1, N1, M0 tumor termasuk klasifikasi
T1 dengan bukti hanya
terdapat metastasis ke
peribrokial ipsilateral atau
hilus kelenjar limfe ; tidak
ada metastasis ke tempat
yang jauh
Stadium T2, N1, M0 atau T3, N0, tumor termasuk klasifikasi
IIB M0 T2 atau T3 dengan atau
tanpa bukti metastasis ke

8
peribronkial ipsilateral atau
hilus kelenjar limfe ; tidak
ada metastasis ke tempat
yang jauh
Stadium T3, N1, M0 atau T1-3, N2, tumor termasuk klasifikasi
IIIA M0 T1, T2, atau T3 dengan
atau tanpa bukti adanya
metastasis ke peribronkial
Stadium T berapa pun, N3, M0 atau tumor dengan metastasis
IIIB T4, N berapa pun, M0 hilus kontralateral atau
kelenjar getah bening
mediastinum atau ke
skalenus atau kelenjar
limfe supraklafikular ; atau
setiap tumor yang
diklasifikasikan sebagai T4
dengan atau tanpa
metastasis ke kelenjar
getah bening regional ;
tidak ad metastasis ke
tempat yang jauh
Stadium T berapa pun, N berapa
IV pun, M1
Keterangan :
Status Tumor Primer (T)
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang
normal.
T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah

9
menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke
hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di
bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak
melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga
pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul
ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.
N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral
N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening
subkarina.
N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus
kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh M)
M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

 Radiologi
a) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan lateral serta tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b) Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

10
 Laboratorium
a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
 Histopatologi
a) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian, dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c) Torakoskopi.
Biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
 Pencitraan
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

11
2.8 Penatalaksanaan dan Pencegahan
2.8.1 Penatalaksanaan
 Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan
sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsi.
b. Pneumonektomi pengangkatan paru
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa, abses paru, infeksi jamur dan tumor jinak tuberkulosis.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru
berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
 Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant / paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi / penekanan terhadap pembuluh darah /
bronkus.
 Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

12
2.8.2 Pencegahan
 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap etiologi (penyebab)
penyakit. Pencegahan primer dilakukan pada orang yang sehat (bebas
kanker). Langkah nyata yang dapat dilakukan adalah memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pencegahan kanker. Berikut adalah
beberapa metode pencegahan primer kanker :
 Menjaga kebersihan dengan pola hidup sehat.
 Vaksinasi.
 Komposisi nutrisi yang rasional.
 Obat tumor jinak dan lesi prakanker.
 Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang
sudah sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit
lebih lanjut dari penyakit serta membatasi terjadinya kecacatan.
Beberapa hal yang termasuk pencegahan sekunder adalah deteksi dini atau
skrining, diagnosis dini, dan pengobatan dini terhadap kanker (prompt
treatment), serta pembatasan kecacatan (disability limitation).
 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan, angka
survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam pengobatan kanker
berupa penatalaksanaan terapi rehabilitatif, paliatif, dan bebas rasa sakit.
Pencegahan tersier hampir sama dengan terapi dan rehabilitasi kanker,
hanya saja ditinjau dari sudut yang berbeda. Diperlukan pedoman yang
baku dalam diagnosis, terapi, dan rehabilitasi pasien. Selain itu, perlu
memberi petunjuk bagi terapi fisiologi (fungsi organ tubuh), psikologis,
nutrisi, dan pelatihan untuk mengembangkan terapi bebas rasa sakit dan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien stadium lanjut dan
memperhatikan perawatan pasien terminal (stadium akhir).

13
2.9 Asuhan Keperawatan

 Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama
atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan,
pekerjaan klien, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor registrasi dan
asuransi kesehatan.
a) Keluhan utama
Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkhogenik biasanya
bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan
sesak napas.
b) Riwayat penyakit saat ini
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan
tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini
menyerupai pneumonitis yang tidak ditanggulangi. Batuk merupakan
gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien dengan bronkhitis
kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.
c) Riwayat penyakit sebelumnya
Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya
keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat badan secara
signifikan.
d) Riwayat penyakit keluarga
Terdapat juga bukti bahawa anggota keluarga dari kliaen dengan
kanker paru beresiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun
masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor
herediter atau karena faktor-faktor familial.

b. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Klien mengeluh batuk yang berkepanjangan,dengan /tidak disertai
sekret,nyeri pada dada ,malaise dan keletihan fisik.
2. Pola aktivitas dan latihan

14
Klien memiliki kesulitan pada aktifitasnya karena klien merasa lemah dan
keletihan fisik.
3. Pola nutrisi dan metabolik
Pemenuhan nutrisi pada klien kanker paru-paru menurun dikarena
biasanya nafsu makan buruk dan intake nutrisi yang tidak adekuat.
4. Pola eliminasi
Eleminasi alvi: sukar BAB ,dikarnakan gerak peristaltik usus menurun.
Eliminasi urin: pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungan
intake cairan
5. Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena batuk , penumpukan sputum serta nyeri
dada yang menyebabkan gangguan kenyamanan pada klien.
6. Pola kognitif dan perseptual
Klien dan keluarganya biasanya tidak terlalu mengerti tentang penyakit
yang diderita (kanker paru-paru) ini.
7. Pola konsep diri
Adanya perasaan takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.
8. Pola koping
Mekanisme koping biasanya mal adaptif yang diikuti perubahan
mekanisme peran dalam keluarga, kemampuan ekonomi untuk
pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor
pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga.
9. Pola seksual dan reproduksi
Pola seksualnya kurang terpenuhi karena kondisinya tersebut.
10. Pola peran hubungan
Hubungan klien dengan keluarganya terganggu karena klien tidak dapat
menjalankan aktifitasnya seperti biasa.
11. Pola nilai kepercayaan
Pemenuhan aspek spiritual seperti ibadah biasanya tidak dapat terpenuhi
secara lengkap karena nyeri dada, batuk dan kelemahan fisik yang
dirasakan.

15
c. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan
Inspeksi
Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk,
dengan/tanpa peningkatan produksi sekret. Pergerakan dada biasanya
asimetris apabila terjadi komplikasi efusi pleura dengan hemoragi.
Nyeri dada dapat timbul dalam berbagai bentuk tapi biasanya sebagai
rasa sakit atau tidak nyaman akibat penyebaran neoplastik ke
mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul nyeri pleuritis bila terjadi
serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran neoplastik atau
pneumonia. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan
berkurangnya berat badan merupakan gejala-gejala lanjutan.
Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
Perkusi
Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.
Auskultasi
Didapatkan bunyi stidor lokal, wheezing unilateral didapatkan
apabila karsinoma melibatkan penyempitan bronkun dan ini merupakan
tanda khas pada tumor bronkhus. Penyebaran lokal tumor ke struktur
mediastinum dapat menimbulkan suara serak akibat terangsangnya
saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan esofagus, dan paralisis
hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus.
(Alsagaff, 1996 dalam Muttaqin,A, 2008)

2. Diagnosa Keperawatan
 Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan peningkatan
jumlah/perubahan mukus/viskositas sekret, kehilangan fungsi silia
jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.

16
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
 Nyeri berhubungan dengan lesi dan melebarnya pembuluh darah.
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai O2
akibat perubahan sruktur alveoli.

 Diagnosa NANDA, Kriteria Hasil NOC, dan Intervensi NIC

No. Dx NOC NIC


1. Bersihan jalan Status respirasi : Monitor Respirasi
napas tidak efektif kepatenan jalan nafas Aktifitas:
Indikator: - Buka jalan nafas
 Rata- rata pernafasan dengan meggunakan
 Ritme pernafasan teknik chin lift atau
 Kedalaman inspirasi jaw thrust, bila perlu

 Kemampuan - Monitor frekuensi,

membersihkan ritme, dan usaha

sekresi respirasi
- Catat pergerakan

Status respirasi : dada, lihat

ventilasi kesimetrisan.

Indikator : - Monitor pola nafas

 Rata-rata pernafasan - Monitor kebisingan

 Ritme perafasan respirasi


- Catat letak trakea
 Kedalaman inspirasi
- Palpasi kesamaan
 Suara perkusi
ekspansi paru
 Volume tidal
- Monitor sekresi
 Kapasitas vital
respirasi pasien
- Auskultasi bunyi paru
setelah perawatan dan
catat hasilnya

17
- Monitor kemampuan
pasien untuk batuk
secara efektif
- Monitor dyspnea dan
hal-hal yang
meingkatkan atau
memperburuknya

Airway Management
Aktifitas :
- Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift
atau ut;ter thrust bila
perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkanventilasi
- Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
- Berikan bronkodilator
bila perlu
- Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor respirasi dan
position O2

18
2. Pola nafas tidak Kepatenan jalan nafas: Manajemen Jalan
efektif Indikator : Nafas
- Frekuensi nafas Aktivitas :
normal - Buka jalan nafas
- Irama nafas normal dengan teknik
- Tidak ada demam mengangkat
- Tidak cemas dagu atau
- Bebas dari suara nafas dengan
tambahan mendorong
rahang sesuai
Ventilasi keadaan
Indikator : - Beri aerosol,
- Pengembangan dada pelembab/oksige
simetris n, ultrasonic
- Kenyamanan dalam humidifier jika
bernafas diperlukan
- Frekuensi nafas - Posisikan pasien
normal untuk
- Suara nafas normal mengurangi
- Tidak ada suara nafas dispnu
tambahan - Monitor
pernafasan dan
Status tanda-tanda vital status oksigen
Indikator : - Dorong nafas
- Suhu badan dalam, pelan dan
- Denyut nadi batuk
- Pernapasan - Identifikasi
- Tekanan darah masukan jalan
diastolic nafas baik yang
- Tekanan darah sistolik aktual ataupun
potensial
- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi yang
potensial

Monitor Pernafasan
Aktivitas :
- Monitor
frekuensi, rata-

19
rata, irama,
kedalaman dan
usaha bernafas
- Catat
pergerakkan
dada, lihat
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
dan
supraklavikula
dan retaksi otot
intercostal
- Monitor bising
pernafasan
seperti ribut
atau dengkuran
- Monitor pola
nafas seperti
bradipnu,
takipnu,
hiperventilasi,
pernafasan
kussmaul,
Ceyne stokes,
apnu, biot dan
pola ataksi

3. Gangguan Status nutrisi Manajemen Nutrisi


pemenuhan nutrisi Indikator : Aktifitas :
kurang dari  Asupan zat gizi - Mengontrol
kebutuhan tubuh
 Asupan makanan dan penyerapan
makanan/cairan
cairan
dan menghitung
 Energi intake kalori
 Indeks masa tubuh harian, jika
 Berat badan diperlukan
- Memantau
Status nutrisi : intake ketepatan urutan
makanan untuk
nutrien
memenuhi
Indikator : kebutuhan
- Intake kalori nutrisi harian
- Intake ptotein - Menetukan

20
- Intake lemak kebutuhan
- Intake karbohidrat makanan saluran
- Intake zat besi nasogastric
- Anjurkan pasien
- Intake vitamin
untuk memilih
- Intake mineral makanan ringan,
- Intake kalsium jika kekurangan
air liur
Pengontrolan berat mengganggu
badan proses menelan
Indikator : - Memastikan
bahwa makanan
 Menggunakan berupa makanan
suplemen nutrisi jika yang tinggi serat
diperlukan untuk mencegah
 Mempertahankan pola konstipasi
makan yang dianjurkan - Membantu
pasien
 Mempertahankan
membentuk
keseimbanagan cairan posisi duduk
 Mengontrol berat badan yang benar
Mempertahankan intake sebelum makan
kalorioptimal harian - Mengajarkan
pasien dan
kelurga tentang
memilih
makanan

Monitor Nutrisi
Aktivitas:
- Timbang berat
badan klien
- Monitor
kehilangan dan
pertambahan
berat badan
- Monitor respon
emosi klien
terhadap situasi
dan tempat
makan
- Monitor adanya
mual dan muntah
- Monitor nilai
albumin, total

21
protein,
hemoglobin dan
hematokrit
- Monitor nilai
limfosit dan
elektrolit
- Monitor menu
makanan dan
pilihannya
- Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
- Monitor tingkat
energi, lelah,
lesu, dan lemah
- Monitor intake
kalori dan nutrisi

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok.
3.1.2 Gambaran klinis kanker paru antara lain : batuk, hemoptisis, mengi,
abses paru, atelektasis, invasi lokal.
3.1.3 Penatalaksanaan kanker paru dapat dilakukan dengan jalan :
pembedahan, radiasi, kemoterapi.
3.1.4 Pencegahan kanker paru :
- Pencegahan primer : menjaga kebersihan dengan pola hidup sehat,
vaksinasi, komposisi nutrisi yang rasional,
obat tumor jinak dan lesi prakanker.

- Pencagahan sekunder : deteksi dini atau skrining, diagnosis dini,


dan pengobatan dini terhadap kanker
(prompt treatment), serta pembatasan
kecacatan (disability limitation).
- Pencegahan tersier : terapi dan rehabilitasi kanker.
3.1.5 Diagnosa keperawatan utama :
 Bersihan jalan nafas tidak efektif, berhubungan dengan peningkatan
jumlah/perubahan mukus/viskositas sekret, kehilangan fungsi silia
jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf, Hood. (2006). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University pree.

Corwin, Elisabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi. Jakarta : EGC.

Deherba. “ Apa Saja Metoda Pencegahan Kanker “.


https://www.deherba.com/apa-saja-metode-pencegahan-kanker.html,
diakses pada 20 Oktober 2016.

NN. “ Laporan Pendahuluan Ca Paru / Kanker Paru “.


http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-ca-
paru-kanker-paru.html#.WAjlVIN9601, diakses pada 20 Oktober 2016.

Somantri, Irman. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan cetakan kedua. Jakarta :
Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai