1 Darilah R.230417025
2 Eka Yulianti Dewi R. 230417002
3 Intan Cahaya R. 230417006
4 Iman Sobirin R. 230417061
5 Merliyani R. 230417052
6 M Eris Kurniadi R. 230417019
7 Nurika Bella R. 230417033
8 Putri Rakhmatul Janah R. 230417037
9 Rahadatul Aisy Nisrina R. 230417022
10 Reikhan Ilham Habib A R. 230417021
11 Reza Rosita R. 230417012
12 Rina Hardianti R. 230417043
13 Yeni Lidiya R. 230417041
14 Yusriyyah Durrotul Hikmah R. 230417062
15 Zihan Fauziah R. 230417030
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri dari berbagai
profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu sama lain.
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyediakanpelayanan
kesehatan individu secara paripurna seperti pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat. Rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan kepentingan pasien, sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
yaitu pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif.
(Permenkes RI no.4, 2018). Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya perlu
penataan atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Ruang Prabu Siliwangi Lantai III merupakan salah satu ruangan rawat inap
non bedah khusus perempuan kelas III di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Jumlah
tenaga Kesehatan di ruang Prabu Siliwangi Lantai III sebanyak 17 orang,
diantaranya 1 Kepala Ruangan, 1 Ketua Tim, dan 15 orang sebagai Perawat
Pelaksana. Ruang Prabu Siliwangi Lantai III memiliki kapasitas bed sebanyak 23
yang terbagi 7 kamar. Selain itu, terdapat ruangan Ners Station, obat, diskusi, dan
ruangan alkes.
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai gabungan sumber-sumber
keperawatan, Kerjasama /koordinasi sehingga sehingga proses manajemen dapat
mencapai tujuan, pelayanan keperawatan dan objektivitas asuhan keperawatan
(Huber,2014). Manajemen keperawaan adalah suatu cara melaksanakan pelayanan
asuhan keperawatan oleh tenaga keperawatan melalui penerapan fungsi manajemen
yang diawali dari penyusun perencanaan, pemhorganisasian, melakukan
pengawasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi (Delfira, R 2022).
Manajemen keperawatan merupakan hal yang sangat penting untuk
memberikan pelayanan yang terbaik untuk klien. Manajemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di
organisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing,
actuating, controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai
tujuan organisasi (Nursalam, 2011). Proses manajemen keperawatan sejalan dengan
proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Sebagaimana
proses keperawatan terdiri atas pengumpulan data, identifikasi masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Nursalam, 2011).
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada pasien.
Mc Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model
pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit
adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari
beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan
kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan
mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan
berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan
rumah sakit (Nursalam, 2014).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
profesional (SP2KP) dalam dunia kerja dengan penuh tanggung jawab dan efisien
sesuai standar di ruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Cirebon.
2. Tujuan Khusus
C. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan pada tanggal 12 Februari – 02 Maret 2024
1. Observasi
keadaan inventaris ruangan, pelaksanaan tugas kepala ruang, ketua tim, dan perawat
mencuci tangan 6 langkah, transfer pasien, 6 benar cara pemberian obat, kuesioner
2. Wawancara
3. Studi dokumentasi
organisasi, inventaris ruangan, pelaksanaan tugas kepala ruang, ketua tim, dan
kebersihan mencuci tangan 6 langkah, transfer pasien, 6 benar cara pemberian obat,
kuesioner timbang terima, orientasi pasien baru dan kuesioner risiko jatuh.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
Manajemen adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada baik sumber daya manusia, alat maupun dana,
sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada
pasien, keluarga dan masyarakat. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses
dilaksanakan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka (Suyanto 2009, hlm.5).
Manajemen keperawatan merupakan ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Kuntoro, 2010, hlm.2).
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang tiap-tiap
komponen saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh lima
elemen, yaitu input, (informasi, personel, peralatan dan fasilitas), proses, output
(hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan), control (upaya meningkatkan
kualitas hasil), dan mekanisme umpan balik (menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan) (Kuntoro, 2010, hlm.24).
B. Fungsi-Fungsi Manajemen
1. Perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah strategis dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksudkan untuk
menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien,
menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang
dapat mengoptimalkan efektivitas kerja staf, serta menegakkan kebijakan dan
prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan
(Nursalam 2011, hlm. 53).
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan
mencapai objektif, penugasan suatu kelompok, manajer dengan autoritas
pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas
yang tepat dengan unit lainnya, baik secara vertikal maupun horisontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai objektif organisasi (Swanburg, 2000, hlm.
2015).
3. Staffing / Ketenagaan
a. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawataan
1) Faktor klien
a) Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan perawatan
b) Tipe klien sesuai dengan jenis penyakitnya, usia, maupun faktor
spesifik
c) Jumlah klien dan fluktuasi (naik turunnya)
d) Keadaan sos-eko yang memenuhi kesehatannya
e) Harapan klien dengan keluarganya
2) Faktor staf/tenaga
a) Jumlah dan komposisi tenaga keperawatan
b) Kebijakan pengaturan dinas
c) Peran fungsi dan dan tanggung jawab perawat
d) Kebijakan personaliaTingkat pendidikan dan pengalaman karyawan
e) Kelangkaan tenaga perawat spesifik sikap etis para profesional
3) Faktor lingkungan
a) Tipe dan lokasi RS
b) Lay out ruang keperawatan
c) Fasilitas dan pelayanan kesehatan yang diberikan
d) Kelengkapan peralatan medis atau diagnostic
e) Yang penunjang dari instalasi lain, ex. PMI
f) Macam kegiatan yang dilakukan: penyuluhan, kunjungan rumah, dll.
4) Faktor organisasi
a) Mutu pelayanan
b) Kebijakan pembinaan dan pengembangan
b. Penentuan beban kerja
1) Jumlah pasien/hari/bulan/tahun
2) Kondisi pasien
3) Rata-rata lama rawat
4) Pengukuran pelayanan langsung dan tidak langsung
5) Frekuensi tindakan keperawatan
a) Pengalaman atau tingkah laku perawat
b) Keterampilan
c) Pengetahuan
c. Macam-macam cara dinas
1) 7 jam/shift : dengan 6 hari kerja = 40 jam/mgg
2) 8 jam/shift : dengan 5 hari kerja = 40 jam/mgg10 jam/shift : dengan 4
hari kerja = 40 jam/mgg
4. Penggerakkan
Menurut Suarli & Bahtiar (2010, hlm.13) penggerakkan adalah melakukan
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau dan suka bekerja dalam rangka
menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama. Dalam hal ini, diusahakan
agar orang yang diperintah dari atasan, tetapi tergerak hatinya untuk menyelesaikan
tugasnya dengan kesadaran sendiri. Ada tiga tipe penggerakkan yang dapat
dijadikan bahan acuan, yaitu kepemimpinan, motivasi kerja, serta KISS
(koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) dan komunikasi.
5. Pengendalian dan pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengetahui apakah pelaksanaan
kegiatan atau pekerjaan sesuai dengan rencana, pedoman, ketentuan, kebijakan,
tujuan, dan sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya. Tujuan dari pengawasan
ialah untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan
ketidaksesuaian yang dapat mengakibatkan tujuan atau sasaran organisasi tidak
tercapai dengan baik, karena pelaksanaan pekerjaan tidak efisien dan tidak efektif
(Suarli & Bahtiar, 2010).
C. Prinsip Manajemen Keperawatan
Menurut Swanburg (2000, hlm. 10) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
manajemen keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan adalah perencanaanManajemen keperawatan
adalah penggunaan waktu yang efektif
2. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan.
3. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat.
4. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
5. Manajemen keperawatan adalah perorganisasian
6. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, di siplin dan bidang studi
7. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
8. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan
9. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
10. Manajemen keperawatan memotivasi
11. Manajemen keperawatan merupakan kominikasi efektif
12. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
2. Perencanaan
Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan
kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan
yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan
Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka
tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer
memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
4. Evaluasi
Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu
melaksanakan perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam
pelaksanaan.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen, sebagaimana juga proses keperawatan, terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan,
dan kegiatan penilaian hasil.
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
Khusus Disesuaikan
Keterangan:
TM : Tenaga Medis
TT : Tempat Tidur
TPP : Tenaga Para Medis Perawatan
TPNP : Tenaga Para Medis Non Perawatan
TNP : Tenaga Non Medis
Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah
sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif
perhitungan yanglain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.
b. Cara Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memangnyata dilakukan oleh perawat.
Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat
dibutuhkan waktu sebagai berikut:
1. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
2. Untuk kasus mendesak : 71,28 menit
3. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di rumah sakit Filipina, menghasilkan data sebagai
berikut:
Rata-rata jam
No Jenis pelayanan
perawatan/hari
2 Bedah 3,4
I. Patient Safety
1. Pengertian
Patient safety adalah pasien bebas dari cedera yang tidak seharusnya terjadi
atau bebas dari cedera yang potensial terjadi (penyakit, cederafisik/sosial
psikologis, cacat, kematian) terkait dengan pelayanan kesehatan (KKP-RS, 2008).
Patient Safety (keselamatan pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana RS
membuatasuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk assesment resiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya
cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes, 2006).
2. Kebijakan DepKes tentang keselamatan pasien rumah sakit antara lain:
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
b. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
c. Menurunnya Kejadian Tak Diharapkan (KTD).
d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KTD.
3.
a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
Kebijakan patient safety di rumah sakit antara lain:
b. Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan
pasien.
c. Rumah Sakit wajib menerapkan standart keselamatan pasien.
d. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui
program akreditasi rumah sakit.
4. Sistim keselamatan pasien rumah sakit :
a. Pelaporan insiden, laporan bersifat anonim dan rahasia.
b. Analisa, belajar, riset masalah dan pengembangan taxonomy.
c. Pengembangan dan penerapan solusi serta monitoring/evaluasi.
d. Penetapan panduan, pedoman, SOP, standart indikator keselamatan
pasien berdasarkan pengetahuan dan riset.
e. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarganya
5. Langkah penerapan program patient safety (DepKes.2006)
a. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
b. Membangun komitmen dan fokus yang jelas tentang keselamatan
pasien.
c. Membangun sistem dan proses managemen resiko serta melakukan
d. identifikasi dan assessmen terhadap potensial masalah.
e. Membangun sistim pelaporan.
f. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
g. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan
melakukan analisis akar masalah.
h. Mencegah cedera melaluiimplementasi sistem keselamatan pasien
dengan menggunakan informasi yang ada
6. Langkah-langkah Pelaksanaan Patient Safety
a. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names)
b. Pastikan identifikasi pasien
c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien
d. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
e. Kendalikan cairan elektrolit pekat
f. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
g. Hindari salah kateter dan salah sambung slang
h. Gunakan alat injeksi sekali pakai
i. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
7. Pelaksanaan Standart precaution
Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), Standart precautions merupakan
suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and
Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration
(OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui
darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu menurut
Kurniawati dan Nursalam (2007), kewaspadaan Standart (KU) atau Standart
Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan
tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke
pasien lainnya.
Tujuan Standart precautions menurut Kurniawati dan Nursalam (2007):
a. Mengendalikan infeksi secara konsisten Standart precautions
merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan
kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu, untuk mengurangi risiko infeksi yang
ditularkan melalui darah.
b. Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau
tidak terlihat seperti berisiko. Prinsip Standart precautions diharapkan akan
mendapat perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah
maupun cairan tubuh yang lain baik infeksi yang telah diagnosis maupun yang
belum diketahui.
c. Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien Standart
precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi petugas dari risiko terpajan
oleh infeksi HIV namun juga melindungi klien yang mempunyai kecenderungan
rentan terhadap segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.
d. Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya Standart precautionsini
juga sangat diperlukan untuk mencegah infeksi lain yang bersifat nosokomial
terutama untuk infeksi yang ditularkan melalui darah / cairan tubuh.
8. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
Lori Di Prete Brown, et. al dalam Wijono, 1999, menjelaskan bahwa
kegiatan menjaga mutu dapat menyangkut dalam beberapa dimensi :
a. Kompetensi teknis, yang terkait dengan keterampilan, kemampuan dan
penampilan petugas. Kompetensi teknis berhubungan dengan standar pelayanan
yang telah ditetapkan. Kompetensi teknis yang tidak sesuai standar dapat
merugikan pasien.
b. Akses terhadap pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan
geografis, sosial dan ekonomi, budaya atau hambatan bahasa. Efektifitas, kualitas
pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas pelayanan kesehatan dan petunjuk
klinis sesuai standar yang ada.
c. Hubungan antar manusia, berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dan pasien, manajer, petugas serta antar tim kesehatan. Hubungan antar
manusia yang baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara
menghargai, menjaga rahasia, menghormati, responsif , dan memberikan perhatian.
d. Efisiensi, pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh efisiensi sumber
daya pelayanan kesehatan. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian
yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan pasien dan masyarakat.
e. Kelangsungan pelayanan, klien menerima pelayanan yang lengkap
sesuai yang dibutuhkan. Klien hendaknya mempunyai terhadap pelayanan rutin dan
preventif.
f. Keamanan dan kenyamanan klien, mengurangi risiko cidera, infeksi,
efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. Keamanan
pelayanan melibatkan petugas dan pasien. Keramahan/kenikmatan (Amenietis)
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan
efektifitas klinik tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedia untuk
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. Dimensi
mutu yang lain menurut DepKes 2006, yaitu keprofesian, efisiensi, keamanan
pasien, kepuasan pasien, aspek sosial budaya.
e. Pendekatan Sistem dalam Menjaga Mutu
Mutu pelayanan rumah sakit perlu untuk ditingkatkan dengan pendekatan
sistem, menurut Donabedian dalam Wijono, 1999 bahwa penilaian mutu terbagi
atas input/struktur, proses, dan outcome. Struktur meliputi peralatan dan sarana
fisik, keuangan, organisasi dan, sumber daya kesehatan lainnya. Baik tidaknya
struktur sebagai input dapat diukur dari : jumlah besarnya input, mutu struktur atau
mutu input, besarnya anggaran atau biaya, kewajaran. Proses merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara professional oleh tenaga kesehatan. Proses mencakup
diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
Sedangkan outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan
professional terhadap pasien. Penilaian terhadap outcome merupakan evaluasi hasil
akhir dari kesehatan atau kepuasan pelanggan (Wijono, 1999).
Penilaian mutu menurut Dep Kes R.I, 2006 terdiri dari struktur, proses, dan
outcome. Struktur adalah sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya
keuangan, dan sumber daya pada fasilitas pelayanan kesehatan, Proses adalah
kegiatan yang dilakukan dokter dan tenaga profesi lain terhadap pasien, evaluasi,
diagnosa keperawatan, konseling, pengobatan, tindakan dan penanganan pasien
secara efektif dan bermutu. Outcome adalah kegiatan dan tindakan dokter dan
tenaga profesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan derajat keseahtan dan
kepuasan pelanggan.
f. Mengukur Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan cara
mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar. Indikator adalah
petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan
kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur,
proses, dan outcomes. Indikator terdiri dari indikator proses, indikator outcome.
Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya. Indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada
keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, dan Indikator klinis
lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi
Nosokomial, Komplikasi Perawatan, dan sebagainya.
g. Komponen dokumentasi asuhan keperawatan
1) Dokumentasi tahap pengkajian keperawatan
Pendokumentasian data yang meliputi pencatatan dan pelaporan merupakan
tahap akhir dari proses pengkajian. Dokumentasi pengkajian keperawatan dapat
mengacu pada beberapa prinsip antara lain memutuskan apa yang akan dilaporkan,
memutuskan apakah data yang dikategorikan normal atau abnormal, dan menerima
serta melaporkan informasi tentang kondisi klien (Deswani, 2009). Standar
dokumentasi pengkajian keperawatan adalah perawat mendokumentasikan data
pengkajian keperawatan dengan cara yang sistematis, komprehensif, akurat, dan
terus menerus (Nursalam, 2008& Hutahaean, 2010). Metode pendokumentasian
pengkajian keperawatan menurut Hutahaean (2010) adalah: Gunakan format
pengkajian, kelompokkan data-data berdasarkan metode pendekatan yang
digunakan, tuliskan data objektif dan data subjektif, sertakan pernyataan yang
mendukung interpretasi data, ikuti aturan atau prosedur yang dipakai oleh instasnsi
tuliskan secara ringkas dan jelas.
2) Dokumentasi tahap diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bentuk pernyataan dari perawat yang
bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien terhadap masalah yang dialami.
Respon tersebut dapat berbentuk negatif maupun positif. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan rumus yang telah ditentukan dan atas hasil pengkajian data yang
diperoleh dari klien. Rumusan diagnosa keperawatan dapat berbentuk diagnosa
aktual, risiko, sindrom, potensial, dan kemungkinan (Deswani, 2009). Metode
dalam pendokumentasian diagnosa keperawatan menurut Hutahaean (2010) adalah:
a) Tuliskan masalah/problem klien atau perubahan status kesehatan klien.
b) Masalah yang dialami klien didahului adanya penyebab dan keduanya
dihubungkan dengan kata-kata “sehubungan dengan” atau “berhubungan dengan”
c) Setelah masalah (problem) dan penyebab (etiologi) kemudian diikuti
dengan tanda dan gejala (symptom) yang dihubungkan dengan kata “ditandai
dengan”
d) Tulis istilah atau kata-kata yang umum digunakan
e) Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
3) Dokumentasi tahap perencanaan keperawatan
Dokumentasi tahap perencanaan keperawatan harus mencakup masalah
yang paling penting pada klien (apakah telah teratasi atau membaik saat klien
pulang dari rumah sakit) dan intervensi yang direncanakan untuk memenuhi
kebutuhan klien, termasuk pengajaran dan perencanaan pulang (Deswani, 2009).
Komponen penting dalam dokumentasi rencana keperawatan adalah diagnosa
keperawatan, tujuan dan Kriteria yang diharapkan, dan rencana intervensi
dilakukan kepada klien yang ditulis secara spesifik dan dapat diukur (Nursalam,
2008 & Hutahaean, 2010).
4) Dokumentasi tahap implementasi keperawatan
Catatan menunjukkan bahwa standar dokumentasi, “perawat mencatat
semua intervensi keperawatan” telah dicapai bila mencakup hal-hal:
a) Deskripsi intervensi yang menyatakan apa yang telah dilakukan untuk
klien, mengapa intervensi dikerjakan, bagaimana intervensi dikerjakan, lama
prosedur dikerjakan, siapa yang melakukan dan bagaimana klien berrespon.
b) Catat tindakan-tindakan untuk keselamatan klien, kenyamanan dan
pengontrolan infeksi, pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan intervensi.
c) Lembar alur digunakan untuk menunjukkan intervensi keperawatan
yang telah ditetapkan dan observasi, penanganan yang sifatnya repetitif atau
teknologi tinggi.
d) Catatan perkembangan yang menjabarkan instruksi perawat dan
instruksi dokter dan cara melakukannya.
e) Intervensi dikoordinasikan dengan komponen lain dari proses
keperawatan (Muhlisin, 2011).
5) Dokumentasi tahap evaluasi keperawatan
Standar dokumentasi evaluasi keperawatan adalah terus
mendokumentasikan pernyataan evaluasi asuhan keperawatan yang merefleksikan
efektivitas dari asuhan keperawatan, respon klien untuk intervensi keperawatan,
dan revisi rencana asuhan keperawatan (Nursalam, 2008). Pernyataan evaluasi
formatif dan sumatif dimasukkan ke dalam catatan kesehatan.
a) Korelasi yang dapat dipercaya ada diantara data klinis yang ditampilkan
dan kesimpulan yang dicapai perawat.
b) Data pengkajian dan hasil yang diharapkan digunakan untuk mengukur
perkembangan klien.
c) Ringkasan pindah, keluar, kematian dan atau ringkasan evaluasi
periodic mingguan dan bulanan menunjukkan perhatian untuk klien dan meringkas
semua aspek utama dari perawatan klien.
d) Revisi perencanaan keperawatan didokumentasikan bila masalah baru
muncul, bila ada perubahan kondisi klien, jika hasil yang diharapkan telah dicapai
dan bila intervensi tidak efektif.
e) Catatan perkembangan dan formulir khusus seperti checklist, flowsheet
dan formulir pindah memberikan data bagi revisi rencana asuhan keperawatan.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
Jumlah
No. Ruangan Karakteristik Tempat Ket.
Tidur
1 Pangeran Cakrabuana Semua psien laki – laki dan 16 VVIP = 5
perempuan (anak s/d VIP = 11
dewasa) diperuntukan semua
jenis penyakit kecuali MDR
TB / Covid-19
2 Nyimas Pakungwati Semua pasien laki-laki dan 22 Kelas I = 12 TT
Perempuan dewasa dengan Kelas II = 10 TT
kasus bedah
3 Raden Kian Santang Semua pasien laki – laki dan 30 Kelas I = 14 TT
perempuan dewasa dengan Kelas II = 16 TT
kasus non bedah
4 Nyimas Gandasari Semua pasien perempuan 21 Kelas III
Lantai 1 dewasa dengan kasus bedah
5 Nyimas Gandasari Semua pasien laki-laki 24 Kelas III
Lantai 2 dewasa dengan kasus bedah
6 Nyimas Gandasari Semua pasien anak dengan 18 Kelas I = 2 TT
Lantai 3 kasus bedah Kelas 2 = 3 TT
Kelas III = 13 TT
Tabel 3.2
Sarana Penunjang Medis yang dimiliki
No Prasarana
2. Luas bangunan
3. Incenerator
7. Power plant
8. Sistem komunikasi
a. Man
Jumlah tenaga kesehatan lainnya yang terkait meliputi: dokter, ahli gizi,
1) Pasien
a) Karakteristik pasien
Data jumlah pasien diruang Prabu Siliwangi Lantai III dalam 3 bulan
Total 84
Rata-rata 21
Analisis: berdasarkan tabel 3.1 diperoleh rata-rata jumlah pasien masuk selama
4 hari terakhir yaitu sebanyak 21 pasien.
a) Kepuasan pasien
kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 2008).
menggunakan teknik total sampling yaitu berjumlah .. responden yang diambil pada
Puas 22 100
Tidak puas 0 0
Total 22 100%
1) BOR
dilihat dari persentasi BOR (Bod Occupaion Rate). Berdasarkan data yang
diperoleh diruang Prabu Siliwangi Lantai III diperoleh hasil perhitungan BOR
Tabel 3.4
Distribusi nilai BOR diruang Prabu Siliwangi Lantai III
dari bulan
BULAN BOR
November 93,6 %
Desember 85,4 %
Januari 82,6 %
Jumlah 261,6%
Rata-rata 87,2 %
bulan terakhir yaitu dari bulan (November - Januari) sebesar 87,2 %. Menurut
Depkes RI (2005) menyebutkan bahwa BOR yang ideal adalah antara 60-85%, jadi
dapat disimpulkan bahwa BOR diruangan Prabu Siliwangi Lantai III masuk dalam
kategori tinggi.
Tabel 3.5
Distribusi nilai BOR diruang Prabu Siliwangi Lantai III
Dari tanggal 12 - 16 Februari 2024 di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Rata-rata 91,2 %
Analisis: berdasarkan tabel 3.5 diperoleh rata-rata nilai BOR pada tanggal
12 - 16 Februari 2024 yaitu 91,2% Menurut Depkes RI (2005) menyebutkan bahwa
BOR yang ideal adalah 60-85%, jadi dapat disimpulkan bahwa BOR diruangan
Prabu Siliwangi Lantai III masuk dalam kategori tinggi.
2) LOS
LOS adalah rata-rata lama hari rawat setiap pasien. Lama waktu rawat yang
baik maksimum 12 hari, standar Nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah 7-10
hari. Berdasarkan hasil data pada 3 bulan terakhir (Desember-Februari) didapatkan
Tabel 3.6
Distribusi Nilai LOS Diruang Prabu Siliwangi Lantai III dari bulan
Desember-Februari 2023 RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Bulan LOS
November 3,5
Desember 3,4
Januari 3,4
Jumlah 10,3
Rata-rata 3,4
Tabel 3.7
Distribusi nilai LOS diruang Prabu Siliwangi Lantai III
Dari tanggal 12 - 16 Februari 2024 (3 Hari) RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Jumlah 25,1
Rata-rata 6,2
Analisis: Berdasarkan tabel 3.7 diperoleh rata-rata LOS pada 4 hari terakhir
yaitu sebesar 6,2.
3) TOI
Selang waktu antara pemakaian tempat tidur, rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan
diisi lagi. Standarnya 1-4 hari untuk RSU dalam 1 tahun. Ruang Prabu Siliwangi
Lantai III memiliki 23 tempat tidur, berdasarkan data 3 bulan terakhir (Desember-
Tabel 3.8
Distribusi Nilai TOI diruang Prabu Siliwangi Lantai III dari bulan
Desember-Februari 2023 RSD Gunung Jati Kota Cirebon
BULAN TOI
November 3,8
Desember 4,3
Januari 4,1
JUMLAH 12,2
RATA-RATA 4,06
didapatkan selang waktu antar pemakaian tempat tidur (TOI) sebanyak 4,06
Tabel 3.9
Distribusi Nilai TOI di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Dari Tanggal 12 – 16 Februari 2024
Jadi, TOI Ruangan Prabu Siliwangi Lantai III dalam 4 hari terakhir adalah
selama … hari.
1) Ketenagaan
a) Kualitas
Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi
yang menyangkut hubungan antara manusia. Terjadi proses interaksi serta saling
Tabel 3.10
Distribusi Perawat Berdasarkan Pendidikan
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
4 Anang S D3 Pelaksana
7 Nurlaelah D3 Pelaksana
8 Anhar D3 Pelaksana
11 Nurhasanah D3 Pelaksana
Ners
47%
53% D3
b) Kuantitas
faktor yang terkait beban kerja perawat, diantaranya adalah jumlah pasien yang
dirawat perhari, perbulan, dan pertahun dalam satu unit, kondisi atau tingkat
ketergantungan klien, rata-rata waktu perawatan langsung dan tidak langsung, serta
Tabel 4.11
Klasifikasi derajat ketergantungan pasien menurut Douglas (1984)
0,15
Malam 0,07 0,10 0,20
Keterangan :
mencukupi.
b. Money
sumber pembiayaan di ruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota
c. Market
berkualitas dan terjangkau, mau tidak mau membuat institusi ini harus berupaya
d. Material/machine
2001)
penggunaan
penggunaan
1) mengidentifikasi kebutuhan
4) Melakukan koordinasi
5) Mengoptimalkan penggunaan
6) Melaksanakan pencatatan
e) Standar pengelolaan
b. Menyusun perencanaan
b. Melaksanakan koordinasi
a) Alat tenun
1) Menyerap keringat
2) Mudah dibersihkan
a. Mudah dibersihkan
keperawatan
keperawatan.
Tabel 3.12
Alat keperawatan di ruang Prabu Siliwangi Lantai III pada bulan Februari
2023
1 INFUS PUMP 1 - - 1 1
2 SYRINGE PUMP 3 - - 3 3
3 OXIMETRI 2 - 1 1 2
5 LAMPU TINDAKAN 0 - 0 0 1
6 EKG 1 0 1 - 1
7 TENSIMETER MANUAL 1 - - 1 1
8 TENSIMETER DIGITAL 1 1 - - 1
9 TERMOMETER DIGITAL 1 - - 1 1
10 LIGHT PEN 1 0 0 1 1
11 NEBULIZER 1 - - 1 1
12 SUCTION PUMP 1 - - 1 1
DEWASA
13 STETOSCOPE 2 - - 2 3
14 PAPAN LSB 0 - - - 1
17 URINAL 0 - - 0 0
18 BULI2 PANAS 0 - - - 2
19 PISPOT 2 - - 2 6
20 LAMPU SENTER 1 - - 1 2
21 BRANCARD 1 0 0 1 2
22 KURSI RODA 3 1 1 1 3
23 TIMBANGAN DEWASA 3 1 1 1 3
24 TIMBANGAN DIGITAL - - - - -
25 MANOMETER OKSIGEN 2 - - 2 4
TABUNG
26 TROLY ALAT 5 - - 5 5
27 TROLY EMERGENCY 1 - - 1 1
28 TROLI TINDAKAN 1 1 1
29 LARINGOSCOPE 1 - - 1 1
30 AMBU BAG 1 - - 1 1
31 MANDRAIN - - - - 2
32 GUNTING VERBAND 1 - - 1 1
Tabel 3.13
Peralatan Non-Medis
1 KASUR 23 - 23 -
2 SPREI 49 - 49 - 49
3 PERLAK 24 - 24 - 48
4 STEAK 36 - 36 - 48
LAKEN
5 SELIMUT 3 - - 3 48
LURIK
6 BED - - - - -
COVER
7 SARUNG 12 - 12 - 48
BANTAL
8 BANTAL - - - - 24
9 GULING - - - - -
10 SARUNG - - - - -
GULING
11 GORDEN 69 - - 69 81
12 VITRAGE - - - - -
13 SAMPIRAN 1 - - 1 1
Alat Rumah Tangga Tabel 3.14
Sarana Pendukung
1 AC 12 - - - 12
2 TV LED 1 1 - 1 1
7 PESAWAT 2 1 - 1 2
TELEPHON
9 KURSI FUTURA 28 - - - 28
10 KURSI PUTAR/ 2 - 2 - 2
KURSI BAR
11 KURSI 21 - - 21 21
BESI/CHITOSE
13 MEJA 8 - - 8 8
14 MEJA 1 BIRO - - - - -
15 LEMARI OBAT 2 - - 2 2
16 LEMARI ALAT 2 - - 2 2
17 MEJA NAKAS 23 - - - 23
23 TEMPAT 8 - - 8 8
SAMPAH INJAK
25 TEMPAT 8 - - - 8
SAMPAH KECIL
INJAK (BULAT)
26 EMBER 8 - - - 8
27 GAYUNG 8 - - - 8
28 KESET 7 - - - 10
29 JAM DINDING 2 - - 2 8
RAK SEPATU 6 - - - 6
PLASTIK
34 GALON 2 - - 2 4
36 RAK PIRING 1 - - 1 1
37 PANCI LURIK - - - - -
38 KONTAINER 4 - - - 2
PLASTIK BESAR
39 KONTAINER - - - - 2
PLASTI YANG
SEDANG
40 KONTAINER 1 - - - 2
PLASTIK KECIL
Tabel 3.15
Alat Pencatatan, Pelaporan dan Alat Kantor di Prabu Siliwangi Lantai III
6. Sarana air bersih : tersedia tempat cuci tangan di setiap kamar pasien
tetapi tidak ada sabun untuk cuci tangan pasien atau keluarga pasien.
7. Tempat sampah medis dan non medis terpisah antara sampah organik
dan nonorganik baik, namun untuk tempat sampah nonorganik didepan kamar
observasi selama 4 hari tanggal 12 - 16 Februari 2024 alat yang di gunakan untuk
tindakan masih ada yang kurang, seperti alat GP. Untuk pemberian obat
menggunakan troli obat, setelah tindakan spuit langsung di buang ke safety box,
Pada hasil observasi ruang Prabu Siliwangi Lantai III memiliki sarana
pasien terutama pada ruang perawatan terdapat 1 tempat cuci tangan dengan kondisi
air yang besar dan terdapat sabun, untuk privasi pasien cukup terjaga karena
terdapat tirai pembatas antar pasien. Terdapat AC disetiap kamar (kamar 1,2,3,4,5,6)
dan dinyalakan. Ventilasi udara cukup memadai saat sedang observasi jendela
1) Inventaris Linen
Berdasarkan hasil observasi, linen yang digunakan di Ruang Prabu
Siliwangi Lantai III sudah tersentral, stock sangat mencukupi untuk kebutuhan
ruangan. Linen dalam keadaan baik semua, proses suplai linen langsung diperoleh
06 Maret 2023 didapatkan data bahwa linen diganti ketika sudah dalam keadaan
kotor karena terkena cairan atau zat lainnya yang berlebihan. Penempatan linen
kotor sesuai dengan tempatnya. Ruang tempat penyimpanan linen tertata dengan
rapih dan keadaan pintu lemari tertutup. Perawatan tempat tidur setiap pagi selalu
dikontrol oleh perawat, keluarga membantu merapihkan dan membereskan alat alat
pasien.
ALUR PENANGANAN KELUHAN
Keluhan pasien/keluarga
secara lisan atau tertulis (SMS,
Surat, Email, dll
Keterangan :
Layanan pengaduan / Unit Kerja
Pada jam dinas:
Penanggung jawab
adalah kepala unit.
Tidak Selesai
Diluar jam dinas:
Penanggung jawab adalah
supervisor/dokter jaga
Kepala bidang/ bagian
terkait / PPID
Tidak Selesai
Wakil Direktur
Jajaran Terkait
Direktur
Konsultan
Hukum
Pelayanan rawat inap di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III yang diberikan
kepada pasien di indikasikan untuk rawat inap. Secara umum alur pasien rawat inap
1) Pengendalian mutu
Manajemen mutu unit rawat inap tidak terlepas dari mutu pelayanan
kinerja perawat.
keperawatan dan merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh
keselamatan pasien (patient safety), angka dekubitus, pasien jatuh, kesalahan dan
meliputi:
Tabel 3.16
Kepatuhan Hand Hygiene berdasarkan 5 momen pada perawat pelaksana di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
22,5%
Dilakukan
Tidak Dilakukan
77,5%
perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase
TOTAL 96 0 96 100
perawat pelaksana di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa presentase
kepatuhan hand hygiene berdasarkan 6 langkah cuci tangan sebesar 100%, dapat
Berdasarkan Grafik 3.3 diatas didapatkan bahwa hasil observasi pada 16 perawat
pelaksana di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa presentase
kepatuhan hand hygiene berdasarkan 6 langkah cuci tangan sebesar 100%, dapat
disimpulkan bahwa tujuan ruangan tercapai.
Tabel 3.18
Kepatuhan Perawat Dalam Pemberian Obat Berdasarkan Prinsip 7 benar
obat pada perawat pelaksana di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase
kepatuhan perawat dalam pemberian 0bat berdasarkan prinsip 7 benar obat pada
Grafik 3.4
Distribusi Kepatuhan Perawat Dalam Pemberian Obat Berdasarkan Prinsip
7 benar obat pada perawat pelaksana di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
14%
86%
pemberian obat berdasarkan prinsip 7 benar obat pada 14 perawat di Ruang Prabu
perawat dalam melakukan prinsip 7 benar obat yang sudah tercapai target yang
Tabel 3.19
Kepatuhan Pencegahan Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh pada Perawat
Pelaksana Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Tidak Presentase
No Tindakan Dilakukan Total
Dilakukan (%)
1 Perawat menempatkan pasien 16 0 16 100
dengan resiko jatuh pada bed yang
memiliki pengaman di samping
kanan dan kiri
2 Perawat memastikan pengaman bed 16 0 0 100
pasien berfungsi dengan baik
3 Perawat menempatkan pasien 16 0 16 100
dengan resiko jatuh pada bed yang
memiliki pengaman di samping
kanan dan kiri
4 Perawat memastikan pengaman bed 16 0 16 100
pasien berfungsi dengan baik
5 Jelaskan pada pasien jika pasien 13 3 13 81,25
perlu pendamping selama dalam
perawatan
6 Jelaskan pada pasien dan 16 0 16 100
pendamping agar meminta bantuan
perawat
7 Jelaskan pada pendamping pasien 10 6 10 62,5
agar memberitahu perawat bila akan
meninggalkan pasien
8 Dampingi pasien saat pasien 10 6 10 62,5
melakukan mobilisasi/ aktifitas
9 Segera merespon panggilan pasien 15 1 15 93,75
dari kamar pasien yang berisiko
jatuh untuk memberikan tindakan
yang sesuai kebutuhan pasien
10 Tawarkan pasien secara rutin untuk 1 15 1 6,25
di bantu BAB dan BAK, minum, dan
kebutuhan lainnya
11 Monitor respon pasien yang 16 0 16 100
mendapat obat-obat (laksative,
diuretik, sedative, trasqualizer dan
efek samping tanda- tanda vital,
tingkat kesadaran dan respon pasien
(tuliskan pada CM lembar integrasi)
12 Informasikan pasien-pasien yang 12 4 12 75
beresiko jatuh pada setiap pelaporan
akhir shift kepada perawat yang
akan bertugas secara
berkeseinambungan
13 Dokumentasikan setiap kali 4 12 4 25
memberikan penjelasan kepada
pasien
14 Tuliskan tanda peringatan awas, 16 0 16 100
cegah jatuh dengan simbol sagi tiga
kuning di sebelah kanan atas rekam
medis bagian luar
15 Pasang gambar segitiga kuning di 16 0 16 100
bed pasien dan gelang identitas
wama kuning
Total 193 47 193 80,41
Grafik 3.5
Kepatuhan Pencegahan Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh pada Perawat
Pelaksana Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Kepatuhan Pencegahan Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
pada Perawat Pelaksana Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Tabel 3. 38
Risiko Jatuh Pada Pasien Rawat Inap di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
pada tanggal 18 Februari 2024 di RSD Gunung Jati Kota Cirebon
1 Tidak Beresiko 3 13
Total 23 100
Tabel 3.20
Kepatuhan Instrument Informed Consent pada Perawat Pelaksana di Ruang
Prabu Siliwangi Lantai III
1. Perawat 17 0 17 100
memberikan
informasi
mengenai prosedur
tindakan yang akan
dilakukan, tujuan,
manfaat, dampak
apabila tidak
dilakukan dan
resiko
2. Perawat 17 0 17 100
menjelaskan
kembali mengenai
informasi yang
belum dimengerti
pasien dan
keluarga
3. Perawat 17 0 17 100
memberikan form
informed concent
kepada pasien dan
keluarga
5 Pasien/keluarga 17 0 17 100
menandatangani
form informed
concent beserta
saksi
6 Perawat 17 0 17 100
menandatangani
form informed
concent yang
sudah ditanda
tangani pasien dan
keluarga
7 Perawat 17 0 17 100
menyimpan form
informed concent
yang telah ditanda
tangani
pasien/keluarga
8 Perawat 17 0 17 100
mendokmentasikan
kegiatan
Total 17 0 17 100
perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase
perawat mengisi lembar informed consent pasien sebesar 100%. Capaian perawat
dalam mengisi lembar informed consent sudah mencapai target yang sudah
0%
100%
Berdasarkan grafik 3.7 diatas didapatkan bahwa hasil observasi pada 17 perawat
pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase perawat
mengisi lembar informed consent pasien sebesar 100% dan sudah tercapaian
perawat dalam mengisi lembar informed consent sudah mencapai target yang sudah
Tabel 3.21
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Transfer Klien
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Tidak Persentase
No Langkah Dilakukan Total
dilakukan (%)
a) Tersedia fasilitas
(tempat, alat,
penunjang)
b) Fasilitas yang perlu
disiapkan di tempat
tujuan transfer
c) Identitas pasien,
diagnose, kondisi
terakhir, DPJP yang
merawat, alasan
transfer
d) Waktu akan
dilakukannya
transfer
e) Nama-nama tim
yang akan
melakukan transfer
4 Persiapan tim transfer: 8 0 8 100
a) Dokter umum/GP
(bila perlu)
b) Paramedic &
transporter
5 Persiapan peralatan 3 5 3 37,5
transfer:
a) Monitor portable
lengkap (HR.
Resp. SPO2,
Temp. ECG) bila
b) Emergency kit
box (obat
emergency+
masker/Ventilato
r transport,
diperlukan dll)
c) Alkes yang
melekat pada
pasien: IV
cannule, urine
catheter,
Syringpump/infu
spump, drain,
spalk, dll Transfer
stretcher/patslide
d) Oksigen portable
6 Konfirmasi pasca 8 0 8 100
transfer pasien dan
kondisi terakhir ke DPJP
8 Pendokumentasian 8 0 8 100
dalam rekam medis
pasien
Total 59 5 59 92,2
pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase transfer
klien didapatkan sebesar 92,2%, dapat disimpulkan bahwa tujuan ruangan tersebut
sudah tercapai, sehingga harus mempertahanan dari kepala ruangan untuk metode
Grafik 3.8
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Transfer Klien
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Transfer Klien
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Tabel 3.22
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Pre Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Berdasarkan tabel 3.22 diatas didapatkan bahwa hasil observasi 9 shift pada
perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase
kepatuhan perawat pelaksana dalam pre conference sebesar 0%.
Grafik 3.9
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Pre Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Preconference
Berdasarkan Grafik 3.9 diatas didapatkan bahwa hasil observasi 9 shift pada
perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa persentase
kepatuhan perawat pelaksana dalam pre conference sebesar 0%.
Tabel 3.23
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Post Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
pada 16 perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa
Grafik 3.10
Audit Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Post Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
pada 16 perawat pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa
Tabel 3.24
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Evaluasi Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
ditingkatkan.
Grafik 3.11
Audit Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Evaluasi Conference
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Evaluasi Conference pada perawat
Tabel 3.35
Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Identifikasi faktor risiko kecelakaan
kerja pelaksanaan pembuangan sampah jarum suntik
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Total 17 0 17 100
Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa presentase identifikasi faktor risiko
Grafik 3.12
Audit Kepatuhan Perawat Pelaksana dalam Identifikasi faktor risiko
kecelakaan kerja pelaksanaan pembuangan sampah jarum suntik
Di Ruang Prabu Siliwangi Lantai III
Berdasarkan hasil pada tanggal 15 – 18 Februari 2024 audit tentang
suntik pada 17 perawat di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa
mempertahankannya.
Tabel 3. 36
Kepatuhan perawat dalam melakukan komunikasi SBAR di Ruang Prabu
Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Situassion
2. Pada saat 0 7 0 0%
handover
perawat
menyampaikan
tanggal lahir
pasien
3. Pada saat 0 7 0 0%
handover
perawat
menyampaikan
lama hari rawat
pasien
Total 21 14 21 60%
Background
Total 19 2 19 90,4%
Assessment
9. Pada saat 0 7 0 0%
handover
perawat
menyampaikan
hasil
pengkajian
terkini pasien
Total 7 28 7 25%
Recommendation
Total 21 0 21 100%
komunikasi SBAR pada perawat di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui
bahwa presentase
Grafik 3.13
Kepatuhan perawat dalam melakukan komunikasi SBAR di Ruang Prabu
Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Situation Background Assesment Recommendation
SBAR pada 7 perawat di ruang Prabu Siliwangi Lantai III diketahui bahwa
Recommendation 100%.
Tabel 3. 39
Orientasi Pasien Baru
Diruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
3. Perawat menginformasikan
kepada pasien dan keluarga
tentang :
• Memperoleh
4 1 4 80
informasi/edukasi
mengenai kondisi pasien
• Penunjuk kewenangan 4 1 4 80
penerimaan informasi
(pelepasan informasi)
0 5 0 0
• Memperoleh pelayanan
rohani, apabila
membutuhkan
• Melaporkan
kejadian/perubahan
5 0 5 100
kondisi pasien
• Menyampaikan keluhan
berkaitan dengan 5 0 5 100
pelayanan/sarana yang
kurang memuaskan
• Tata tertib kunjungan
pasien (jam besuk)
5 0 5 100
identifikasi orientasi pasien baru sejumlah 8 pasien pada 5 perawat di ruang Prabu
Grafik 3.14
Orientasi Pasien Baru
Diruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
Orientasi Pasien Baru
f. Information
menggunakan sistem manual, dimana dalam ruang rawat inap terdapat mesin
computer yang terakses oleh sistem keamanan rumah sakit. Sistem manual
bantu dalam memproses data. Sistem informasi manual rumah sakit dapat
dimaksudkan sebagai sistem yang berfungsi mengolah data mulai dari pencatatan
kunjungan pasien ke rumah sakit, penentuan tujuan pasien apakah di poli (rawat
jalan) atau ke ruangan (rawat inap) ataupun di rujuk ke rumah sakit lain, pencatatan
tindakan yang diberikan dokter atau perawat di poli atau di ruangan tersebut,
pencatatan diagnosa pasien dan juga pencatatan tagihan biaya pasien dan dari hasil
aktifitas sehari-hari tersebut dapat dibuat pelaporan ke pihak manajemen rumah
sakit dan juga bisa digunakan untuk pelaporan ke dinas kesehatan (Hendik, 2013).
1) Planning
(1) Visi
Hasil wawancara: kepala ruangan mengatakan tidak ada visi misi tertulis
diruangan.
Misi 1
Misi 2
Misi 3
Moto
sesuai kebutuhan klien seperti membetulkan posisi klien yang sedang sesak dengan
selama dirawat
Lantai III 17 orang perawat semuanya memiliki STR sebagai standar kompeten
acuan kerja di Rumah sakit terdapat 4 orang PNS, 8 orang PTT, dan 5 orang PT.
melakukan tindakan strategi yang dipilih agar lebih terarah dan mencapai tujuan
tahunan
bulanan
mingguan.
harian.
(10) Manajemen waktu bekerja
mamanage waktu dengan baik, karena pada operan semua perawat pelaksana sudah
dengan bagian farmasi, bagian administrasi, bagian penunjang medis, dan bagian
gizi dalam melakukan perencanaan tindakan. Pada hasil obsevarsi selanjutnya pada
saat operan atau timbang terima seluruh perawat memperhatikan perawat yang
sedang operan.
2) Organitation
Lantai III terdiri dari: 1 kepala ruangan, 1 ketua tim, 15 perawat pelaksana.
penyakit impaksi, abses mandibula, fraktur, hiil, tumor intra abdomen, RRD,
3) Accuating
manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan (Effendy, 2003). Dalam hal ini
SBAR pada saat penerimaan telepon dan pada saat kunjungan dokter mengenai
kondisi pasien hal tersebut agar mencegah kesalahan instruksi dan pelaporan hasil
pemeriksaan.
menggunakan model komunikasi verbal, tertulis dan non verbal tim dimana perawat
diruangan melakukan komunikasi verbal pada saat operan shift, visit dokter dan
memberikan informasi dan terkait kondisi pasien sedangkan komunikasi non verbal
dari gerakan tubuh perawat seperti pada saat melakukan tindakan perawat
memberikan senyum.
Pada saat perawat lelah dan capek setelah melakukan tindakan keperawatan
tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain. Dalam hal ini pendelegasian di
Ruang Prabu Siliwangi Lantai III dilakukan pada saat kepala ruangan mengikuti
rapat atau kegiatan lainnya akan tetapi tidak ada yang bertangung jawab diruangan
dalam operan shift tersebut, sama halnya pada saat operan shift siang dan shift
malam dimana kepala ruangan menunjuk salah satu perawat sebagai PJ atau
Pada saat pendelegasian kepada PJ, kepala ruangan menjelaskan tugas yang
menjalankan tugasnya dengan baik dan memimpin jalannya pada saat akan operan
shift.
Pada saat mengalami konflik atau ketidaksesuaian pendapat antar dua orang
atau lebih, dimana kepala ruangan mengkaji masalah yang terjadi dan mencari
b. Konflik interpersonal yang terjadi antara dua orang atau lebih dimana
sudah berjalan dengan baik, seperti konflik dalam pemberiann asuhan keperawatan.
Pada saat itu perawat langsung mendiskusikan untuk mencari solusi atau
Pada saat terdapat konflik dalam perawat pada saat dines maka ketua tim
akan memberikan teguran selama 3x kemudian jika belum ada perubahan maka
memberikan punishman.
(11) Tingkatan konflik
Apabila pada tahap 1 muncul kondisi negatif, maka pada tahap ini kondisi
c. Tahap III
d. Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan
e. Tahap V hasil
fungsional atau konflik disfungsional pada saat observasi tidak ada masalah terkait
ruangan mengkaji masalah yang terjadi dan mencari solusi bersama sama untuk
a. Self supervision
Self sipervision adalah supervisi mengevaluasi pekerjaannya sendiri apakah
tenaga kesehatan dengan pekerjaan yang sama akan mendapatkan supervisor dari
pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah. Agar efektif
yaitu :
2) Mudah dipahami
maupun lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi dilapangan,
sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta dan dapat dilakukan secara tertulis.
Pada saat dilakukan wawancara pada kepala ruangan mengatakan supervisi
a. Kepala ruangan
a. Pengawas perawatan
b. Kepala seksi
Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi. Kepala seksi
c. Kepala bidang
langsung dan semua perawat tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan
Dalam hal ini supervisi diruangan kurang berjalan baik sehingga tidak ada
4) Controlling
(√)
unit kerja;
menindaklanjuti hasil capaian indikator. (lihat juga TKRS 11 dan TKRS 11.2)
program di tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit
secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini harus terkoordinasi dengan
(5) Menentukan profil indikator mutu, metode analisis, dan validasi data
dari data indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di rumah sakit;
(7) Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta
(8) Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP;
secara rutin kepada semua staf; menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan
Prabu Siliwangi Lantai III berdasarkan buku pedoman ruangan Prabu Siliwangi
Lantai III :
(1) Kepatuhan staf dalam melakukan hand hygiene sesuai five moment
pedoman WHO
benar
setiap bulan untuk laporan bulanan. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi
yang kami lakukan selama 4 hari kelompok kami mengambil (kepatuhan staff
Di ruang Prabu Siliwangi Lantai III terdapat SAK dan SOP yang menunjang dalam
yang diberikan kepada pasien yang dirawat harus sesuai dengan Standar Prosedur
yang telah dilakukan pada tanggal 13-18 februari 2023 di ruang Prabu siliwangi 1.
Survey dilakukan setiap kali pasien pulang perawatan dari ruang Prabu
Siliwangi Lantai III dengan mengisis buku kesan pesan. Berdasarkan hasil
Pada tahun 2022 survey dilakukan dengan kuisioner. Akan tetapi menurut
kepala ruangan kurang efektif jadi metode tersebut diubah dengan cara pasien atau
keluarga pasien memilih 4 pilihan rating kepuasan pasien selama dirawat diruang
merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan
pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan untuk
III.
keperawatan terbanyak.
pelaksana di ruang Prabu Siliwangi Lantai III. Di ruang Prabu Siliwangi Lantai III
menjalin komunikasi yang baik antara kepala ruangan, ketua tim dan tenaga medis
lainnya seperti perawat, farmasi, dan dokter maupun staf lainnya. Hal ini dibuktikan
dengan melakukan timbang terima pada saat pergantian shift, perawat yang berjaga
pada saat shif sebelumnya memberitahukan kondisi pasien dan rencana kegiatan
Lantai III setiap 1 bulan sekali melakukan rapat evaluasi yang menunjang
Pihak yang terlibat dari keperawatan dalam rapat atau pertemuan dengan
menyampaikan informasi ?
atau pendapatnya?
pendapatnya di ruang Prabu Siliwangi Lantai III yaitu kepala ruangan, ketua tim,
perawat pelaksana dan staf lainnya dalam menyampaikan ide-ide atau pendapatnya
tenaga yang telah melalui proses kredensial. Penempatan staf berpedoman pada
Setelah proses seleksi selesai, para calon perawat yang diterima sebagai
pelayanan keperawatan. Orientasi terdiri dari program orientasi umum dan khusus,
Di ruangan Prabu Siliwangi Lantai III tidak ada reward untuk perawat
terbaik diruangan, akan tetapi reward diberikan oleh rumah sakit kepada seluruh
karyawan rumah sakit yang memiliki kinerja yang baik. Punisment belum
Yang menjadi tim penilaian di ruangan Prabu Siliwangi Lantai III adalah
Kepala Ruangan.
9. Bagaimana cara penilaian penampilan kerja?
berpedoman pada jenjang karir perawat dalam bentuk formal maupun informal.
10 BESAR PENYAKIT
DIRUANG PRABU SILIWANGI LANTAI III
NO PENYAKIT
1 DM
2 CKD
3 TB Paru
4 Pneumonia
5 Hipertensi
6 Dispepsia
7 Vomitus
8 DM
9 CKD
10 TB Paru
ANALISIS SWOT
KEKUATAN (STRENGTH)
2. Mekanisme Komunikasi dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana diruang
Prabu Siliwangi Lantai III cukup baik, menjalin komunikasi yang cukup baik antara kepala
ruangan, ketua tim dan tenaga medis lainnya seperti perawat, farmasi dan dokter maupun staff
lainnya.
4. Saat dilakukan pengkajian, tingkat kepuasan pasien diruang prabu siliwangi lantai III cukup
tinggi
5. Ruangan memiliki Standar Oprasional Prosedur (SOP) sebagai standar asuhan keperawatan
dan tindakan
9. Kepala ruangan memiliki catatan data yang cukup detail dan lengkap
10. Tersedianya papan serta tim code red dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Perawat belum melakukan pre conference dan post conference secara sistematis
2. Perawat pelaksana melakukan hand hygiene tetapi belum melakukan 5 momen cuci tangan
secara teratur
3. Diruang Prabu Siliwangi lantai III belum terdapat wongbaker untuk pengkajian skala nyeri
4. Tidak terdapat sabun cuci tangan di setiap wastafel kamer pasien dan beberapa wastafel tidak
berfugsi
5. BOR dalam 3 bulan terakhir sebesar 87,2% melebihi kategori ideal (60-85%)
6. BOR dalam 4 hari (12- 16 Februari 2024) sebesar 91,2% melebihi kategori ideal (60-85%)
7. Masih adanya tindakan yang tidak sesuai dengan SOP yang tersedia diruangan
8 Masih adanya beberapa perawat yang tidak melakukan 5 moment cuci tangan diruangan
9. Kurangnya kesadaran perawat untuk memperkenalkan diri pada pasien serta terkait informasi
layanan fasilitas
10. Tidak semua perawat di ruang Prabu Siliwangi Lantai III memiliki sertifikasi pelatihan
perawatan luka (woundcare) dan perawat hanya mengikuti pelatihan secara mandiri atau
berupa seminar saja
11. Ruangan Prabu Siliwangi lantai III belum terdapat cek point untuk pasien
12 Dalam kepatuhan perawat dalam komunikasi SBAR, perawat masih belum melakukan poin
assement dengan baik
PELUANG (OPPORTUNITY)
3. Perawat menggunakan strategi komunikasi dua arah dengan metode komunikasi SBAR pada
saat penerimaan telepon dan pada saat kunjungan dokter mengenai kondisi pasien hal tersebut
agar mencegah kesalahan instruksi dan pelaporan hasil pemeriksaan.
ANCAMAN (THREAT)
1. Semakin kritis dan tingginya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan
2. Ada persaingan dengan Rumah Sakit lain dalam penyedian jasa pelayan kesehatan umum
PRIORITAS MASALAH
(Mg). Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi, Severity (Sv): besarnya
kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini, Manageability ((Mn): berfokus pada
ketersediaan sumber daya. Adapun rentang skor adalah 1-5, dengan kriteria nilai:
1. Diruang Prabu Siliwangi Lantai III RSD Gunung Jati Kota Cirebon
belum masih ada yang belum terdapat simbol/gelang resiko jatuh pada pasien yang
2. Masih ada perawat ruangan prabu siliwangi lantai III yang kurang
yaitu mencapai angka 87,2%, sedangkan tingkat BOR dalam observasi selama 4
4. Perawat masih belum efektif dalam melakukan pre conference dan post
conference
mengalami jatuh.
shift.
antar shift