Anda di halaman 1dari 121

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Dzat Yang Maha Suci dan Maha Berkehendak atas segala sesuatu, Shalawat
beserta Salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, Nabi akhir zaman, beserta
keluarga, para sahabat dan juga para pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan izin dan Ridho dari Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “PROPOSAL PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN
MAWAR RS PARU DR H A ROTINSULU ” sebagai tugas Keperawatan Manajemen pada
Program Profesi Ners.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Proposal Manajemen Keperawatan ini
masih jauh dari sempurna. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun diharapkan
dengan senang hati dapat disampaikan kepada penulis, sehingga dapat bermanfaat dan
berguna untuk perbaikan dan perkembangan dimasa yang akan datang.
Dalam menyelesaikan Proposal Manajemen Keperawatan ini, penulis mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada yang terhormat :
1. dr. R. Nina Susana Dewi, Sp. PK (K), M.Kes., MMRS selaku Direktur Utama Rumah
Sakit Paru Dr H A Rotinsulu Bandung
2. Dra. Hj. Suryani Soepardan., MM selaku Ketua STIKes Dharma Husada Bandung
3. dr. Temmasonge R., Sp. P., MMRS selaku Direketur Medik dan Keperawatan Rumah
Sakit Paru Dr H A Rotinsulu Bandung
4. Otang Somantri, S.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Paru Dr H A
Rotinsulu Bandung
5. Yayat Hidayat, S.St., MMRS, selaku Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit Paru Dr
H A Rotinsulu Bandung
6. Siti Yuyun Hermini, S.Kep., Ners selaku Koordinator Clinical Instructor Rumah Sakit
Paru Dr H A Rotinsulu Bandung
7. Ely Sri Rahayu, S.Kep., Ners selaku kepala ketua program studi Ilmu Keperawatan
8. Irma Nur Amaliah, S.Kep., Ners, M.Kep selaku ketua program studi Ilmu Keperawatan

1
9. Ns. Richa Noprianty, S.Kep., MPH sebagai koordinator beserta tim mata ajaran
manajemen keperawatan
10. Endang Sulistiowati, S.Kep., Ners sebagai kepala ruangan
11. Yono Taryono, S.Kp., M.Kep sebagai Clinical Instructor (CI)
12. Nining Sariningsih, S.Kep., Ners sebagai Clinical Instructor (CI)
13. Dra. Hj. Laelasari, MARS sebagai pembimbing institusi
14. Teman-teman seangkatan profesi keperawatan angkatan XIII khususnya kelompok II
atas kekompakan dan kekeluargaannya
Akhir kata semoga segala bantuan yang tulus ikhlas dari semua pihak yang telah
diberikan kepada kami dalam penyusunan Proposal Manajemen Keperawatan ini
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Bandung, Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar belakang.............................................................................................................4

B. Tujuan Praktik.............................................................................................................5

C. Manfaat Penulisan.......................................................................................................7

BAB II........................................................................................................................................9

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN........................................................9

RUANGAN MAWAR...........................................................................................................9

A. Kajian Situasi RS Paru Dr H A Rotinsulu...................................................................9

B. Kajian situasi di Ruang Mawar.................................................................................11

D. Identifikasi Masalah................................................................................................104

E. Prioritas Masalah.....................................................................................................105

F. Rencana Strategis (POA).........................................................................................106

BAB III...................................................................................................................................106

PENUTUP..........................................................................................................................106

Simpulan.........................................................................................................................106

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................106

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Fasilitas kesehatan rujukan utama bagi masyarakat Indonesia adalah rumah
sakit, oleh karena itu sebagai pusat rujukan utama kesehatan rumah sakit sendiri
dituntut mampu memberikan pelayanan yang bersifat komprehensif yakni segala
bentuk pelayanan kepada klien sesuai kebutuhan klien itu sendiri. Pelayanan
keperawatan merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memiliki peran cukup
besar dalam dunia kesehatan, karena pelayanan yang diberikan berlangsung secara
terus - menerus dan berkesinambungan selama 24 jam. Oleh karena itu, baik atau
buruknya citra sebuah institusi pelayanan kesehatan dalam hal ini ditentukan oleh
kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan.
Melihat pentingnya peranan pelayanan keperawatan di rumah sakit, untuk itu
tim keperawatan pun membutuhkan komponen manajemen dalam mengatur suatu tim
keperawatan dalam menjalankan asuhan keperawatannya agar terciptanya suatu
kesinambungan dalam pemberian asuhan keperawatan yang sifatnya profesional.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya orang lain,
sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan pelayanan
keperawatan, pengobatan dan rsa aman kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Manajemen keperawatan menurut Marquis dan Huston (2010) didefinisikan sebagai
suatu proses keperawatan yang menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
nyata di Rumah Sakit, untuk itu perlunya pemahaman atas konsep dan aplikasi di
dalam organisasi keperawatan oleh tenaga perawat itu sendiri. ciri-ciri mutu asuhan
keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar profesi yang ditetapkan,
sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien,
dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan
tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat diperhatikan dan dihormati dan kesemuanya itu akan dapat dicapai
dengan manajemen yang baik. Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan
4
kesehatan dituntut untuk mampu dalam manajerial yang tangguh, semata demi
kepuasan klien dalam menerima pelayanan asuhan keperawatan. Kemampuan
manajerial dapat diperdalam dengan berbagai cara tentunya, salah satunya yaitu
dengan melewati pembelajaran melalui bangku kuliah tidak hanya dengan
pendalaman teori tetapi juga ditingkatkan ketermapilan manejerial melalui
pembelajaran di lahan praktek.
Rumah Sakit Paru Dr. H. A Rotinsulu adalah rumah sakit tipe A yang
merupakan rumah sakit milik Pemerintah yang terletak di kota Bandung dengan
lokasi di Bukit Jarian No. 40 Ciumbuleuit. Sejak tahun 1935 RS Paru Dr. H. A
Rotinsulu telah berkembang pesat dan konsisten mengabdi untuk kesehatan paru
masyarakat. Dengan semboyan “BATUC” yang menjadi budaya kerja Rotinsulu.
 Bersahabat : Memberikan pelayanan yang ramah dengan prinsip 5S (salam, sapa,
senyum, sopan dan santun).
 Akurat : Memberikan pelayanan pemeriksaan dengan menjamin mutu dan presisi.
 Tepat : Memberikan pelayanan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP), Tepat Prosedur, Tepat Identifikasi, Tepat Lokasi.
 Update : Memberikan pelayanan dengan informasi terkini dan selalu melakukan
perbaikan - perbaikan.
 Cepat : Memberikan pelayanan sesuai dengan aturan waktu yang telah ditetapkan
Ruang mawar adalah ruang rawat inap kelas 2 yang berkapasitas 26 tempat tidur,
dengan rincian 12 bed untuk pasien laki-laki, 12 bed untuk pasien perempuan, 1 bed
untuk pasien laki-laki isolasi, dan 1 bed untuk pasien perempuan isolasi. Bangunan
ruang mawar terletak di bagian dalam Rumah Sakit, berdekatan dengan ruang melati,
bougenvile, flamboyan dan anggrek. Fasilitas ruang perawatan setahap demi setahap
ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang mengacu pada Visi
dan Misi Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.
Berdasarkan fenomena diatas, maka kami akan mencoba mengkaji manajemen
unit dan manajemen asuhan keperawatan secara khusus di ruang rawat inap kelas II
(Ruang Mawar) RS Paru H. A Rotinsulu Bandung.

B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum

5
Setelah melaksanakan Praktik manajemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen keperawatan dengan
menggunakan Sistem pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP),
secara bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yang
profesional serta langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa


mampu :

a. Melaksanakan pengkajian di Ruang rawat inap keperawatan


b. Melaksanakan analisis situasi dan identifikasi masalah manajemen
keperawatan
c. Mampu melaksanakan peran dan fungsi sebagai kepala ruangan, ketua
tim/perawat primer dan perawat pelaksana di ruang rawat inap.
d. Mampu membuat fungsi perencanaan (Planning)
1) Mampu membentuk rumusan filosofi, visi dan misi ruangan
2) Mampu melaksanakan Kajian kebutuhan tenaga keperawatan
3) Mampu melaksankan analisis kebutuhan sarana dan prasarana
keperawatan dalam ruangan rawat inap
e. Mampu melaksanakan fungsi pengorganisasian (organizing)
1) Mampu menerapkan sistem penugasan yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi ruangan dengan fokus pada metode penugasan tim atau modifikasi
tim primer
2) Membuat struktur organisasi di ruangan berdasarkan metode di ruangan
3) Membuat daftar dinas untuk perawat di ruangan
f. Mampu melaksanakan fungsi pengarahan (actuiting)
1) Mampu melakukan supervisi
2) Mampu menerapkan komunikasi efektif antara lain :
a) Operan
b) Pre dan pos tconference
c) Ronde keperawatan
d) Supervisi keperawatan
e) Discharge planning
f) Dokumentasi keperawatan
6
g. Mampu melaksanakan fungsi pengendalian (controling) dalam audit hasil di
ruangan, antara lain :
1) Mampu memperhitungkan BOR (bed occupancy rate), yaitu pemakaian
tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
2) Mampu menghitung ALOS (average length of stay), yaitu rata-rata lama
rawat seorang pasien
3) Mampu menghitung TOI (turn over interval), yaitu rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya
4) Mampu menghitung kejadian infeksi nosokomial
5) Mampu menghitung kejadian cidera / pasien jatuh
6) Mampu melakukan audit dokumentasi asuhan keperawatan
7) Mampu menganalisis kepuasan pasien dan keluarga
h. Evaluasi (evaluation)
1) Mampu melaksanakan evaluasi pada penerapan standar asuhan keperawatan
2) Mampu melaksanakan evaluasi kepuasan pasien dan perawat
i. Mampu melaksanakan pengorganisasian kelompok untuk mengadakan seminar
sesuai dengan undangan terbuka dengan topik seminar berkaitan dengan
manajemen pengelolaan bangsal.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model SP2KP yang
diaplikasikan di ruang Mawar RSP Dr. H. A. Rotinsulu.
c. mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan model
SP2KP di ruang di ruang Mawar RSP Dr. H. A. Rotinsulu.
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan menyusun
rencana strategi
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model asuhan
keperawatan profesional di ruang Mawar RSP Dr. H. A. Rotinsulu
2. Bagi perawat Ruangan

7
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada di ruang Bougenville yang berkaitan dengan pelaksanaan
SP2KP
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Bagi institusi dan pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan model SP2KP.

8
BAB II

KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN

RUANGAN MAWAR

A. Kajian Situasi RS Paru Dr H A Rotinsulu


1. Sejarah singkat

Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu didirikan dan diresmikan pada tahun
1935 oleh Pemerintah Hindia Belanda yang berlatar belakang sebagai kelanjutan
dari kegiatan Sanatorium Solsana. Menurut penduduk setempat serta sumber –
sumber lain, pada zaman Belanda di daerah Ciumbuluit merupakan suatu
perkebunan teh (onderning).

Dalam kurun waktu 1945 – 1955 rumah sakit ini mulai merawat penderita
penyakit paru – paru khususnya tuberculosis hingga sembuh dan rata – rata
seorang penderita dirawat selama 3 tahun. Nama rumah sakitnya pada saat itu
adalah Sanatorium Solsana – Cipaganti. Dalam kurun waktu 1975 – 1985, Rumah
Sakit Paru Cipaganti melaksanakan perawatan penderita tuberkulosis paru. Pada
tahun susunan organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit diatur olek SK Menkes RI
No. 137/SK/IV/78 dengan nama Rumah Sakit diubah menjadi Rumah Sakit
Tuberculosa Paru Cipaganti.

Pada tahun 2003 diusulkan ke Departemen Kesehatan untuk pengembangan


dan perubahan nama Rumah Sakit Tuberkulosa Paru – paru Cipaganti menjadi
Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu, tujuannya agar perubahan status berupa
peningkatan profesionalisme dan daya saing serta kemandirian dalam pengelolaan
Rumah Sakit dapat tercapai, dan pada tanggal 26 Februari 2004 RSTP Cipaganti
resmi berubah nama menjadi Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.
2. Motto
“Paru Sehat Harapan Kami”
3. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Paru Rujukan Nasional Tahun 2019”
4. Misi
a) Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien.

9
b) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu
bidang kesehatan paru.
c) Mengembangkan sumber daya Rumah Sakit.
5. Tujuan
a. Tujuan umum keperawatan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
“Terlaksananya asuhan keperawatan kesehatan paru secara menyeluruh
terpadu dan berkesinambungan untuk menunjang rujukan nasional, yang
berorientasi kepada keselamatan pasien”
b. Tujuan khusus keperawatan RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
1) Meningkatnya cakupan pelayanan asuhan keperawatan kesehatan paru
nasional
2) Meningkatnya kepuasan pelanggan dan berorientasi pada keselamatan
pasien
3) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan di bidang keperawatan
4) Meningkatnya moralitas tenaga keperawatan
5) Meningkatnya sumber pendapatan di bidang keperawatan
6) Meningkatnya efisiensi anggaran bidang keperawatan
7) Terjalinnya kerjasama dengan semua tim kesehatan lain
8) Meningkatnya kesejahteraan tenaga keperawatan
6. Jenis – jenis pelayanan kesehatan
a. Instalasi gawat darurat 24 jam
b. Rawat jalan yang terdiri dari :
1) Poli spesialis paru dan pernapasan
2) Poli TB paru
3) Poli bedah thoraks
4) Poli asma dan PPOK
5) Poli spesialis anak
6) Poli penyakit dalam
7) Poli rehabilitasi medis
8) Poli Aster (HIV/AIDS)
9) Poli eksekutif
10) Poli gigi dan mulut
11) Poli umum

10
12) Poli konsultasi gizi
c. Rawat Inap yang terdiri dari kelas utama (VIP), Kelas I & II, Kelas III, ICU.

B. Kajian situasi di Ruang Mawar


Ruang mawar adalah ruang rawat inap kelas 2 yang berkapasitas 26 tempat
tidur, dengan rincian 12 bed untuk pasien laki-laki, 12 bed untuk pasien perempuan, 1
bed untuk pasien laki-laki isolasi, dan 1 bed untuk pasien perempuan isolasi.
Bangunan ruang mawar terletak di bagian dalam Rumah Sakit, berdekatan dengan
ruang melati, bougenvile dan depo farmasi rawat inap. Fasilitas ruang perawatan
secara bertahap ditingkatkan sejalan dengan Rencana Strategis Rumah Sakit yang
mengacu pada Visi dan Misi Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu.
1. Manajemen Unit
a. Man
1) Tenaga dan Pasien M1-Man (Ketenagaan)
a) Struktur Organisasi
Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus -
menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama
(Robbins dan Judge, 2008).
Menurut Handoko, 2003 Struktur organisasi (disain organisasi)
dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal sebagai
mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka
dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara
fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang
yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tangggung jawab
yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. struktur ini mengandung
unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi
atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran)
satuan kerja.
Menurut (Hasibuan, 2011) Struktur organisasi adalah suatu
gambar yang menggambarkan tipe organisasi, perdepartemenan
organisasi kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan
hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan system pimpinan organisasi.
11
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa struktur organisasi adalah penggambaran bagian-bagian, posisi-
posisi, tugas serta tanggung jawab dari perorangan dalam suatu
organisasi yang berbentuk bagan atau kerangka.
Ruang Mawar merupakan ruang rawat inap kelas II di RSP
Dr. H. A. Rotinsulu. Ruang Mawar dibagi menjadi 6 ruang perawatan
dengan kategori infeksius dan noninfeksius yang dipimpin oleh kepala
ruangan. Dalam mengelola ke 6 ruangan tersebut, kepala ruangan
dibantu oleh 2 orang perawat sebagai ketua tim. Tim 1 terdiri dari
kamar 1-3 yang dari setiap kamarnya terdapat 4 tempst tidur, sehingga
tim 1 mengelola 13 tempat tidur dengan 1 kamar isolasi, begitupun
dengan tim 2 yang mengelola kamar 4-6 dan ruang isolasi 1Ruang
Mawar memiliki 9 perawat pelaksana, 1 petugas administrasi dan 2
pekarya. Jumlah tim 1 terdapat 6 perawat dengan 1 ketua tim dan
jumlah tim 2 terdapat 7 perawat dengan ketua tim 1 orang.

Struktur organisasi ruang Mawar sebagai berikut :


12
Kepala Ruangan
Sofari Nurul., S.Kep. Ners

Dokter penanggung jawab pasien Dokter Penanggung jawab ruangan


Dr. Ruri Sp.P Dr. Ai Nurlillah

Ketua Tim I Ketua Tim II


Erna Yuniana,.S.Kep.Ners

Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana - Didi Diatman, Amd.Kep
- Eny J Sertyaningrum, Amd. Kep - Eka Suhardi, Amd.Kep
- D.Sopandi, Amd.Kep - Ratih Ari Pratiwi, Amd.Kep
- Sri Hidayanti, Amd.Kep - Winda Pratiwi, Amd.Kep
- Hary Utomo, Amd.Kep - Indah Ayu Susanti, Amd. Kep
- Euis Kartika, Amd.Kep - Nani Oktaviani, Amd. Kep
- Irma Marlina, Amd. Kep

Pekarya CS
Rosida Agus

Administrasi
Rika

Bagan 2.1 Struktur Organisasi Ruang Mawar

b) Jumlah Dan Kualifikasi Ketenagaan


Jumlah tenaga di Ruang Mawar Rumah Sakit Paru Dr. H. A.
Rotinsulu keperawatan dan non keperawatan :
(1) Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Keperawatan Ruang Mawar RS Paru Dr.
13
H. A. Rotinsulu

No Kualifikasi Jumlah Presentase

1. S1 Keperawatan + Profesi Ners 2 17 %


2. DIII Keperawatan 11 83 %

Total 13 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


(83%) perawat diruang Mawar berpendidikan DIII keperawatan dan 17%
berpendidikan S1 Keperawatan Ners, serta saat ini 2 orang perawat sedang
menjalani sekolah lanjutan ke S1 Keperawatan beserta profesi Ners.
(2) Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.2 Kualifikasi Pendidikan Tenaga Non Keperawatan Ruang Mawar RS
Paru Dr. H. A. Rotinsulu

No Kualifikasi Jumlah Presentase

Dokter Spesialis Paru 1 20 %


1.
Dokter Umum 1 20 %
2.
Administrasi 1 20 %
3.
Pekarya 2 40 %
4.
Total 5 100 %

Berdasarkan tabel 2.2. di interpretasikan bahwa tenaga non keperawatan


diruang Mawar adalah tenaga dokter spesialis paru 20 % dokter umum 20 %,
administrasi 20 %, dan pekarya 40 %.

14
c) Kualifikasi Tenaga
JENJANG KARIR PROFESIONAL PERAWAT KLINIK PARU DAN RESPIRASI

RS PARU DR. H. A ROTINSULU BANDUNG

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2017

AREA TEMPAT
ONKOLOGI & INFEKSI NON INFEKSI
TIDURAH IC - EMG HIV – AIDS
JENJANG KEMOTERAPI PARU PARU
PARU

PRA DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1
PERAWAT Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
KLINIK
NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun
( Pre
Beginner )

PERAWAT DIII/ DIV ≥ 1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1 DIII/ DIV 0-1
KLINIK I tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
( Beginner) NERS ≥ 1 Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun NERS 0-1Tahun
Sertifikat Pra Sertifikat Pra Sertifikat Pra Sertifikat Pra Sertifikat Pra Sertifikat Pra
klinik / Orientasi klinik / Orientasi klinik / Orientasi klinik / Orientasi klinik / Orientasi klinik / Orientasi
Pelatihan Respirasi Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Dasar Respirasi Dasar Respirasi Dasar Respirasi Dasar Respirasi Dasar Respirasi Dasar

15
PERAWAT DIII/ DIV ≥ 4 DIII/ DIV ≥ 4 DIII/ DIV ≥ 4 DIII/ DIV ≥ 4 DIII/ DIV ≥ 4 DIII/ DIV ≥ 4
KLINIK II tahun tahun tahun tahun tahun tahun
(Advance NERS ≥ 3 Tahun NERS ≥ 3 Tahun NERS ≥ 3 Tahun NERS ≥ 3 Tahun NERS ≥ 3 Tahun NERS ≥ 3 Tahun
Beginner)
Sertifikat PK I Sertifikat PK I Sertifikat PK I Sertifikat PK I Sertifikat PK I Sertifikat PK I
Pelatihan Kep. Pelatihan Kep. Pelatihan Kep. Pelatihan Kep. Pelatihan Kep. Pelatihan Kep.
Paru ≥ 48 JPL Paru ≥ 48 JPL Paru ≥ 48 JPL Paru ≥ 48 JPL Paru ≥ 48 JPL Paru ≥ 48 JPL

PERAWAT DIII/ DIV ≥ 10 DIII/ DIV ≥ 10 DIII/ DIV ≥ 10 DIII/ DIV ≥ 10 DIII/ DIV ≥ 10 DIII/ DIV ≥ 10
KLINIK III tahun tahun tahun tahun tahun tahun
( Competen NERS ≥ 7 Tahun NERS ≥ 7 Tahun NERS ≥ 7 Tahun NERS ≥ 7 Tahun NERS ≥ 7 Tahun NERS ≥ 7 Tahun
t)
Ners.Sp.KMB/ Ners.Sp.KMB/ Ners.Sp.KMB/ Ners.Sp.KMB/ Ners.Sp.KMB/ Ners.Sp.KMB/
Sp.IC 0 Tahun Sp.IC 0 Tahun Sp.IC 0 Tahun Sp.IC 0 Tahun Sp.IC 0 Tahun Sp.IC 0 Tahun
Sertifikat PK II Sertifikat PK II Sertifikat PK II Sertifikat PK II Sertifikat PK II Sertifikat PK II
Pelatihan Respirasi Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Lanjutan Respirasi Respirasi Respirasi Respirasi Respirasi
Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan Lanjutan

PRA DIII/ DIV ≥ 19 DIII/ DIV ≥ 19 DIII/ DIV ≥ 19 DIII/ DIV ≥ 19 DIII/ DIV ≥ 19 DIII/ DIV ≥ 19
PERAWAT Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
KLINIK IV
NERS ≥ 13 Tahun NERS ≥ 13 NERS ≥ 13 NERS ≥ 13 NERS ≥ 13 NERS ≥ 13
( Proficient

16
) Sp.KMB/ IC ≥ 2 Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Tahun
Sp.KMB/ IC ≥ 2 Sp.KMB/ IC ≥ 2 Sp.KMB/ IC ≥ 2 Sp.KMB/ IC ≥ 2 Sp.KMB/ IC ≥ 2
Sertifikat PK III Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Pelatihan Sertifikat PK III Sertifikat PK III Sertifikat PK III Sertifikat PK III Sertifikat PK III
Kep.Paru/
Metodologi Riset Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan Pelatihan
Kep.Paru/ Kep.Paru/ Kep.Paru/ Kep.Paru/ Kep.Paru/
1-6 Bulan Metodologi Metodologi Metodologi Metodologi Metodologi
Riset Riset Riset Riset Riset
1-6 Bulan 1-6 Bulan 1-6 Bulan 1-6 Bulan 1-6 Bulan

PRA NERS ≥ 22 Tahun NERS ≥ 22 NERS ≥ 22 NERS ≥ 22 NERS ≥ 22 NERS ≥ 22


PERAWAT Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
KLINIK V Sp.KMB/ IC ≥ 4
Tahun Sp.KMB/ IC ≥ 4 Sp.KMB/ IC ≥ 4 Sp.KMB/ IC ≥ 4 Sp.KMB/ IC ≥ 4 Sp.KMB/ IC ≥ 4
( Expert) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Sp.KMB/ IC ( K)
≥ 0 Tahun Sp.KMB/ IC Sp.KMB/ IC Sp.KMB/ IC Sp.KMB/ IC Sp.KMB/ IC
( K) ≥ 0 Tahun ( K) ≥ 0 Tahun ( K) ≥ 0 Tahun ( K) ≥ 0 Tahun ( K) ≥ 0 Tahun
Sertifikat PK IV
Sertifikat PK IV Sertifikat PK IV Sertifikat PK IV Sertifikat PK IV Sertifikat PK IV

17
Tabel 2.3 Kualifikasi Tenaga Keperawatan Ruang Mawar RSP Dr. H. A. Rotinsulu

N Masa
Nama Pendidikan Status Jabatan Pelatihan STR PK
o Kerja

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
Kepala - PPI
Endang Sulistiowati., Ners PNS 26 tahun Maret 2020 IV
Ruangan - K3
S.Kep. Ners
1 - KPRS/ Patient
Safety
- ASMA
- BTCLS
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik IV (Proficient) yang memiliki
pengalaman kerja >19 tahun dengan jenjang pendidikan DIII Keperawatan.

2 Ners PNS Ketua Tim 1 12 tahun - Respirasi dasar/ Juli III


Paru dasar
- BHD 2021
- PPI
Nining Sariningsih., S. - K3
Kep. Ners - KPRS/ Patient
Safety
- PPGD
- Emergency

18
Nursing
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri no 40 perawat klinik III (competent) yang memiliki pengalaman kerja
>10 tahun dengan jenjang pendidikan D III keperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
- PPI September
Tanti Rusmiati, Amd. DIII PNS Ketua Tim 1 21 tahun - K3 III
Kep 2021
3 - KPRS/ Patient
Safety
- PPGD 1
- P2TB-DOTS
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik III (competent) yang memiliki
pengalaman kerja >10 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD Juni
Ai Nurhayati, Amd.Kep D III PNS Ketua Tim 2 28 tahun - PPI III
2020
4 - K3
- KPRS/ Patient
Safety
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik III(competent) yang
memiliki pengalaman kerja >10 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

5 Ratih Siti S, Amd.Kep D III PNS Perawat 6 tahun - Respirasi dasar/ Januari II
Paru dasar 2020

19
- BHD
- PPI
- K3
Pelaksana - KPRS/ Patient
Safety
- Hipercy
- PPGD
- Spiritual Care
Analisi: Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik II (Advance Beginer) yang
memiliki pengalaman kerja >5 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
Eny J Sertyaningrum, Perawat - PPI
DIII PNS 9 tahun Oktober II
Amd.Kep Pelaksana - K3
6 2019
- KPRS/ Patient
Safety
- PPGD
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik II (Advance Beginer) yang memiliki
pengalaman kerja >4 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

7 D.Sopandi, Amd.Kep D III PNS Perawat 28 tahun - Respirasi dasar/ III


Pelaksana Paru dasar
- BHD Maret
- PPI 2017
- K3
- KPRS/ Patient

20
Safety
- ICU
- Wound Care
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik III (Competent) yang memiliki
pengalaman kerja >9 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
Perawat - BHD Februari
Sri Rahayu F, Amd.Kep DIII BLU 22 tahun - PPI I
Pelaksana 2021
8 - K3
- KPRS/ Patient
Safety
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik I (Novice) yang memiliki
pengalaman kerja >1 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
Perawat - PPI Juli
Dadang Nurul F, D III PNS 22 tahun - K3 III
Amd.Kep Pelaksana 2020
9 - KPRS/ Patient
Safety
- Magang Bedah
Paru
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik III (Competent) yang
memiliki pengalaman kerja >10 tahun dengan jenjang pendidikan D III Keperawatan

21
- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
Perawat - PPI
Nurjanah, Amd.Kep D III PNS 19 tahun - K3 Juli 2020 III
Pelaksana
10 - KPRS/ Patient
Safety
- Wound Care
- AGD Interpretasi
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik III (Competent) yang
memiliki pengalaman kerja >10 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD
Perawat - PPI
Winda Pratiwi, D III BLU 2 tahun April 2021 I
Pelaksana - K3
Amd.Kep
11 - KPRS/ Patient
Safety
- Wound care
- PPGD
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik I (Novice) yang memiliki
pengalaman kerja >1 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

12 Anisah, Amd. Kep DIII PNS Perawat 3 tahun - Respirasi dasar/ I


Pelaksana Paru dasar
- BHD Mei 2020
- PPI

22
- K3
- KPRS/ Patient
Safety
- PPGD
Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik I (Novice) yang memiliki pengalaman
kerja >1 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

- Respirasi dasar/
Paru dasar
- BHD 2017
Eka Suhardini, Amd. Perawat
D III PNS 4 tahun - PPI I
Kep Pelaksana
13 - K3
- KPRS/ Patient
Safety
Analisis : Analisis : Sesuai dengan ketentuan peraturan mentri kesehatan no 40 perawat klinik I (Novice) yang memiliki
pengalaman kerja >1 tahun dengan jenjang pendidikan D III Leperawatan

Dari tabel diatas didapatkan bahwa di Ruang Mawar RSP Dr. H. A. Rotinsulu terdapat 2 tingkat
pendidikan S1 Keperawatan, serta D3 Keperawatan. Dilihat dari pelatihan yang diikuti perawat, seluruh perawat
memiliki ilmu yang terbilang up to date serta sesuai dengan tugas yang akan dilakukan di ruangan dan sebagian
besar masa kerja dan jenjang karir PK yang di dapat sudah sesuai.

23
d) Tenaga Mahasiswa Praktik
Tabel 2.4. Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktek
Kualifikasi Jumlah

Profesi Ners STIKes Dharma Husada Bandung 13 Mahasiswa

SMK 9 Kabupaten tanggerang 4 orang

e) Perhitungan Tenaga Perawat


Metode WISN (Work load Indicator of Staffing Need)
1) Langkah 1
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM

No Unit kerja Sub Unit K Kategori SDM

1 Ruang Inap Ruang Mawar Perawat

24
2) Langkah 2
Menetapkan waktu kerja tersedia

KODE FAKTOR KATEGORI SDM KET

A Hari Kerja Perawat 298 hari

B Cuti Tahunan Perawat 12 hari

C Pendidikan dan Latihan Perawat 2 hari

D Hari libur nasional Perawat 14 hari

E Ketidakhadiran kerja Perawat 3 hari

F Waktu Kerja Perawat 5,5 jam

Hari kerja : 298 hari/tahun


Waktu kerja yang tersedia : [A-(B+C+D+E)]xF
[298 – (12 +2 +14 +3)]x 5,5
1.468,5 jam
88.110 menit
3) Langkah 3
Hasil perhitungan kegiatan pokok pelayanan, Standar Beban Kerja (SBK), Kuantitas Kerja (KK) dan Standar
Kelonggaran (KS)

25
Kategori : perawat
Waktu : 88. 110

KEBUTUHAN SDM BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA PERAWAT MAWAR PER NOPEMBER 2017

26
Frekuensi SBK
Rata- Kuantitas Kerja
Pelaksana (waktu kerja
Langkah Rata ( KK : SBK )
N an tersedia :
Pelaksanaa Waktu waktu rata-
o Kegiatan/ Karu Perawat Pekarya Administra
n Kegiatan (Menit rata)
Kuantitas Pelaksa Kesehata si
)
Kerja/th na n

1 Operan 720 45 1958 0,3677 0,36772 0 0


Dinas 2

2 Pasang 36 30 2837 0 0.01268 0 0


Cateter

3 Pasang NGT 4 30 2837 0 0,00140 0 0

4 Injeksi 16971 20 4405,5 0 3,85223 0 0

5 Perawatan 263 30 2837 0 0,09270 0 0


Luka

6 Pasang IV 778 30 2837 0 0,27423 0 0


Kateter

7 Pengambilan 159 30 2837 0 0,05604 0 0


Darah Arteri

8 CSP 140 20 4405,5 0 0,03177 0 0

9 Syring Pump 12 20 4405,5 0 0,00272 0 0

10 Infus Pump 15 20 4405,5 0 0,00340 0 0

11 Tempat tidur 0 0 0 0 0 0 0
Anti
Dekubitus 27
12 Konsul 5142 30 2837 0 1,81247 0 0
Perawat
Keterangan rumus :

 SBK = Waktu kerja tersedia : Waktu rata-rata

 KS = KK : SBK
Dari hasil kajian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah kebutuhan tenaga perawat di Ruang Mawar 16 orang, kenyataan yang
didapat diruangan bahwa terdapat 13 orang perawat yang bertugas di Ruang Mawar, maka kebutuhan tenaga perawat di Ruang
Mawar masih belum sesuai dengan kebutuhan sesuai dengan perhitungan WISN dan masih membutuhkan 3 orang perawat tambahan
sebagai perawat pelaksana.

28
d) Jumlah Psasien
Berikut adalah Jumlah pasien dalam bulan 1 Februari- 14 Februari
Tabel 2.5 Jumlah pasien dalam bulan april 2017 di Ruang Mawar RS
Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Pasien Dirawat per


Jenis Pembayaran
Ruangan
Jumlah
Masuk
Pindah PBI NON PBI Umum
RD RJ

7 32 28 67 2 60 10

Tabel 2.6. Daftar 10 Besar Penyakit Rawat Inap Ruang Mawar per
14 Februari 2018 di RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
No. Urut Kode ICD Deskripsi

1 J90 Efusi Pleura


2 J18.9 Community Acquired Pneumonia
3 D14.3 Tumor Paru
4 C34.9 Carcinoma Lung
5 A15.0 TB paru
6 J93.9 Pyopneumotorak
7 - PPOK
8 R04.2 Haemoptysis
9 Z03.0 Suspek TB
10 - TB on OAT

29
b. Material
Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang
dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga diperoleh tujuan keperawatan
yang efektif dan efisien.
1) Lokasi dan Denah Ruang Mawar

30
Ruang mawar adalah ruang rawat inap kelas 2 yang
berkapasitas 26 tempat tidur, dengan rincian 2 kamar ruang
infeksius, 2 kamar ruang isolasi dan 4 kamar ruang non infeksius.
Bangunan ruang mawar terletak di bagian dalam Rumah Sakit,
berdekatan dengan ruang melati dan bougenvile. Ruang mawar
terdiri satu lantai, letak nurse station berada di depan pintu masuk.

2) Sarana dan Prasarana Penunjang Ruang Mawar


Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari prakarya dan kepala
ruangan, sarana dan prasarana dan peralatan di Ruang Mawar sebagai
berikut :
Tabel 2.7 Sarana dan Prasarana Penunjang Petugas Kesehatan di
Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Sarana Di Ruangan Tidak


No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak

Terdapat
nurse station
1 Nurse station 1 di depan
pintu masuk
ruang mawar

Dipajang di
Visi rumah
2 1 dalam nurse
sakit
station

Dipajang di
Misi rumah
3 1 dalam nurse
sakit
station

4 Standar 119 Kondisi baik


Operasional
Prosedur

31
(SOP)

Terdapat
Standar jumlah 13
Asuhan SAK dan
5 13
Keperawatan standar
(SAK) acuan NIC
NOC

Struktur Dipajang di
6 organisasi 1 ruang nurse
ruangan station

Kondisi baik
terdapat
meja
7 Meja 2
administrasi
1 dan
konsultasi 1

Alat tulis
kerja terdiri
Alat tulis dari pensil,
8 -
kerja bolpoint,
steples,
spidol

Terdapat di
Tempat bagian
9 istirahat 1 belakang
perawat ruangan
nurse station

Terdapat
di ruangan
Ruang kepala bagian
10 1
ruangan belakang
ruang
mawar

11 Loker 16 Terdapat di
perawat ruang
istirahat

32
perawat

Terdapat 1
Telepon telepon
12 1
ruangan ruangan dan
kondisi baik

Terdapat di
Tempat cuci
15 1 dalam nurse
tangan
station

Menyatu di
Tempat ruang
16 -
shalat istirahat
perawat

Bersih dan
17 Kamar mandi 1
layak pakai

5 kursi
hitam, 2
kursi biru, 1
18 Kursi 8
bentuk bulat
dan 1 kursi
putar

Terdapat
media
informasi
patient
Media
19 25 safety, etika
informasi
batuk, cuci
tangan, visi
dan misi RS,
peraturan

Satu denah
di pingir
pintu masuk
Denah
20 3 dan dua
ruangan
denah di
dalam
ruangan

33
3) Sarana dan prasarana penunjang pasien di ruang mawar
Tabel 2.8 Sarana dan Prasarana Penunjang Pasien di Ruang Mawar
RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Sarana Di Ruangan Tidak


No Jumlah Layak Keterangan
Prasarana Ada Tidak layak

2 kamar
infeksius, 2
Kamar
1 8 kamar isolasi
Pasien
dan 4 kamar
non infeksius

Satu kamar
terdiri dari 4
tempat tidur
Tempat
2 26 dan kamar
tidur
isolasi satu
tempat tidur
kondisi baik

Daftar nama
pasien
tertulis di
white board
Daftar
yang berada
3 nama 2
di dalam
pasien
nurse station
dan dibuku
register
pasien

Terdapat bel
di setaip
tempat tidur
4 Bell pasien 26 pasien yang
terhubung di
selular nurse
station

34
Seluruh
tempat tidur
pasien
terdapat
masing-
Kursi masing satu
5 26
tunggu kursi tunggu
dan didepan
kamar
terdapat kursi
tunggu
tambahan

Kamar mandi
terdapat di
setiap kamar
Kamar
7 8 pasien
mandi
terdapat toilet
duduk dan
handrail

Satu kamar
terdapat 5
buah gorden
kecuali ruang
isolasi hanya
satu. Setiap
tempat tidur
ada satu
8 Gordeng 64 cadangan di
alat tenun,
keadaan
layak pakai,
diganti setiap
3 bulan
sekali atau
sesuai
kebutuhan

9 Nakas 26 Ada satu


lemari kecil
untuk setiap

35
tempat tidur
pasien

Setiap ruang
isolasi (1),
kamar 1 (3),
kamar 2 (1),
10 Pispot 12
kamar 3 (1),
kamar 4 (1),
kamar 5 (2),
kamar 6 (2)

Kamar 1 (2),
11 Urinal 6 kamar 2 (2),
kamar 3 (2)

Terdapat 1
Portable portable meja
12 Meja 26 makan di
makan setiap tempat
tidur pasien

Sampah
infeksius ada
2 di luar
Tempat kamar, satu
13 sampah 4 dekat ruang
Infeksius isolasi dan
satu didalam
ruangan
nurse station

Disetiap
kamar mandi
Tempat pasien
14 sampah non 16 terdapat satu
infeksius tempat
sampah non
infeksius

15 Tempat - - Di ruangan
sampah belum
Plabot tersedia

36
tempat
sampah
khusus plabot
infus

Di ruangan
belum
Tempat tersedia
16 sampah - - tempat
Farmasi sampah
khusus
farmasi

Terdapat 1
jenis
handrub,
yaitu gel.
Terdapat
setiap kamar
2, di dipan
kamar
terdapat 1
17 Handrub 22
handrub, di
lorong isolasi
2 dan setiap
kamar isolasi
terdapat dua
serta depan
nurse setation
ada 4 buah
handrub.

Setiap tempat
tidur ada
standar infus
Standar dengan
18 41
infus jumlah 26
buah dan
yang mobile
ada 15 buah

37
Kursi roda
19 Kursi roda 5
layak pakai

Setiap kamar
Jam
20 - - tidak ada jam
dinding
dinding

Tidak ada
nama pada
laci obat,
21 Laci obat 26 hanya ditulis
nomor
tempat
tidurnya

Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil observasi sarana dan prasarana dan wawancara dengan kepala
ruangan Ruang Mawar:
1. Semua pasien terpasang identitas pasien, ruang perawatan laki-laki dan
perempuan di ruang mawar dipisah sesuai dengan peraturan KEMENKES
RI nomor 24 tahun 2016 tentang persyaratan teknisis bangunan dan
prasarana RS yang berisi Ruangan perawatan pasien di ruang rawat inap
harus di pisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis penyakit.
2. Menurut Undang-Undang Rumah Sakit No 44 tahun 2009 tentang sarana
dan prasarana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik,
tetapi dari jumlah 26 kursi, kursi penunggu pasien 12 diantaranya kurang
layak karena kondisinya rusak. Dan kursi pengunjung dari 4 kursi hanya 2
yang dapat dipakai.
3. Ketidaktersediaan jam dinding di setiap kamar, jam dinding hanya ada di
luar kamar pasien (depan kamar pasien).
4. Kurang optimalnya pemilahan tempat sampah infeksius dan non infeksius
di ruangan seperti yang tercantum dalam UU RI nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah paraf kedua penanganan sampah pasal 22

38
poin (1a) “pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan
sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan atau sifat sampah”.
5. Penggunaan tempat dan pemilahan sampah di ruangan mawar hanya
mempunyai 2 jenis tempat sampah (Infeksius dan non infeksius),
Penggunaan tempat dan pemilahan sampah di ruangan mawar hanya
mempunyai 2 jenis tempat sampah (Infeksius dan non infeksius),
berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NO: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kategori limbah infeksius warna
kuning, pewadahan limbah non-medis dalam kantong plastik warna hitam,
kategori limbah kimia dan farmasi warna coklat. Untuk pembuangan
sampah di ruangan mawar seperti plabot di gabung dengan sampan medis
dan sampah farmasi di gerdus (belum ada pembuangan sampah plabot, dan
farmasi).
6. Ketidakadaan identitas pasien di laci obat pasien, hanya tercantum tempat
tidur dapat meningkatkan risiko kesalahan pemberian obat. Sesuai dengan
Permenkes No: 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien. Sasaran I ketepatan identifikasi pasien, “pasien diidentifikasi
menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh mengunakan nomor kamar
atau lokasi pasien”.
7. Sebagian media informasi (denah ruangan, etika batuk, cara cuci tangan)
kurang jelas (memudar) di akibatkan karena lamanya pemajangan dan
suhu yang lembab.

Untuk kamar pasien, tempat tidur, kamar mandi di ruang mawar layak
digunakan sesuai dengan Undang-Undang Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
tentang sarana dan prasarana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi
dengan baik.

Sarana dan prasarana alat kesehatan ruang Mawar


Tabel 2.9. Sarana dan prasarana alat kesehatan di Ruang Mawar

39
RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Standar Kondisi
Jumlah yang
No Nama Alat Tidak
Depkes RS tersedia Layak
layak

1 Ambu Bag 2/ruangan - 2 -

2 Thermometer 4-
- 4 -
5/ruangan

3 Bak instrumen
1: 1 - 2/2 -
kecil/sedang

4 Bak instrumen
2/ruangan - Tersedia -
besar

5 Baki tindakan 2/ruangan - 10 -

6 EKG 1/ruangan - 1 -

7 Bengkok 2/ruangan - Tersedia -

8 Lampu sorot 1/ruangan - - - -

9 Nebulizer 1/ruangan - 6 -

10 Pinset anatomis 2/ruangan - Tersedia -

11 Pinset cirugis 2/ruangan - Tersedia -

12 Tabung oksigen
2/ruangan - 2 -
kecil

13 Tabung oksigen
1/ruangan - Tersedia -
besar

14 Gerusan obat 1/ruangan - 1 -

15 Gunting biasa - 2 -

16 Gunting verban 2/ruangan - 1 -

17 Infus pump 1/ruangan - 2 -

18 Tensimeter 2/ruangan - 3 -

40
21 Timbangan 1/ruangan - 2 -

22 Torniuet 2-
- 4 -
3/ruangan

23 Troli tindakan 2/ruangan - 4 -

24 Kursi roda 2-
- 5 -
3/ruangan

25 APAR 2/ruangan - 1 -

26 Syring Pump - 1 -

27 Alas perlak kecil - 5 -

4) Sarana dan prasarana Habis Pakai Ruang Mawar


Tabel 2.10. Sarana dan prasarana habis pakai Ruang Mawar RS
Paru Dr. H. A. Rotinsulu
No Nama Barang Ada Tidak ada Kondisi

1 Plester Coklat - Baik

2 Plester Putih - Baik

3 Plester - Baik

4 Hipafix - Baik

5 Kassa - Baik

6 Kapas - Baik

7 Alkohol 70% - Baik

8 Betadine - Baik

9 Obat-obatan emergency - Baik

10 Nacl 0,9 % - Baik

11 Aquabidest - Baik

12 Handwash - Baik

41
13 Handscrub Gel - Baik

14 Swab Alkohol - Baik

15 Masker - Baik

5) Alat Tenun Ruang Mawar


Tabel 2.11. Alat tenun Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
No Nama Alat Jumlah kondisi Keterangan

1 Seprei 78 Baik Seprai diganti setiap hari senin dan


kamis atau sesuai kebutuhan pasien

2 Selimut 78 Baik Selimut diganti sesuai kebutuhan


pasien

3 Sarung 78 Baik Sarung bantal diganti setiap hari


bantal senin dan kamis atau sesuai
kebutuhan pasien

4 Kasur 26 Baik -

5 Bantal 26 Baik Baik dan layak pakai

6 Pakaian baju - - Ruangan tidak menyediakan baju dan


dan celana celana

8 Taplak meja - - Ruangan tidak menyediakan taplak


tamu meja tamu

9 Waslap 15 √ Baik dan layak pakai

10 Restrain - - Tidak ada di ruangan

11 Barak shot √ Setiap melakukan tindakan perawat


menggunakan barak shot, barak shot
diganti tiap hari

42
6) Peralatan Non Medis

Tabel 2.12. Daftar peralatan non medis di Ruang Mawar RS Paru


Dr. H. A. Rotinsulu

No Nama Alat Jumlah Keterangan

1 Meja kerja kayu 4 Baik

2 PC unit 1 Baik

3 Printer 1 Baik

4 White board 4 Baik

5 Lemari Es 1 Baik

6 Lemari Es Obat 1 Baik

7 Televisi 6 Baik

8 Kursi chitose 5 Baik

9 Kursi biru 2 Baik

10 Kursi besi bulat 1 Baik

11 Tempat sepatu 2 Baik

12 Buku keteranagan di tersedia Baik

rawat

13 Buku sensus tersedia Baik

14 Format permintaan tersedia Baik

radiologi

15 Format permintaan darah tersedia Baik

16 Buku resep umum tersedia Baik

43
17 Buku keterangan sakit tersedia Baik

18 Buku surat rujukan tersedia Baik

19 Lembar pengantar tersedia Baik

control

20 Lembar oemeriksaan tersedia Baik

penunjang

21 Lembar resume tersedia Baik

22 Lembar observasi tersedia Baik

23 Kartu obat tersedia Baik

24 Lembar resume tersedia Baik

keperawatan

25 Buku ekspedisi tersedia Baik

26 Buku register pasien tersedia Baik

27 Denah ruangan 1 Penempatan di sebelah pintu masuk


ruang mawar

28 Papan informasi 2 Baik

29 Penanda jalur evakuasi 2 Tersedia

Hasil Kajian:
Berdasarkan hasil observasi sarana dan prasarana dan wawancara dengan
kepala ruangan Ruang Mawar
1. Menurut Undang-Undang Rumah Sakit No 44 tahun 2009 tentang sarana
dan prasarana harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik
tetapi pada kamar 1 ketidaksediaan TV karena rusak.
2. Tidak menggunakan perlak di ruangan sehingga saat akan melakukan
tindakan seperti menginfus, ambil darah AGD tidak menggunakan perlak.

44
Berdasarkan SOP pengambilan darah atau pemasangan infus di RS, sebelum
melakukan tindakan memasang perlak terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang didapat dari Kepala
ruangan alat penunjang sarana – prasarana alat kesehatan sudah sesuai
dengan standar departemen kesehatan dan hampir semua alat yang tersedia
layak digunakan sesuai Undang-Undang Rumah Sakit No 44 Tahun 2009
tentang sarana dan prasarana (3) bahwa sarana dan prasarana harus dalam
keadaaan terpelihara dan berfungsi dengan baik kecuali sarana dan
prasarana sebagian kursi tunggu dan TV kamar 1 yang rusak.
c. Money
1) Sumber pembiayaan Rumah Sakit
Sumber dana RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dari APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) melalui system pengajuan RBA (Rencana
Bisnis Anggaran). Setelah RBA keluar dituangkan kedalam anggaran
diberikan akun dan MAP sebagai data akuntansi laporan keuangan.
Rancangan Anggaran Belanja Rumah Sakit yang Meliputi ;
a) Operasional (kegiatan pelayanan)
b) Manajemen (pembayaran pegawai, listrik, air, telepon dll)
c) Pengembangan (sarana prasarana dan sumber daya manusia)
Untuk pendanaan bahan habis (bahan untuk kebutuhan sehari-hari
memakai dana yang diambilkan dari pemasukan rumah sakit, melalui
bagian pengadaan barang rumah sakit). Kepala ruangan terlibat dalam
penyusunan anggaran untuk pengajuan kebutuhan anggaran terpenuhi
dan terdapat anggaran untuk pendidikan.
2) Sumber gaji pegawai
Sumber dana gaji pegawai golongan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di RS Paru Dr. H. A Rotinsulu berasal dari pemerintah, sedangkan
sumber dana gaji pegawai Non-PNS berasal dari rumah sakit itu sendiri
yang diatur sesuai dalam Permenkes No. 147/PMK.05/2013 tentang
BLU (Badan Layanan Umum). Sistem remunerisasi diberikan kepada
pegawai golongan PNS diberikan setiap tanggal 15 setiap bulannya

45
selain itu pegawai PNS beserta BLU Non-PNS tetap mendapatkan bonus
saat hari raya Idul Fitri.
Ada jaminan kesehatan karyawan bagi tenaga PNS Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan),
Tabungan dan Asuransi Pensiun (TASPEN),serta Asuransi Kesehatan
(ASKES). Sedangkan untuk non PNS jaminan kesehatan BPJS
kesehatan dan ketenagakerjaan.
3) Sumber pembiayaan pasien
Sumber pendapatan Ruang Mawar berasal dari pembayaran pasien
umum dan pasien peserta jaminan kesehatan nasional (JKN):
a) Pasien Umum
Pembayaran yang dilakukan sepenuhnya oleh pasien
b) Pasien Peserta jaminan kesehatan nasional (JKN)
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran, meliputi
(1) Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non
PBI), terdiri dari
i. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
ii. Pegawai Negeri Sipil;
iii. Anggota TNI;
iv. Anggota Polri;
v. Pejabat Negara;
vi. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
vii. Pegawai Swasta; dan
viii. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima
upah. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling
singkat 6 (enam) bulan.
(2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
i. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan

46
ii. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan
penerima Upah. Termasuk WNA yang bekerja di
Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
(3) Bukan pekerja dan anggota keluarganya
i. Investor;
ii. Pemberi Kerja;
iii. Penerima Pensiun, terdiri dari :
iv. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
v. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan
hak pensiun;
vi. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
vii. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
yang mendapat hak pensiun;
viii. Penerima pensiun lain; dan
ix. Veteran;
x. Perintis Kemerdekaan
xi. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau
Perintis Kemerdekaan; dan
xii. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang
mampu membayar iuran.
4) Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
Pembayaran biaya pelayanan diselesaikan pada saat pasien akan
meninggalkan rumah sakit di loket pembayaran rumah sakit dengan
membayar dp 3 juta. Sedangkan untuk pasien BPJS pasien datang
kemudian dilakukan pemeriksaan setelah itu muncul diagnosa dan di
coding setelah itu direkap Formulir Pengajuan Klem (FPK) pembayaran
dilakukan dengan melengkapi persyaratan BPJS seperti resume medis
dan melampirkan hasil lab dan rontgen jika ada
5) Tarif Rawat Inap

47
Berdasarkan Permenkes No. 147/PMK.05/2013 tentang tarif
layanan badan layanan umum RS Paru DR. H. A. Rotinsulu Bandung
pada Kementrian Kesehatan:
Tarif layanan badan layanan umum Rumah Sakit Paru Dr. H.A
Rotinsulu bandung, pada kementrian kesehatan adalah imbalan yang di
terima oleh badan layanan Umum Rumah Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu
bandung pada Kementrian Kesehatan atas jasa layanan yang di berikan
kepada pengguna jasa. Pengguna jasa terdiri atas pasien masyarakat
umum dan pihak penjamin. Pihak penjamin terdiri atas pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan penjamin lainnya.
Tarif layanan tediri atas:
1) Tarif layanan berdasarkan kelas
(a) Tarif pelayanan rawat inap
(b) Tarif penunjang diagnostik
(c) Tarif tindakan medis
2) Tarif layanan tidak berdasarkan kelas
(a) Tarif rawat jalan
(b) Tarif ruang rawat sehari
(c) Tarif ruang isolasi, HCU dan ICU
(d) Tarif rindakan gigi
(e) Tarif jasa konsul
(f) Tarif ambulance
(g) Tarif biaya administrasi Rawat Inap
(h) Tarif biaya administrasi Rawat Inap By Pass
(i) Tarif pendidikan dan pelatihan
(j) Tarif pemakaian alat medis
(k) Tarif penggunaan sarana dan prasarana
b) Tarif farmasi
1) Tarif farmasi kepada pasien masyarakat umum, berupa obat
generik, obat non generik, obat bebas, obat kanker, obat narkotik,
obat inhaler dan alat kesehatan ditetapkan sebesar Harga Netto

48
Apotek (HNA) ditambah pajak pertambahan Nilai (PPN) ditambah
profit margin sampai dengan 15% (lima belas persen) dari HNA +
PPN.
2) HNA merupakan harga jual pabrik obat dan / atau pedagan
besar farmasi kepada pemerintah, Rumah Sakit, Apotek, dan
Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tarif Farmasi diatur
dengan keputusan Direktur Utama Badan Layanan Umum Rumah
Sakit Paru Dr. H.A Rotinsulu Bandung pada Kementrian
Kesehatan. Badan Layanan Umum Rumah Sakit Paru Dr. H.A
rotinsulu bandung pada Kementrian Kesehatan dapat memberikan
jasa layanan di bidang kesehatan kepada pihak penjamin melalui
kontrak kerja sama. Jasa layanan di bidang kesehatan dengan pihak
penjaminan antara lain, jaminan kesehatan masyarakat
(Jamkesmas), jaminan kesehatan daerah (Jamkesda), asuransi
kesehatan (Askes), jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek),
perusahaan asuransi lain, dan bentuk kerja sama layanan kesehatan
dengan pihak penjamin lainnya.
c) Tarif layanan di berdasarkan kelas
1) Tarif kelas III dikenakan kepada pasien masyarakat umum
sebesar 90% (sembilan puluh persen) dari tarif kelas II.
(a) Tarif kelas II dikenakan kepada pasien masyarakat umum
sebesar sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
(b) Tarif kelas I dikenakan kepada pasien masyarakat umum
paling sedikit sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dan tarif
kelas II.
(c) Tarif kelas atas utama, dikenakan kepada pasien
masyarakat umum paling sedikit sebesar 150% (seratus lima puluh
persen) dari tarif kelas II.

49
Direktur utama badan layanan umum Rumah Sakit Paru Dr. H.A
Rotinsulu bandung pada kementrian kesehatan menyampaikan
salinan keputusan mengenai tarif kelas III, tarif kelas II, tarif kelas
II, dan tarif kelas Utama. Kepada menteri kesehatan dan menteri
keuangan c.q. Direktur jenderal pembedaharaan.
2) Tarif farmasi kepada pasien masyarakat umum, berupa obat generik,
obat non generik, obat bebas, obat kanker, obat narkotik, obat inhaler
dan alat kesehatan ditetapkan sebesar Harga Netto Apotek (HNA)
ditambah pajak pertambahan Nilai (PPN) ditambah profit margin
sampai dengan 15% (lima belas persen) dari HNA + PPN.
c. Market
1) METODA MARKETING (BOR, AVLOS, TOI, BTO) HAIs
a) Kajian Indikator Mutu di Ruangan Mawar (BOR, AVLOS,
TOI, BTO)
Sasaran market layanan kesehatan dan asuhan keperawatan di
Ruang Mawar adalah ruang perawatan kelas II penyakit dalam untuk
pasien dewasa wanita dan Pria yang berasal dari masyarakat umum,
dengan klasifikasi tipe pembayaran pasien Umum, BPJS Non PBI
dan BPJS PBI.

Secara Umum RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu memiliki


beberapa hal pendukung marketing untuk ruangan
I. BOR (Bed Occupation Ratio)
Menurut Depkes RI (2005) Bed occupation Ratio adalah
presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85 % sedangkan dalam Nursalam
(2012) standar nasional BOR adalah antara 75-80%.

50
Rumus :
Jumlah hari perawatan RS X 100%

Jumlah TT X jumlah hari dalam 1 periode

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan


November – Januari 2018 di Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A.
Rotinsulu Kota Bandung didapatkan hasil BOR pasien sebagai
berikut :
Tabel 2.14. Hasil BOR Bulan November-Januari Ruang
Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
No Bulan Jumlah Hari rawat BOR (%)

1. November 405 50.25%


2. Desember 270 34.62%
3. Januari 328 40.69%

Berdasarkan hasil kajian situasi angka BOR yang sudah


dilakukan dan berdasarkan data yang diperoleh, indikator kinerja
di ruangan Mawar pada bulan November - Januari 2018 menurut
Depkes dan Nursalam belum sesuai standar.
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilkukan oleh
kelompok II pada tanggal 16 februari – 19 februari 2018 di Ruang
Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu didapatkan hasil BOR pasien
sebagai berikut :
Tabel 2.15. Hasil BOR Tanggal 16 – 19 Februari 2018 Ruang
Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Bed Yang
No Tanggal Jumlah Bed BOR (%)
Terisi

1. 16 februari 26 6 23,07%
2. 17 februari 26 10 38,46%
3 18 februari 26 13 50%
4 19 februari 26 20 76,92% 51

Rata – rata 47%


Ber

Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan nilai BOR di


Ruang Mawar RS Paru Dr. H,. A Rotinsulu selama 4 hari sebesar
47%. Pengkajian selama 4 hari hasil BOR ruang Mawar belom
sesuai standar dikarenakan hari libur dan pada sabtu minggu
pasien lebih banyak yang pulang.
II. AvLOS (Average Length of Stay)
AvLOS (Average Length of Stay) menurut depkes RI
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum nilai
AvLOS yang ideal menurut Kemenkes adalah 6-9 hari. Menurut
Nursalam (2012) standar nasional AVLOS adalah 1 – 10 hari.
Rumus :

Jumlah lama dirawat

Jumlah pasien keluar hidup dan mati

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada


November – Januari 2018 di Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A.
Rotinsulu Kota Bandung didapatkan hasil AVLOS pasien sebagai
berikut :

Tabel 2.16. Hasil AvLOS Bulan November – Januari 2018


Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

No Bulan Jumlah Hari rawat AvLOS (hari)

1. November 291 3

52
2. Desember 309 3
3. Januari 364 3

Berdasarkan hasil AvLOS yang diperoleh di Ruang


Mawar pada bulan November – Januri menurut standar nasional
dalam Nursalam (2012) sudah ideal atau sesuai dengan standar.

Hasil AvLOS 16 Februari – 19 Februari 2018 Ruang Mawar


RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Jumlah Hari AVLOS


No Tanggal
rawat (hari)

1. 16-19 Februri 134 7


2018

Berdasarkan hasil AvLOS yang diperoleh di Ruang


Mawar pada 4 hari menurut standar nasional dalam Nursalam
(2012) sudah ideal atau sesuai dengan standar.
III. TOI (Turn Over Internal)
TOI (Turn Over Interval) menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur, idealnya menurut
kemenkes tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
(Jumlah tempat tidur X periode) – (hari perawatan)

Jumlah pasien keluar hidup + mati

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan


November – Januari 2018 di Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A.
Rotinsulu Kota Bandung didapatkan TOI pasien sebagai berikut :

53
Tabel 2.17. Hasil TOI Bulan November – Januari Ruang
Mawar         RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

No Bulan Jumlah Hari rawat TOI (hari)

1. November 291 5
2. Desember 309 5
3. Januari 364 5

Berdasarkan hasil TOI yang diperoleh di Ruang Mawar


pada bulan februari – april menurut standar Depkes RI 2005 belum
ideal atau belum sesuai dengan standar.

IV. BTO (Bed Turn Over)


BTO (bed Turn Over) adalah angka perputaran tempat tidur
atau frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa
kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu, idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali
(Depkes RI).
Rumus :

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan pada bulan


November – Januari 2018 di Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A.

Rotinsulu Kota Bandung didapatkan BTO pasien sebagai


berikut:

Tabel 2.18. Hasil BTO Bulan November – Januari Ruang


Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

No Bulan Jumlah Hari rawat BTO (kali)

54
1. November 291 4

2. Desember 309 4

3. Januari 364 4

Berdasarkan hasil BTO yang diperoleh di Ruang Mawar


pada bulan februari – april menurut Depkes RI sudah sesuai
standar.

HAIs (Health-Care Associated Infections) Tabel 2.19 bulan November –


Januari Tahun 2018 di ruang Mawar Rumah Sakit Paru Dr.H.A Rotinsulu
N DATA Novembe Desembe Januar
o r r i

1 Infeksi Decubitus

Jumlah pasien tirah baring 110 102 112

Infeksi nosocomial 0 0 0

2 Infeksi Phelebitis

Jumlah lama hari pemasangan vena 263 314 386


perifer

55
Infeksi nosocomial 0 0 0

3 Jumlah kasus infeksi aliran darah


perifer

Jumlah lama hari pemakaian kateter 0 0 0


vena

Infeksi nosocomial 0 0 0

4 Infeksi Pneumonia/HAP

Jumlah lama hari rawat 270 322 405

Infeksi nosocomial 0 0 0

5 Infeksi Luka Operasi

Jumlah kasus operasi 6 6 6


thoracostomy/pericardiostomy

Infeksi nosocomial 0 0 0

6 Infeksi Saluran Kemih

Jumlah lama hari pemakaian kateter 0 0 5


urine menetap

Infeksi nosocomial 0 0 0

7 Jumlah kasus ventilator Associated


Pneumonia

Jumlah lama hari pemakaian ETT 0 0 0

Infeksi nosocomial 0 0 0

Jumlah pasien dirawat 106 109 127

Jumlah HAIs/infeksi nosocomial 0 0 0

Infeksi rate HAIs 0 0 0

Menurut perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas pelayanan


kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MenKes/SK/II/2008 standar angka yang ada di rumah sakit, tinggi
atau rendahnya angka HAIs secara akurat merupakan bukti konkrit dari

56
kualitas pelayanan kesehatan dan keperawatan di rumah sakit.kejadian
HAIs rumah sakit adalah < 1,5%. Angka kejadian health-care associated
infections (HAIs) di ruang Mawar pada bulan November - Januari tahun
2018 adalah 0. Kejadian HAIs dijadikan sebagai indikator mutu
pelayanan kesehatan World Health Organization (WHO) (2010), HAIs
adalah infeksi yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit
yang terjadi selama proses.

(1) SASARAN MARKETING


a) Promosi kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dalam Pasal 1 menyebutkan pengertian rumah sakit yaitu
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selanjutnya dikatakan
bahwa Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan
yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Mengacu
kepada peraturan perundang-undangan tersebut di atas, kiranya dapat
dinyatakan bahwa di setiap rumah sakit harus dilaksanakan upaya
peningkatan kesehatan, salah satunya melalui kegiatan promosi
kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /
Menkes / SK / VII / 2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya
masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Departemen kesehatan, 2012)

57
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang
sehat melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien,
karyawan rumah sakit, dan masyarakat, telah menghasilkan
reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit promotor kesehatan
(health promoting hospital). Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) berusaha mengembangkan pengertian pasien dan
keluarganya tentang penyakit yang diderita pasien, mencakup hal-hal
yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh pasien dan keluarganya
untuk membantu penyembuhan dan mencegah terserang kembali
oleh penyakit yang sama. Jadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien dan
keluarganya untuk berperan serta secara positif dalam usaha
penyembuhan dan pencegahan penyakit. Karena itu penyuluhan
kesehatan haruslah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
program pelayanan kesehatan di rumah sakit dan bukan merupakan
bagian tambahan yang terlepas (fizran, 2013). Selain itu, bagi
Rumah sakit kegiatan promosi kesehatan dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit, meningkatkan citra rumah sakit,
meningkatkan angka hunian rumah sakit Board Occupancy Rate
(BOR).

Hasil Kajian :
Promosi kesehatan merupakan salah satu upaya yang penting
dalam penyelenggaraan Sistem kesehatan Nasional (SKN). Dalam
SKN, baik yang disusun tahun 2009 maupun yang disusun tahun
2010, disebutkan bahwa salah satu subsistemnya adalah Subsistem
pemberdayaan Masyarakat. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan,
kelompok, dan masyarakat umum dibidang kesehatan secara terpadu

58
dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setingi- tingginya (Departemen kesehatan, 2010).
Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien, dan kelompok-kelompok masyarakat,
agar pasien dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan dan
mencegah masalah-masalah kesehatan, melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Hartono,
2010).
Rumah sakit Dr.H.A Rotinsulu memiliki 2 program dalam
hal promosi kesehatan di dalam lingkungan rumah sakit (internal)
dan di luar lingkungan rumah sakit (eksternal), media promosi
kesehatan yang digunakan adalah website, spanduk, brosur,
banner/x-banner, dan leaflet yang sudah tersebar di semua ruangan.
Hasil observasi di ruang mawar sudah tersedia beberapa poster di
semua sudut ruang tunggu contohnya seperti 6 langkah cuci tangan,
five moment, virus ebola, penyakit akibat rokok, TBC, etika batuk,
PHBS.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada bagian
PKMRS (Promosi kesehatan masyarakat di rumah sakit), kegiatan
promosi kesehatan di rumah sakit paru Dr. H. A. Rotinsulu dibagi
menjadi 2 bagian yaitu promosi kesehatan di dalam lingkungan
rumah sakit (internal) dan promosi kesehatan di luar lingkungan
rumah sakit (eksternal).Kegiatan promosi kesehatan berupa
penyuluhan yang dilakukan di lingkungan rumah sakit dilaksanakan
di ruang rawat inap dan ruang rawat jalan, dan penyuluhan ditujukan
bagi semua pasien baik dari pasien umum maupun BPJS.
Saat dilakukan wawancara dengan petugas di Ruang Mawar
menyatakan bahwa dilakukannya penkes sesuai jadwal dari PMKRS.
Penkes dilakukan apabila pasien datang, pasien pulang dan apabila

59
pasien menanyakan mengenai penyakitnya. Pada saat pasien masuk
perawat mengorientasikan mengenai ruangan dan menjelaskan
mengenai bagaimana cara mencuci tangan. Ruang Mawar pun
mengadakan promosi diluar diantaranya ke Sekolah Dasar (SD). Hal
tersebut sesuai dengan teori Nursalam (2016), dalam tahap
pelaksanaan penerimaan pasien baru salah satunya adalah perawat
memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang orientasi
ruang, keperawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang betanggung jawab dan jadwal
visite), dan tata tertib ruang serta penyakit.
Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan di dalam
lingkungan rumah sakit baik di dalam maupun di luar, dilaksanakan
satu bulan sekali. Media promosi kesehatan yang digunakan dalam
bentuk website, leaflet, brosur, poster, banner/x-banner, dan
spanduk. Hasil observasi di ruang Mawar sudah tersedia poster di
koridor ruangan mengenai 6 langkah cuci tangan, penyakit maupun
himbauan mengenai menjaga kesehatan. Tetapi di setiap ruang
perawatan hanya terdapat poster cara mencuci tangan saja. Selain itu
terdapat leaflet di sebelah nurse station yang menurut pengamatan
dirasa minim, sedangkan salah satu fungsi leaflet adalah untuk
memberikan informasi atau keterangan singkat untuk disampaikan
kepada pasien maupun keluarga pasien sebagai edukasi.

b) Indikator mutu
Peningkatan mutu pelayanan adalah derajat memberikan
pelayanan secara efisien dan efektif sesuai standar profesi, standar
pelayanan yang dilaksanakan secara menyeluruh sesuai dengan
kebutuhan pasien, memanfaatkan teknologi tepat guna dan hasil
penelitian dalam pengembangan pelayanan kesehatan atau

60
keperawatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal
(Nursalam, 2015).
Jenis-jenis insiden keselamatan pasien (Depkes, 2008) :
I. Kejadian Yang Tidak Diharapkan (KTD)
Suatu kejadian yang tidak diharapkan yang
mengakibatkan cedera pada pasien akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.
II. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi
tidak mengakibatkan cedera.
III. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
Kejadian nyaris cedera adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat
dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelem obat diberikan
kepada pasien.
IV. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan
cedera tetpi belum terjadi insiden. Misalnya obat-obatan
LASA (Look, Alike, Sound, Alike) disimpan berdekatan.
V. Kejadian Sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius. Biasanya dipakai untuk kejadian yang
sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima seperti :
operasi pada tubuh yang salah.

61
Berdasarkan hasil (Kesehatan Keselamatan Kerja Rumah Sakit) untuk data KTD, KTC, KNC dan Kejadian
sentinel di Ruang Mawar pada tanggal 16 Februari – 19 Februari 2018 dapat dilihat dari data sebagai berikut :
Tabel 2.20. Angka Kejadian KTD, KPC, KNC dan sentinel di Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu
Kejadian

Tertusuk
Laporan Tertimpa Kecelakaa
No Bulan benda Terjatuh/ Terpapar Penyakit Kecelakaan
resiko / Kebakaran n akibat
tajam/ B3 akibat kerja akibat kerja
cidera terpeleset kerja
Terpukul
jarum

1 16 Feb 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 17 Feb 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 18 Feb 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 19 Feb 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Berdasarkan data yang diperoleh, didapatkan hasil bahwa angka KTD, KTC, KNC dan Kejadian sentinel di Ruang Mawar RS Paru
Dr. H. A. Rotinsulu adalah 0 atau tidak ada.

62
c) Patient safety
Keselamatan pasien (pasien safety) RS adalah suatu sistem dimana RS
membuat asuhan pasien lebih aman (Depkes, 2008). Meliputi : asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tidak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (peraturan
menteri kesehatan indonesia nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2012 tentang
keselamatan pasien RS.
Menurut Nursalam (2015), keselamatan pasien merupakan suatu
variable untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien
adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD)
yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat
merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. KTD bisa
disebabkan oleh berbagai factor antara lain beban kerja perawat yang tinggi,
alur komunikasi yang kurang tepat, penggunaan sarana kurang tepat dan
sebagainya (Nursalam, 2015).
d) Pencegahan dan Pengendalian Infeks
I. Hand hygiene
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan
kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan
air (Depkes RI, 2009). Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci
tangan yaitu untuk mengangkat mikroorganisasi yang ada ditangan, membuat
kondisi tangan steril sehingga infeksi silang bisa dicegah. Praktek
membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang disebarkan
melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan debris serta
menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit. Menjaga
kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat kerja,
sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk pasien, selama
melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja terkontaminasi) dan setelah
kontak atau melakukan tindakan untuk pasien (Kemenkes RI, 2011).

63
Tabel 2.21. Laporan audit kepatuhan cuci tangan berdasarkan 5 momen RS Dr. H.A
Rotinsulu

No Momen Agust Sept Okt Nov Des Jan

1. Sebelum kontak pasien 54,7% 54,7% 55,3% 54,1% 59,2% 58,6%

2. Sebelum tindakan 69,8% 69,8% 70,1% 71,2% 70,4% 70,5%


aseptic

3. Setelah kontak pasien 92,1% 92,1% 91,5% 92,4% 90,3% 90,8%

4. Setelah kontak dengan 100% 100% 100% 100% 100% 100%


cairan tubuh pasien

5. Setelah kontak dengan 91,7% 91,7% 89,6% 91,7% 88,7% 88,2%


lingkungan pasien

Tabel 2.22. Laporan audit kepatuhan cuci tangan di RS Dr. H.A Rotinsulu

No Bulan Presentase

1. Agustus 79,5%

2. September 81,0%

3. Oktober 81,4%

4. November 83,3%

5. Desember 81,4%

6. Januari 80,5%

Tabel 2.23. Laporan audit kepatuhan cuci tangan berdasarkan profesi perawat di RS Dr.
H.A Rotinsulu
64
No Bulan Presentase

1. Agustus 79,3%

2. September 79,8%

3. Oktober 79,7%

4. November 79,8%

5. Desember 79,7%

6. Januari 79,6%

Hasil Kajian:
Budaya hand hygiene maupun hand washing oleh perawat belum maksimal karena
belum dilaksanakan, 5 momen cuci tangan tetapi terkadang langkah cuci tangan belum 6 step
sesuai dengan standar yang ada. Selain itu dari hasil pengamatan yang dilakukan dari tanggal
16 s/d 19 Februari 2018 bahwa perawat dan tenaga kesehatan lainnya serta petugas
kebersihan menggunakan APD (masker dan handscoon) saat akan melakukan tindakan dan
saat berada di lingkungan pasien. Hal tersebut dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi
nosokomial dari pasien terhadap petugas kesehatan/petugas non kesehatan.
e) IPSG
Tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena
jatuh) (Aprilia, 2011)

Hasil Analisis :

65
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Januari didapatkan
hasil :
a. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
Berdasarkan hasil pengamatan, perawat di Ruang Mawar belum menerapkan
identifikasi secara optimal dikarenakan saat pemberian obat perawat langsung
menyapa pasien tanpa menanyakan kembali nama pasien dan tanggal lahir. Selain itu,
beberapa perawat tidak memberikan informasi mengenai obat yang diberikan beserta
kegunaanya, perawat hanya memberikan informasi jika pasien menanyakannya.
b. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
c. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
d. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi)
e. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
Hasil observasi yang dilakukan dipadaptkan hasil bahwa perawat sudah
melakukan cuci tangan dengan benar tetapi sayangnya tidak dilaksanakan 5 moment.
Perawat tidak melakukan cuci tangan sebelum tindakan dilakukan tetapi ketika
tindakan telah dilakukan perawat mencuci tangannya.Dalam penggunakan APD sudah
diterapkan dengan baik.perawat menggunakan masker dan handscoon dalam
penanganan pasien.
f. The risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
(Aprilia, 2011).
1) Semua tempat tidur pasien sudah mempunyai bed plang.
2) Sudah terdapat format untuk penilaian pasien jatuh di buku status pasien, dan
dilakukan pemeriksaan ulang resiko jatuh setiap 2 hari atau sewaktu-waktu bila
ada perubahan.
3) Semua pasien sudah memakai gelang identitas yang sesuai dengan ketentuan dari
kebijakan rumah sakit yang terdiri dari nama, no RM, dan tanggal lahir.
4) Sudah tersedianya penanda resiko jatuh pada bed pasien

(2) Manajemen Pelayanan Keperawatan

66
Tabel 2.24. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Ruang Mawar RS Paru Dr
H. A. Rotinsulu
Jawaban
Jumlah Persentase Hasil
No Pertanyaan Responden
Responden Responden
Baik Kurang Baik Kurang

A. Fungsi Perencanaan
1 Dalam
melaksanakan
tugas, saya
sesuaikan
7 2 9 100% 78% 22%
dengan visi
dan misi
Rumah Sakit
dan ruangan

2 Dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan
saya
8 1 9 100% 89% 11%
berpedoman
pada standar
asuhan
keperawatan
(SAK)

3 Dalam 8 1 9 100% 89% 11%


melaksanakan
prosedur
keperawatan
saya
berpedoman
pada standar
operasional
prosedur
67
(SOP)

4 Dalam bekerja
saya
berdasarkan
9 0 9 100% 100% 0%
peraturan yang
ada di rumah
sakit

5 Saya berusaha
konsisten
dalam bekerja
dengan 9 0 9 100% 100% 0%
mengikuti
standar kinerja
di rumah sakit

B. Pengorganisasian
1 Sistem
pemberian
asuhan
keperawatan
7 2 9 100% 78% 22%
yang
digunakan di
ruangan ini
dengan MPKP

2 Saya
memahami
struktur
9 0 9 100% 100% 0%
organisasi
yang ada di
ruangan

3 Dalam bekerja 8 1 9 100% 89% 11%


saya
melakukan
tugas sesuai
68
dengan uraian
tugas yang
ditentukan
oleh ruangan

4 Jumlah tenaga
keperawatan
yang ada
diruangan 5 4 9 100% 56% 44%

telah sesuai
dengan beban
kerja perawat

5 Pengaturan
shift yang ada
dalam ruangan
saya
berdasarkan 3 6 9 100% 33 % 67%
dari tingkat
ketergantungan
pasien

C. Pengarahan
1 Didalam
bekerja saya
tenang karena
setiap saat ada
kegiatan 3 6 9 100% 33% 67%
supervisi untuk
menunjukan
yang baik
kepada kami

2 Saya tahu betul 9 0 9 100% 100% 0%


pekerjaan saya
karena setiap
69
dinas ada
program
operan antar
shift yang jelas

3 Saya tahu betul


pekerjaan saya
sebagai
perawat
pelaksana
karena
sebelum dinas
8
ada pre 1 9 100% 89% 11%
conference
dari kepala tim
untuk
menjelaskan
pekerjaan yang
akan kita
lakukan

4 Saya
mengetahui
pekerjaan
dengan baik
karena setiap
hari ada
program post
5 4 9 100% 56% 44%
conference
dari kepala tim
untuk
menjelaskan
evaluasi
pekerjaan kita
lakukan

70
5 Saya senang
karena ada
kegiatan ronde
keperawatan
diruang untuk 2 7 9 100% 22% 78%
menyelesaikan
kasus
kompleks
diruangan

D. Pengendalian
1 Tiap 3 bulan
sekali
diruangan saya
dilakukan
evaluasi
terhadap
kinerja
1 8 9 100% 11% 89%
perawat
diruangan
masing-masing
yang dilakukan
oleh ketua tim
dan perawat
pelaksana

2 Tiap bulan
diruangan saya
dilakukan
audit mutu
9 0 9 100% 100% 0%
dengan cara
menghitung
BOR

3 Tiap bulan 9 0 9 100% 100% 0%

71
diruangan saya
dilakukan
audit mutu
dengan cara
menghitung
ALOS

4 Tiap bulan
diruangan saya
dilakukan
audit mutu 9 0 9 100% 100% 0%
dengan cara
menghitung
TOI

5 Tiap bulan
diruangan saya
dilakukan
audit mutu
dengan cara 7 2 9 100% 78% 22%
menghitung
kejadian
infeksi
nosocomial

6 Tiap bulan
diruangan saya
dilakukan
audit mutu 9 0 9 100% 100% 0%
dengan cara
menghitung
kejadian jatuh

a) Fungsi perencanaan
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan 78% yang menjawab baik
bahwa pada pernyataan ”dalam melaksanakan tugas, saya sesuai dengan
visi dan misi rumah sakit dan ruangan” 89% pada pernytaan “Dalam
72
melaksanakan asuhan keperawatan saya berpedoman pada standar asuhan
keperawatan (SAK)” 89% pada pernyataan “Dalam melaksanakan
prosedur keperawatan saya berpedoman pada standar operasional prosedur
(SOP)”,100% pada pernyataan “Dalam bekerja saya berdasarkan peraturan
yang ada di rumah sakit” dan “Saya berusaha konsisten dalam bekerja
dengan mengikuti standar kinerja di rumah sakit”
b) Pada pengorganisasian
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan 100% pada pernyataan
‘‘Saya memahami struktur organisasi yang ada di ruangan” 89% pada
pernyataan ‘‘Dalam bekerja saya melakukan tugas sesuai dengan uraian
tugas yang ditentukan oleh ruangan” 78% yang menjawab baik dengan
bentuk pernyataan ‘‘Sistem pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan di ruangan ini dengan MPKP’’ dan 56% ‘‘Jumlah tenaga
keperawatan yang ada diruangan telah sesuai dengan beban kerja perawat”
33% pada pernyataan ‘‘Pengaturan shift yang ada dalam ruangan saya
berdasarkan dari tingkat ketergantungan pasien’’.
c) Pengarahan
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan 100% pada pernyataan
“Saya tahu betul pekerjaan saya karena setiap dinas ada program operan
antar shift yang jelas”. 89% pada pernyataan “Saya tahu betul pekerjaan
saya sebagai perawat pelaksana karena sebelum dinas ada pre conference
dari kepala tim untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan”.
56% pada pernyataan “Saya mengetahui pekerjaan dengan baik karena
setiap hari ada program post conference dari kepala tim untuk menjelaskan
evaluasi pekerjaan kita lakukan”. 33% pada pernyataan “Didalam bekerja
saya tenang karena setiap saat ada kegiatan supervisi untuk menunjukan
yang baik kepada kami”. 22% pada pernyataan “Saya senang karena ada
kegiatan ronde keperawatan diruang untuk menyelesaikan kasus kompleks
diruangan”.
d) Pengendalian
Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan 100% pada pernyataan “Tiap
bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung
BOR”, “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara

73
menghitung ALOS”, “Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu
dengan cara menghitung TOI” dan “Tiap bulan diruangan saya dilakukan
audit mutu dengan cara menghitung kejadian jatuh”. 78% pada pernyataan
“Tiap bulan diruangan saya dilakukan audit mutu dengan cara menghitung
kejadian infeksi nosocomial”. 11% pada pernyataan “Tiap 3 bulan sekali
diruangan saya dilakukan evaluasi terhadap kinerja perawat diruangan
masing-masing yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana”
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dari hasil kuesioner yang diberikan, didapatkan 89%
nilai tertinggi dari 9 responden pada sistem pengendalian Tiap 3 bulan
sekali diruangan dilakukan evaluasi terhadap kinerja perawat diruangan
masing-masing yang dilakukan oleh ketua tim dan perawat pelaksana

(3) Indikator Mutu


a. Tingkat Kepuasan Pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien terhadap
pelayanan perawat. Pelaksanaan evaluasi menggunakan kuesioner yang
berisi soal berbentuk pertanyaan tertutup.. Adapun indikator kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner berjumlah 14
pertanyaan, masing – masing pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban,
kemudian di tota
l tiap– tiap responden dan dijumlahkan secara keseluruhan. Dengan
kriteria mutu pelayanan dan kinerja unit pelayanan yaitu “sangat baik”,
“baik”, “Kurang Baik”, “Tidak baik”.

Tabel 2.25 Kriteria Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan

Nilai Nilai Interval Nilai interval Kinerja Unit Mutu


Persepsi IKM konversi IKM Pelayanan Pelayanan

1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 Tidak baik D

74
2 1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 Kurang baik C

3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 Baik B

4 3,26 – 4,00 81,26 – 100,00 Sangat baik A

Nilai Unsur Nilai rata-rata


No Unsur Pelayanan
Pelayanan tertimbang

1 Prosedur pelayanan 2.84 0,2

2 Persyaratan pelayanan 3,124 0,22

3 Kejelasan petugas pelayanan 3,053 0,21

4 Kedisiplinan petugas pelayanan 3,124 0,22

Tanggung jawab petugas 0,21


5 2.982
pelayanan

6 Kemampuan petugas pelayanan 3,053 0,21

7 Kecepatan pelayanan 3,195 0,23

8 Keadilan mendapatkan pelayanan 3,124 0,22

Kesopanan dan keramahan 0,23


9 3,195
petugas

10 Kewajaran biaya pelayanan 3,195 0,23

11 Kepastian biaya pelayanan 3,195 0,23

12 Kepastian jadwal pelayanan 3,195 0,23

13 Kenyamanan lingkungan 3,195 0,23

14 Kenyamanan lingkungan 3,053 0,21

75
Total 43,523

Hasil Nilai Indeks x Nilai


77,8
dasar

Nilai Indeks unit pelayanan dapat disimpulkan dari hasil indeks


setelah dikonversi adalah 77,8 % dengan mutu pelayanan “B”, dengan
berdasarkan hasil tersebut dinyatakan kinerja unit pelayanan tersebut baik.
Sehingga semakin baik kinerja mutu pelayanannya maka tingkat
kepuaasannya semakin tinggi.
b. Keamanan dan Kenyamanan
Berdasarkan hasil observasi di ruangan Mawar pemasangan gelang
identitas sudah di terapkan secara optimal, yaitu gelang untuk pasien
perempuan berwarna pink dan untuk pasien laki – laki berwarna biru.
Kunjungan pasien diruangan terdapat beberapa kamar yang dikunjungi
sekitar ± 2-3 orang/pasien yang sesuai dengan jam besuk yang sudah
ditentukan yaitu dari 10.00-12.00 dan dari jam 16.00-19.00 WIB, namun
terkadang pengunjung tidak sesuai dengan jam besuk yang telah ditentukan.
Adapun untuk penunggu pasien sudah memiliki ID Card penunggu pasien
dengan alur pasien masuk ke IGD/poli Satpam Keluarga pasien
menunjukkan surat rawat inap satpam meminta KTP kelurga/pasien.
Kelurga diberikan ID Card penunggu pasien.

(4) CSSD
a. Sterilisasi Alat
Setelah dilakukan wawancara dan observasi pada tanggal 16-19
Februari 2018 dengan pihak CSSD didapatkan data bahwa sterilisasi alat
habis pakai dari ruangan sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada
(SOP). Proses sterilisasi alat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Alat kotor dari setiap Penerimaan alat Dekontaminasi,


76
ruangan ditempatkan di di bagian CSSD, perendaman,
kontainer Serah terima penyikatan (15
barang, menit)
Berikan label Pengemasan (poches),
(tanggal expired dengan memasang Keringkan
dan tgl steril) indikator internal & (10mnt)
eksternal pada poches

Sterilisasi Keluarkan dan cek Penyimpanan dan


(1½jam) perubahan warna distribusikan ke
pada indikator ruangan

b. Pengolahan Linen
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 Februari 2018
dengan pihak laudry, pengolahan linen sudah dilakukan sesuai alur yang
ada di Rumah Sakit Paru Rotinsulu dengan alur pengolahan sebagai
berikut :

Dikirim Ke
Linen yang Infeksius
Laundry
dipakai
pasien Ditimbang
Non Infeksius

Dicuci
menggunakan

Mesin cuci Mesin cuci Non


Infeksius infeksius

Perapihan Pengeringan

Pengepakam & pemberian label


Pemilihan & pencatatan
Pendistribusian ke ruangan

77
d. Methode
1) Penentuan Metoda Keperawatan Sesuai Kebutuhan
Ada beberapa pendekatan tentang metode pembagian dinas menurut Nursalam
(2015) diantaranya sebagai berikut :
a) Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2 – 3 tim yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu.
Pembagian tugas di dalam kelompok atau grup dilakukan oleh ketua
kelompok. Selain itu, ketua tim bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggota tim sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
perawatan klien, serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila mengalami kesulitan, selanjutnya ketua tim yang melaporkan kepada
kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan
terhadap klien.
b) Keuntungan
(1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
(2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
(3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
c) Kelemahan
Komunikasi antara anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Konsep metode tim


78
(1) Ketua tim sebagai perawat
profesional harus mampu menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan.
(2) Pentingnya komunikasi yang
efektif agar kontinuitas rencana terjamin.
(3) Anggota tim harus menghargai
kepemimpinan ketua tim.
(4) Peran kepala ruangan penting
dalam metode tim.

Tanggung jawab ketua tim


(1) Membuat perencanaan.
(2) Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi.
(3) Mengenal/mengetahui kondisi klien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan klien.
Tanggung jawab anggota tim

(1) Memberikan asuhan keperawatan pada klien di


bawah tanggung jawabnya.
(2) Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim.
(3) Memberikan laporan.
(4) Mengembangkan kemampuan anggota.
(5) Menyelenggarakan konferensi.
Tanggung jawab kepala ruangan
(1) Perencanaan
(a) Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan
masing-masing.
(b) Mengikuti serah terima klien pada waktu
pergantian shift.
(c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan
bersama ketua tim.
(d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
(e) Mengikuti visite dokter.
(f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
79
(g) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
(h) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
(i) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri.
(j) Membantu membimbing peserta didik
keperawatan.
(k) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan
dan rumah sakit.
(2) Pengorganisasian
(a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
(b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
(c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim
secara jelas.
(d) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan.
(e) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat
praktek.
(f) Mendelegasikan tugas kepada ketua tim saat kepala
ruangan tidak berada di tempat.
(g) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk
mengurus administrasi klien.
(h) Mengidentifikasi masalah dan cara
penyelesaiannya.
(3) Pengarahan
(a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada
ketua tim.
(b) Memberi pujian kepada anggota tim yang
melaksanakan tugas dengan baik.
(c) Memberi motivasi dalam peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
(d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting
dan berhubungan dengan asuhan keperawatan klien.
(e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
kegiatan.

80
(f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya.
(g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
(4) Pengawasan
(a) Melalui komunikasi: mengawasi dan
berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
(b) Melalui supervisi: pengawasan langsung melalui
inspeksi dan pengawasan tidak langsung dengan cara mengecek daftar
hadir ketua tim.

(5) Evaluasi
(a) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
bersama ketua tim.
(b) Audit keperawatan.
Hasil Kajian

Hasil wawancara dengan kepala ruangan di Ruang Rawat Inap Mawar


RS Paru Dr. H.A Rotinsulu Kota Bandung pada tanggal 19 Februari 2018,
mengatakan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini di Ruang
Mawar adalah metode tim, namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal,
masih banyak perawat yang menggunakan metode penugasan fungsional dimana
model pemberian asuhan keperawatan yang diberikan berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Kendala yang dialami ketika
menggunakan metode tim berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala ruangan
adalah kurangnya sumber daya manusia atau tenaga perawat di ruangan.
Berdasarkan hasil dari data perhitungan tenaga perawat (………).

Hasil observasi pada tanggal 19 Februari ditemukan bahwa di ruangan


mawar terdapat tiga katim dan dua perawat pelaksana, namun tidak jarang kepala
ruangan ikut turun membantu asuhan keperawatan. hari kerja katim dalam satu
minggu hanya lima hari sehingga pada hari libur atau tanggal merah tidak ada

81
katim hanya ada perawat pelaksana. jumlah total perawat di ruangan Mawar ada
12 perawat termasuk 1 karu dan 3 katim

2) Efektifitas Dokumentasi Keperawatan Yang Digunakan


Dokumentasi merupakan komunikasi secara tertulis sehingga perawat dituntut
untuk dapat mendokumentasikan secara benar (Handayaningsih, 2007). Perawat
memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah dalam pemeliharaan
pencatatan atau dokumentasi kegiatan serta petunjuk dalam membuat pola/format
pencatatan yang tepat. Dokumentasi yang baik harus mengikuti karakteristik
standar keperawatan (Ali, 2009).
Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas
dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu.
Dengan adanya standar bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi
keperawatan (Martini, 2007).
Dokumentasi asuhan keperawatan
1) Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan
kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai
dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standa
praktik keperawatan dari ANA (American Nurses Association)
(Handayaningsih, 2007).
2) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan yang aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan memberi
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil akhir
sehingga perawat menjadi akuntabel (NANDA (North American Nursing
Dianosis Association), 2012).
3) Rencana keperawatan

82
Tahap perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien,
keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami klien. Perencanaan
merupakan suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara
tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosa keperawatan (Asmadi, 2008).
4) Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan
keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang
efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling
bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan,
kemampuan advokasi, dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).
5) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment) (Asmadi, 2008).

Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil studi dokumentasi pada tanggal 16-19 Februari 2018 di
ruangan Mawar pendokumentasian status pasien didokumentasikan oleh perawat
penanggung jawab kamar dari tiap shift. Berdasarkan hasil Kajian data format
Standar Asuhan Keperawatan (Dokumentasi Keperawatan) dari 10 buku status
pasien setiap lembar dokumentasi terisi lengkap. Kelengkapan format
dokumentasi asuhan keperawatan ruangan disesuaikan dengan standar Instrumen
A DepKes (1995) dengan hasil :
Dokumentasi asuhan keperawatan
83
1) Pengkajian Keperawatan
Format pengkajian sudah tersedia dari pihak rumah sakit sehingga
mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien.
Pengkajian format dokumentasi dilakukan secara observasi, studi
dokumentasi dan wawancara kepada perawat. Pengkajian pasien dilakukan
sesuai format yang telah disediakan rumah sakit dan pengkajian fisik
dilakukan oleh perawat.
2) Diagnosa Keperawatan
Hasil observasi dan studi dokumentasi di ruangan Mawar dalam status
pasien terdapat diagnosa dan rencana asuhan keperawatan yang ditentukan
langsung setelah dilakukan pengkajian pasien.
3) Rencana Keperawatan
Hasil dari observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien rencana
asuhan keperawatan langsung dicantumkan setelah penentuan diagnosa
keperawatan hasil dari pengkajian. Lembar rencana asuhan keperawatan
sudah tersedia di ruangan Mawar berupa lembar check list yang
didalamnya terdapat beberapa kolom : tanggal, no. dx, pengkajian,
diagnosa, tujuan dan intervensi, tanda tangan dan nama perawat.
4) Implementasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi implementasi sudah tersedia di
format ruangan dengan format lembaran : tanggal/waktu, pengkajian
(assessment), instruksi dan pelaksanaan (order and implementation) dan
nama jelas dan tanda tangan petugas.
5) Evaluasi
Hasil observasi dan studi dokumentasi dalam status pasien
implementasi yang dilakukan di Ruang mawar menggunakan format
SOAP dan dituliskan dalam status pasien setelah rencana keperawatan di
implementasikan kepada pasien. Format catatan perkembangan berisi :
tanggal, jam, perkembangan pasien, nama jelas dan tanda tangan perawat.

Tabel Kelengkapan format dokumentasi asuhan keperawatan di


2.26 Ruang Mawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

84
Nomor Rekam Medik
N Aspek yang Ket
453 711 672 691 670 682 679 589 699 642
o dinilai .
1 7 5 9 8 8 6 0 5 2

1. Pengkajian

Mencatat data V V V V V v V v v V
yang dikaji
sesuai dengan
pedoman
pengkajian

Data V V V V V v V v v V
dikelompokka
n (bio, psiko,
sosial,
spiritual)

Data dikaji V V V V V v V v v V
sejak pasien
masuk sampai
pulang

Masalah V V V V V v V v v V
dirumuskan
berdasarkan
kesenjangan
antara status
kesehatan
dengan norma
dan pola
fungsi
kehidupan

2. Diagnosa
Keperawatan

Diagnosa V V V V V v V v v V
keperawatan
berdasarkan
masalah yang
telah
dirumuskan.

Diagnosa V V V V V v V v v V
keperawatan
85
mencerminkan
PE / PES.
Merumuskan V V V V v v V v v V
diagnosa
keperawatan
aktual/potensia
l.

3 Perencanaan

Berdasarkan V V V V v v V v v V
diagnosa
keperawatan.
Disusun V V V V v v V v v V
menurut urutan
prioritas

Rumusan V V V V v v V v v V
tujuan
mengandung
komponen
pasien/subyek,
perubahan,
perilaku,
kondisi pasien
dan atau
kriteria.
Rencana V V v V v v V v v V
tindakan
mengacu pada
tujuan dengan
kalimat
perintah,
terinci dan
jelas atau
melibatkan
pas,;ien/keluar
ga.
Rencana V V v V v v V v v V
tindakan
menggambark
an keterlibatan
pasien/keluarg
a

86
Rencana V V v V v v V v v V
tindakan
menggambark
an kerja sama
dengan tim
kesehatan lain

4. Implementasi

Tindakan V V v V v v V v v V
dilaksanakan
mengacu pada
rencana
perawatan

Perawat V V v V v v V v v V
mengobservasi
respon pasien
terhadap
tindakan
keperawatan

Revisi V V v V v v V v v V
tindakan
berdasarkan
hasil evaluasi.
Semua V V v V v v V v v V
tindakan yang
telah
dilaksanakan
dicatat ringkas
dan jelas.

5. Evaluasi

Evaluasi V V v V v v V v v V
mengacu pada
tujuan

Hasil evaluasi V V v V v v V v v V
dicatat

6. Catatan
Asuhan
Keperawatan.

Menulis pada V V v V v v V v v V
format yang
87
baku.

Pencatatan V V v V v v V v v V
dilakukan
sesuai dengan
tindakan yang
dilaksanakan

Pencatatan V V v V v v V v v V
ditulis dengan
jelas, ringkas,
istilah yang
baku dan
benar.
Setiap V V v V v v V v v V
melakukan
tindakan/kegia
tan perawat
mencantumkan
paraf/nama
jelas, dan
tanggal jam
dilakukannya
tindakan.

Berkas catatan V V v V v v V v v V
keperawatan
disimpan
sesuai dengan
ketentuan yang
berlaku

N Kajian Jumlah asuhan Presentase


o keperawatan

1. Pengkajian 10 100%

2. Diagnosa keperawatan 10 100%

3. Intervensi 10 100%

4. Implementasi 10 100%

5. Evaluasi 10 100%

88
3) Efektifitas Komunikasi Terapeutik
a) Timbang Terima (Operan/Handover)
Nursalam (2008), menyatakan timbang terima adalah suatu acara
dalam menyampaikan suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu di mana terjadi perpindahan atau transfer tanggung
jawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari
handover adalah menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana
perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya. Tujuan timbang terima:

i. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).


ii. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
iii. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
iv. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang perpindahan informasi yang relefan yang
digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam
bekerja. Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama, yaitu :
i. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan menginspirasikan
perasaan perawat.
ii. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
Langkah-Langkah dalam timbang terima
i. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
ii. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
iii. Perawat primer atau kepala tim menyampaikan kepada perawat
penanggung jawab shift selanjutnya meliputi :
a) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan

89
iv. Penyampaian timbang terima di atas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru
v. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien (Nursalam, 2002).
Pada saat operan antara perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum
dilaksanakan, serta respon yang terjadi pada pasien (Nursalam, 2011).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Untuk itu diperlukan
pendekatan sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah
satunya dengan cara komunikasi teknik SBAR. Komunikasi SBAR adalah
komunikasi dengan menggunakan alat yang logis untuk mengatur informasi
sehingga dapat ditransfer kepada orang lain secara akurat dan efisien
(Nursalam, 2008).

Menurut Nursalam (2008), konsep SBAR yaitu :

1) S (Situation). Merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi pada


pasien.
a) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
b) Nyatakan masalah secara singkat : apa, kapan dimulai, dan tingkat
keparahan.
2) B (Background).
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:

a) Daftar pasien
b) Nomor medical record
c) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
d) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil laboratorium
e) Hasil terbaru TTV pasien
f) Hasil laboratorium dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil
dari tes laboratorium sebagai pembanding
g) Informasi klinik lainnya. Background merupakan informasi penting
tentang apa yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini.

90
3) A (Assessment/pengkajian)
Assesment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini.

4) R (Recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.

Hasil Kajian

Berdasarkan hasil observasi tanggal 16 februari dan 17 februari 2018


terdapat 3 shift yaitu shift pagi, siang dan malam. Namun, pelaksanaan
timbang terima di ruang Mawar hanya dilakukan saat pergantian shift pagi ke
siang dan shift malam ke pagi saja. Hal ini dikarenakan perawat yang shift
siang lanjut shift malam. Berdasarkan hasil observasi timbang terima yang
dilakukan di ruang mawar proses timbang terima tidak dilakukan di nurse
station tetapi langsung ke pasien pada saat pergantian shift dari malam ke shift
pagi.

Namun pada tanggal 19 februari 2018 timbang terima dilakukan di


nurse station sebelum ke pasien. Isi timbang terima meliputi nama dan ruang
pasien, diagnosa medis, kondisi pasien, masalah keperawatan, intervensi yang
telah dan belum dilakukan, terapi yang diberikan, dan semua catatan dalam
buku timbang terima.

b) Pre conference dan Post Conference


(1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin
oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah
rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim
dan PJ tim.
Tujuan :

91
a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Kegiatan :
a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara
b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan rencana harian masing-masing
perawat pelaksana
c) Ketua tim atau PJ tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu
d) Ketua tim atau PJ tim memberikan reinforcement
e) Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP, 2006).
(2) Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift
berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim
atau PJ tim.
Tujuan:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan
membandingkan masalah yang dijumpai.

Kegiatan :

a) Ketua tim atau PJ tim membuka acara


b) Ketua tim atau PJ tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah
diberikan
c) Ketua tim atau PJ tim yang menanyakan tindak lanjut asuhan
keperawatan keperawatan yang harus dioperkan kepada perawat shift
berikutnya.
d) Ketua tim atau PJ tim menutup acara (Modul MPKP, 2006)
Hasil Kajian :

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 16 februari dan 17 februari


2018 pre conference dan post conference tidak pernah dilakukan. Namun
92
berdasarkan hasil wawancara dengan kepala rungan di ruang Mawar pada
tanggal 19 februari 2018 bahwa pre conference dan post conference
dilakukan bersamaan dengan timbang terima karena untuk mengoptimalkan
waktu. Serta dinas dimulai setelah dilakukan timbang terima.

(3) Ronde keperawatan


Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer
atau konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota TIM (Nursalam, 2007). Dalam ronde
keperawatan metode yang digunakan adalah dengan cara diskusi, adapun
alat bantu yang digunakan yaitu sarana diskusi : buku, pulpen,
status/dokumentasi keperawatan pasien, materi yang disampaikan secara
lisan.

a. Karakteristik pasien yang dapat dilakukan ronde keperawatan :


1) Pasien dilibatkan secara langsung
2) Pasien merupakan focus kegiatan
3) PA, PP, dan konselor melakukan diskusi pertama
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas
5) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP
dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
b. Tujuan Ronde Keperawatan
1) Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berfikir kritis
2) Menumbuhkan cara berfikir kritis dan sistematis
3) Menignkatkan kemampuan validasi data pasien
4) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
5) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorinetasi pada masalah pasien
6) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan justifikasi

93
8) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
c. Manfaat Ronde Keperawatan
1) Masalah pasien dapat teratasi
2) Kebutuhan pasien dapat teratasi
3) Terciptanya komunikasi keprawatan yang professional
4) Terjalinnya kerjasam antar tim kesehatan
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan denagan
tepat dan benar.
d. Pasien yang dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai masalah keperawatn yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.
e. Kegiatan Ronde
1) Pra Ronde
a) Menentukan kasus dan topic (masalah yang tiak teratasi dan
masalah yang langka)
b) Menentukan tim ronde
c) Mencari sumber atau literature
d) Membuat proposal
e) Mempersiapkan pasien : informed concent dan pengkajian
f) Diskusi : apa diagnosis keperawatan, apa data yang mendukung,
bagaimana intervensi yang sudah dilakukan, dan apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan
2) Pelaksanaan Ronde
a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan
kepada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
b) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.

94
3) Pasca Ronde
a) Evaluasi, revisi, dan perbaikan
b) Kesimpulan dan rekomendasi penengakan diagnosis, itervensi
keperawatan selanjutnya.

Hasil Kajian

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang Mawar,


ronde keperawatan dilakukan apabila ada masalah pada kasus pasien tertentu
yang diperlukan penanganan khusus yang melibatkan beberapa tim dari
profesi kesehatan lain. Namun hal tersebut masih sangat jarang dilakukan,
dimana pada saat ronde keperawatan, hal yang didiskusikan adalah
sehubungan dengan penambah pengetahuan perawat tentang tindakan ke
pasien seperti AGD.

4) Efektifitas Universal Precaution


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah suatu upaya yang ditujukan
untuk mencegah transmisi penyakit menular di semua tempat pelayanan kesehatan
(Minnesota Department of Health, 2014).

a. Cakupan Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit


dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya
Kemenkes RI (2011), menuliskan bahwa ada sepuluh hal yang perlu
dilakukan dalam pelaksanaan PPI, yaitu :

1) Kebersihan tangan
Praktek membersihkan tangan adalah upaya mencegah infeksi yang
disebarkan melalui tangan dengan menghilangkan semua kotoran dan
debris serta menghambat dan membunuh mikroorganisme pada kulit.
Menjaga kebersihan tangan ini dilakukan segera setelah sampai di tempat
kerja, sebelum kontak dengan pasien atau melakukan tindakan untuk
pasien, selama melakukan tindakan (jika secara tidak sengaja
terkontaminasi) dan setelah kontak atau melakukan tindakan untuk pasien
(Kemenkes RI, 2011).
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
95
Alat Pelindung Diri (APD) telah lama digunakan untuk melindungi
pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun,
dengan munculnya Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dan
Hepatitis C, serta meningkatnya kembali kasus Tuberculosis (TBC),
pemakaian APD juga menjadi sangat penting dalam melindungi petugas.
Alat pelindung diri mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata,
topi, gaun, apron, pelindung kaki, dan alat pelindung lainnya (Kemenkes
RI, 2011).

Hasil Kajian :

a. Kebersihan tangan menurut 6 langkah dari WHO


Berdasarkan hasil observasi tanggal 16, 17 dan 19 februari 2018 setiap petugas
sudah melakukan kebersihan tangan menurut 6 langkah dari WHO
menggunakan desinfektan berbasis alkohol. Namun perawat tidak
menggunakan 5 moment yang sesuai, dimana perawat jarang sekali mencuci
tangan sebelum kontak dengan pasien.

b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Seluruh perawat menggunakan APD masker dan handscoon pada saat
tindakan yang bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh pasien. Serta
menggunakan baju khusus dan masker pada saat masuk keruangan dengan
resiko penularan tinggi.

5) Efektifitas Patient Dan Staff Safety


a) Sentralisasi obat
Kontroling terhadap penggunanan dan konsumsi obat sebagai salah
satu peran perawat perlu dilakukan dalam asuhan pola dan alur yang
sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh
perawat sehingga resiko kerugian baik secara material maupun secara non
material dapat diminimalisir. Format sentralisasi obat berisi nama, nomor
register, umur, ruangan (Nursalam, 2014).
b) Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem di
mana Rumah Sakit membuat asuhan lebih aman. Sistem tersebut meliputi
6 standar yaitu :

96
a. Ketepatan identifikasi pasien

Ketepatan identifikasi meliputi nama, tanggal lahir, dan nomor rekam medik
pasien. Petugas harus melakukan identifikasi pasien saat :

1) Pemberian obat
2) Pemberian darah/produk darah
3) Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
4) Sebelum memberikan pengobatan
5) Sebelum memberikan tindakan
b. Peningkatan komunikasi yang efektif
1) Memakai teknik SBAR
2) Memakai teknik TBAK
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)

Kewaspadaan terhadap obat dengan NORUM/LASA (Nama Obat Rupa


Ucapan Mirip/Look alike sound alike).

d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi


e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Penggunaan APD
2) Membersihkan tangan 6 langkah
3) Pengelolaan limbah sampah
f. Pengurangan resiko jatuh

Dengan penggunaan gelang khusus atau papan resiko jatuh berwarna kuning
(Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011).

Hasil Kajian :

a) Hasil Kajian :
Berdasarkan hasil observasi didapatkan di loker obat tidak diberi nama,
nomor register ataupun tanggal lahir pasien, hanya diberikan nomor bed
dan nomor kamar pasien, namun label tersebut dicantumkan pada setiap
obat yang ada di dalam masing-masing loker sesuai kamar atau bed nya.
Dalam pelaksanaan pemberian obat perawat melakukan identifikasi pasien
sebelum memberikan obat ke pasien. Namun, dalam mengidentifikasi

97
hanya berupa nama tanpa menanyakan tanggal lahir ataupun nomor rekam
medik. Saat pemberian injeksi, spuit yang dipakai diberi identitas pasien di
bagian bungkus penyimpanan spuit seperti nama pasien, nomor bed, dan
jenis obat yang akan diberikan. Tetapi tidak mencantumkan tanggal lahir
pasien. Cairan infus diletakkan di masing-masing meja pasien dan di
lemari penyimpanan obat. Saat pemberian obat injeksi ataupun oral
diberikan sesuai jadwal dan obat disimpan di baki dan dibawa dengan
menggunakan trolly tindakan.
Hasil observasi yang dilakukan pada setiap tindakan pemberian obat
dan keperawatan yang dilakukan ditemukan bahwa prinsip 6 benar sudah
dilakukan oleh masing-masing perawat yang melakukan tindakan, namun
kendala yang ada adalah perawat hanya melakukan identifikasi pasien
meliputi nama, dan terkadang belum disertai tanggal lahir pasien atau
nomor rekam medik dalam setiap pemberian obat. Sehingga prinsip 6
benar yang diterapkan belum sempurna.
b) Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Keselamatan pasien merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan. Lembar Observasi yang digunakan
meliputi penilaian mengenai; identifikasi pasien, penggunaan komunikasi
efektif, peningkatan keamanan obat, kewaspadaan prosedur operasi, risiko
infeksi, dan pasien jatuh.
Belum optimalnya indikator keselamatan pasien yang dilakukan di
Ruang Mawar, terkait dengan belum terlaksana sepenuhnya tentang Sasaran I:
Ketepatan Identifikasi yaitu pasien diindentifikasi menggunakan dua identitas
pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. Jika
perawat tidak melakukan ketepatan identifikasi maka akan terjadi kesalahan
karena keliru dalam mengidentifkasi pasien dapat terjadi di hampir semua
aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. maksud sasaran ini untuk
melakukan 2 pengecekan seperti proses untuk mengidentifikasi pasien ketika
pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Hasil observasi pada tanggal 16 februari sampai dengan 19 februari 2018

98
ketika perawat memberikan obat hanya menanyakan nama tanpa tanggal lahir
dan tanpa menyesuaikan dengan gelang pasien.

Cara mengidentifikasi pasien yaitu sebutkan nama pasien, nomor


rekam medis, tanggal lahir gelang identitas pasien serta nomor kamar atau
lokasi pasien. Proses tersebut agar dapat memastikan kemungkinan situasi
untuk dapat di identifikasi.

6) SOP
Suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Standar
operasional prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (Perry dan Potter
(2005).
Tujuan SOP
a) Petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas
atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
b) Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
c) Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas atau
pegawai terkait.
d) Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek
atau kesalahan administrasi lainnya.
e) Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi
Hasil Analisis:
Berdasarakan observasi dari tanggal 16 Februari 2018, ruangan mawar
memiliki SOP sebanyak 119 indikator.
7) SAK
Ali (2009) mengatakan bahwa standar asuhan keperawatan adalah pedoman
terperinci yang menunjukan perawatan yang diprediksi dan diidentifikasi dalam
situasi yang spesifik. Standar asuhan keperawatan harus menunjukan asuhan yang
menjadi tanggung jawab perawat dalam pemberiannya, dan bukan tingkat ideal
asuhan. Standar asuhan keperawatan mengacu kepada tahapan proses
99
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Hasil Analisis:
Hasil observasi pada tanggal 19 februari 2018 SAK yang ada di ruangan sudah
lengkap. Perawat melakukan tindakan yang sesuai dengan SAK, di ruang mawar
SAK yang digunakan adalah SAK ketentuan dari rumah sakit.
8) Visi dan Misi
Menurut Indrajit (2000) visi merupakan sesuatu yang dicanangkan oleh
pendiri perusahaan. Namun yang harus diperhatikan, visi bukanlah mimpi, namun
sesuatu yang mungkin terwujud. Sedangkan misi ditetapkan sebagai jawaban
terhadap visi yang telah ditetapkan sebelumnya. Misi merupakan sesuatu yang
memiliki arti global dan cenderung generik. Oleh karena itu, ditentukan beberapa
objektif yang ingin dicapai dalam berbagai hal sehubungan dengan misi yang
dicanangkan tersebut.
Ruangan Mawar tidak memiliki visi dan misi ruangan tetapi menggunakan visi
dan misi rumah sakit yaitu:
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Paru Rujukan Nasional Tahun 2019”
Misi
1. Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada keselamatan pasien
2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu
di bidang kesehatan paru
3. Mengembangkan sumber daya Rumah Sakit

D. Identifikasi Masalah
Matriks Space Perumusan Masalah dan Strategis Pelaksanaan Berikut ini adalah
matriks space dari hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan (meliputi
Man, Material, Money, Methode, dan Marketing) di Ruang rawat Inap Mawar Kelas
2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

100
E. Prioritas Masalah
Berikut ini adalah prioritas masalah manajemen unit dan asuhan secara umum dari ruang
Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

Skoring Analisa SWOT


NO MASALAH JUMLAH
IFAS EFAS

1 M1 : Man 1,7 0,2 1,9


101
2 M2 : Material 0,1 1,2 1,3

3 M3 : Methode 1,9 2,3 4,2

4 M4 : Money 3 3 6

5 M5 : Market 0,3 0,6 0,9

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa masalah paling menonjol dari
ruang inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu adalah pada M5 (market),
sedangkan menurut perioritasnya, masalah manajemen dalam Keperawatan di Ruangan
Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu adalah sebagai berikut:

1. M5 : Market 0,9
2. M3 : Methode 4,2
3. M2 : Material 1,3
4. M1 : Man 1,9
5. M4 : Money 6
Berikut ini adalah prioritas masalah hasil analisa SWOT dalam manajemen keperawatan
(meliputi Market, Methode, Material, Man, dan Money) di Ruang rawat Inap Mawar
Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

1. M5 : Market
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M5 (Market)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya
manajemen strategi, ruang rawat inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

dapat menggunakan strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara


memanfaatkan kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang di
lingkungan eksternal. Berikut ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat
dilakukan untuk mengefektifkan unsur MARKETING dalam manajemen
keperawatan di ruang rawat inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu.

a. Membuat leaflet sehubungan dengan pendidikan kesehatan pada pasien dan


keluarga pasien
b. Mensosialissikan tindakan 5 moment yang optimal

102
c. Memberikan informasi tentang hand hygiene pada pasien dan keluarga pasien
2. M3 : Methode
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M3 (Methode) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang rawat inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dapat
menggunakan strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan
kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
Berikut ini adalah beberapa langkah intervensi yang dapat dilakukan untuk
mengefektifkan unsure METHODE dalam manajemen keperawatan di ruang rawat
inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

a. Mensosialisasikan MAKP dengan metode tim dengan melakukan role model


sebagai gambaran penerapan metode tim
b. Mensosialisasikan kegiatan pre danpost confrence
c. Melakukan role model pre dan post confrence
d. Sosialisasikan role play operan secara langsung ke pasien
e. Mensosialisasikan ronde keperawatan langsung ke pasien
f. Melakukan ronde keperawatan ke pasien
3. M2 : Material
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M2 (Material)
berada pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang rawat inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dapat
menggunakan strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan
kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.

4. M1 :Man
Dari hasil analisa Swot, di temukan bahwa metricxs space M1 (Man) berada
pada kuadran I (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang rawat inap RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dapat menggunakan strategi
SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan internal untuk
menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
5. M4 : Money

103
Dari hasil analisa SWOT, ditemukan bahwa matriks space M4 (Money) berada
pada kuadrat 1 (Turn Agresif) yang artinya dalam pelaksanaannya manajemen
strategi, ruang rawat inap Mawar Kelas 2 RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu dapat
menggunakan strategi SO (kekuatan - peluang), yaitu dengan cara memanfaatkan
kekuatan internal untuk menarik keuntungan dari peluang di lingkungan eksternal.
Efektifitas menggunakan anggaran dana yang baik akan dapat semakin meningkatkan
kualitas pelayanan dengan cara mengalokasikan dana yang ada sesuai dengan
kebutuhan ruangan maupun rumah sakit. Kekuatan utama yang dimiliki RS Paru Dr.
H. A. Rotinsulu yaitu:
a. Selain gaji pokok, pegawai RS. H.A Rotinsulu juga mendapat upah remunisasi
b. Gaji yang didapatkan oleh pegawai sudah sebanding dengan kerja perawat ruang
mawar

104
105
106
F. Rencana Strategis (POA)
POA (Plan Of Action)

Tabel 2.9.Plan Of ActionRuangMawar RS Paru Dr. H. A. Rotinsulu

No Masalah Pokok Kegiatan Uraian Kegiatan Sasaran Target Waktu Biaya PJ

1 Tenaga perawat Mengusulkan Mengusulkan - Kepala Peningkatan 28 Februari 28 Kelompok 2


diruangan untuk peningkatan tenaga Ruangan target tenaga 2018 Februari mahasiswa
pegawai 2018 Ners SDHB
berjumlah 12 penambahan perawat sesuai
- Bidang tercapai
orang namun tenaga perawat dengan kebutuhan Keperawata
menurut ruangan berdasarkan n
perhitungan penilaian dari format
WISN WISN
didapatkan hasil
15 tenaga
perawat

107
sehingga
ruangan masih
membutuhkan
sebanyak 3
orang perawat

2 Tenaga perawat Mengusulkan - Mengusulkan - Kepala -Peningkatan Minggu I - Kelompok 2


di ruang mawar peningkatan peningkatan jenjang Ruangan jenjang mahasiswa
dengan Keterangan Ners SDHB
jenjang pegawai lebih tinggi pendidikan
pendidikan S1 - Bidang jam kerja :
Keperawatan pendidikan dan skill
-Mengusulkan Keperawata
Ners berjumlah perawat pegawai -Shift Pagi
2 orang peningkatan skill n
tercapai 07.00
sehingga pegawai melalui
dibutuhkan
pendidikan dan -Beban kerja -Shift
peningkatan
jenjang pelatihan secara perawat sesuai Siang
pendidikan berkala dengan 14.00
untuk S1
tugasnya.
Keperawatan -Mengusulkan -Shift
Ners penyegaran ilmu -Adanya Malam
keperawatan oleh peningkatan 21.00
tenaga yang kompetensi

108
berkompeten secara yang dimiliki
periodik perawat di
ruangan.
-Mengusulkan
pemberian insentif
tambahan atas sesuatu
prestasi atau kerja
ekstra

Belum Mensosialisasika Mensosialisasikan 1. Ka Ru Penggunaan - 28 Kelompok 2


optimalnya n penggunaan kepada pasien, 2. Ka Ti sampah medis Februari mahasiswa
penggunaan tempat sampah pengunjung pasien 3. Perawa dan non medis 2018 – Ners SDHB
t
tempat sampah medis dan non dan perawat tentang dilakukan 13
Pelaksa
medis dan non medis pembuangan sampah na secara tepat Maret
medis yang tepat 4. Pasien 2018
dan
keluarg
a

109
Di laci obat Pembuatan Melakukan 1. Ka Ru Tersedianya - - Kelompok 2
pasien identitas pasien di pembuatan identitas 2. Ka Tim tempat mahasiswa
tercantum laci obat di laci pasien identitas Ners SDHB
nomor bed pasien di
tetapi tidak setiap laci obat
menyertakan
identitas pasien

Pada waktu Mensosialisasika Mensosialisasikan 1. Ka Ru Menggunakan - - Kelompok 2


tindakan n penggunaan kepada perawat untuk 2. Ka Tim pengalas saat mahasiswa
invasive,perawa alas saat menggunakan alas 3. Perawa melakukan Ners SDHB
t
t tidak melakukan saat melakukan tindakan
Pelaksa
menggunakan tindakan invasif tindakan invasive na invasif
pengalas. serta pengadaan
pengalas

Tidak terdapat Merekomendasik Merekomendasikan Bagian Terdapattempa - - Kelompok 2


tempat limbah anpengadaan untuk pengadaan tsampahsesuai mahasiswa
farmasi tempat sampah tempat sampah sesuai inventaris kebutuhan Ners SDHB
sesuai kebutuhan kebutuhan seperti
limbah farmasi di
ners station

110
Tidak terdapat Pengadaan jam Pengadaan jam di 1. Ka Ru Terdapat jam - - Kelompok 2
jam dinding di dinding di setiap setiap kamar pasien 2. Ka Tim dinding di mahasiswa
setiapkamar kamar pasien dari kamar 1-6 dan setiap ruangan Ners SDHB
pasien isolasi.

Tempat Memperbaiki Memperbaiki tempat 1. Ka Ru Terdapat - - Kelompok 2


penyimpanan tempat penyimpanan 2. Ka Tim pembaharuan mahasiswa
dokumen pasien penyimpanan dokumen pasien tempat Ners SDHB
dalam keadaan dokumen pasien dokumen
tidak layak pasien
pakai

Di ruang mawar Merekomendasik Merekomendasikan Bagian Terdapat - - Kelompok 2


terdapat 26 anpengadaan untuk pengadaan pembaharuan mahasiswa
kursi penunggu kursi tidak layak kursi tunggu sesuai inventaris kursi tunggu Ners SDHB
pasien, 12 kursi pakai sesuai kebutuhan di pasien
diantaranya kebutuhan beberapa bed pasien
dalam keadaan dan depan kamar
rusak pasien

111
Tidak terdapat Merekomendasik Merekomendasikan Bagian Tersedianya - - Kelompok 2
TV di kamar 1 anperbaikan TV untuk pengadaan TV TV kamar 1 mahasiswa
karena rusak di kamar 1 sesuai kebutuhan di inventaris Ners SDHB
kamar 1

Sebagian media Memperbaiki Memperbaiki media 1. Ka Ru Terdapat


informasi di media informasi informasi di ruangan 2. Ka Tim pembaharuan
ruang mawar di ruang mawar media
kurang jelas informasi di
(memudar) di ruang mawar
akibatkan
karena lamanya
pemajangan dan
suhu yang
lembab

Penerapan Mensosialisasika 1. Sosialisasi 1. Ka Ru Metode tim 28 Februari - Kelompok 2


MAKP belum n MAKP dengan pelaksanaan 2. Katim dapat berjalan 2018 mahasiswa
berjalan sesuai metode tim metode tim 3. Perawa optimal Ners SDHB
2. Lakukan t
dengan metode dengan
pendampingan Associ
yang diterapkan melakukan role pelaksanaan ate
ruangan yaitu model sebagai metode tim

112
metode tim, gambaran 3. Laksanakan role
karenapelaksana penerapan metode model
annya masih tim pelaksanaan
metode tim
menggunakan
4. Observasi
metode pelaksanaan
fungsional pada metode tim pasien
malam hari 5. Membagi perawat
yang bertanggung
jawab kepada
pasien sesuai
dengan instruksi
katim
6. Evaluasi
pelaksanaan
metode tim

113
Belum 1. Mensosialisasi 1. Sosialisasi pre dan 1. Bidang Pelaksanaan 28 Februari - Kelompok 2
optimalnya kan kegiatan post confrence kepera pre dan post 2018 mahasiswa
pelaksanaan pre pre danpost 2. Lakukan watan conference Ners SDHB
confrence pendampingan 2. KaRu
dan post terlaksana
2. Melakukan role pelaksanaan pre 3. Katim
conference model pre dan dan post confrence 4. Perawa setiap
post confrence 3. Laksanakan role t setelahdansebe
model pelaksanaan Associ lumoperan
pre dan post ate
confrence
4. Observasi
pelaksanaan pre
dan post confrence

114
5. Evaluasi
pelaksanaan pre
dan post confrence

Pelaksanaan 1. Sosialisasikan 1. Sosialisasi role 1. KaRu Pelaksanaando 28 Februari - Kelompok 2


timbang terima role play play operan ke 2. Katim a bersama 2018 mahasiswa
belum operan secara pasien 3. Perawa dilanjutkan pre Ners SDHB
langsung ke 2. Laksanakan role t
dilaksnakan dan post
pasien model operan ke Associ
secara optimal pasien ate conference
3. Observasi terlaksana
pelaksanaan setiap operan
operan ke pasien
4. Evaluasi
pelaksanaan
operan
1. Mensosialisa 1. Sosialisasi ronde 1. KaRu - Kelompok 2
sikan ronde keperawatan 2. Katim mahasiswa
Ronde keperawatan langsung ke pasien 3. Perawa Ners SDHB
keperawatan langsung ke 2. Laksanakan role t
baru pasien model ronde Associ
dilaksanakan di 2. Melakukan keperawatan ke ate
ronde pasien 4. Dokter
nurse station
keperawatan 3. Libatkan petugas 5. Ahli
belumkepasien ke pasien medis yang lain gizi
sehubungan

115
dengan kebutuhan
pasien
4. Observasi
pelaksaan ronde
keperawatan
5. Evaluasi
pelaksanaan ronde
keperawatan
Kurangnya Membuat leaflet Pembuatan leaflet 1. Pasien Jumlah dan 28 Februari - Kelompok 2
sehubungan sehubungan 2. Keluar penggunaan 2018 mahasiswa
jumlah media
dengan dengan pendidikan ga leaflet optimal Ners SDHB
(leaflet) untuk pasien
pendidikan kesehatan pada
melakukan kesehatan pada pasien dan
pendidikan pasien dan keluarga.
keluarga pasien
kesehatan pada
pasien maupun
keluarga pasien

116
Pada saat ke Mensosialissikan Mensosialisasikan 1. Perawat Praktik 5 28 Februari - Kelompok 2
tindakan 5 5 moment yang pelaksan moment 2018 mahasiswa
pasien, tindakan
moment yang benar a dilakukan Ners SDHB
5 moment
optimal oleh
belum perawat
dilakukan
secara optimal.

Pemberian Memberikan Melakukan 1. Pasien Pasien dan 28 Februari - Kelompok 2


informasi informasi tentang pemberian edukasi 2. Keluarga keluarga 2018 mahasiswa
hand hygiene tentang hand pasien pasien Ners SDHB
kepada pasien
pada pasien dan hygiene pada paham
dan keluarga keluarga pasien pasien dan tentang hand

117
pasien tentang kekuarga pasien hygiene dan
hand hygiene mempraktikk
annya

118
BAB III

PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil analisa SWOT di ruang Mawar RS Paru Dr. H. A
Rotinsulu berada di kuadran I merupakan situasi yang menguntungkan ruangan
tersebut. Ruangan mawar memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

119
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, S. 2011. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Perawat dalam Penerapan


IPSG (Intenational Ptient Safety Goals) pada Akreditasi JCI (Joint
Commission International). Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Indonesia Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Kesehatan Indonesia
2011. Jakarta: Depkes RI.
Handoko, T. Hani, 2003, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2010, Teori Porto folio dan Analisis Investasi. Yogyakarta :
BPFE UGM.
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. MANAJEMEN: Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Jakarta: PT Aksara.
Menkes RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
Nursalam. 2012. Management Keperawatan edisi 3, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:
1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan Daerah.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Terdapat
dalam URL: http://www.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 22 Febuari
2018.
KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT NOMOR: 1204/
MENKES/SK/X/2004 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA. Terdapat dalam URL:
http://www.academia.edu/19453942/KESEHATAN_LINGKUNGAN_
RUMAH_SAKIT_NOMOR_1204_MENKES_SK_X_2004_KEPUTU
SAN_MENTERI_KESEHATAN_REPUBLIK_INDONESIA. Diakses
pada tanggal 22 Febuari 2018.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24
TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN
DAN PRASARANA RUMAH SAKIT. Terdapat dalam URL:

120
https://dinkes.kedirikab.go.id/konten/uu/97467PMK_No._24_ttg_Persy
aratan_Teknis_Bangunan_dan_Prasarana_Rumah_Sakit.pdf. Diakses
pada tanggal 22 Febuari 2018.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1691/MENKES/PER/VIII/2011. Terdapat dalam URL:
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdffiles/peraturan/21%20PMK
%20No.%201691%20ttg%20Keselamatan%20Pasien%20Rumah
%20Sakit.pdf. Diakses pada tanggal 22 Febuari 2018.
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
Robbins SP, dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi Buku 2, Jakarta : Salemba
Medika
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018
TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH. Terdapat dalam URL:
http://www.menlh.go.id/DATA/UU18-2008.pdf. diakses pada tanggal
23 Febuari 2018.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG RUMAH SAKIT. Terdapat dalam URL:
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.
%2044%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF. Diakses
pada tanggal 22 Febuari 2018.

121

Anda mungkin juga menyukai