Disusun Oleh :
FATKHIYATUL FITRIYAH
4006190060
I. Definisi
ISPA atau yang sering di sebut dengan infeksi pernafasan akut adalah
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas
mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat.
ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak
bisa mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi
ini bisa berakibat fatal, bahkan mungkin mematikan.
II. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Bakteri & Virus
Bakteri Penyebab ISPA antara lain dari genus :
• Streptococcus • Stafilococcus • Pnemococcus • Hemofilus • Bordetella
dan Corinebakterium.
Virus penyebabnya antara lain golongan :
• Micsovirus • Adenovirus • Coronavirus • Picornavirus • Micoplasma •
Herpesvirus
b. Manusia
Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena
anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Status Gizi
Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
c. Lingkungan
Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004),
dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji
regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp
(B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali.
Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum
18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau
diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu
ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga.
Tanda-tanda klinis :
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
a. Hypoxemia,
b. Hypercapnia dan
c. Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
d. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing, demam dan dingin.
1. Gejala ISPA Ringan
Batuk
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5oC
VI. Pathway
Kebiasaan merokok , polusi udara, paparan asap, debu dan gas – gas kimiawi,
akibat kerja, infeksi saluran pernafasan akibat jamur; bakteri;virus;dan
protozoa, dan yang bersifat genetik.
Kompliance paru
Konsolidasi
turun
jaringan paru
pola pernafasan
Tidak efektif Konsolidasi di dalam
jaringan paru
meningkat
VII. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain:
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c. Teknik bernafas dan relaksasi
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi jantung yang meliputi
: nyeri dan karakteristik nyeri, dispenea (tanda klinis hipoksia dan
termanifestasi dengan sesak nafas) , keletihan (kehilangan daya
tahan tubuh ), sirkulasi ferifer, faktor risisko penyakit jantung, dan
adanya kondisi – kondisi jantung pada masa lalu dan kondisi jantung
yang menyertai. Riwayat keperawatan mengenai fungsi jantung
meliputi pengkajian adanya batuk, sesak nafas, mengi ( bunyi, musik
bernada tinggi , yang disebabkan gerakan udara berkecepatan tinggi
melalui jalan nafas yang sempit ) , nyeri, pemaparan lingkungan,
frekuensi infeksi saluran pernafasan, faktor risiko pulmonary,
masalah pernafasan yang lalu, penggunaan obat – obatan saat ini,
dan riwayat merokok atau terpapar asap rokok.
2. Pemerikasaan Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem
kardiopulmonar. Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi
digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.
Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan
observasi dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sistemik, pola pernafasan dan gerakan
dinding dada.
Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan
palpasi , jenis dan jumlah kerja thoraks , daerah nyeri tekan dapat
diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus,
getaran pada dada (thrill) , angkatan dada (heaves) dan titik implus
jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan untuk meraba
adanya massa atau tonkolan diaksila dan jaringan payudara. Palpasi
pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya
nadi perifer, temperatr kulit, warna dan pengisian kapiler.
Perkusi, tindakan mengetuk – ngetuk suatu objek untuk
mengetahui adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di
bawah jaringan tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah
di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada
perkusi yaitu, resonansi, hiperesonansi, redup datar dan timpani.
Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung
yang normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem
kardiovaskuler harus meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi,
S1 dan S2 normal, menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak
normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi
murmur. Auskultasi bunyi paru dilakukan untuk mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara nafas tambahan,
terdapatnya cairan di suatu lapangan paru, atau terjadinya obstruksi.
Auskultasi juga untuk mengevaluasi meningkatnya status
pernafasan.
b. Analisa Data
Mayor :
a. Batuk tak efektif atau tidak mampu batuk
b. Ketidakmampuan mengeluarkan secret dari jalan napas
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing dan/ ronkhi kering
Minor :
a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
d. Gelisah
e. Sianosis
f. Bunyi nafas abnormal
g. Frekuensi , irama, kedalaman pernafasan abnormal
c. Masalah Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas
e. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional
. Keperawatan yang Kriteria hasil
mungkin muncul
X. Daftar Pustaka
Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan.Jakarta : EGC
Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta: EGC
Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Dignosis Keperawatan, Diagnosis
NANDA,Intervensi NIC ,Kreteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta