Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)

Diajukan untuk Menyelesaikan


Salah Satu Tugas Program Profesi Ners

Disusun Oleh :
FATKHIYATUL FITRIYAH
4006190060

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

I. Definisi
 ISPA atau yang sering di sebut dengan infeksi pernafasan akut adalah
infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas
mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya
 ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat.
 ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak
bisa mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi
ini bisa berakibat fatal, bahkan mungkin mematikan.

II. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Bakteri & Virus
 Bakteri Penyebab ISPA antara lain dari genus :
• Streptococcus • Stafilococcus • Pnemococcus • Hemofilus • Bordetella
dan Corinebakterium.
 Virus penyebabnya antara lain golongan :
• Micsovirus • Adenovirus • Coronavirus • Picornavirus • Micoplasma •
Herpesvirus
b. Manusia

 Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia
dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena
anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa
tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada
laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

 Status Gizi

Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab


utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi
anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya
didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya
tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.

 Berat Badan Lahir


Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir
<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat
≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia
adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.

 Status ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi
kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan
virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan
menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)
yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

 Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi
tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.

c. Lingkungan
 Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004),
dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji
regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp
(B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita
sebesar 28 kali.

 Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum
18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau
diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu
ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.

 Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga.

 Kepadatan Hunian Rumah


Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004)
menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar
pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak
yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko
terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

 Penggunaan Anti Nyamuk


Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan
nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena
menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paruparu
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.

 Bahan Bakar Untuk Memasak


Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat
menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74%
wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun
2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
 Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Asap rokok terdiri dari
4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain
Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs)
dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti
(2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur
di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.

 Status Ekonomi dan Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila
rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan
bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke
dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik
didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu
yang status ekonominya rendah.

III. Klasifikasi ISPA


a. Pneumonia berat b. Pneumonia c. Bukan pneumonia
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:
a) Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. • Tanda bahaya pada
anak golongan umur < 2 bulan : - Kurang bisa minum (kemampuan
minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam,
dan dingin.
Untuk golongan umur 2 buan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu:
a) Tanda bahaya pada anak golongan umur < 2 bulan : Kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume
yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur,
mengi, demam, dan dingin.

IV. Manifestasi Klinis


Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratoris.

 Tanda-tanda klinis :
a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
 Tanda-tanda laboratoris :
a. Hypoxemia,
b. Hypercapnia dan
c. Acydosis (Metabolik dan atau Respiratorik).
d. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun,
stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak
golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah
volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing, demam dan dingin.
1. Gejala ISPA Ringan

Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau


lebih gejala-gejala sebagai berikut :

 Batuk
 Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
 Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
 Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37,5oC

2. Gejala dari ISPA Sedang


Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

 Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk


kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun :
frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan
40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.
 Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)
 Tenggorokan berwarna merah
 Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak
 Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
 Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
3. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-
gejala sebagai berikut :

 Bibir atau kulit membiru


 Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
 Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
 Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas
 Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
 Tenggorokan berwarna merah
V. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus
dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan
menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke
atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran
nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.
Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk.
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme
mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran
pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri
patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa
yang rusak tersebut.
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah
dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus
pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan
anak.
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-
tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam,
dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder
bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri
yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah
terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri.
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan
pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui
pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan
integritas mukosa saluran nafas

VI. Pathway

Kebiasaan merokok , polusi udara, paparan asap, debu dan gas – gas kimiawi,
akibat kerja, infeksi saluran pernafasan akibat jamur; bakteri;virus;dan
protozoa, dan yang bersifat genetik.

Masuk ke dalam tubuh melalui


sistem pernafasan

Masuk ke alveoli melalui


pembuluh darah

Eksudat dan serous Eksudat dan serous


masuk alveoli masuk alveoli
melalui pembuluh melalui pembuluh
darah darah

Eksudat dan serous Eksudat dan serous


mengisi alveoli masuk alveoli
melalui pembuluh
darah
Lekosit dan fibrin
mengalami konsolidasi
dalam paru
Konsolidasi Lekosit dan fibrin
jaringan paru mengalami konsolidasi
dalam paru

Kompliance paru
Konsolidasi
turun
jaringan paru

pola pernafasan
Tidak efektif Konsolidasi di dalam
jaringan paru
meningkat

Traksi otot dada,


sputum mengental
dan meningkat, batuk
produktif

Bersihan jalan napas tidak


efektif

VII. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
3. Pengobatan antara lain:
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c. Teknik bernafas dan relaksasi

VIII. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang


Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dari
oksigenasi pernafasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic
meliputi:
1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri serta pemeriksaan darah lengkap.
2. Tes struktur sistem pernafasan : sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru
3. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan: kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis.
IX. Asuhan Keperawatan :
a. Data fokus pengkajian
Pengkajian keperawatan tentang fungsi kardiopulmonar harus
mencakupi data yang dikumpulkan dari sumber – sumber berikut:
 Riwayat keperawatan fungsi kardiopulmonal normal klien dan
fungsi kardiopulmonal saat ini, kerusakan fungsi sirkulasi dan
fungsi pernafasan pada masa lalu, serta tindakan klien yang
digunakan untuk mengoptimalkan oksigenasi.
 Peneriksaan fisik status kardiopulmonal klien, termasuk
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
 Peninjauman kembali hasil pemerikasaan laboratorium dan hasil
pemerikasaan diagnostic, termasuk perhitungan darah lengkap,
EKG, dan pemerikasaan fungsi pulmonary, sputum,serta
oksigenasi seperti arteri gas darah ( AGD ) atau oksimetri nadi.

1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk mengkaji fungsi jantung yang meliputi
: nyeri dan karakteristik nyeri, dispenea (tanda klinis hipoksia dan
termanifestasi dengan sesak nafas) , keletihan (kehilangan daya
tahan tubuh ), sirkulasi ferifer, faktor risisko penyakit jantung, dan
adanya kondisi – kondisi jantung pada masa lalu dan kondisi jantung
yang menyertai. Riwayat keperawatan mengenai fungsi jantung
meliputi pengkajian adanya batuk, sesak nafas, mengi ( bunyi, musik
bernada tinggi , yang disebabkan gerakan udara berkecepatan tinggi
melalui jalan nafas yang sempit ) , nyeri, pemaparan lingkungan,
frekuensi infeksi saluran pernafasan, faktor risiko pulmonary,
masalah pernafasan yang lalu, penggunaan obat – obatan saat ini,
dan riwayat merokok atau terpapar asap rokok.
2. Pemerikasaan Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi
jaringan klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem
kardiopulmonar. Teknik inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi
digunakan dalam pemeriksaan fisik ini.
Inspeksi, saat melakukan teknik inpeksi, perawat melakukan
observasi dari kepala sanpai ke ujung kaki klien untuk mengkaji
kulit dan warna membrane mukosa, penampilan umum, tingkat
kesadaran, keadekuatan sistemik, pola pernafasan dan gerakan
dinding dada.
Palpasi, dilakukan untuk mengkaji beberapa daerah. Dengan
palpasi , jenis dan jumlah kerja thoraks , daerah nyeri tekan dapat
diketahui dan perawat dapat mengidentifikasi taktil fremitus,
getaran pada dada (thrill) , angkatan dada (heaves) dan titik implus
jantung maksimal. Palpasi juga memungkinkan untuk meraba
adanya massa atau tonkolan diaksila dan jaringan payudara. Palpasi
pada ekstremitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya
nadi perifer, temperatr kulit, warna dan pengisian kapiler.
Perkusi, tindakan mengetuk – ngetuk suatu objek untuk
mengetahui adanya udara, cairan atau benda padat yang berada di
bawah jaringan tersebut. Perkusi menimbulkan getaran dari daerah
di bawah area yang diketuk dengan kedalaman 4-6 cm. lima nada
perkusi yaitu, resonansi, hiperesonansi, redup datar dan timpani.
Auskultasi, untuk mengidentifikasi bunyi paru, dan jantung
yang normal maupun tidak normal. Auskultasi sistem
kardiovaskuler harus meliputi pengkajian, dalam menditeksi bunyi,
S1 dan S2 normal, menditeksi adanya suara S3 dan S4 yang tidak
normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, pemeriksaan harus
mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas bunyi
murmur. Auskultasi bunyi paru dilakukan untuk mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapangan paru. Suara nafas tambahan,
terdapatnya cairan di suatu lapangan paru, atau terjadinya obstruksi.
Auskultasi juga untuk mengevaluasi meningkatnya status
pernafasan.
b. Analisa Data
Mayor :
a. Batuk tak efektif atau tidak mampu batuk
b. Ketidakmampuan mengeluarkan secret dari jalan napas
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing dan/ ronkhi kering

Minor :

a. Dispnea
b. Sulit bicara
c. Ortopnea
d. Gelisah
e. Sianosis
f. Bunyi nafas abnormal
g. Frekuensi , irama, kedalaman pernafasan abnormal

c. Masalah Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
d. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan
obstruksi jalan nafas
e. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ Intervensi Rasional
. Keperawatan yang Kriteria hasil
mungkin muncul

1 Bersihan jalan Setelah Intervensi NIC


napas tidak efektif diberikan
1).Pemantauan 1).Untuk
berhubungan asuhan
pernapasan memastikan
dengan …….. keperawatan
pasien , kepatenan jalan
ditandai dengan ……x24 jam
mengumpulka napas dan
…………. diharapkan
n dan pertukaran gas
bersihan jalan
menganalisis yang adekuat
napas klien
data pasien (
efektif dengan
tanda vital )
kriteria hasil :
-Menunjukan 2).Manajemen 2).Memfasilitasi
pembersihan jalan napas kepatenan jalan
jalan napas napas
yang efektif , 3).Berikan
yang udara/oksigen 3)Membantu jalan
dibuktikan napas
4).Pengaturan
oleh
posisi, 4).Untuk
pencegahan
mengubah memfasilitasi
aspirasi,;
posisi pasien kesejahteraan
status
fisiologis dan
pernapasan :
psikososial, serta
kepatenan
memudahkan
jalan napas,;
mengeluarkan
dan status
skeret
pernapasan:
ventilasi 5).Mengencerkan
tidak 5).Lakukan secret ,
terganggu. dan bantu mempermudah
-Menunjukan dalam terapi pernapasan
status nebulizer
pernapasan
: kepatenan
6).Memudahkan
jalan napas
pengeluaran sekret
, yang
6).Instrusikan
dibuktikan
kepada pasien 7).Untuk
oleh
tentang batuk menghilangkan
indicator:
dan teknik secret
-Kemudahan
nafas dalam
bernapas
-Frekuensi dan
irama
pernapasan 7).Pengisapan 8).Untuk
baik jalan napas ( perawatan paru
-Pergerakan suction )
sputum
keluar dari
jalan napas 8).Kolaborasi
-Pergerakan pemberian
sumbatan obat
keluar dari
jalan napas
2 Pola napas tidak Setelah Intervensi NIC
efektif diberikan
1).memfasilitasi
berhubungan asuhan 1).Manajemen
kepatenan jalan
dengan keperawatan jalan napas
napas
…………..ditanda ……x24 jam
i dengan ………. diharapkan 2).Pemantauan
2).Untuk
pola napas tanda vital
menentukan dan
klien efektif
mencegah
dengan kriteria 3).Pantau pola
komplikasi
hasil : pernapasan
, auskultasi 3).Mengetahui
Hasil NOC
suara napas tindakan
selanjutnya yang
-Menunjukan
akan dilakukan
pola
serta mengetahui
pernapasan
4).Ajarkan adanya suara
efektif , yang
teknik tambahan
dibuktikan
relaksasi
oleh status
pernapasan ;
status pentilasi
pernapasan 5).Ajarkan 4).Untuk
tidak teknik batuk memperbaiki pola
terganggu , efektif pernapasan
kepatenan
6).Berikan 5).Mengeluarkan
jalan napas,
terapi sekret
tidak ada
nebulizer
penyimpangan 6).Untuk
ultrasonik dan
tanda vital dari membantu pola
udara atau
rentang pernapasan
oksigen
normal.
-Perubahan
status 7).Mengoptimalka
7).Atur posisi
pernapasan : n pernapasan
pasien (
ventilasi tidak
fowler) 8).Mengoptimalka
terganggu
n pola pernapasan
yang 8).Kolaborasi
dibuktikan pemberian
oleh : obat
a. kedalaman
inspirasi dan
kemudahan
nafas
b. ekspansi
dada simetris
-Menunjukan
tidak ada
gangguan
status
pernapasan ;
a.penggunaan
otot aksesorius
b. suara napas
tambahan
c. pendek napas

X. Daftar Pustaka
 Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan.Jakarta : EGC
 Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta: EGC
 Wilkinson,Judith M.2011.Buku Saku Dignosis Keperawatan, Diagnosis
NANDA,Intervensi NIC ,Kreteria Hasil NOC Edisi 9.Jakarta: EGC
 Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan
Akut. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai