Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN NY. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL


DI RUANG DAHLIA RSI DARUS SYIFA’ SURABAYA

OLEH :
NUR FITHRIYATI
NIM : 202090002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN NY. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONCHIAL DI RUANG
DAHLIA RSI DARUS SYIFA’ SURABAYA

Surabaya, 2 Januari 2020


Mahasiswa

NUR FITHRIYATI
NIM :202090002

Preseptorship Dosen Pembimbing

Lilik Sugiarti, S.Kep.,Ners Istiroha, S.Kep.Ns,M.Kep


NPP: 03.075.05.01 NIDN.0705099004

Mengetahui
KEPALA RUANGAN

Lilik Sugiarti, S.Kep.,Ners


NPP: 03.075.05.01
BAB I
KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang.
Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara( Wahid dan Suprapto (2013).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma merupakan suatu penyakit
saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko
tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan
mengi.

B. ETIOLOGI
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik
3. Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita
infeksi sinus.
4. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.

C. KLASIFIKASI
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara lain :
1. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
b. Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
c. Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
d. Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
e. PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi
Variabilitas < 20%
f. Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :
Obat untuk mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi
jangka pendek β2 agonis
g. Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral
mungkin dibutuhkan.
2. Tahap II : Persisten ringan
3. Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
a. Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
b. Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
c. Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
d. PEF atau FEV1 :> 80 % dari prediksi
Variabilitas 20-30%
e. Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka
panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan asma
malam hari.
4. Tahap III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala harian
b. Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
c. Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
d. Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
e. PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi
Variabilitas > 30%
f. Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator
jangka panjang (terutama untuk serangan asma malam hari)
5. Tahap IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala terus-menerus
b. Gejala eksaserbasi sering
c. Gejala serangan asma malam hari sering
d. Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
e. PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
Variabilitas > 30%

D. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu
atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan
nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar,
sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum
diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan
sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-
A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf
vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada
jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan
polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator
kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi
terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan
β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta
adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan
Putri, 2014).
E. FAKTOR RESIKO
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh
1. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
2. Pembengkakan membrane bronkus
3. Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik, Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
1) Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
masuk melalui kontak dengan kulit.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien
asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu
jalanan.
4) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang
bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
b. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).

F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo
(2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri: Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit: Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanyapembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah: Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi.

I. PENATALKASANAAN
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Non farmakologi
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada
2. Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator: Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin: Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid : Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin: BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
2) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c. Riwayat keluarga: riwayat keturunan
d. Status mental : lemas, takut, gelisah
e. Pernapasan
1) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
f. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
g. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
2. Pemeriksaan Fisik
Dada:
a. Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
b. Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
c. Keabnormalan struktur Thorax
d. Contour dada simetris
e. Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
f. RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
a. Temperatur kulit
b. Premitus : fibrasi dada
c. Pengembangan dada
d. Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
e. Massa
f. Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
Auskultasi:
a. Vesikuler
b. Broncho vesikuler
c. Hyper ventilasi
d. Rochi
e. Wheezing
f. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. NO DIAGNOSA Tujuan Intevensi
1. Bersihan jalan Setelah Intervensi : Manajement
nafas tidak efektif dilakukan tindakan jalan nafas
berhubungan keperawatan 1. Observasi
dengan akumulasi diharapkan klien a. Monitor bunyi nafas
mukus jalan nafas tambahan
klien tetap paten b. Monitor sputum
dengan kriteria hasil : 2. Terapeutik
1. Batuk efektif a. Posisikan semifowler
meningkat atau fowler
2. Produksi sputum b. Berikan minum
menurun hangat
3. Mengi menurun c. Berikan oksigen jika
4. Wheezing menurun perlu
5. Gelisah menurun 3. Edukasi
6. Frekuensi nafas a. Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
7. Pola nafas membaik 4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekto
ran, mukolitik
Intervensi : Manajement
Asma
1. Observasi
a. Monitor frekuensi
dan keadaan nafas
b. Monitor tanda dan
gejala hipoksia
c. Monitor bunyi nafas
tambahan
2. Terapeutik
a. Berikan posisi
semifowler 30-45o
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
b. Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
c. Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu

2. Gangguan Setelah Intervensi : Pemantauan


pertukaran gas diberikan tindakan respirasi
berhubungan keperawatan 1. Observasi
dengan sumbatan diharapkan a. Monitor frekuensi,
jalan nafas pernafasan irama, kedalaman dan
pasien membaik, upaya nafas
dengan kriteria hasi : b. Monitor pola nafas
1. Tingkat kesadaran c. Monitor kemampan
pasien meningkat batuk efektif
2. Bunyi nafas d. Monitor adanya
tambahan menurun produksi sputum
3. Gelisah menurun e. Monitor adanya
4. Nafas cuping sumbatan jalan nafas
hidung menurun f. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
g. Auskultasi bunyi
nafas
h. Monitor saturasi
2. Oksigen Terapeutik
a. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
b. Dokumentasikan
hasil pantauan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan
prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
Intervensi : Dukungan
ventilasi
1. Observasi
a. Identifikasi adanya
kelelahan otot bantu nafas
b. Monitorr status
respirasi dan
oksigenasi
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan teknik
relaksasi nafas dalam
b. Ajarkan teknik
batuk efektif
3. Pola nafas tidak Setelah Intervensi : Manajement jalan
efektif dilakukan tindakan nafas
berhubungan keperawatan pola 1. Observasi
dengan nafas pasien kembali a. Monitor pola nafas
penurunan normal, 2. Terapeutik
ekspansi paru. dengan kriteria hasil a. Posisikan semifowler
: atau fowler
1. Ventilasi semenit b. Berikan oksigen jika perlu
meningkat 3. Edukasi
2. Tekanan ekspirasi a. Ajarkan teknik
dan inspirasi batuk efektif
meningkat Intervensi : Dukungan ventilasi
3. Penggunaan otot 1. Observasi
bantu nafas a. Identifikasi adanya
menurun kelelahan otot bantu nafas
4. Frekuensi nafas b. Monitorr status
membail respirasi dan
Kedalaman nafas oksigenasi
membaik 2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
b. Berikan posisi
semifowler atau fowler
c. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
3. Edukasi
a. Ajarkan malakukan
b. teknik relaksasi nafas
dalam.
4. Ansietas Setelah dilakukan Intervensi : Terapi relaksasi
berhubungan tindakan keperawatan otot progresif
dengan kurangnya diharapkan kecemasan 1. Observasi
informasi tentang pasien 2. Identifikasi tempat yang
penyakit berkurang, dengan tenang dan nyaman
kriteria hasil : 3. Monitor secara berkala untuk
1. Kekhawatiran memastikan otot rileks
akibat kondisi 4. Monitor adanya
yang dihadapi indikator tidak rileks
menurun 5. Terapeutik
2. Perilaku gelisah a. Atur lingkungan agar
menurun tidak ada gangguan saat
3. Perilaku tegang terapi
menurun b. Berikan posisi yang
4. Frekuensi nyaman bersandar dikursi
pernafasan menurun atau posisi tidur
5. Tekanan ekspirasi c. Beri waktu
dan inspirasi mengungkapkan perasaan
meningkat tentang terapi
6. Penggunaan otot
bantu nafas 6. Edukasi
menurun a. Anjurkan memakai
7. Frekuensi nafas pakaian yang
membail nyaman dan tidak sempit
8. Kedalaman nafas b. Ajarkan langkah- langkah
membaik sesuai prosedur
c. Anjurkan menegangkan
otot selama 5 sampai 10
detik, kemudian
anjurkan merilekskan otot
20-
30 detik, masing
masing 4-8 kali
d. Anjurkan menegangkan
otot kaki selama
tidak lebih dari 5 detik
untuk menghindari
kram
e. Anjurkan fokus pada
sensasi otot yang
menegang
f. Anjurkan fokus pada
sensasi otot yang rileks
g. Anjurkan bernafas dalam
dan perlahan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK

IDENTITAS
Nama : Ny. M Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 50 Th Status Marital : kawin
Agama : Islam Penanggung Jawab : Tn. L
Suku : Jawa Alamat : Hendrosari
Pendidikan : SMA Tgl.MRS : 29 Desember 2020
Pekerjaan : IRT Tgl. Pengkajian : 29 Desember 2020
Alamat : Hendrosari No. Reg : 209157
Dx. Medis : Asma Bronchial

RIWAYAT SAKIT & KESEHATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sesak
2. Riwayat penyakit saat ini :
Pasien mengatakan mengeluh sesak nafas 2 hari yang lalu. Pasien mengatakan sudah lama
mengidap penyakit asma. Keluhan kambuh saat udara dingin, kecapean dan saat sedang
batuk pilek. Pasien mengatakan 2 hari yang lalu mengeluh sedang tidak enak badan dan
sedang batuk pilek, pasien periksa ke klinik terdekat dan diberi obat. Setelah itu, pasien
merasa bapilnya tak kunjung sembuh dan asmanya kambuh. Oleh keluarga pasien dibawa
ke IGD RSI Darus Syifa’ oleh dokter disarankan untuk opname. Pasien saat ini mengeluh
sesak nafas ada suara menginya dan batuk ada riaknya.
3. Penyakit yang pernah diderita:
Asma kontrol rutin ( sejak kecil)
4. Penyakit yang pernah diderita keluarga :
Tidak ada
5. Riwayat alergi :  Ya √ Tidak Jelaskan : -

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum :  baik  sedang √ lemah
2. Kesadaran :
√ compos mentis  sopor  somnolent  coma  lain-lain :
Tanda Vital :
Tensi : 114/87 Nadi: 102 x/menit Suhu: 36.5 Pernafasan : 26 x/menit
3. Pola nafas :
Irama :  teratur √ tidak teratur
Jenis : √ dispnoe  kussmaul  ceyne stokes  lain-lain :
Suara nafas :  vesikuler  stridor √ wheezing √ ronchi
 lain-lain : -
Sesak nafas : √ ya  tidak
Batuk : √ ya  tidak Jelaskan : sputum warna putih
kental.
Masalah Keperawatan: 1. bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efetif

4. Kardiovaskuler :
Irama Jantung : √ reguler  irreguler S1/S2 tunggal : √ ya  tidak
Nyeri dada :  ya √ tidak
Bunyi jantung : √ normal  murmur  gallop  lain-lain :
CRT : √ < 3 detik > 3 detik
Akral : √ hangat  panas  dingin basah  dingin kering
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

5. Persyarafan :
GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Reflek fisiologis: √ patella √ triceps √ biceps  lain-lain :
Reflek patologis:  babinsky  budzinsky  kernig  lain-lain :
Istirahat/tidur : 8 jam/hari
Gangguan tidur :  ada √ tidak Jenis: .................
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

6. Penginderaan :
a. Mata
Gerakan mata √ normal  tidak , Jelaskan………
Bentuk mata √ normal  tidak , Jelaskan………
Pupil: √ isokor  anisokor  lain-lain: Palpebra:  cekung √ tidak
Konjungtiva:  anemis √ tidak  lain – lain:
Sklera:  ikterus √ tidak
Lensa :  keruh √ tidak
Visus ka/ki 6/6
Gangguan penglihatan:  ya √ tidak
Alat bantu  ya √ tidak Lain-lain:
b. Telinga
Bentuk telinga √normal  tidak , Jelaskan………
Gangguan pendengaran:  ya √ tidak Jelaskan :...........
Alat bantu : ya √ tidak
Lain-lain:
c. Hidung
Bentuk: √ normal  tidak Jelaskan :...........
Gangguan penciuman:  ya √ tidak Jelaskan :...........
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

7. Perkemihan :
Kebersihan : √ bersih  kotor
Urine : Kuning Jumlah: 1500 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter) :  ya √ tidak
Kandung kemih : membesar  ya √ tidak
Nyeri tekan  ya √ tidak
Gangguan :  anuria  oliguria  retensi  inkontinensia
 nocturia  lain-lain :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

8. Pencernaan :
Nafsu makan:  baik  menurun
Porsi makan:  habis  tidak Jelaskan: 1 porsi
Minum: jumlah: 2500 cc/hari jenis minuman: air putih + teh
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ bersih  kotor  berbau
Mukosa: √ lembab  kering  stomatitis
Tenggorokan:  sakit menelan/ nyeri telan  kesulitan menelan
 pembesaran tonsil  lain-lain :
Abdomen
Perut:  tegang  kembung  ascites  nyeri tekan, lokasi:.
Peristaltik: 12 x/menit
Pembesaran hepar:  ya √ tidak Jelaskan:............
Pembesaran lien:  ya √ tidak Jelaskan:............
BAB: 1x/hari Teratur √ ya  tidak Lain-lain:
Konsistensi: lembek Bau: Warna: coklat kekuningan
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

9. Muskuloskeletal & Integumen :


Kemampuan pergerakan sendi: √ bebas  terbatas Jelaskan:.........
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Kulit: √ lembab  kering  eksoriasis
Warna kulit:  ikterus  sianosis  kemerahan
 pucat  hiperpigmentasi
Turgor: √ baik  sedang  jelek
Oedema:  ada √ tidak ada Lokasi:......... Lain-lain:.....…
Luka/luka gangren:  ya √ tidak Jelaskan : -
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

10. Endokrin :
Pembesaran tyroid:  ya √ tidak
Pembesaran limfe:  ya √ tidak
Hiperglikemia:  ya √ tidak Hipoglikemia:  ya √ tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

11. Personal hygiene :


Kebersihan secara umum: √ bersih  kotor  berbau
Mandi: 2 x/hari Sikat gigi: 3 x/hari
Keramas: 1 x/hari
Kebersihan kuku √ bersih  kotor
Ganti pakaian: 2x/hari
Masalah keperawatan: tidak ada masalah

12. Psikologis – Sosial – Spiritual :


Ketaatan menjalankan ibadah: √ taat  tidak taat  kadang-kadang
Kegiatan dalam menjalankan ibadah: shalat dan mengaji
Orang yang paling berharga/berarti: anak dan suami
Hubungan dengan teman & lingkungan sekitar: baik
Perasaan saat ini:  cemas  stres √ biasa saja/tenang
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah

Data Penunjang (Lab/ Foto/ dll.) :


HB : 12.0
Leukosit : 12.600
Trombosit : 320.000
PCV : 42.6
Eritrosit : 5.16
Gda : 116
LED : 12/20
Rapid test: non reaktif
Hbsag : non reaktif
Ro thorax : sp keradangan paru

Terapi yang didapat:


Inf pz 7 tpm
Inf. Levoflocaxin 1 x 750 mg
Inj furosemid 1 x 20 mg
Nebul ventolin 3 x 1 resiple
p.o
Nacetyl cistein 3 x 1
Codein 3 x 1 mg
O2 nasal 4 lpm

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperskresi berlebih
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi nafas

Surabaya, 29 Desember 2020

Pengambil data,

Nur Fithriyati
ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM

DS : pasien mengatakan Obtruksi saluran nafas bersihan nafas tidak


kesulitan batuk dan sesak ada efektif
riaknya berwarna putih kental
susah untuk dikeluarkan. penyempitan saluran nafas

DO :
 Terdengar suara wheezing Saluran nafas yang kecil
dan ronchi
 Px tampak kesulitan untuk
batuk batuk/sesak
 TD : 114/87 N: 102 x/menit
S: 36.5 RR: 26 x/menit
Spo2 : 98 % bersihan nafas tidak efektif

DS : pasien mengatakan sesak, Obtruksi saluran nafas Pola nafas tidak


untuk bernafas susah. efektif
penyempitan saluran nafas
DO :
 Px tampak dispnue
Saluran nafas yang kecil
 Terdengar suara whezing
dan ronchi
 Pernafasan cuping hidung Peningkatan kerja nafas
 Frekuensi nafas meningkat
 TD : 114/87 N: 102 x/menit Kebutuhan udara meningkat
S: 36.5 RR: 26 x/menit
Spo2 : 98 % Hiperventilasi

Pola nafas tidak efektif


RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. M Ruang : dahlia
Umur : 50 th No. RM : 209157
Dx. Medis : Asma bronchial
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan 1. Monitor bunyi nafas tambahan
hiperskresi berlebih 2. Monitor sputum
3. Anjurkan meminimalkan ansietas yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Tujuan : 4. Anjurkan bernafas lambat dan dalam
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam 5. Posisikan semifowler atau fowler
diharapkan jalan nafas pasien tetap paten dengan 6. Berikan minum hangat
7. Berikan oksigen
Kriteria Hasil : 8. Ajarkan teknik batuk efektif
1. Batuk efektif meningkat 9. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Produksi sputum menurun
3. Wheezing menurun
4. Rochi menurun
5. Gelisah menurun
6. Frekuensi nafas membaik
7. Pola nafas membaik.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi 1. Monitor pola nafas
nafas 2. Monitor bunyi nafas
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas
Tujuan : 4. Berikan posisi semifowler atau fowler
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x24 jam 5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
diharapkan inspirasi memberikan ventilasi yang adekuat 6. Ajarkan teknik batuk efektif
7. Ajarkan fisioterapi dada
Kriteria Hasil : 8. Kolaborasi pemberian bronchodilator
1. Dispnue menurun
2. Penggunan otot nafas menurun
3. Nafas cuping hidung menurun
4. Frekuensi nafas membaik

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. M Ruang : dahlia


Umur : 50 th No. RM : 209157
Dx. Medis : Asma bronchial
HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
TGL JAM: 12.00
Selasa/ Bersihan jalan nafas tidak efektif 09.00 1. Memonitor bunyi nafas tambahan S : pasien mengatakan batuk dan sesak
29 berhubungan dengan hiperskresi
2. Memonitor sputum menurun, dahak keluar banyak setelah di
Desember berlebih
2020 3. Memberikan minum hangat uap
4. Mengajarkan teknik batuk efektif
5. Memberikan nebul ventolin 1 reseple dan obat O:
N. acetyl cystein 1 tab  Px tampak agak rileks
 Frekuensi nafas membaik
 Suara Whezing dan ronhi menurun
 TD : 120/87 N: 90 x/menit S: 36.5
RR: 22 x/menit Spo2 : 98 %

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 9 Nur


Fithriyati

Selasa/ Pola nafas tidak efektif 09.00 1. Memonitor pola nafas S : pasien mengatakan sesak menurun
29 berhubungan dengan
2. Memonitor pola nafas dan sekarang bisa bernafas lewat hidung
Desember hiperventilasi
2020 3. Memonitor saturasi oksigen
4. Memberikan posisi semifowler atau fowler O:
5. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan  Cuping hidung menurun
6. Mengajarkan fisioterapi dada  Pola nafas teratur
 Suara whezing ronchi menurun
 TD : 120/87 N: 90 x/menit S: 36.5
RR: 22 x/menit Spo2 : 98 %

A : masalah teratasi sebagian


Nur
P : lanjutkan intervensi 4 dan 8 Fithriyati

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. M Ruang : dahlia


Umur : 50 th No. RM : 209157
Dx. Medis : Asma bronchial
HARI/ DIAGNOSA KEPERAWATAN WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
TGL JAM: 13.00
Rabu/ 30 Bersihan jalan nafas tidak efektif S : pasien mengatakan sudah bisa batuk
Desember berhubungan dengan hiperskresi 11.00 1. Memonitor bunyi nafas tambahan dan riak keluar banyak
2020 berlebih
2. Memonitor sputum
3. Menganjurkan meminimalkan ansietas yang O:
dapat meningkatkan kebutuhan oksigen  Px tampak agak rileks
4. Menganjurkan bernafas lambat dan dalam
 Batuk pasien efektif
5. Memberikan minum hangat
 Frekuensi nafas membaik
6. Mengajarkan teknik batuk efektif
 Whezing menurun
7. Memberikan nebul ventolin 1 reseple dan obat
 TD : 130/85 N: 85 x/menit S: 36.5
N. acetyl cystein 1 tab
RR: 20 x/menit Spo2 : 99 %

A : masalah teratasi
Nur
Fithriyati
P : hentikan intervensi

Rabu/ 30 Pola nafas tidak efektif 11.00 1. Memonitor bunyi nafas S : pasien mengatakan sesak menurun
Desember berhubungan dengan
2. Memonitor pola nafas dan dada terasa lega
2020 hiperventilasi
3. Memonitor saturasi oksigen O:
4. Memberikan posisi semifowler atau fowler  Px tampak agak rileks
5. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan  Cuping hidung menurun
6. Menganjurkan pasien untuk melakukan  Pola nafas teratur
fisioterapi dada  Suara whezing ronchi menurun
 TD : 130/85 N: 85 x/menit S: 36.5
RR: 20 x/menit Spo2 : 99 %

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi Nur


Fithriyati

Anda mungkin juga menyukai