OLEH :
NUR FITHRIYATI
NIM : 202090002
NUR FITHRIYATI
NIM :202090002
Mengetahui
KEPALA RUANGAN
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu, sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara
terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang.
Dari proses radang tersebut dapat timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu penyakit dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas pada rangsangan tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara( Wahid dan Suprapto (2013).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma merupakan suatu penyakit
saluran pernafasan yang mengalami penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko
tertentu. Penyempitan ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan
mengi.
B. ETIOLOGI
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah terdapat
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari, bulu halus,
binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik
3. Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya faktor-faktor
non spesifik seperti : flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi sering memicu
serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40tahun setelah menderita
infeksi sinus.
4. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik.
C. KLASIFIKASI
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit, antara lain :
1. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
b. Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
c. Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
d. Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
e. PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi
Variabilitas < 20%
f. Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol :
Obat untuk mengurangi gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi
jangka pendek β2 agonis
g. Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid oral
mungkin dibutuhkan.
2. Tahap II : Persisten ringan
3. Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
a. Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
b. Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
c. Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
d. PEF atau FEV1 :> 80 % dari prediksi
Variabilitas 20-30%
e. Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka
panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan asma
malam hari.
4. Tahap III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala harian
b. Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
c. Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
d. Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
e. PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi
Variabilitas > 30%
f. Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid bronkodilator
jangka panjang (terutama untuk serangan asma malam hari)
5. Tahap IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
a. Gejala terus-menerus
b. Gejala eksaserbasi sering
c. Gejala serangan asma malam hari sering
d. Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
e. PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
Variabilitas > 30%
D. PATOFISIOLOGI
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu
atau lebih dari konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan
nafas, atau pembengkakan membran yang melapisi bronkhi, atau penghisap bronkhi
dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkhial dan kelenjar mukosa membesar,
sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara
terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini belum
diketahui, tetapi ada yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan
sisitem otonom.
Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast
dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan
antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-
A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar
jalan nafas, menyebabkan bronkospasme, pembengkakan membaran mukosa dan
pembentukan mukus yang sangat banyak.
Sistem saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf
vagal melalui sistem parasimpatis, Asma idiopatik atau nonalergik, ketika ujung saraf pada
jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi dan
polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator
kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah
terhadap respon parasimpatis.
Selain itu, reseptor α- dan β- adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak dalam
bronki. Ketika reseptor α- adrenergik dirangsang terjadi bronkokonstriksi, bronkodilatasi
terjadi ketika reseptor β- adregenik yang dirangsang. Keseimbangan antara reseptor α- dan
β- adregenik dikendalikan terutama oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi
reseptor alfa mengakibatkan penurunan cAMP, mngarah pada peningkatan mediator
kimiawi yang dilepaskan oleh sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi reseptor beta
adrenergik mengakibatkan peningkatan tingkat cAMP yang menghambat pelepasan
mediator kimiawi dan menyababkan bronkodilatasi. Teori yang diajukan adalah bahwa
penyekatan β- adrenergik terjadi pada individu dengan asma. Akibatnya asmatik rentan
terhadap peningkatan pelepasan mediator kimiawi dan konstriksi otot polos (Wijaya dan
Putri, 2014).
E. FAKTOR RESIKO
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh
1. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
2. Pembengkakan membrane bronkus
3. Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik, Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi
ini penderita sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
1) Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu
seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang
masuk melalui kontak dengan kulit.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi asma, perubahan cuaca
menjadi pemicu serangan asma.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15% klien
asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu, polisi lalu lintas, penyapu
jalanan.
4) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila sedang
bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma
b. Stres
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma, selain itu juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalahnya (Wahid & Suprapto, 2013).
F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim Danokusumo
(2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah :
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c. Wheezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Wheezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
d. Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada Rongen paru
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastium dan emfisema sub kutis
3. Atelektasis
4. Aspirasi
5. Kegagalan jantung/ gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas Asidosis
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri: Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit: Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanyapembengkakan, adanya penyempitan
bronkus dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah: Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan
dengan oksigenasi.
I. PENATALKASANAAN
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
1. Non farmakologi
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit
asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus,
termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada
2. Farmakologi, obat anti asma :
a. Bronchodilator: Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin: Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid : Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin: BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
2) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
c. Riwayat keluarga: riwayat keturunan
d. Status mental : lemas, takut, gelisah
e. Pernapasan
1) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
f. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
g. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
2. Pemeriksaan Fisik
Dada:
a. Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
b. Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
c. Keabnormalan struktur Thorax
d. Contour dada simetris
e. Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
f. RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
a. Temperatur kulit
b. Premitus : fibrasi dada
c. Pengembangan dada
d. Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
e. Massa
f. Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
Auskultasi:
a. Vesikuler
b. Broncho vesikuler
c. Hyper ventilasi
d. Rochi
e. Wheezing
f. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi mukus
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sumbatan jalan nafas
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. NO DIAGNOSA Tujuan Intevensi
1. Bersihan jalan Setelah Intervensi : Manajement
nafas tidak efektif dilakukan tindakan jalan nafas
berhubungan keperawatan 1. Observasi
dengan akumulasi diharapkan klien a. Monitor bunyi nafas
mukus jalan nafas tambahan
klien tetap paten b. Monitor sputum
dengan kriteria hasil : 2. Terapeutik
1. Batuk efektif a. Posisikan semifowler
meningkat atau fowler
2. Produksi sputum b. Berikan minum
menurun hangat
3. Mengi menurun c. Berikan oksigen jika
4. Wheezing menurun perlu
5. Gelisah menurun 3. Edukasi
6. Frekuensi nafas a. Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
7. Pola nafas membaik 4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspekto
ran, mukolitik
Intervensi : Manajement
Asma
1. Observasi
a. Monitor frekuensi
dan keadaan nafas
b. Monitor tanda dan
gejala hipoksia
c. Monitor bunyi nafas
tambahan
2. Terapeutik
a. Berikan posisi
semifowler 30-45o
3. Edukasi
a. Anjurkan
meminimalkan
ansietas yang dapat
meningkatkan
kebutuhan oksigen
b. Anjurkan bernafas
lambat dan dalam
c. Ajarkan
mengidentifikasi dan
menghindari pemicu
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit
Dalam, FKUI/RSCM
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
IDENTITAS
Nama : Ny. M Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 50 Th Status Marital : kawin
Agama : Islam Penanggung Jawab : Tn. L
Suku : Jawa Alamat : Hendrosari
Pendidikan : SMA Tgl.MRS : 29 Desember 2020
Pekerjaan : IRT Tgl. Pengkajian : 29 Desember 2020
Alamat : Hendrosari No. Reg : 209157
Dx. Medis : Asma Bronchial
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik sedang √ lemah
2. Kesadaran :
√ compos mentis sopor somnolent coma lain-lain :
Tanda Vital :
Tensi : 114/87 Nadi: 102 x/menit Suhu: 36.5 Pernafasan : 26 x/menit
3. Pola nafas :
Irama : teratur √ tidak teratur
Jenis : √ dispnoe kussmaul ceyne stokes lain-lain :
Suara nafas : vesikuler stridor √ wheezing √ ronchi
lain-lain : -
Sesak nafas : √ ya tidak
Batuk : √ ya tidak Jelaskan : sputum warna putih
kental.
Masalah Keperawatan: 1. bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efetif
4. Kardiovaskuler :
Irama Jantung : √ reguler irreguler S1/S2 tunggal : √ ya tidak
Nyeri dada : ya √ tidak
Bunyi jantung : √ normal murmur gallop lain-lain :
CRT : √ < 3 detik > 3 detik
Akral : √ hangat panas dingin basah dingin kering
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Persyarafan :
GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Reflek fisiologis: √ patella √ triceps √ biceps lain-lain :
Reflek patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain :
Istirahat/tidur : 8 jam/hari
Gangguan tidur : ada √ tidak Jenis: .................
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
6. Penginderaan :
a. Mata
Gerakan mata √ normal tidak , Jelaskan………
Bentuk mata √ normal tidak , Jelaskan………
Pupil: √ isokor anisokor lain-lain: Palpebra: cekung √ tidak
Konjungtiva: anemis √ tidak lain – lain:
Sklera: ikterus √ tidak
Lensa : keruh √ tidak
Visus ka/ki 6/6
Gangguan penglihatan: ya √ tidak
Alat bantu ya √ tidak Lain-lain:
b. Telinga
Bentuk telinga √normal tidak , Jelaskan………
Gangguan pendengaran: ya √ tidak Jelaskan :...........
Alat bantu : ya √ tidak
Lain-lain:
c. Hidung
Bentuk: √ normal tidak Jelaskan :...........
Gangguan penciuman: ya √ tidak Jelaskan :...........
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
7. Perkemihan :
Kebersihan : √ bersih kotor
Urine : Kuning Jumlah: 1500 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter) : ya √ tidak
Kandung kemih : membesar ya √ tidak
Nyeri tekan ya √ tidak
Gangguan : anuria oliguria retensi inkontinensia
nocturia lain-lain :
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
8. Pencernaan :
Nafsu makan: baik menurun
Porsi makan: habis tidak Jelaskan: 1 porsi
Minum: jumlah: 2500 cc/hari jenis minuman: air putih + teh
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ bersih kotor berbau
Mukosa: √ lembab kering stomatitis
Tenggorokan: sakit menelan/ nyeri telan kesulitan menelan
pembesaran tonsil lain-lain :
Abdomen
Perut: tegang kembung ascites nyeri tekan, lokasi:.
Peristaltik: 12 x/menit
Pembesaran hepar: ya √ tidak Jelaskan:............
Pembesaran lien: ya √ tidak Jelaskan:............
BAB: 1x/hari Teratur √ ya tidak Lain-lain:
Konsistensi: lembek Bau: Warna: coklat kekuningan
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
10. Endokrin :
Pembesaran tyroid: ya √ tidak
Pembesaran limfe: ya √ tidak
Hiperglikemia: ya √ tidak Hipoglikemia: ya √ tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
Pengambil data,
Nur Fithriyati
ANALISIS DATA
DO :
Terdengar suara wheezing Saluran nafas yang kecil
dan ronchi
Px tampak kesulitan untuk
batuk batuk/sesak
TD : 114/87 N: 102 x/menit
S: 36.5 RR: 26 x/menit
Spo2 : 98 % bersihan nafas tidak efektif
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Selasa/ Pola nafas tidak efektif 09.00 1. Memonitor pola nafas S : pasien mengatakan sesak menurun
29 berhubungan dengan
2. Memonitor pola nafas dan sekarang bisa bernafas lewat hidung
Desember hiperventilasi
2020 3. Memonitor saturasi oksigen
4. Memberikan posisi semifowler atau fowler O:
5. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan Cuping hidung menurun
6. Mengajarkan fisioterapi dada Pola nafas teratur
Suara whezing ronchi menurun
TD : 120/87 N: 90 x/menit S: 36.5
RR: 22 x/menit Spo2 : 98 %
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
A : masalah teratasi
Nur
Fithriyati
P : hentikan intervensi
Rabu/ 30 Pola nafas tidak efektif 11.00 1. Memonitor bunyi nafas S : pasien mengatakan sesak menurun
Desember berhubungan dengan
2. Memonitor pola nafas dan dada terasa lega
2020 hiperventilasi
3. Memonitor saturasi oksigen O:
4. Memberikan posisi semifowler atau fowler Px tampak agak rileks
5. Memberikan oksigenasi sesuai kebutuhan Cuping hidung menurun
6. Menganjurkan pasien untuk melakukan Pola nafas teratur
fisioterapi dada Suara whezing ronchi menurun
TD : 130/85 N: 85 x/menit S: 36.5
RR: 20 x/menit Spo2 : 99 %
A : masalah teratasi