OLEH :
NUR FITHRIYATI
NIM : 20209002
Nur Fithriyati
NIM :920200002
Mengetahui
KEPALA RUANGAN
Sriatun Amd.Kep
NPP: 03.031.06.99
BAB I
KONSEP TEORI
A. Definisi
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah
yang abnormal pada selubungnya (Grace, 2007). Hernia adalah keluarnya isi tubuh
(biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding rongga yang
bersangkutan (Dermawan, 2010).
B. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia yaitu: Defek
dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir (congenital) dan didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak
samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari
sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat menutupdan pada waktu
dilahirkan masih tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya dinding rongga
perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan tekanan intraabdominal:
Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik), obesitas, adanya Benigna Prostat
Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban
terlalu berat dapat meningkatkan tekanan intraabdominal.
C. Tipe-Tipe Hernia
1. Sering terjadi
a. Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan
bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, namun
tidak menutup sepenuhnya. Hernia umbilikalis sering terjadi pada bayi baru lahir
karena dinding abdomen anterior relative lemah pada annulus umbilicalis,
terutama pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah. Selain itu hernia
umbilikalis didapat paling sering terjadi pada perempuan atau orang obesitas.
b. Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan viscera
parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau abnormal dari rongga
yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen
berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Karakteristik hernia
inguinalis direk dan hernia indirek disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1.
c. Femoral
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan sangatjarangpadaanak- anak.
Hernia femoralis tidak dapat dikembalikan ketempat semual (irreducible).
d. Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya
Tabel 2.1. Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek
Karakteristik Direk (Didapat) Indirek
(kongenital/bawaan)
Faktor Kelemahan dinding Patensi processus veginalis
predisposisi abdomen anterior pada (lengkap atau sekurang-
trigonum inguinale kurangnya bagian
(misalnya, karena superior) pada orang
distensi annulus muda, sebagian besar laki-
superficialis, falx laki
ingunale yang sempit,
atau melemahnya
aponeurosis pada laki-
lakai berusia >40 tahun
atau lebih)
Frekuensi Jarang terjadi (sepetiga Lebih sering (dua pertiga
sampai seperempat sampai tiga perempat)
hernia inguinalis) hernia inguinalis
Keluar dari Peritoneum plus fascia Peritoneum processus
rongga abdomen transversalis (terletak di vaginalis yang menetap
luar satu atau dua ditambah ketiga fascial
bagian dalam fascial yang menutupi
yang menutupi funiculus/ligamentum teres
funiculus)
perjalanan Berjalan melalui atau di Melintasi canalis
sekitar canalis inguinalis (seluruh canal
inguinalis, biasanya jika emmiliki ukuran yang
hanya melintasi ukup) didalam processus
sepertiuga medial canal, vaginalis.
diluar dan sejajar
vestigium processus
vaginalis.
Keluar dari Melalui annulus Melalui annulus
dinding superficialis, di sebelah superficialis di dalam
abdomen lateral funiculus; jarang funiculus, sering berjalan
anterior masuk skrotum. ke dalam skrotum/labium
majus.
.
2. Jarang terjadi
a. Epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis tengah perut
(diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia epigastrik biasanya terdiri
dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut
yang relatif lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat
didorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
b. Gluteal, lumbal, obturator
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan
fisik tampakdanterababenjolandi pinggangdi tepibawahtulangrusukXIIataudi
tepi kranialpangguldorsal.Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen
obturatoria. Kantong hernia ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat
mengalami inkaserasi parsial atau total.
D. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan
Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi. Namun
dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup, karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat pembedahan abdomen,
kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup parah maka akan
menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan
akan sampai ke skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun
manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi
awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ sehingga terjadi
hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya
suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik dan terjadi kerusakan jaringan,
penumpukan jaringan menjadi mati sehingga timbul respon inflamasi hingga timbul
masalah risiko infeksi. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi
yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik
usus yang bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake
menurun, sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya
timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan pembedahan
maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat nekrosis sampai ganggren
karena peredaran darah terganggu.(Grace, 2007)
.
5. WOC (Web OfCausion)
Hernia
Bayi baru lahir Pekerjaan berat, angkat beban, riwayat
jatuh, batuk lama, mengejan, bersin PEMBEDAHAN
Prosesu
vaginalisperitonie Peningkatan tekanan intraabdomen
tidak terobilitasi
Terputusnya MK: destruksi
kontinuitas Kerusakan pertahanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan
jaringan lunak integritas
Kanalis ingunalis tekanan
jaringan
terbuka masuknya
Terputusnya mikroorganisme
simpul
Peritoneum Fasia Keterbatasan
tertarik kedaerah terkoyak gerak respon
skrotum inflamasi
F. Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita hernia adalah:
1. Hematoma (luka atau pada skrotum),
2. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
3. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
4. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis).
5. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi
usus.
6. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
7. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah
dan kemudian timbul nekrosis.
8. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
9. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
10. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
11. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
12. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat
dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis hernia.
Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan, maupun MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ
yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat
dilakukan untuk kepentingan operasi
1. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
2. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi yang
berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
3. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat
menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
(Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
H. Penatalaksanaan Medis
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada penderita hernia
meliputi :
1. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher hernia),
kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran,
banyakya isi perut kanan yang hilang).
2. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup (pekerjaan
dan hobi).
3. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien dengan:
a. Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
b. Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
c. Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
a. Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
b. Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
a. Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada klien
dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien
anak.
b. Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
BAB II
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada
penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban
berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan,
klien merasa tidak nyaman karena nyeri pada perut.
1. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama penanggung
jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada pria dan prosentase
yang lebih besar pada pekerja berat.
2. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa nyeri
pada daerah benjolan
3. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang
dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan
menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan yang menetap
semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat
mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat terjadinya jepitan oleh
cincin hernia.Biasanya klien yang mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri
(PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian
perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut/ sesuai
tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk –tusuk
jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung selama ± 3
menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi di dalam rumah.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan
penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya
Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi
Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
6. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.
7. Pola kebiasaan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis
belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan makan dan
minum. Peristaltic usus biasanya lebih dari batas normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan
muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan kebutuhan makan
dan minum.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata
ditemukan adanya gejala berupa nyeri hebat yang mengakibatkan gangguan
pemenuhan istirahat tidur
c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri akibat
penonjolan hernia.
d. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran
baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi
yang tidak stabil.
e. Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
g. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
h. Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki. Keterbatasan untuk mobilisasi atau membungkuk kedepan
(Soeparman, 2011).
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a. Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b. Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual dan pasien
tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor.
c. Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d. Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post operasi
hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan
merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri disekitar luka
pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7) penglihatan, perabaan
serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi
terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik untuk
pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye
4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang
dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia inkarcerata
danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan berejalan
akibat luka post operasi herniotomi
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA (2013) yaitu
sebagai berikut :
1. Pre Operasi Hernia
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b. Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, gangguan peristaltic usus
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
e. Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
f. Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi gastrointestinal dan
kurangnya informasi.
2. Post Operasi Hernia
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan operasi.
b. Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Perencanaan/Intervensi
. INTERVENSI PRE OPERASI
Dx
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri fisik Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
1. Tidak pernah menunjukkan manajemen termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas dan intensitas atau
2. Jarang menunjukkan manajemen nyeri keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
3. Kadang-kadang menunjukkan 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
manajemen nyeri khususnya pada mereka yang tidak mampu
4. Sering menunjukkan manajemen nyeri berkimunikasi efektif
5. Secara konsisten menunjukkan 3. Berikan informasi tentang nyeri seperti
manajemen nyeri penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
Hasil yang diharapkan 4-5 berkurang dan antisipasi ketidaknyamaanan
kriteria hasil: prosedur
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: nafas
2. Menggambarkan faktor penyebab dalam
3. Menggunakan jurnal han untuk 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
memonitor gejala dari waktu ke waktu massase area punggung
4. Menggunakan tindakan pencegahan
5. Menggunakan tindakan pengurangan 6. berikan pasien penurun nyeri yang optimal
nyeri tanpa analgesik dengan peresepan analgesik
6. Menggunakan analgesik yang
direkomendasikan Pemberian analgesik
7. Melaporkan perubahan terhadap gejala 7. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
nyeri pada profesional kesehatan dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
8. Mengguankan sumber daya yang 8. Cek adanya riwayat alergi obat
disediakan 9. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas
9. Mengenali apa yang terkait dengan lain yang dapat membantu relaksasi untuk
gejala nyeri memfasilitasi penurunan nyeri
10. Melaporkan nyeri yang terkontrol
2. Mual berhubungan dengan NOC NIC
regurgitasi usus Control mual dan muntah 1. Observasi tanda-tanda nonverbal dari
1. Tidak pernah menunjukkan kontrol mual ketidaknyamanan
2. Jarang menunjukkan kontrol mual 2. Lakukan penilaian lengkap terhadap mual,
3. Kadang-kadang menunjukkan kontrol termasuk frekuensi, durasi, tingkat keparahan,
mual dan faktor-faktor pencetus
4. Sering menunjukkan kontrol mual 3. Dapatkan riwayat diet pasien seperti makanan
5. Secara konsisten menunjukkan kontrol yang disukai dan yang tidak disukai serta
mual preferensi makanan terkait budaya
Hasil yang diharapkan: 4-5 4. Evaluasi dampak dari pengalaman mual pada
kualitas hidup
Dengan kriteria hasil :
1. Mengenali onset mual 5. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
2. Mendeskripsikan factor-faktor penyebab menyebabkan atau berkontribusi terhadap
3. Mengenali faktor pencetus stimulus mual seperti obat-obatan dan prosedur
4. Menggunakan langah-langkah 6. Kendalikan faktor-faktor yang mungkin
pencegahan memebangkitkan mual
5. Menghindari bau yang tidak 7. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor yang
menyenangkan bersifat personal yang memicu atau
6. Mendeskripsikan factor-faktor penyebab meningkatkan mual
7. Menghindari factor-faktor penyebab 8. Identifikasi strategi yang telah berhasil
dilakukan dalam mengurangi mual
9. Ajarkan untuk makan secara perlahan
10. Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam
sebelum, 1 jam setelah, dan selama makan
3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan Status nutrisi menejemen nutrisi
tubuh berhubungan dengan indikator: 1. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
mual, muntah, gangguan 1. Sangat menyimpang dari rentang makanan yang dimiliki pasien
peristaltic usus normal 2. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan
2. Banyak menyimpang dari rentang bimbingan terhadap pilihan makanan yang
normal lebih sehat
3. Cukup menyimang dari rentang 3. Atur diet yang diperlukan yaitu menyediakan
normal makanan tinggi protein: menyarankan
4. Sedikit menyimpang dari rentang menggunakan bumbu dan rempah-rempah
normal sebagai alternatif untuk garam, menyediakan
5. Tidak menyimpang dari rentang pengganti gula; menambah atau mengurangi
normal kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
Dengan hasil yang diharapkan : 4-5 mineral, atau suplemen.
Dengan kriteria hasil: 4. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
1. Asupan gizi mengkonsumsi makanan
2. Asupan makanan 5. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan
3. Asupan cairan perawaan mulut sebelum makan
4. Energi 6. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi
5. Rasio berat badan/tinggi badan tegak dikursi, jika memungkinkan
6. hidrasi 7. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan
favorit pasien sementara pasien berada
dirumah sakit atau fasilitas perawatan
8. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi
9. Pastikan diet mencakup makanan tinggi
kandungan serat
5 Kerusakan Integritas Integritas jaringan: kulit dan Perawatan luka
4 Jaringan berhubungan membran mukosa 1. Bersihkan luka dengan normal saline ata
dengan kerusakan jaringan Indikator : pembersih yang tidak beracun
akibat isi hernia nekrosis 1. Sangat terganggu 2. Oleskan salep yang sesuai dengan kulit/lesi
2. Banyak terganggu 3. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka
3. Cukup terganggu 4. Periksa luka setiap kali perbahan balutan
4. Sedikit terganggu 5. Reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam
5. Tidak terganggu Kontrol risiko : proses infeksi
6. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
Hasil yang diharapkan 4-5 pada saat memasuki dan meninggalkan ruang
kriteria hasil : pasien
1. Suhu kulit 7. batasi jumlah pengunjung bila perlu
2. Sensasi 8. Dorong asupan cairan: tawari makanan ringan,
3. Elastisitas minuman ringan dan buah-buahan segar/jus
4. Hidrasi buah)
5. Tekstur 9. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat: dengan
6. Perfusi jaringan memotivasi pasien untuk makan sesuai dengan
7. Integritas kulit porsi yang disediakan dari rumah sakit.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa
ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A (analisis) adalah
membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Butcher, Dochterman, Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi ke-6. Jakarta: Mocomedia
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia Hari Ke-1. Surakarta
Judith M.Wilkinson. 2006. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC
Kozier. 2011. Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses, Dan Praktik). Jakarta: EGC
Moorhead, Johnson, Meridean, Swanson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi ke-5. Jakarta: Mocomedia
Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 1. Jakarta:EGC
Potter & Perry. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia.
FORMULIR PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS GRESIK
IDENTITAS
Nama :TN. W Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 Th Status Marital : kawin
Agama : Islam Penanggung Jawab : ny. T
Suku : Jawa Alamat : Bringin - menganti
Pendidikan : SMA Tgl. MRS : 24 November 2020
Pekerjaan : Swasta Tgl. Pengkajian : 24 November 2020
Alamat : Bringin-menganti No. Reg : 360883
Dx. Medis : HIL S Reponible
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : √ baik sedang lemah
2. Kesadaran :
√ compos mentis sopor somnolent coma lain-lain :
Tanda Vital :
Tensi : 130/78 Nadi: 100 x/menit Suhu: 36.5 Pernafasan : 21 x/menit
3. Pola nafas :
Irama : √ teratur tidak teratur
Jenis : dispnoe kussmaul ceyne stokes lain-lain :
Suara nafas : √ vesikuler stridor wheezing ronchi
lain-lain : .........
Sesak nafas : ya √ tidak
Batuk : ya √ tidak Jelaskan : ................................
4. Kardiovaskuler :
Irama Jantung : √ reguler irreguler S1/S2 tunggal : √ ya tidak
Nyeri dada : ya √ tidak
Bunyi jantung : √ normal murmur gallop lain-lain :
CRT : √ < 3 detik > 3 detik
Akral : √ hangat panas dingin basah dingin kering
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. Persyarafan :
GCS : 15 Eye : 4 Verbal : 5 Motorik : 6
Reflek fisiologis: √ patella triceps biceps lain-lain :
Reflek patologis: babinsky budzinsky kernig lain-lain :
Istirahat/tidur : 8 jam/hari
Gangguan tidur : ada √ tidak Jenis: .................
6. Penginderaan :
a. Mata
Gerakan mata √ normal tidak , Jelaskan………
Bentuk mata √ normal tidak , Jelaskan………
Pupil: √ isokor anisokor lain-lain: Palpebra: cekung tidak
Konjungtiva: anemis √ tidak
Sklera: ikterus √ tidak
Lensa : keruh √ tidak
Visus ka/ki…………………………………….
Gangguan penglihatan: ya √ tidak
Alat bantu ya √ tidak
Lain-lain:
b. Telinga
Bentuk telinga √normal tidak , Jelaskan………
Gangguan pendengaran: ya √ tidak Jelaskan :...........
Alat bantu : ya √ tidak
Lain-lain:
c. Hidung
Bentuk: √ normal tidak Jelaskan :...........
Gangguan penciuman: ya √ tidak Jelaskan :...........
Lain-lain:
7. Perkemihan :
Kebersihan : √ bersih kotor
Urine : Kuning Jumlah: 1400 cc/hari Warna : kuning Bau : khas
Alat bantu (kateter): ya √ tidak
Kandung kemih : membesar ya √ tidak
Nyeri tekan ya √ tidak
Gangguan : anuria oliguria retensi inkontinensia
nocturia lain-lain :
8. Pencernaan :
Nafsu makan: √ baik menurun
Porsi makan: √ habis tidak Jelaskan:...........
Minum: jumlah: 2000 cc/hari jenis minuman: air putih + teh
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ bersih kotor berbau
Mukosa: √ lembab kering stomatitis
Tenggorokan: sakit menelan/ nyeri telan kesulitan menelan
pembesaran tonsil lain-lain :
Abdomen
Perut: tegang kembung ascites √ nyeri tekan, lokasi: dibagian selangkangan kiri.
Peristaltik: 12 x/menit
Pembesaran hepar: ya √ tidak Jelaskan:............
Pembesaran lien: ya √ tidak Jelaskan:............
BAB: 1x/hari Teratur √ ya tidak Lain-lain:
Konsistensi: lembek Bau: Warna: coklat kekuningan
Masalah Keperawatan: nyeri akut
9. Muskuloskeletal & Integumen :
Kemampuan pergerakan sendi: √ bebas terbatas Jelaskan:.........
Kekuatan otot:
5 5
5 5
Kulit: √ lembab kering eksoriasis
Warna kulit: ikterus sianosis kemerahan
pucat hiperpimentasi
Turgor: √ baik sedang jelek
Oedema: ada √ tidak ada Lokasi:......... Lain-lain:.....…
10. Endokrin :
Pembesaran tyroid: ya √ tidak
Pembesaran limfe: ya √ tidak
Hiperglikemia: ya √ tidak Hipoglikemia: ya √ tidak
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah
PO:
Cefixim 2 x100 mg
Analsix 2x 1tab
Pengambil data,
ANALISIS DATA
DO : ansietas
Pasien tampak tegang
Pasien tampak gelisah
TD : 130 / 78 nadi 100
Suhu : 36.5 rr 21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Vital sign dalam batas normal 6. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
Postur tubuh dan ekpresi wajah menunjukan cemas 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
berkurang.
8. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan
dan prognosis