TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
Fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada
tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C & Bare B.G (2010) fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Reeves C.J,Roux G & Lockhart
(2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Fraktur clavikula
merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih
dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal clavikula (Putra, 2013).
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung lebih
besar dan menuju anterior, lengkungan bagian lateral lebih kecildan menghadap ke posterior.
Ujung medial clavicula disebut ekstremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum,
dan ujung lateral disebut ekstremitas acromalis, membentuk persendian dengan akromion.
Shoulder komplek merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh manusia, karena
memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Shoulder komplek terdiri dari 3 sendi synovial dan 2
sendi non synovial. Tiga sendi synovial adalah sternoclavicular joint, acromioclavicular joint,
dan glenohu-meral joint. 2 sendi non-sinovial adalah suprahumeral joint dan scapulothoracic
joint (Sulhaerdi, 2012).
Fraktur Clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak jarang terjadi.
Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang olahraga seperti seni bela diri,
menunggang kuda dan balap motor melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung.
Tidak menutup kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang lain,
karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur clavicula harus
dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa bersifat terbuka atau tertutup,
tergantung dari mekanisme terjadinya (Marassarin, 2013).
1.2 Etiologi
Penyebab utama/ primer dari fraktur adalah trauma, bisa karena kecelakaan kendaran
bermotor, olahraga, malnutrisi. Trauma ini bisa langsung/ tidak langsung (kontraksi otot,
fleksi berlebihan). Fraktur klavikula dapat terjadi sebagai akibat dari jatuh pada tangan yang
tertarik berlebihan, jatuh pada bahu atau injury secara langsung. Sebagian besar fraktur
klavikula sembuh sendiri, bidai atau perban digunakan untuk immobilisasi yang komplit,
walaupun tidak umum, mungkin menggunakan ORIF.
Faktur Klavikula, menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang
sering terjadi akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/ tertarik keluar (outstreched hand)
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru - baru ini
telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah
hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena
pukulan benda keras. Data ini dikemukankan oleh (Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson).
Patah tulang klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched
hand) hanya 6% terjadi pada kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah
tulang ini ditemukan sekitar 70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus
patah tulang klavikula termasuk kasus yang paling sering dijumpai. Pada anak - anak sekitar
10 – 16% dari semua kejadian patah tulang, sedangkan pada orang dewasa sekitar 2,6 – 5 %.
1.3 Klasifikasi
1. Fraktur lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari
satu sisi ke sisi lain.
2. Fraktur tidak lengkap adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan
garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada
korteks yang utuh).
3. Menurut Black dan Matassarin (2013) yaitu fraktur berdasarkan hubungan
dengan dunia luar, meliputi:
1). Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,
tulang tidak menonjol malalui kulit.
2). Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya
hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi
infeksi
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allman tahun 2010 dan
dimodifikasi oleh Neer pada tahun 2010, yang membagi patah tulang klavikula menjadi tiga
kelompok :
2. Kelompok 2: patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15 - 25%). Terbagi
menjadi 3 tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular (conoid dan
trapezoid).
• Tipe 1 : Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
• Tipe 2 A : Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament
coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
• Tipe 3 : Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC
joint.
FRAKTUR CLAVIKULA
FRAKTUR
Deformitas
edema
Gg perfusi jaringan
1.7 Komplikasi
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemotorax
Komplikasi Lambat :
- Mal union : Proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non Union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari
klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar diambil. Pewarna
biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu
petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang
(lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas
jika Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang selangka/
klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil dari tulang, otot,
sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari kedua
klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion)
1. Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin perlu obat
antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah dari
kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher untuk
kenyamanan dan keamanan.
3. Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi pembengkakan,
nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan gerak dapat dilakukan setelah
rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk membawa kembali kekuatan dan kekuatan
bahu dan lengan.
BAB 2
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
psikososial spiritual, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep diri, pola sensori
dan kognitif.
1) Keadaan umum
3) B2 (Blood) : Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba,
auskultasi suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada mur-mur.
4) B3 (Brain) : Kepala, leher, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan faring
5) B4 (Bladder) : Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami gangguan.
6) B5 (Bowel) : Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi
turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada
pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
7) B6 (Bone) : Adanya fraktur kruris akan mengalami secara lokal, baik fungsi motorik,
9) Feel : Kaji adanya nyeri tekan dan krepitasi pada daerah patah.
10) Move : Karena timbul nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk aktivitas klien
2. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan 1
Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Skala nyeri berkurang
b. Klien mengatakan nyeri mulai berkurang
c. Ekspresi wajah klient rileks
d. Tidak adanya laporan nyeri
NIC :
a. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya, lokasinya dan lamanya.
b. Catat kemungkinan patofisiologis yang khas, misalnya adanya infeksi, trauma servical
c. berikan tindakan kenyamanan, misal pedoman imajinasi, viskalisasi, latihan nafas dalam,
berikan aktivitas hiburan, kompres.
2. Diagnosa Keperawatan 2
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Tidak adanya kontraktur / footdrop
b. Ada peningkatan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
c. Mampu mendemonstrasikan aktivitas yang dilakukan.
NIC :
a. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi
b. Berikan bantu untuk latihan rentang gerak
c. Bantu pasien dalam program latihan alat imobilisai. Ingatkan aktivitas dan partisipasi
dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
3. Diagnosa Keperawatan 3
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan efek samping terkait medikasi.
NOC : Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol Kecemasan
b. Kualitas tidur dan istirahat adekuat
c. Respon terhadap pengobatan
NIC :
a. Identifikasi tingkat kecemasan
b. Gunakan pendekatan yang menenangkan
c. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2. Edisi
6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8. EGC:
Jakarta
Rubino LJ. Clavicle Fracture. [Cited] March, 7th 2012. Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/1260953-overview#a0199.
Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.Bandung: Graha
Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.