Anda di halaman 1dari 47

LETAK SUNGSANG

PEMBIMBING :

dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG) Sp.OG

Disusun Oleh :

M. Ichsan Aulia Simanjuntak 140100011


Hendra Pranata 140100122
Sanni 140100138
Mercinna Fransisca 140100043
Ian Fernandez Hutagaol 140100188
Preveenna Shunmugam 140100262

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RS PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Letak Sungsang”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing kami dr. Arvitamuriany T. Lubis,
M.Ked(OG) Sp.OG, yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan
memberikan bimbingan serta masukan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, Agustus 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
2.1 Definisi ................................................................................................ 3
2.2 Insiden ................................................................................................. 4
2.3 Etiologi ................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi ........................................................................................ 5
2.5 Diagnosis ............................................................................................. 5
2.6 Diagnosis Banding .............................................................................. 7
2.7 Penatalaksanaan .................................................................................. 7
2.8 Penyulit ............................................................................................. 21
2.9 Komplikasi ....................................................................................... 23
2.10 Prognosis ......................................................................................... 24
BAB III STATUS ORANG SAKIT ................................................................. 27
BAB IV FOLLOW UP PASIEN ...................................................................... 35
BAB V DISKUSI KASUS ................................................................................. 37
BAB VI KESIMPULAN ................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang
memiliki risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Prevalensi
dari presentasi bokong kira-kira 15% pada usia kehamilan 30 minggu dan 3%
pada saat matur. Diantara beberapa faktor predisposisi yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya presentasi bokong adalah multigravida dan panggul
sempit1.

Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian


perinatal termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong, kejadian
hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan
dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong. Kematian perinatal langsung
yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding
presentasi kepala 3 Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong
yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma
lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk
mempercepat persalinan dengna tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya
persalinan.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak sungsang


(presentasi bokong), diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka
kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian
terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida,
sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi
bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin
yang tidak baik pada PAP. Hal ini membutuhkan penanganan khusus dalam
persalinan, sehingga sectio caesaria adalah jalan keluar untuk penanganan

1
persalinan dengan komplikasi. Kejadian operasi sectio caesaria sudah semakin
banyak bahkan dianggap tidak asing lagi. Dewasa ini, sectio caesaria jauh lebih
aman daripada dahulu berhubung adanya antibiotik, transfusi darah, teknik
operasi yang lebih sempurna, dan anestesi yang lebih baik. Angka kejadian sectio
caesaria di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah
921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan.

Sectio caesaria merupakan solusi dari persalinan beresiko, namun sectio


caesaria sendiri bukannya tanpa resiko. Komplikasinya di antaranya adalah:
pendarahan, infeksi, cidera sekeliling struktur.

Indikasi dilakukan sectio caesaria pada ibu adalah disproporsi


Cepalopelvic, placenta previa, tumor jalan lahir, hidramnion, kehamilan gamely,
sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak lintang,
hidrocepalus.

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah :

1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis kelainan letak sungsang pada


kehamilan dan persalinan
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap kasus
letak sungsang serta melakukan penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat
sehingga mendapatkan prognosis yang baik

1.3 Manfaat

Manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:

1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang letak


sungsang pada kehamilan dan persalinan
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang
membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana
bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan
lainnya.1,2,3 Terdapat tiga tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (5070%)
yaitu kedua tungkai ekstensi ; Complete breech (510%) yaitu kedua tungkai
fleksi; Footling (1030%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi
kaki.1

Gambar 1. Klasifikasi Presentasi Bokong5

3
2.2 Insiden
Letak sungsang terjadi pada 3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak
sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan. Letak sungsang pada
usia kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada kehamilan 32 minggu
7% dan, 13% pada kehamilan aterm.4

2.3 Etiologi
Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya adalah:4

 Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih
banyak dan kepala anak relatif besar

 Hidramnion karena anak mudah bergerak.

 Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul.

 Panggul sempit

 Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang


sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.

Faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya letak sungsang selain umur
kehamilan termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas,
multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.6

Fianu dan Vaclavinkova (1978) menemukan prevalensi lebih tinggi pada


implantasi plasenta di daerah kornual-fundal pada letak lintang (7%) dari
presentasi vertex (5%) dengan sonografi. Frekuensi terjadinya letak sungsang juga
meningkat dengan adanya plesenta previa, tetapi hanya sejumlah kecil letak

4
sungsang yang berhubungan dengan plasenta previa. Tidak ada hubungan yang
kuat antara letak sungsang dengan pelvis yang menyempit (panggul sempit).1

2.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.6

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.6

2.5 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang dapat ditentukan dengan persepsi gerakan janin
oleh ibu, pemeriksaan Leopold, auskultasi denyut jantung janin di atas umbilikus,
pemeriksaan dalam, USG dan Foto sinar-X.1

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,
di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba di fundus uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba
bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat
digerakkan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa
penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut

5
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus.6,7

Sedangkan dari pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I


difundus akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold III-IV teraba

bokong di segmen bawah rahim. Apabila diagnosis letak sungsang dengan


pemeriksaan luar belum dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus
mudah berkontraksi dan banyaknya air ketuban maka diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan dalam. Dari pemeriksaan dalam akan teraba bokong
atau dengan kaki disampingnya. Disini akan teraba os sakrum, kedua tuberosis
iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen1,8

Gambar 2. Presentasi bokong kaki ganda pada persalinan dengan selaput ketuban utuh1

6
2.6 Diagnosis Banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih
ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak
sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami
rintangan otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka,
jari masuk mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta
mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen
sangatlah dapat dibedakan.1,8

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Dalam Kehamilan
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindarkan. Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak
sungsang, terutama pada primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi
luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan
antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke-34 belum
perlu dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke-38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah
besar dan jumlah air ketuban relatif berkurang.6

Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan
denyut jantung janin harus baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus
dikeluarkan lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan
meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk
mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari panggul,
usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah bokong keluar dari
panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong
kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah.6

Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin


untuk menjadi presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil

7
denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada keadaan
presentasi kepala, kepala didorong masuk ke rongga panggul. Versi luar
hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan paksaan.
Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu sedikit, karena usaha
tersebut tidak akan berhasil.6

Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah:1) panggul sempit, 2)


perdarahan antepartum; 3) hipertensi; 4) hamil kembar; 5) plasenta previa. Pada
panggul sempit tidak ada gunanya melakukan versi luar, karena meskipun berhasil
menjadi presentasi kepala, akhirnya perlu dilakukan seksio sesarea. Tetapi bila
kesempitan panggul hanya ringan, versi luar harus diusahakan karena kalau
berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan. Versi luar pada
perdarahan antepartum tidak boleh dilakukan, karena dapat menambah perdarahan

akibat lepasnya plasenta.6 Pada penderita hipertensi, usaha versi luar dapat

menyebabkan solusio plasenta; sedangkan pada kehamilan kembar, selain janin


yang lain dapat menghalangi usaha versi luar tersebut, yang lebih berbahaya ialah
bila janin berada dalam satu kantong amnion kemungkinan tali pusat kedua janin

akan saling melilit.6

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan. Kerugian penggunaan narkosis
untuk versi luar antara lain: narkosis harus dalam, sebab dengan narkosis ringan
versi laur jauh lebih sulit dibandingkan bila penderita tetap dalam keadaan sadar.
Disamping itu, karena penderita tidak merasakan sakit ada bahaya kemungkinan
digunakan tenaga berlebihan dan dapat mengakibatkan lepasnya plasenta.
Mengingat bahayanya, sebaiknya tidak melakukan versi luar dengan
menggunakan narkosis.1,6

8
Gambar 3. Versi Sefalik Luar1

Keberhasilan versi luar 3586 % (rata-rata 58 %). Peningkatan


keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang.
Newman membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti
Bhisop skor (Bhisop-like score).

Table 1. Bishop Like Skore1

9
Interpretasi Bishop Like score: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai
>9.
Zhang dkk meninjau 25 laporan terpilih mengenai versi sefalik eksternal
yang diterbitkan antara tahun 1980 dan 1991. Beberapa point yang dihasilkan
patut dipertimbangkan yaitu:9

1. Versi sefalik eksternal berhasil pada 65% pasien.

2. Jika versi sefalik berhasil, hampir semua janin tetap pada presentasi kepala
dan sebakliknya.

2.7.2 Dalam Persalinan


2.7.2.1 Jenis Persalinan
Untuk memilih jenis persalinan pada letak sungsang Zachtuchni dan Andros
telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat
dilahirkan pervaginam atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3
dilakukan persalinan perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara
cermat, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam,
dan jika nilai lebih dari 5 dilahirkan pervaginam.10

Table 2. Skor Zachtuchni Andros10

10
ALARM (Advanced in Labour and Risk Management) International
memberikan kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak sungsang
adalah frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan taksiran
berat janin 25003600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan
diperbolehkan pada janin letak sungsang.

2.7.2.2 Prinsip Dasar Persalinan Sungsang


1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu


sendiri. Cara ini disebut Bracht.

b. Manual aid (partial breech extraction); janin dilahirkan sebagian dengan


tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.

c. Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya


dengan memakai tenaga penolong.

Tahapan Persalinan Spontan


a. Tahap pertama: fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai pusat
(skapula depan ).disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk
melahirkan bokong, yaitu bagian yang tidak begitu berbahaya.

b. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya
mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk
pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena
itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusat segera dilonggarkan.
Bila mulut sudah lahir, janin dapat bernafas lewat mulut.

c. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh
kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepala akan keluar dari ruangan
yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih

11
rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk
menghindari terjadinya perdarahan intra kranial (adanya ruptur tentorium
serebelli).

Teknik Persalinan
Sebelum melakukan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin
harus selalu disediakan cunam Piper.

Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva.
Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha.
Pada waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikkan 2-5 unit
oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk merangsang
kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam 2 his berikutnya.

Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah


bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul. Pada
setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat
tegang,tali pusat dikendorkan lebih dahulu.
Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan sehingga gerakan
tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi
Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul. Maksud ekspresi
Kristeller ini adalah: a.Agar tenaga mengejan lebih kuat, sehingga fase cepat dapat
segera diselesaikan. b. Menjaga agar posisi kepala janin tetap dalam posisi fleksi.
c. Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dengan kepala janin
sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.

12
Gambar 4. Teknik hiperlordosis punggung bayi pada perasat Bracht 15

- Dengan melakukan gerakan hiperlordosis ini berturut-turut lahir tali pusat,


perut, bahu dan lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.

- Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu. Seorang asisten segera
menghisap lendir dan bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.
o Keuntungan

 Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga mengurangi


bahaya infeksi.

 Cara ini adalah cara yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.

o Kerugian

 510% persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, sehingga tidak semua


persalinan letak sungsang dapat dipimpin dengan cara Bracht.

 Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan terutama dalam keadaan


panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada primigravida,
adanya lengan menjungkit atau menunjuk.

13
2. Prosedur Manual aid1,6,12

Indikasi
• Persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya bila terjadi
kemacetan baik pada waktu melahirkan bahu atau kepala.

• Dari semula memang hendak melakukan pertolongan secara manual aid.


Negara Amerika sebagian besar ahli kebidanan cenderung untuk melahirkan
letak sungsang secara manual aid, karena mereka menganggap bahwa sejak
pusar lahir adalah fase yang sangat berbahaya bagi janin, karena pada saat
itulah kepala masuk ke dalam pintu atas panggul, dan kemungkinan besar tali
pusat terjepit diantara kepala janin dan pintu atas panggul.

Tahapan
1) Tahap pertama, lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan
tenaga ibu sendiri.
2) Tahap kedua, lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
Cara atau teknik untuk melahirkan bahu dan lengan adalah secara:
a. Klasik ( Deventer )
b. Mueller
c. Louvset
3) Tahap ketiga, lahirnya kepala. Kepala dapat dilahirkan dengan cara:
a. Mauriceau
b. Najouks
c. Wigan Martin-Winckel
d. Prague terbalik
e. Cunam Piper

Teknik
Tahap pertama: persalinan secara bracht sampai pusat lahir.

Tahap kedua: melahirkan bahu dan lengan oleh penolong.

14
1) Melahirkan bahu-lengan cara klasik

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),
kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki
janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.

Gambar 5. Melahirkan bahu dan lengan dengan cara Klasik/Deventer

Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan


tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin
mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang
dapat manimbulkan infeksi.

2) Melahirkan bahu-lengan cara Mueller

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan


bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan

15
bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik yaitu
kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk
pada Krista iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian
badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak
di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan
bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir
sehingga mengurangi infeksi.

Gambar 6. Melahirkan bahu dan lengan dengan cara Mueller

3) Melahirkan bahu-lengan cara Lovset

Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin


dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah
sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah
simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana dan
jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal bahaya
infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan
primigravida, janin besar, panggul sempit.

16
Gambar 7. Melahirkan bahu dan lengan dengan cara Lovset

4) Melahirkan bahu-lengan cara Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara
klasik.

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)


1) Melahirkan kepala cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam


jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung.

Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil


seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama
dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung.
Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala dielevasi keatas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut,
hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.

17
Gambar 8. Melahirkan kepala dengan cara Mauriceau

2) Melahirkan kepala cara Naujoks

Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan
itu seorang asisten mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

3) Melahirkan kepala cara Prague Terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak
tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki,
kemudian ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan.

18
Gambar 9. Melahirkan kepala dengan cara Prague terbalik

4) Melahirkan Kepala Cara Cunam Piper


Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan
janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper
sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja
cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang.
Setelah oksiput tampak dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan
suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan
akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 10. Melahirkan kepala dengan cara Cunam Piper

3. Prosedur Ekstraksi Sungsang


a. Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan

19
fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang dikuar
mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki
dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai
batas lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah
sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke
bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang
sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir.
Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik
pegangan femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir.
Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan
yang sama seperti pada manual aid.

Gambar 11. Teknik ekstraksi kaki

b. Teknik ekstraksi bokong


Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah
berada di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan
penolong yang searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
diletakkan di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait
dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka
jari telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara
femuro-pelviks kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

20
4. Persalinan Sungsang Perabdominam
Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan
yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak
sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam.
Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila:

a. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi feto


pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).

b. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

c. Didapatkan distosia

d. Umur kehamilan:

a. Prematur (EFBW=2000 gram)

b. Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)

e. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan) Riwayat persalinan yang lalu:


riwayat persalinan buruk, milai sosial janin tinggi.

f. Komplikasi kehamilan dan persalinan:


i. Hipertensi dalam persalinan
ii. Ketuban pecah dini

2.8 Penyulit Persalinan Pervaginam


- Sufokasi.

Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan rahim, sehingga
terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia janin. Keadaan ini
merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan
mekonium akan diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang

21
sebagian sudah berada diluar rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk
janin bernapas.

- Asfiksia fetalis.

Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi, dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu kepala masuk panggul (fase cepat).

- Kerusakan jaringan otak.

Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul sempit atau adanya
diproporsi sefalo-pelvik, serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala janin
yang dilahirkan secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.

- Fraktur pada tulang-tulang janin.


Kerusakkan pada tulang janin dapat berupa:
o Fraktur tulang-tulang kepala.
o Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit (extended).
o Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar.
o Paralisis brakialis
o Fraktur femur.
o Dislokasi bahu.
o Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang sangat ekstensi
(fleksi maksimal).
o Hematoma otot-otot.

Mengingat penyulit pada janin akibat persalinan pervaginam cukup berat,


maka perlu dilakukan evaluasi obstetrik dengan teliti, sebelum memutuskan untuk
melahirkan janin secara pervaginam. Bila sudah diputuskan melahirkan janin
pervaginam, maka penolong dituntut untuk menguasai teknik persalinannya
secara terampil. Cara persalinan secara ekstraksi total (total extraction)
merupakan cara persalinan dengan penyulit janin yang sangat buruk, yaitu
kematian janin 3 kali lebih banyak dibanding persalinan spontan. Oleh karena itu
cara persalinan ini sekarang sudah tidak dianjurkan lagi pada janin hidup.

22
Kematian perinatal pada letak sungsang dibanding dengan letak belakang kepala

rata-rata 5 kali lebih banyak.1,12

2.9 Komplikasi pada Persalinan Pervaginam


Persalinan sungsang dengan tarikan sampai pada lahirnya umbilikus dan tali
pusat menyentuh pelvis, akan menekan tali pusat. Oleh karena itu, sekali letak
sungsang melewati introitus vagina, abdomen, thoraks, lengan dan kepala harus
lahir secara tepat. Ini melibatkan persalinan yang sedikit cepat dapat menekan
bagian-bagian janin. Pada kehamilan aterm, beberapa pergerakan kepala mungkin
sukses melewati jalan lahir. Pada keadaan yang tidak menguntungkan ini, pilihan
persalinan pervaginam keduanya tidak memuaskan:

- Persalinan mungkin tertunda beberapa menit ketika melahirkan kepala yang


menyusul melewati pelvis ibu, tetapi hipoksia dan asidemia bertambah berat;
atau

- Persalinan mungkin dipaksakan, menyebabkan trauma dari penekanan,


tarikan atau keduanya.
Pada fetus preterm, perbedaan antara ukuran kepala dan bokong biasanya
lebih besar daripada fetus yang lebih tua. Saat itu, bokong dan ekstremitas bawah
fetus preterm akan melewati serviks dan dilahirkan, dan serviks belum berdilatasi
cukup untuk melahirkan kepala tanpa trauma. Pada keadaan ini, insisi Duhrssen
pada serviks mugkin dapat dilakukan. Walaupun demikian, trauma pada fetus dan
ibu mungkin dapat dinilai, dan fetal hipoksia mungkin berbahaya. Masalah lain
pada mekanisme letak sungsang adalah terperangkapnya lengan di belakang leher.
Komplikasi lengan menunjuk (nuchal arm) sampai 6 persen dari persalinan
sungsang pervaginam dan dihubungkan dengan peningkatan mortalitas neonatal.

Frekuensi prolaps tali pusat meningkat apabila fetus berukuran kecil atau bila
sungsang tidak dalam posisi bokong murni. Dalam laporan Collea dan kawan-
kawan (1978), insiden pada posisi frank breech sekitar 0,5%, yang sesuai dengan

23
0,4% pada presentasi kepala (Barrett,1991). Sedangkan, insiden prolaps tali pusat
pada presentasi kaki adalah 15%, dan 5% pada letak bokong murni.

Soernes dan Bakke (1986) pada pengamatan awal menyatakan bahwa panjang
tali pusat umbilikus lebih pendek pada letak sungsang dari keterliban letak kepala
secara signifikan. Lebih lanjut, keterlibatan tali pusat yang melingkar-lingkar pada
fetus lebih umum pada letak sungsang (Spellacy and associates,1996).
Abnormalitas tali pusat ini sepertinya memainkan peran dalam perkembangan
janin letak sungsang seperti insiden yang relatif tinggi pola denyut jantung janin
yang mencemaskan pada persalinan. Sebagai contoh, Flannagan dan kawan-
kawan (1987) menyeleksi 244 wanita dengan letak sungsung yang bervariasi
(72% adalah frank brech) untuk percobaan persalinan, didapatkan 4% kejadian
prolaps tali pusat. Fetal distres bukan karena prolaps tali pusat didiagnosa pada
5% wanita lainnya yang dipilih untuk persalinan pervaginam. Keseluruhan, 10%
dari wanita yang dikenali untuk persalinan pervaginam mengalami persalinan
sesarean karena berisiko dalam persalinan.

Apgar skor, khususnya pada 1 menit, pada persalinan pervaginam letak


sungsang secara umum lebih rendah dari bila dilakukan persalinan sesarean secara
elektif (Flanagan dan kawan-kawan,1987). Dengan cara yang sama, nilai asam
basa darah tali pusat secara signifikan berbeda untuk persalinan pervaginam.
Christian dan Brady (1991) melaporkan bahwa pH darah arteri umbilikus rendah,
PCO2 tinggi, dan HCO3 lebih rendah dibandingkan persalinan letak kepala. Socol
dan kawan-kawan (1988) menyimpulkan, bagaimanapun persalinan sesarean
meningkatkan Apgar skor tetapi tidak status asam basa.

2.10 Prognosis
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit
terdapat peningkatan risiko maternal. Manipulasi secara manual dalam jalan lahir
akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai perasat intra uteri, khususnya

24
dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan after coming head
lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptura uteri,
laserasi serviks ataupun keduanya. Tindakan manipulasi tersebut dapat pula
menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan robekan perineum yang dalam.
Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi uterus yang nyata dapat
pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya diikuti oleh perdarahan
postpartum dari tempat implantasi plasenta.

Meskipun demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya dilahirkan
dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada
tindakan seksio sesarea. Bagi janin, prognosisnya kurang menguntungkan dan
akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian presentasi pada awal
dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya ruptura
tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang,
angka mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan
terjadinya trauma lain pada saat dilakukan ekstraksi. Lebih lanjut, prolapsus
funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai bila
dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan
memperburuk prognosis bagi bayi.

Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat dihindari ketika dilakukan
pembebasan lengan, dan fraktur femur dapat terjadi dalam pelaksanaan ekstraksi
bokong pada persalinan frank breech yang sulit. Hematom otot
sternokleidomastoideus kadang kala terjadi setelah tindakan ekstraksi, meskipun
keadaan ini akan hilang spontan. Tetapi, beberapa permasalahan yang lebih serius
dapat mengikuti separasi epifisis pada tulang skapula, humerus atau femur.
Paralisis lengan merupakan peristiwa yang bisa terjadi akibat tekanan oleh jari
tangan operator pada pleksus brakialis ketika melakukan traksi, tetapi lebih sering
lagi disebabkan oleh peregangan leher secara berlebihan ketika dilakukan
pembebasan lengan bayi. Kalau bayi ditarik keluar secara paksa lewat panggul
yang sempit, fraktur kompresi berbentuk sendok atau fraktur tengkorak yang
sebenarnya, dengan akibat yang umumnya fatal, bisa saja terjadi. Kadang-kadang

25
leher bayi sendiri dapat patah kalau pada waktu ekstraksi digunakan tenaga yang

besar.1,6

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal yang terpenting
akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala
memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan
lepasnya plasenta sebelum kepala lahir. Kelahiran kepala janin yang lebih lama
dari 8 menit umbilikus dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu
bila janin bernafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena
mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia janin juga
terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering dijumpai pada presentasi
bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai

pada presentasi bokong.1,12

26
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Status Ibu Hamil

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. I

Umur : 24 tahun

Suku : Jawa

Alamat : Jl. B. Ester GG Bunga Dahlia No. 97A

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah

Tanggal Masuk : 05 Agustus 2019

Jam Masuk : 18.00 WIB

ANAMNESA PENYAKIT

Ny. I, 24 tahun, G3P1A1, Jawa, Islam, SMA, IRT, i/d. Tn. e, 25 th, Jawa, Islam,
SMA, Satpam, datang ke IGD RS USU pada tanggal 5 Agustus 2019 pkl. 18.00
wib, datang dengan :

Keluhan Utama : Rencana SC

Telaah : Riwayat mulas-mulas mau melahirkan tidak


dijumpai, keluarnya lendir darah dari kemaluan tidak
dijumpai, keluar air-air dari kemaluan tidak
dijumpai. BAB dan BAK dalam batas normal.

RPT : Tidak ada

27
RPO :Tidak ada

Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu ibu rumah tangga,
ekonomi menengah ke bawah dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.

RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche : 12 tahun

Lama : 5 hari

Siklus : 28 hari

Volume : ± 3 doek/hari

Nyeri : tidak ada

HPHT : 12 November 2018

TTP : 19 Agustus 2019

ANC : 8x ke Sp.OG , 2x ke bidan

RIWAYAT MENIKAH

Pasien menikah 1 kali pada usia 20 tahun

RIWAYAT PERSALINAN

2.3.1. 2015, laki-laki


2.3.2. 2016, abortus
2.3.3. Hamil ini

PEMERIKSAAN FISIK

VITAL SIGN
Status Presens:
Sensorium : Compos mentis Anemis : -
Tekanan darah : 120/80 mmHg Ikterik :-
Nadi : 92 x/menit Sianosis. :-
Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe. :-

28
Temperatur : 36,30C Oedema. :
Ekstremitas atas -/-
Ekstremitas bawah -/-
Status Generalisata :
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri
Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai
Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)
Ekstremitas: Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), oedem pretibial (-/-)
Genitalia : Edeme pada labia (-)

Status Lokalisata:
Abdomen : Membesar asimetris, peristaltik (+) dalam
batas normal
Leopold 1 : Tinggi Fundus Uterus 3 jari dibawah processus xipoideus
(TFU=35 cm)
Leopold 2 :
Leopold 3 :
Leopold 4 :-
His :-
DJJ : (+) 134 kali/menit, regular
Gerak : (+)

Status Ginekologi

29
VT : serviks tertutup
ST : lendir darah (-), cairan ketuban (-)

PEMERIKSAAN USG TAS

Janin tunggal, Intrauterine,


anak hidup
Fetal movement (+)
fetal heart rate (+) 148 x/menit
Biparietal diameter: 93,8 mm
Head circumference: 336,6 mm
Abdominal circumference:
340,8 mm
Fetal lenght: 75,7 mm
Estimated Fetal Weight: 3439gr

Kesan : IUP ( 38-39) minggu +


presentasi bokong + anak
hidup.

30
LABORATORIUM

5 Agustus 2019
JENIS PEMERIKSAAN SATUAN HASIL RUJUKAN
HEMATOLOGI

Darah Lengkap

Hemoglobin (HGB) g/Dl 10.5 12-16

Eritrosit (RBC) Juta/µL 4.27 4,10-5,10

Leukosit (WBC) /µL 8.85 4.000-11.000

Hematokrit % 33.60 36 – 47

Trombosit (PLT) /µL 293.000 150.000-450.000

MCV fL 78.70 81-99

MCH Pg 24.60 27,0-31,0

MCHC g/dL 31.3 31,0 – 37,0

RDW % 10.7 11,5 – 14,5

MPV Fl 9.5 6,5-9,5

PDW % 10.7 10,0-18,0

 Hitung jenis
 Neutrofil % 70.3 50-70

 Limfosit % 21.7 20 – 40

 Monosit % 6.3 2–8

 Eosinofil % 1.60 1–3

31
 Basofil % 0,1 0–1

FAAL HEMOSTASIS

Waktu Protombin

 Pasien Detik 11.3

 Kontrol Detik 13,1

INR 0.76

APTT

 Pasien Detik 29.8

 Kontrol Detik 32.9


D-dimer 440 <500

KIMIA KLINIK
Metabolisme Karbohidrat

Glukosa darah (sewaktu) Mg/dL 91

GINJAL

Ureum Mg/dl 6.00 15-40

Kreatinin Mg/dl 0,46 0,6-1,1
ELEKTROLIT
Natrium Mg/dL 137 136-155
Kalium Mg/dL 3,80 3.5-5.5
Klorida Mg/dL 108 95-103

Imunoserologi
HbsAg Non Reaktif

32
DIAGNOSA KERJA

SG + KDR (38-39 mgg) + Presentasi Bokong + AH

RENCANA TATALAKSANA

TERAPI MEDIKAMENTOSA

o IVFD RL 20gtt/i

o Inj Cefazoline 2gr. -> skin test

o Inj. Dexamethason 15 IU/ IV

RENCANA TINDAKAN

- Sectio Caesaria

LAPORAN SECTIO CAESARIA


- Pasien dibaringkan diatas meja operasi dengan posisi supine dengan infus
dan kateter urin terpasang dengan baik.
- Dengan spinal anestesi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
lapangan operasi dengan povidon iodine dan alkohol 70% lalu ditutup
dengan doek steril kecuali lapangan operasi
- Operator mencuci tangan degan cara fuerbringer dan memakai alat
pelindung diri seperti cap, masker, apron, sepatu boat, baju steril dan
sarung tangan steril.
- Di bawah spinal anatesi dilakukan insisi Pfannenstiel pada kuadran bawah
abdomen mulai dari kutis, subkutis, dan kemudian dengan menyisipkan
pinset anatomis dibawahnya,fascia digunting ke kanan dan ke kiri.
- Otot dikuakkan, peritoneum digunting ke atas dan ke bawah
- Segmen bawah uterus diidentifikasi. Insisi low servikal di uterus sampai
lapisan subendometrium. Endometrium lalu ditembus dan dilebarkan
secara tumpul.

33
- Janin dilahirkan dengan meluksirkan bokong dengan teknik Lovset. Lahir
bayi laki-laki dengan berat badan :3940 gram, panjang badan : 51 cm,
apgar score : 8/9.
- Uterus dibersihkan dari sisa plasenta
- Dilakukan penjahitan uterus dengan Vicryl no. 1
- Kemudian kontrol perdarahan
- Dinding uterus ditutup lapis demi lapis
- Luka operasi ditutup verband
- KU pasien post SC: stabil

RENCANA TATALAKSANA POST SC

Terapi Medikamentosa

3.10.1. IVFD RL + oksitosin 10 IU 20 gtt/menit


3.10.2. Inj. Ceftriaxone 2 gr/ 12 jam
3.10.3. Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam
3.10.4. Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam

RencanaTindakan

3. Cek lab darah rutin 2 jam post SC


4. Awasi kontraksi, vital sign, dan tanda-tanda perdarahan

HASIL LABORATORIUM 2 JAM POST SC (6 Agustus 2019)


Hemoglobin : 10.7 g/dL
Hematokrit : 35.10 %
Leukosit : 16.030 /mm3
Trombosit : 233.000/mm3

34
BAB IV

FOLLOW UP

6 Agustus 2019
S Rencana SC hari ini
O Sensorium : Compos mentis
TD : 130/90 mmHg
HR : 84x/i
RR : 20x/i
Temp : 36,7
Status Obstetrikus :
Abd : membesar asimetris
TFU : 1 jari bpx
Teregang : kanan
Terbawah : bokong
Gerak : (+), aktif
HIS (-), DJJ : 140x/i

A MG + KDR (38-39) mgg + P.Bokong + AH


P IVFD RL 20gtt/i
Inj. Cefazoline 2gr
Inj. Dexamethasone 12mg
Puasa
R/ SC hari ini

7 Agustus 2019
S Nyeri luka operasi
O Sensorium : Compos mentis
TD : 130/70 mmHg
HR : 80x/i
RR : 22x/i
Temp : 36,8
Abdomen : soepel, peristaltik (+)
TFU : 2 jari dibawah pusat
Luka operasi : kering, tertutup verban
A Post SC a/i P.Bokong + NH1
P IVFD RL 20gtt/i
Inj. Ceftriaxone 2gr/ 12j
Inj. Ketorolac 30mg/ 8j
Inj. Ranitidine 50mg/ 12j

35
R/ Aff kateter
Mobilisasi

Hasil lab tgl 6/8/2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 10,7 g/dL 12-16
Eritrosit 4,38 juta/uL 4,1 – 5,1 juta
Leukosit 16.030/uL 4000-11.000
Trombosit 233.000 150.000-450.000
Hematokrit 35% 36-47
Diftel (N/L/M/E/B) 79,8/11,4/8,6/0,1/0,1

36
BAB V
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

Persalinan sungsang adalah Ny. I, 24 tahun, G3P1A1 datang ke


persalinan untuk melahirkan janin yang IGD RS USU pada tanggal 5 Agustus
2019 pkl. 18.00 wib dengan rencana
membujur dalam uterus dengan bokong
mau melahirkan. Pasien sudah pernah
atau kaki pada bagian bawah dimana datang ANC ke poli obgyn RS USU
bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih sebelumnya dan direncanakan SC atas
indikasi letak sungsang berdasarkan
dahulu daripada anggota badan lainnya.
pemeriksaan fisik dan USG-TAS.
Terdapat tiga tipe letak sungsang yaitu: Riwayat mulas-mulas mau
Frank breech (5070%) yaitu kedua melahirkan tidak dijumpai, keluarnya
lendir darah dari kemaluan tidak
tungkai ekstensi ; Complete breech
dijumpai, keluar air-air dari kemaluan
(510%) yaitu kedua tungkai fleksi; tidak dijumpai. BAB dan BAK dalam
Footling (1030%) yaitu satu atau kedua batas normal.
tungkai atas ekstensi, presentasi kaki. HPHT : 12 November 2018

Ada beberapa penyebab yang TTP : 19 Agustus 2019


memegang peranan dalam terjadinya Usia kehamilan: 38 minggu
4
letak sungsang diantaranya adalah:
ANC : 8x ke Sp.OG , 2x ke bidan

1. Prematuritas karena bentuk


rahim relatif kurang lonjong, air
ketuban masih banyak dan
kepala anak relatif besar

2. Hidramnion karena anak mudah


bergerak.

3. Plasenta previa karena


menghalangi turunnya kepala ke
dalam pintu atas panggul.

37
4. Panggul sempit

5. Kelainan bentuk kepala:


hidrocephalus, anencephalus,
karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas
panggul.

. Diagnosis Janin letak sungsang PEMERIKSAAN USG TAS


Janin tunggal, Intrauterine, anak
 Diagnosis letak sungsang dapat
hidup
ditentukan dengan persepsi
Fetal movement (+), fetal heart rate
gerakan janin oleh ibu,
(+) 148 kali/menit
pemeriksaan Leopold, auskultasi
Biparietal diameter : 92,6 mm
denyut jantung janin di atas
Head circumference : 332,2 mm
umbilikus, pemeriksaan dalam,
Abdominal circumference : 329,7mm
USG dan Foto sinar-X.
Fetal lenght : 71,9 mm
 Pada pemeriksaan luar, di bagian
Estimated Fetal Weigh : 3107
bawah uterus tidak dapat diraba
gr
bagian yang keras dan bulat, yakni
kepala, dan kepala teraba di fundus
uteri. Kadang-kadang bokong janin
teraba bulat dan dapat memberi
kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak dapat digerakkan
semudah kepala.. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus
Sedangkan dari pemeriksaan
fisik Leopold akan ditemukan

38
dari Leopold I difundus akan
teraba bagian bulat dan keras
yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil
pada sisi samping perut ibu,
Leopold III-IV teraba bokong
di segmen bawah rahim.
Apabila diagnosis letak
sungsang dengan pemeriksaan
luar belum dapat dibuat, karena
misalnya dinding perut tebal,
uterus mudah berkontraksi dan
banyaknya air ketuban maka
diagnosis ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan
dalam. Dari pemeriksaan dalam
akan teraba bokong atau
dengan kaki disampingnya.
Disini akan teraba os sakrum,
kedua tuberosis iskii dan anus.
Pemeriksaan penunjang juga
dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis seperti
ultrasonografik atau rontgen

TATALAKSANA

Dalam kehamilan

Pada waktu pemeriksaan antenatal o IVFD RL 20gtt/i


dijumpai letak sungsang, terutama pada
o Inj Cefazoline 2gr. -> skin test
primigravida, hendaknya diusahakan

39
melakukan versi luar menjadi presentasi o Inj. Dexamethason 15 IU/ IV
kepala. Versi luar sebaiknya dilakukan o Sectio Caesaria
pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu.
Pada umumnya versi luar sebelum minggu
ke-34 belum perlu dilakukan, karena
kemungkinan besar janin masih dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke-38 versi luar sulit untuk
berhasil karena janin sudah besar dan
jumlah air ketuban relatif berkurang

Dalam Persalinan

Untuk memilih jenis persalinan pada letak


sungsang Zachtuchni dan Andros telah
membuat suatu indeks prognosis untuk
menilai apakah persalinan dapat dilahirkan
pervaginam atau perabdominan

1. Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai
dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3
yaitu:

1. Persalinan spontan; janin


dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga
ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.

2. Manual aid (partial breech


extraction); janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.

40
3. Ektraksi sungsang (total breech
extraction); janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga penolong.

- Persalinan perabdominan (sectio


caesaria).
Persalinan diakhiri dengan seksio
sesaria bila:

g. Persalinan pervaginam
diperkirakan sukar dan berbahaya
(disproporsi feto pelvic atau skor
Zachtuchni Andros ≤ 3).

h. Tali pusat menumbung pada


primi/multigravida.

i. Didapatkan distosia

j. Umur kehamilan:
a. Prematur (EFBW=2000
gram)
b. Post date (umur kehamilan
≥ 42 minggu)

k. Nilai anak (hanya sebagai


pertimbangan) Riwayat persalinan
yang lalu: riwayat persalinan buruk,
milai sosial janin tinggi.

l. Komplikasi kehamilan dan


persalinan:
i.Hipertensi dalam persalinan
ii.Ketuban pecah dini

41
BAB VI
KESIMPULAN

Ny. I, 24 tahun, G3P1A1 datang ke IGD RS USU pada tanggal 5 Agustus


2019 pkl. 18.00 wib dengan rencana mau melahirkan. Pasien sudah pernah datang
ANC ke poli obgyn RS USU sebelumnya dan direncanakan Sectio Cesarea elektif
atas indikasi letak sungsang berdasarkan pemeriksaan fisik dan USG-TAS. Pasien
selanjutnya ditatalaksana dengan:

o IVFD RL 20gtt/i

o Inj Cefazoline 2gr. -> skin test

o Inj. Dexamethason 15 IU/ IV

o Sectio Caesaria

42
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro H. Persalinan Sungsang. Ilmu Bedah Kebidanan, edisi ke-
4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JH,
Wenstrom KD. Breech Presentation and Delivery in William Obstetrics,
21st edition. New York: Mc Graw Hill Company, 2001;509535.
3. Distosia (Patologi Persalinan) dalam Obstetri Patologi Bagian Obstetri
dan Ginekologi, edisi 1979. Bandung: Elstar Offset: 169185.
4. DiLeo GM. Fetal Anatomi. http://www.ahealthyme.com/fa/ahealth.csd,
last update december 10, 1999. accesssed june 20, 2011.
5. Fischer R. Breech Presentation. http://www.emedicine.com/bp/emed.css,
last update May 5, 2005. Accessed june 20, 2011.
6. Saputra RG dkk. Presentasi Bokong. Tinjauan Pustaka. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto. 2009.
7. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya dalam Ilmu
Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2002; 607622.
8. Alan H, Cherney D, Nathan L, Goodwin TM. Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosis and Treatment. McGraw-Hill Medical USA,
2006; 45.
9. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of Delivery
and Outcome of 699 Term Singleton Breeech Deliveries at a Single
Center. Am J Obstet Gynecol 2002; 187:16941698.
10. Zhang J, Bowes WA, Fortney JA. Efficacy of External Cephalic Version,
Including Safety, Cost Benefits Analysis, and The Impact on The
Cesarean Delivery Rate. Obstet Gynecol 1993; 82:306.
11. Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan, dalam Ilmu Bedah Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2000.
12. Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu
Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.

43
13. Saifuddin A. B. Persalinan Sungsang. Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi ke-1. Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta 2002.
14. Mochtar R. Persalinan Sungsang. Sinopsis Obstetri, edisi ke-2. EGC,
Jakarta 1998.
15. Nugroho K. Persalinan Sungsang. Tersedia pada
http//:www.geocities.com/Yosemite/rapids/ck obpt9.html. Accessed june
20, 2011.
16. Ballas S, et al. Deflexion of The Fetal Head in Breech Presentation.
Incidence, Management, and Outcome. Obstetrics and Gynecology.
Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Juli, 2011.
17. Jenis A. Pregnancy, Breech Delivery. Diakses dari
http://www.emedicine.com/. Juli, 2011.
18. Westgren, et al. Hyperextension of The Fetal Head in Breech
Presentation. A Study with Long-Term Follow-up. Diakses dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/. Juli, 2011.
19. Caterini, et al. Fetal Risk in Hyperextension of The Fetal Head in Breech
Presentation. Diakses dari http://www.greenjournal.org/. Juli, 2011.
20. Schiara J, et al. Breech Presentation. Gynecology and Obstetric 6th
edition, Lippincot-Raven Publisher, Chicago 1997.

44

Anda mungkin juga menyukai