Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KEHAMILAN EKTOPIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Maternitas yang

Diampu oleh Ns. Devita Elsanti, M.Sc

Disusun Oleh:

Ketrin Amalia K (1811010033)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Penyakit Kehamilan Ektopik


A. Definisi
Kehamilan ektopik adalah setiap implantasi yang telah dibuahi di luar cavum
uterus.Implantasi dapat terjadi di tuba falopi, ovarium, serviks, dan abdomen.
Namun,kejadian kehamilan ektopik yang terbanyak adalah di tuba
falopi(Murria,2002). Kehamilan etropik terjadi bila telur yang dibuahi
berimplatasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan
ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada
pars intertisialis tuba dan kanalis servikalis masih termaksud dalam uterus,
tetapi jelas bersifat ektopik. Kehamilan ektopik ialah kehamilan, dengan ovum
yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni
dalam endometrium kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat
daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh
karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal, misalnya kehamilan pada pars
interstisialis tuba dan kehamilan pada serviks uteri. Kehamilan ektopik adalah
implantasi dari pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium kavum
uteri(kapita selekta,2001) Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba.Sangat jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis
servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimeter, dan divertikel pada uterus.
Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars
intersialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba,
dan kehamilan infundibulum tuba.
B. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Menurut Sarwono Prawirohardjo lokasinya kehamilan ektopik dapat
dibagi dalam beberapa golongan :
1. Tuba Fallopii
a) Pars-interstisialis
b) Isthmus
c) Ampula
d) Infundibulum
e) Fimbrae
2. Uterus
a) Kanalis servikalis
b) Divertikulum
c) Kornua
d) Tanduk rudimenter
3. Ovarium
4. Intraligamenter
5. Abdominal
a) Primer
b) Sekunder
6. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus .
C. Manifestasi klinik
Pada kehamilan ektopik yang mudah dan tidak terganggu terdapat gejala-
gejala seperti pada kehamilan normal yakni amenorea, enek sampai muntah
dan sebagainya.Mungkin rasa nyeri kiri atau kanan pada perut bagian bawah
lebih sering ditemukan berhubung dengan tarikan pada peritoneum berhubung
dengan pembesaran tuba dengan kehamilan ektopik. Uterus juga membesar
dan lembek seperti pada kehamilan intra uteri, pada kehamilan dua bulan
mungkin disamping uterus yang membesar dapat ditemukan tumor yang
lembek dan licin, akan tetapi hal itu disebabkan oleh korpus luteum
graviditatis atau suatu tumor ovarium. Amenorea diikuti oleh perdarahan
merupakan gejala yang sering dijumpai pada kehamilan ektopit.biasa
perdarahan tidak banyak tetapi dapat berlangsung cukup lama ,dan darah
berwarnwa hitam.seperti telah dikemukakan jika mudigih mati,desidua dapat
dikeluarkan seluruhnya;ada pemeriksaan histologi pada desidua ini tidak
ditemukan villus korialus.
Abortus tuba ialah gangguan yang umumnya tidak begitu mendadak,dan
dapan memberti gambaran yang beraneka ragam.timbul perdarahan dari
uterus kyang berwarna hitam,dan rasa nyeri disamping uterus bertambah
keras.pemerikssan ditemukan disamping uterus sebuah tumor nyeri tekan
,agak pendek dan batas-batas yang tidak rata dan jelas,kadang-kadang uterus
termaksud dalam tumor tersebut. kavum dougelasi,menonjol kevagina karena
darah didalamnya,kadang-kadang teraba dengan jelas,hemtokele sebagai
tumor agak lembek.satu gejala yang penting ialah timbul nyeri yang cukup
keras apabila serviks uteri digerakan. Tergantung dari banyaknya darah yang
keluar kerongga perut,penderita tampak biasa zaja.atau tampak anemis.suhu
badan agak naik ,tetapi tidak banyak.ditempat adanya hematosalping perut
nyeri pada palpasi,dan kadang-kadang dapat diraba,tumor pada pemeriksaan
tersebut. Pada ruptur tuba peristiwa terjadi dengan mendadak dan keadaan
penderita umumnya lebih gawat.adanya enemi lebih tampak ,kadang-kadang
penderita dalam keadaan syok,dengan suhu badan menurun,nadi cepat,tekanan
darah menurun,dan bagian perifer badan terasa dingin.perut agak
membesar,menunjukan tanda-tanda rangsangan peritoneum dengan rassa
nyeri yang keras pada palpasi.kadang-kadang dapat ditemukan adanya cairan
bebas dalam rongga perut.pada pemeriksaan genekologik uterus tidak dapat
diraba dengan jelas karena dinding perut menegang dan uterus dikelilingi oleh
darah.gerakan pada serviks uteri nyeri sekali,dan kavum douglas terang
menonjol.
Manisfestasi klinik pada klien dengan kehamilan ektopik adalah sebagai
berikut:
1. Gambaran klinis kehamilan tuba belum terganggu tidak khas. Pada umumnya
ibu menunjukan gejala-gejala kehamilan muda dan mungkin merasa nyeri
sedikit di perut bagian bawah yang tidak seberapa dihiraukan. Pada
pemeriksaan vaginal, uterus membesar dan lembek, walaupun mungkin
besarnya tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil
konsepsi karena lembeknya sukar diraba pada bimanual.
2. Gejala kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-bada dari perdarahan banyak
yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapat gejala yang tiadk jelas
sehingga sukar dibuat diagnosisnya.
3. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada
ruptur tuba nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intesitas yang
kuat disertai dengan perdarahan yang menyebabkan ibu pingsan dan masuk
kedalam syok.
4. Amenore juga merupakan tanda yang penting pada kehamilan ektopik.
Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin, sehingga dapat berpriasi.
D. Etiologi
Sebagian besar penyebab tidak banyak diketahui,kemungkinan faktor yang
memegang peran adalah sebagai berikut:
1. Faktor dalam lumen tuba: endosalfingitis, hipoplasia lumen tuba.
2. Faktor lumen tuba: endometriosis tuba, diventrikel tuba kongenital.
3. Faktor di luar dinding lumen tuba.
4. Faktor lain: migrasi luar ovum, fertilisasi in vitro.
Menurut Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (2008)
adalahetiologi kehamilan ektopik sudah banyak disebutkan karena secara
patofisiologi mudah dimengrti sesuai dengan proses awal kehamilan sejak
pembuahan sampai nidasi. Bila nidasi terjadi diluar kavum uteri ataw diluar
endomeamilan etrium, maka terjadilah ektopik. Dengan demikian faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam nidasi embrio ke
endometrium menjadi penyebab kehamilan ektopik in. Faktor- faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Factor tuba Adanya peradangan atau infeksi pada tuba menyebabkan
lumen tubah menyempit atau buntu.Keadaan uterus yang mengalami
hypoplasia dan saluran tubah yang berkelokkelok panjang dapat
menyebabakan fungsi silia tuba tidak berfungsi dengan baik.juga pada
keadaan pasca operasi rekanalisasi tuba dapat merupakan predisposisi
terjadinya kehamian ektopik.Factor tuba yang lain adalah adanya kelainan
endometriosis tuba atau difertikel saluran tuba yang bersifat kongenital.
Adanya tumor disekitar saluran tuba, misalnya mioma uteri, atau tumor
ovarium yag menyebabkan perubahan bentuk dan potensi tUba, juga dapat
menjadi etiologic kehamilan ektopik.
b. Faktor abnormalitas dari zigot Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh
dengan ukuran besar, maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada
saat melalui tuba, kemudian terhenti dan tumbuh disaluran tubah .
c. Faktor ovarium Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba
yang kontralateral,dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang
lebih panjang sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik lebih
besar.
d. Faktor hormonal Pada akseptor, pil kb yang hanya mengandung
progesterone dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik.
e. Factor lain. Termaksut disini antara lain adalah pemakan IUD dimana
proses peradagan yang dapat timbul pada endometrium dan endosapling
dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Factor umur penderita yang sudah
menuah.Dan factor perokok juga sering dihubungkan dengan terjadinya
kehamilan ektopik.
E. Patofisiologi
Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di
kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada
nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan
biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar,
telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup
maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai
desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba malahan kadangkadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping
dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh
darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu;
tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang
terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan
progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar
dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desi dua. Beberapa
perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nukleus hipertrofi,
hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan
nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal.
Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang
ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai
reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami
degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping.
Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari
uterus disebabkan pelepasan desidua yang degenerative. Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang
mungkin terjadi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari
vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1) Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan
ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya
terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk
ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh
tekanan dari dinding tuba.
2) Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai
akibat dari distensi berlebihan tuba.
3) Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi
bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.
Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal.
Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadangkadang
sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Proses
implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter
kolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telurmati secara dini dan kemudian diresorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan,
karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak
mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar
kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6
sampai10minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Ovum mati dan kemudian
diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di
ketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul sesudah
meninggalnya ovum, di anggap sebagai haid yang datangnya agak
terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba Trofoblast dan villus korialisnya
menembus lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya
perdarahan dalam lumen tuba.Darah itu menyebabkan pembesaran
tuba (hematosalping) dan dapat pula mengalir terus ke rongga
peritoneum, berkumpul di kavum Douglasi dan menyebabkan
hematokele retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba Ruptur tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda.
Sebaliknya ruptur pada pars interstialis terjadi pada kehamilan yang
lebih lanjut.
Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi
koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.
F. Tanda dan Gejala
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic disertai perdarahan vagina
2. Menstruasi abnormal
3. Abdomen dan pelvis yang lunak
4. Perubahan pada uterus yang terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan,
atau tergeser akibat perdarahan.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi apabila hipovalemia
6. Kolaps dan kelelahan
7. Pucat
8. Nyeri bahu dan leher
9. Nyeri pada palpasi
10. Gangguan kencing
(Saifuddin, 2009)
G. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi kehamilan tuba yang biasa terjadi adalah ruptur tuba
atau abortus tuba, aksierosif dari trofroblas dapat menyebabkan kekacauan
dinding tuba secara mendadak: ruptur mungkin paling sering timbul bila
kehamilan berimplatasi pada pars ismikus tuba yang sempit, abortus tuba
dapat menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan lokal dan infeksi
sekunder dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan dengan bekuan
darah yang berkumpul.
H. Penatalaksanaan
a)Medis (operasi)
1) Tubektommi
Dalam dunia medis terdapat pembedahan yang disebut tubektomi,
kedua saluran tuba falopi yang menghubungkan ovarium dan rahim
(uterus) tersebut dipotong dan ujung-ujungnya ditutup dengan cincin
atau dibakar (kauter). Metode lain yang tidak melakukan pemotongan
adalah dengan mengikat atau menjepit saluran tuba falopi (tubal
ring/tubal clip). Hal ini menyebabkan sel telur tidak dapat terjangkau
sperma. Pembedahan biasanya dilakukan dengan pembiusan umum
atau lokal (spinal/epidural). Dokter dapat menggunakan alat bantu
berupa teleskop khusus yang disebut laparoskop. Teleskop berupa pipa
kecil bercahaya dan berkamera ini dimasukkan melalui sebuah sayatan
kecil di perut untuk menentukan lokasi tuba falopi. Sebuah sayatan
lainnya kemudian dibuat untuk memasukkan alat pemotong tuba falopi
Anda. Biasanya, ujung-ujung tuba falopi kemudian ditutup dengan
jepitan. Cara yang lebih tradisional yang disebut laparotomi tidak
menggunakan teleskop dan membutuhkan sayatan yang lebih besar.
2) Laparatomi
Laparotomi eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan
kemudian luka insisi dijahit kembali.
3) Laparoskopi
Laparoskop yaitu untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin
lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar
tuba.
4) Tanfusi darah
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan tranfusi,
jika terjadi pendarahan yang berlebihan.
5) Pemeriksaan laboratorium
Kadar haemoglobin, leukosit, tes kehamilan bila terganggu.
6) Dilatasi kuretase
7) Kuldosintesi y
yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah di dalam
kavum douglasi terdapat darah. Tehnik kuldosintesi : a. Baringkan
pasien dalam posisi litotomi. b. Bersihkan vulva dan vagina dengan
antiseptik. c. Pasang spekulum dan jepitbibir belakang porsio dengan
cunam serviks, lakukan traksi ke depan sehinggah forniks posterior
tampak. d. Suntikan jarum spinal no.18 ke kavum Douglasi dan
lakukan penghisapan dengan semprit 10 ml. e. Bila pada pengisapan
keluar darah, perhatikan apakah darahnya berwarna coklat sampai
hitam yang tidak membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan
tanda hematokel retrouterina. 8. Ultrasonografi Berguna pada 5-10%
kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus . b) Keperawatan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat, dan pelaksanaan
kemoterapi, dan menciptakan suasana tenang dan nyaman untuk
mengurangi rasa nyeri dan kecemasan. Konseling pasca tindakan dan
asuhan mandiri selama dirumah (Yulianingsih, 2009)

2. Asuhan keperawatan pada pasien kehamilan ektopik


A. Pengkajian
Contoh kasus :
Pada sebuah Rumah Sakit swasta di daerah Jakarta, ada pasien Ny. A yang
mengalami kehamilan ektopik pada tanggal 24-26 Juli 2018.
a. Identitas
Pasien Ny. A berumur 29 tahun, agama islam, alamat Ds.Talang Nangka,
pendidikan SMP, nomor rekam medis 00812 di ruang bersalin RS Umum
Cendrawasih. Dengan penanggung jawab Tn. A, umur 35 tahun, pendidikan
SMP, alamat Ds. Talang Nangka Nangka, dengan status suami.
b. Riwayat kesehatan
Dalam riwayat kesehatan yang dikaji yaitu riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan terdahulu, dan riwayat kesehatan keluarga.
1) Riwayat Psikososial
Hubungan Ny. A dengan sekitar baik, suami Tn. A selalu menemani.
2) Riwayat pengkajian (Obstetric, Prenatal dan Intranatal)
Riwayat penggunaan kontrasepsi
Ny. A mengatakan sudah menggunakan KB implant sejak 2 tahun.
3) Riwayat menstruasi
Menarche : pada usia 12 tahun
Lamanya : 7 hari
HPHT : 27 april 2018
Dismenhoroe : Ny. A mengatakan jarang mengalami dismenhoroe
4) Riwayat perkawinan
Ny. A mengatakan menikah baru satu kali sampai saat ini.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
Ny. A mengatakan bahwa tidak menyangka hamil karena sudah
mengkonsumsi implant sebelumnya.
6) Riwayat ginekologi
Ny. A mengatakan tidak pernah mengalami tumor, kanker atau KET
sebelumnya. Ny. A mengatakan beru pertama kali mengalami KET.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan umum
Pasien Ny. A terlihat pucat dan lemas pasca pembedahan, kesadran
komposmentis.
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 74x/menit
Suhu : 36°C

RR : 20x/menit
BB : 56 kg
TB : 158 cm
3. Thorax/ dada
Tidak ada sesak, dada simetris, RR : 20x/menit, tidak teraba benjolan, tidak
ada nyeri tekan, , suara paru sonor, irama teratur dan tidak ada suara paru
tambahan.
4. Jantung
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba ada benjolan, TD : 110/70 mmHg
5. Pemeriksaan payudara
Bentuk simetris, tidak ada lesi, putting susu meninjol dan bersih., tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, payudara teraba lembek.
6. Abdomen
Terdapat bekas pembedahan pada bagian perut Ny. A dan terdapat nyeri pada
bagian perut.
7. Genetalia dan anus
Genetalia terpasang kateter, terdapat bekas darah di sekitar genetalia.
Lochea : rubra hanya sedikit yang keluar
Anus : tidak tampak adanya benjolan atau homoreoid
8. Ekstremitas
Tidak ada edema, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitesi,
CRT < 2 detik, tidak ada turgor kulit, akral teraba hangat.
9. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 10,0 11-13 mgdl
Trombosit 407.000 150.000-450.000
Leukosit 6.430 3500-10.000/cmm
Eritrosit 3,29 3-6 jt/cmm
10. Analisa Data

No. Data penunjang Etiologi Problem


1. DS : Ny. A mengatakan Agen cidera Nyeri akut
nyeri pada area fisik
pembedahan.
P: nyeri akibat
pembedahan
Q: nyeri seperti ditusuk-
tusuk
R: bagian perut bawah
S: skala 6
T: terus menerus
DO: Ny. A tampak
meringis menahan nyeri
2. DS: Ny. A mengatakan Nyeri Hambatan
nyeri semakin terasa jika mobilitas fisik
bergerak
DO: Ny. A terlihat
kesulitan pada saat
berpindah posisi,
ketidaknyamanan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd Agen cidera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik bd nyeri
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnose NOC NIC


Keperawatan
1. Nyeri akut bd Agar tingkat nyeri Management nyeri :
Agen cidera fisik menurun : 1. Kaji TTV
1. Tidak ada 2. Kaji secara
ekspresi komprehensif
nyeri wajah tentang nyeri klien
2. Tidak menggunakan
meringis PQRST
3. Tidak ada 3. Observasi tanda-
nyeri yang tanda non verbal
dilaporkan 4. Control
4. Focus tidak lingkungan klien
menyempit yang
menyebabkan
ketidaknyamanan
5. Ajarkan teknik
non farmakologi
dengan
menggunakan
teknik relaksasi
6. Kolaboorasi
pemberian
analgesik
2. Hambatan Pergerakan : Terapi latihan ambulasi :
mobilitas fisik bd 1. Dapat duduk 1. Pertimbangkan
nyeri 2. Berjalan kemampuan klien
3. Bergerak dalam beraktivitas
dengan 2. Bantu klien
mudah perpindahan
4. Cara sesuai dengan
berjalan kebutuhan
terkoordinas 3. Dorong klien
i untuk latihan
duduk dii tempat
tidur, di samping
tempat tidur atau
kursi
4. Bantu klien untuk
duduk di sisi
tempat tidur untuk
memfasillitasi
sikap tubuh
5. Bantu klien untuk
berdiri dan
ambulasi dengan
arah tertentu dan
jumlah staf
tertentu
6. Dorong ambulasi
independent dalam
batas aman
7. Dorong klien
untuk mobilisasi
sebanyak dan
sesering mungkin
D. Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Tt
. keperawat d
an
1. Nyeri akut 1. Melakukan S: pasien mengatakan
bd Agen pengkajian nyeri sudah tidak nyeri
cidera secara O: pasien tampak tidak
fisik komprwhwnsif meringis lagi
P: nyeri akibat A:
luka post op Tingkat nyeri:
Q: seperti outcome A T A
tertusuk-tusuk Keluhan 2 5 5
R: di perut bawah nyeri
S: 6 Meringis 2 5 5
T: terus menerus Skala nyeri : 1
2. Mengkaji TTV P: intervensi dihentikan
3. Mengobservasi
adanya petunjuk
nonverbal dan
ketidaknyamanan
4. Berkolaborasi
pemberian
anlgesik
2. Hambatan 1. Mempertimbangk S: klien mengatakan
mobilitas an kemampuan sudah bisa duduk di tepi
fisik bd klien dalam tempat tidur
Nyeri beraktivitas O: klien terlihat sudah
2. Membantu klien bisa berjalan
untuk berpindah A:
posisi sesuai Tingkat nyeri:
kebutuhan outcome A T A
3. Membantu klien Kemampu 1 4 4
untuk duduk di an
tempat tidur untuk menuntask
memfasilitasi an
pebnyesuaian aktivitas
sikap tubuh
4. Mengajarkan klien P: intervennsi
untuk berjalan dihentikan
5. Mengajarkan klien
untuk mobilisasi
sebanyak dan
sesering mungkin
DAFTAR PUSTAKA

Murria. 2002. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta: Toko Buku Elmaira.


Prawirohardjo, S,. Buku Ilmu Kebidanan (2008). Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta:
ECG.
Saifuddin. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yulianingsih. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Tharaux. 1998. Risk of Etopic Pregnancy and Previous Induced Abortion. American
of Jurnal Public Health; 88(3): 401-405.
https://baixardoc.com/documents/lp-kehamilan-ektopik-5dc1dc12760e6

Anda mungkin juga menyukai