Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

URTIKARIA AKUT

Disusun Oleh :
Ira Puspita Nurina
1102015101

Pembimbing :
dr. Hilman Wildan Latief, Sp. DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSU DR. SLAMET GARUT
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 2


BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1 Definisi.......................................................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi ................................................................................................................................ 5
2.3 Etiologi dan Patofisiologi ............................................................................................................ 6
2.4 Manifestasi klinis ......................................................................................................................... 9
2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding ............................................................................................ 11
2.6 Tatalaksana ................................................................................................................................ 13
2.7 Prognosis .................................................................................................................................... 16
2.8 Pencegahan .................................................................................................................................... 17
KESIMPULAN .................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 18
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Urtikaria ialah kelainan kulit berupa edema mukosa (wheal) yang bersifat
sementara dan lokal, dan area berwarna kemerahan (erythema) yang biasanya disertai
dengan rasa gatal dan menghilang pada waktu kurang dari 1 hari. Angioedema adalah
edema dermis bagian dalam atau subkutan dan lapisan submukosa yang bersifat lokal
dan sementara, dan sebagian besar tidak disertai gatal tetapi bisa disertai rasa sakit atau
sensasi terbakar1. Urtikaria dan angioedema dengan durasi kurang dari 6 minggu
disebut urtikaria akut, dan yang lebih dari 6 minggu merupakan urtikaria kronik2, untuk
melihat klasifikasi urtikaria dapat melihat tabel 1. Urtikaria akut biasanya dapat
ditangani dengan mudah, namun adanya manifestasi klinis angioedema dapat
menyebabkan obstruksi nafas dan apabila mengenai laring merupakan suatu
kegawatan3.
Tabel 1. Klasifikasi urtikaria
Grup Sub Grup Keterangan
Urtikaria spontan Urtikaria akut Wheal spontan<6 minggu
Urtikaria kronik Wheal spontan>6 minggu
Urtikaria fisik Urtikaria kontak dingin (cold Faktor pencetus:
contact urticaria) udara/air/angin dingin
Delayed pressure urticarial Faktor pencetus: tekanan
vertikal (wheal arising with a
3-8 latency)
Urtikaria kontak panas (hot contact Faktor pencetus: panas yang
urticaria) terlokalisir
Urtikaria solaris Faktor pencetus: UV dan atau
sinar tampak
Urtikaria factitia/ Urtikaria Faktor pencetus: kekuatan
dermografik mekanis (wheal muncul
setelah 1-5 menit)
Urtikaria/ angioedema fibratori Faktor pencetus: misal
pneumatic hammer
Kelainan Urtikaria angiogenik Faktor pencetus: air
urtikaria
lain
Urtikaria kolinergik Dicetuskan oleh naiknya
temperatur tubuh
Urtikaria kontak Dicetuskan oleh kontak
dengan
Bahan yang bersifat
urtikariogenik
Urtikaria yang diinduksi oleh Faktor pencetus: latihan fisik
latihan fisik (exercise)

2.2 Epidemiologi

Diperkirakan bahwa semua 20 - 25% dari populasi akan mengalami urtikaria


dalam hidupnya. Urtikaria dan angioedema merupakan gangguan yang sering
dijumpai. Urtikaria akut sering terjadi pada orang dewasa dan anak-anak, dan
merupakan salah satu kondisi dermatologis yang sering masuk ke banyak unit gawat
darurat. Dari semua pasien dengan urtikaria, hanya 7,6% hingga 16% yang memiliki
urtikaria akut4. Faktor usia, ras, jenis kelamin, pekerjaan, lokasi geografis, dan musim
memengaruhi jenis pajanan yang akan dialami seseorang. Urtikaria akut tampaknya
lebih umum terjadi pada anak-anak yang sangat muda, dibanding dengan urtikaria
kronis.. Pada suatu penelitian, terdapat 85% anak-anak di bawah usia 2 tahun memiliki
subtipe urtikaria akut. Pada anak dengan urtikaria, sebagian besarnya yaitu 85% tidak
disertai dengan angioedema, sedangkan pada dewasa 40% diantaranya yang
mengalami urtikaria juga disertai dengan angioedema5.
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa urtikaria lebih sering
menyerang wanita, yaitu dua kali lebih banyak dibanding pria1. Frekuensi urtikaria
diperkirakan sebesar 20% dari seluruh populasi, dapat terjadi pada semua umur namun
lebih sering pada wanita dan biasanya pada usia 20-40 tahun.3 Sekitar 40% pasien
urtikaria disertai angioedema, 50% hanya dengan urtikaria sedangkan angioedema saja
sebesar 10%. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan bahwa masyarakat dengan
status sosioekonomi mengengah keatas dan tinggal di kota besar berkemungkinan
besar memiliki urtikaria1.

2.3 Etiologi dan Patofisiologi

Secara umum, urtikaria terjadi akibat vasodilatasi yang terjadi secara cepat dan
sementara dan disertai peningkatan permeabilitas kapiler yang diakibatkan oleh
pelepasan histamin dari sel mast dan basofil. Oleh sebab itu, terjadi ekstravasasi plasma
ke jaringan kulit atau mukosa dan rasa gatal serta aktivasi saraf sensorik. Sebagian
besar reaksi ini diakibatkan degranulasi sel mast pada kulit yang akhirnya melepas
histamin dan mediator vasoaktif lainnya, termasuk metabolit asam arakidonat seperti
prostagandin dan leukotrin1,5. Berbagai mekanisme dapat menyebabkan aktivasi sel
mast, digolongkan menjadi5:
1. Faktor imunologik yang terdiri atas:
- Hipersensitivitas tipe cepat (Hipersensitivitas tipe 1) yang diperantarai oleh
IgE, contohnya alergi obat. Pada umunya, gejala urtikaria berkembang dalam
15 menit hingga 1 jam setelah terpapar antigen.
- Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif, menghasilkan anafilatoksin
C3a, C4a, dan C5a) yang menyebabkan pelepasan mediator sel mast.
2. Faktor non-imunologik yang mengakibatkan aktivasi langsung sel mast oleh
penyebab, misal: bahan kimia pelepas mediator (morfin, kodein, media radio-
kontras, aspirin, OAINS, benzoat), faktor fisik (suhu, mekanik, sinar-X, ultraviolet,
dan efek kolinergik).
Secara umum, serangan urtikaria akut 30% hingga 50% kasus diantaranya tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik)4. Obat-obatan merupakan penyebab tersering
urtikaria akut dan dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik maupun non-
imunologik. Jenis obat yang sering menimbulkan urtikaria ialah penisilin dan
derivatnya, sulfonamid, analgesik, aspirin, NSAID, ACE-inhibitor (sering pada
angioedema), narkotik, dan alkohol5. Aspirin dan NSAID lainnya, yang menghambat
cyclooxygenase (COX) -1,

Kausa Contoh
Idiopatik
Infeksi
Viral Adenovirus
"Common cold"
Cytomegalovirus
Enterovirus
Epstein-barr
Hepatitis A,B,C
Herpes simplex
Influenza A
Parvovirus B19
Respiratory syncitial virus
Rotavirus
Varicella zoster
Bacterial Group A beta-hemolytic streptococcus
Haemophilus influenzae
Staphlococcus aureus
Other Anisakis simplex
Blastocystis hominis
Malaria
Mycoplasma
Scabies

Tabel 2. Etiologi urtikaria akut (idiopatik dan infeksi)4

dapat menginduksi atau memperburuk wheals dan angioedema1. Opiat memicu


degranulasi sel mast independen dari aktivasi reseptor IgE. Urtikaria yang diinduksi
oleh ACE mungkin disebabkan oleh peningkatan kadar bradikinin dalam darah.
Urtikaria yang muncul setelah pemberian blood products biasanya merupakan hasil
dari pembentukan kompleks imun dan aktivasi komplemen4.
Makanan juga merupakan penyebab urtikaria akut, dan jenis makanan yang
sering dihubungkan dengan urtikaria adalah cokelat, makanan laut, telur, susu, kacang
kacangan, tomat, stoberi, keju, dan bawang5. Urtikaria akut juga dapat timbul
diakibatkan infeksi, dan untuk melihat etiologi urtikaria akut lebih lengkap dapat
dilihat pada tabel 2 dan 3.

Tabel 3. Etiologi urtikaria akut (obat – obatan dan lain lain)4


Kausa Contoh
Obat - obatan ACE inhibitor
Antibiotik, terutama cephalosporin dan penisilin
Antihistamin
Anti TNF-alpha drugs
Aspirin dan NSAID lain
Blood product
Candesartan
Epidural hyaluronidase
Gadololinium-containing radiocontrast media
IV immunoglobulin
Iodine based contrast agents, contoh: iopromide
Isotretionoin
Methylprednisolone oral
Opiat atau tramadol
Paracetamol
PPI
Vaksinasi
Makanan Susu sapi
Telur
Ikan dan makanan laut lain
Buah, misal persik dan kiwi
Kacang kacangan
Tomat
Gandum
Yeast
Lain lain Gigitan serangga
Latex
SLE
Gangguan tiroid

2.4 Manifestasi klinis

Rasa gatal yang hebt hampir selalu merupakan keluhan subyektif urtikaria, dan
dapat juga timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk. Secara klinis tampak lesi urtika
(eritema dan edema setempat dengan batas yang tegas) dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Bila terlihat urtika dengan bentuk papular, patut dicurigai adanya gigitan
serangga atau sinar ultraviolet sebagai penyebab5. Wheal dapat muncul dengan
sebagian besar kemerahan dan menjadi keputihan, terutama ketika edema signifikan
serta sering kali terasa sangat gatal. Edema yang meluas ke dalam dermis bagian dalam
atau subkutan dan lapisan submukosa dikenal sebagai angioedema. Urtikaria dan
angioedema dapat muncul dimana saja, baik bersamaan maupun hanya salah satu,
Angioedema umumnya mempengaruhi wajah, terutama kelopak mata dan bibir, atau
sebagian ekstremitas. bibir, pipi, dan periorbital secara umum, dan angioedema juga
dapat mempengaruhi lidah, faring, atau laring. Karena hal ini angioedema termasuk
kedalam kegawatdaruratan ilmu kesehatan kulit dan kelamin6 Lesi individu urtikaria
muncul secara tiba - tiba, dan jarang bertahan lebih dari 24 jam. Lesi pada urtikaria
spontan baik akut maupun kronis berupa wheals nampak dalam berbagai ukuran,
berbentuk seperti bunga (flower-like), atau berbentuk cincin dan biasanya heterogen1.
Selama serangan urtikaria, pasien sering merasa tidak nyaman pada saluran
pencernaan, terutama pada perut. Infeksi pada saluran pencernaan traktat dapat
menyebabkan urtikaria dan sebaliknya. Edema faring dapat dilihat pada angioedema,
terutama angioedema yang diinduksi bradykinin1.
Beberapa jenis urtikaria dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis.
Anafilaksis ialah suatu kondisi yang serius yang mengancam jiwa, merupakan reaksi
hipersensitivitas secara umum dan sistemik, serta reaksi alergi serius yang cepat mulai
dan dapat menyebabkan kematian, Manifestasi reaksi anafilaksis diantaranya
mempengaruhi kulit (ruam urtikaria) pernapasan (dispnea) dan sistem peredaran darah
(darah rendah tekanan, sinkop)1,7. Wheezing, sesak napas, batuk, rinore, gangguan
pencernaan (mual, muntah, diare, atau sakit perut), sakit kepala, demam, takikardia,
nyeri sendi, atau konjungtivitis dapat terjadi pada serangan urtikaria akut Gejala
tersebut dapat menunjukkan anafilaksis jika onset terjadinya cepat4. Seseorang dapat
dikatakan mengalami reaksi anafilaksis apabila memenuhi 1 dari 3 kriteria yang dapat
dilihat pada gambar 1. Apabila memenuhi kriteria pada gambar 1,, pasien akan
ditangani sesuai penatalaksanaan reaksi anafilaksis7.
Gambar 1. Kriteria Reaksi Anafilaksis

2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Untuk menegakkan diagnosis urtikaria akut, dapat dilakukan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dikarenakan manifestasi klinis dari
urtikaria sangat beragam, penting dilakukan anamnesis untuk menggali riwayat pasien
dan pemeriksaan fisik yang tepat dan terarah untuk membantu mengidentifikasi
penyebab urtikaria. Riwayat yang perlu dianamnesis lebih lanjut diantara waktu
pertama kali keluhan timbul, sudah berapa lama, lokasi, dan tingkat keparahan dari
gejala yang dirasakan8. Lesi yang timbul pada sore sampai pagi hari tidak spesifik,
namun sering muncul pada urtikaria spontan1. Sebagian besar penelitian mengatakan
tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk urtikaria akut, cukup
dilakukan anamnesis untuk mengetahui riwayat pasien yang diharapkan dapat
mengidentifikasi penyebab. namun dapat dilakukan pemeriksaan allergen spesifik IgE
serum dan/atau prick test apabila terdapat indikasi yaitu suspek urtikaria yang
disebabkan reaksi dari hipersensitivitas tipe 11,7,8,9. Alur diagnosis urtikaria dapat
dilihat pada gambar 2. Diagnosis banding urtikaria dapat dilihat dari manifestasi
klinisnya, baik manifestasi wheal maupun angioedema. Diagnosis banding urtikaria
dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Diagnosis Banding Urtikaria dan Angioedema1

Manifestasi Wheal-like
Insect bites
Erythema multiforme
Erythema nodosum
Drug eruptions
Adult-onset Still disease
Shiitake dermatitis (resembling dermographic urticaria)
Maculopapular cutaneous mastocytosis (urticaria pigmentosa)
Urticarial vasculitis
Cryopyrin-associated periodic syndromes
Schnitzler syndrome
Polymorphic eruption of pregnancy

Manifestasi Angioedema
Insect bites
Cellulitis
Erysipelas
Episodic angioedema with eosinophilia
Bradykinin-mediated angioedema (eg, HAE)
Well’s syndrome
Cheilitis granulomatos
Gambar 2. Diagnosis Urtikaria9

2.6 Tatalaksana

Tatalaksana urtikaria dan angioedema secara umum memiliki 2 pendekatan,


yaitu pertama mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor pencetus timbulnya keluhan
urtikaria dan angioedema, serta kedua yaitu penggunaan obat obat untuk menghilangi
gejala1. Secara keseluruhan, tatalaksana urtikaria akut dapat dilihat pada gambar 3.
Tatalaksana khusus urtikaria yaitu pemberian medikamentosa yaitu:
a. Lini Pertama
Antihistamin generasi kedua non sedasi. Penggunaan antihistamin generasi
pertama dengan sedasi secara umum tidak lagi direkomendasikan karena efek
samping sedasi dapat masih dirasakan hingga pagi hari dan dapat menyebabkan
paradoxical excitation maupun epilepsi pada anak. Contoh antihistamin
generasi kedua non sedasi ialah cetirizin dengan dosis (usia ≥6 tahun) 5 – 10
mg satu kali sehari1-9.
b. Lini kedua
Digunakan apabila dosis standar antihistamin tidak dapat mengurangi gejala
sehingga dapat dilakukan peningkatan antihistamin hingga 4 kali dari dosis
pada lini pertama1-9.
c. Lini ketiga dan keempat
Digunakan apabila dengan antihistamin dosis tinggi tidak menunjukkan
perbaikan, sehingga dapat ditambah omalizumab, antileukotrin maupun
cyclosporin. Pemberian kortikosteroid sistemik dianjurkan apabila terdapat
gejala hebat pada urtikaria akut maupun urtikaria kronik spontan. Pemberian
kortikosteroid dilakukan tidak lebih dari 10 hari untuk mengurangi resiko efek
samping1.
Apabila gejala yang timbul menunjukan angioedema, reaksi alergi akut yaitu
anafilaksis, yang dapat dilakukan ialah6,10:
1. Menghilangkan alergen
2. Posisikan pasien untuk duduk atau berbaring
3. Pemberian adrenalin 1:1000 dengan dosis 0,3 ml intramuskular, diulang
tiap 10 menit, lalu dapat dilanjutkan dengan pemberian vasodilator.
4. Pemberian oksigen 6 – 8 L/menit
5. Pemberian pengobatan selanjutnya yaitu:
Lini pertama:
 Antihistamin H-1 generasi ke-2 seperti loratadin, cetirizin
desloratadin, atau feksofenadin, dapat diberikan pada pasien rawat
jalan Atau antihistamin H-1 generasi ke-1
 Apabila gejala menetap setelah 2 minggu pengobatan, maka
diberikan pengobatan lini kedua.
Lini kedua:
 Dosis antihistamin H-1 generasi kedua ditingkatkan 2-4 kali lipat
 Apabila gejala menetap setelah 1-4 minggu berikutnya diberikan
pengobatan lini ketiga.
Lini ketiga:
 Kortikosteroid diindikasikan pada pasien dengan syok anafilaksis,
edema laring, dan gejala yang berat yang tidak berespons dengan
pemberian antihistamin. Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari dengan atau
tanpa tappering
 Kortikosteroid jangka pendek (maksimal 10 hari) dapat juga
digunakan apabila terjadi eksaserbasi
6. Tatalaksana suportif seperti monitor tekanan darah, pernafasan, pulse
oximetry dan status kesadaran
7. Observasi
Gambar 3. Tatalaksana urtikaria akut7

2.7 Prognosis

Penelitian menunjukkan bahwa 85% pasien dengan urtikaria akut dan


dilakukan tatalaksana dalam waktu 1 minggu menunjukkan perbaikan secara cepat,
namun 7% diantaranya tetap merasakan keluhan hingga lebih dari 1 tahun. Terdapat
juga penelitian bahwa terdapat 4 faktor yang dapat memengaruhi rognosis urtikaria
akut yaitu tingkat keparahan, ada atau tidaknya angioedema, kombinasi dari urtikaria
kronik spontan dan urtikaria fisik, serta autoreaktivitas (ASST positif)1. Penelitian
menunjukkan bahwa pasien dengan urtikaria akut menunjukkan hasil yang lebih tinggi
pada kepuasan hidup dibandingkan dengan urtikaria kronik11
2.8 Pencegahan

Tidak terdapat pencegahan khusus pada urtikaria akut. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah pada individu dengan riwayat hereditary angioedema (HAE) tipe 1 dan
2 yang lebih dari 1 tahun dianjurkan untuk melakukan screening untuk diagnosis HAE.
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
1
Kaplan AP. Urticaria dan angioedema. Dalam Fitzpatrick‟s dermatology in general
medicine. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
penyunting. Mc Graw Hill. Edisi ke 9. 2012;414-27
2
The diagnosis and management of acute and chronic urticaria: 2014 update.
J Allergy Clin Immunol. 2014 May;133(5):1270-7. doi: 10.1016/j.jaci.2014.02.036.
3
Wiranti N, Rosita C. 2014. Urtikaria dan Angioedema: Studi Retrospektif. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
4
Acute urticaria
5
Djuanda A, Effendi EH. Kortikosteroid Sistemik. In: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2017
6
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktis Klinis.
2017. PERDOSKI: Jakarta
7
Kulthanan, et al. 2016. Clinical practical guidelines for diagnosis and management of
urticaria. Faculty pf Medicine Siriraj Hospital. Asian Pasific Journal of Allergy and
Immunology: Thailand.
8
Schaeffer P. 2017. Acute and chronic urticaria, evaluation, and treatment. American
Family Physician. 2017;95(11):717-724
9
Fine LM, Bernstein JA (2016) Guideline of chronic urticaria beyond. Allergy
Asthma Immunol Res 8:396–403. doi:10.4168/aair. 2016.8.5.396
10
Australian Society of Clinical Immunology and Allergy. Guideline: acute
management anaphylaxis. 2019. Dalam: https://www.allergy.org.au/hp/papers/acute-
management-of-anaphylaxis-guidelines
11
Zelic, et al. 2016. Satisfaction with life and coping skills in acute and chronic
urticaria. Psychiatria Danubina, 2016; Vol. 28, No. 1, pp 34-38. Medicinska naklada -
Zagreb, Croatia

Anda mungkin juga menyukai