URTIKARIA AKUT
Disusun Oleh :
Ira Puspita Nurina
1102015101
Pembimbing :
dr. Hilman Wildan Latief, Sp. DV
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Urtikaria ialah kelainan kulit berupa edema mukosa (wheal) yang bersifat
sementara dan lokal, dan area berwarna kemerahan (erythema) yang biasanya disertai
dengan rasa gatal dan menghilang pada waktu kurang dari 1 hari. Angioedema adalah
edema dermis bagian dalam atau subkutan dan lapisan submukosa yang bersifat lokal
dan sementara, dan sebagian besar tidak disertai gatal tetapi bisa disertai rasa sakit atau
sensasi terbakar1. Urtikaria dan angioedema dengan durasi kurang dari 6 minggu
disebut urtikaria akut, dan yang lebih dari 6 minggu merupakan urtikaria kronik2, untuk
melihat klasifikasi urtikaria dapat melihat tabel 1. Urtikaria akut biasanya dapat
ditangani dengan mudah, namun adanya manifestasi klinis angioedema dapat
menyebabkan obstruksi nafas dan apabila mengenai laring merupakan suatu
kegawatan3.
Tabel 1. Klasifikasi urtikaria
Grup Sub Grup Keterangan
Urtikaria spontan Urtikaria akut Wheal spontan<6 minggu
Urtikaria kronik Wheal spontan>6 minggu
Urtikaria fisik Urtikaria kontak dingin (cold Faktor pencetus:
contact urticaria) udara/air/angin dingin
Delayed pressure urticarial Faktor pencetus: tekanan
vertikal (wheal arising with a
3-8 latency)
Urtikaria kontak panas (hot contact Faktor pencetus: panas yang
urticaria) terlokalisir
Urtikaria solaris Faktor pencetus: UV dan atau
sinar tampak
Urtikaria factitia/ Urtikaria Faktor pencetus: kekuatan
dermografik mekanis (wheal muncul
setelah 1-5 menit)
Urtikaria/ angioedema fibratori Faktor pencetus: misal
pneumatic hammer
Kelainan Urtikaria angiogenik Faktor pencetus: air
urtikaria
lain
Urtikaria kolinergik Dicetuskan oleh naiknya
temperatur tubuh
Urtikaria kontak Dicetuskan oleh kontak
dengan
Bahan yang bersifat
urtikariogenik
Urtikaria yang diinduksi oleh Faktor pencetus: latihan fisik
latihan fisik (exercise)
2.2 Epidemiologi
Secara umum, urtikaria terjadi akibat vasodilatasi yang terjadi secara cepat dan
sementara dan disertai peningkatan permeabilitas kapiler yang diakibatkan oleh
pelepasan histamin dari sel mast dan basofil. Oleh sebab itu, terjadi ekstravasasi plasma
ke jaringan kulit atau mukosa dan rasa gatal serta aktivasi saraf sensorik. Sebagian
besar reaksi ini diakibatkan degranulasi sel mast pada kulit yang akhirnya melepas
histamin dan mediator vasoaktif lainnya, termasuk metabolit asam arakidonat seperti
prostagandin dan leukotrin1,5. Berbagai mekanisme dapat menyebabkan aktivasi sel
mast, digolongkan menjadi5:
1. Faktor imunologik yang terdiri atas:
- Hipersensitivitas tipe cepat (Hipersensitivitas tipe 1) yang diperantarai oleh
IgE, contohnya alergi obat. Pada umunya, gejala urtikaria berkembang dalam
15 menit hingga 1 jam setelah terpapar antigen.
- Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif, menghasilkan anafilatoksin
C3a, C4a, dan C5a) yang menyebabkan pelepasan mediator sel mast.
2. Faktor non-imunologik yang mengakibatkan aktivasi langsung sel mast oleh
penyebab, misal: bahan kimia pelepas mediator (morfin, kodein, media radio-
kontras, aspirin, OAINS, benzoat), faktor fisik (suhu, mekanik, sinar-X, ultraviolet,
dan efek kolinergik).
Secara umum, serangan urtikaria akut 30% hingga 50% kasus diantaranya tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik)4. Obat-obatan merupakan penyebab tersering
urtikaria akut dan dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik maupun non-
imunologik. Jenis obat yang sering menimbulkan urtikaria ialah penisilin dan
derivatnya, sulfonamid, analgesik, aspirin, NSAID, ACE-inhibitor (sering pada
angioedema), narkotik, dan alkohol5. Aspirin dan NSAID lainnya, yang menghambat
cyclooxygenase (COX) -1,
Kausa Contoh
Idiopatik
Infeksi
Viral Adenovirus
"Common cold"
Cytomegalovirus
Enterovirus
Epstein-barr
Hepatitis A,B,C
Herpes simplex
Influenza A
Parvovirus B19
Respiratory syncitial virus
Rotavirus
Varicella zoster
Bacterial Group A beta-hemolytic streptococcus
Haemophilus influenzae
Staphlococcus aureus
Other Anisakis simplex
Blastocystis hominis
Malaria
Mycoplasma
Scabies
Rasa gatal yang hebt hampir selalu merupakan keluhan subyektif urtikaria, dan
dapat juga timbul rasa terbakar atau rasa tertusuk. Secara klinis tampak lesi urtika
(eritema dan edema setempat dengan batas yang tegas) dengan berbagai bentuk dan
ukuran. Bila terlihat urtika dengan bentuk papular, patut dicurigai adanya gigitan
serangga atau sinar ultraviolet sebagai penyebab5. Wheal dapat muncul dengan
sebagian besar kemerahan dan menjadi keputihan, terutama ketika edema signifikan
serta sering kali terasa sangat gatal. Edema yang meluas ke dalam dermis bagian dalam
atau subkutan dan lapisan submukosa dikenal sebagai angioedema. Urtikaria dan
angioedema dapat muncul dimana saja, baik bersamaan maupun hanya salah satu,
Angioedema umumnya mempengaruhi wajah, terutama kelopak mata dan bibir, atau
sebagian ekstremitas. bibir, pipi, dan periorbital secara umum, dan angioedema juga
dapat mempengaruhi lidah, faring, atau laring. Karena hal ini angioedema termasuk
kedalam kegawatdaruratan ilmu kesehatan kulit dan kelamin6 Lesi individu urtikaria
muncul secara tiba - tiba, dan jarang bertahan lebih dari 24 jam. Lesi pada urtikaria
spontan baik akut maupun kronis berupa wheals nampak dalam berbagai ukuran,
berbentuk seperti bunga (flower-like), atau berbentuk cincin dan biasanya heterogen1.
Selama serangan urtikaria, pasien sering merasa tidak nyaman pada saluran
pencernaan, terutama pada perut. Infeksi pada saluran pencernaan traktat dapat
menyebabkan urtikaria dan sebaliknya. Edema faring dapat dilihat pada angioedema,
terutama angioedema yang diinduksi bradykinin1.
Beberapa jenis urtikaria dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis.
Anafilaksis ialah suatu kondisi yang serius yang mengancam jiwa, merupakan reaksi
hipersensitivitas secara umum dan sistemik, serta reaksi alergi serius yang cepat mulai
dan dapat menyebabkan kematian, Manifestasi reaksi anafilaksis diantaranya
mempengaruhi kulit (ruam urtikaria) pernapasan (dispnea) dan sistem peredaran darah
(darah rendah tekanan, sinkop)1,7. Wheezing, sesak napas, batuk, rinore, gangguan
pencernaan (mual, muntah, diare, atau sakit perut), sakit kepala, demam, takikardia,
nyeri sendi, atau konjungtivitis dapat terjadi pada serangan urtikaria akut Gejala
tersebut dapat menunjukkan anafilaksis jika onset terjadinya cepat4. Seseorang dapat
dikatakan mengalami reaksi anafilaksis apabila memenuhi 1 dari 3 kriteria yang dapat
dilihat pada gambar 1. Apabila memenuhi kriteria pada gambar 1,, pasien akan
ditangani sesuai penatalaksanaan reaksi anafilaksis7.
Gambar 1. Kriteria Reaksi Anafilaksis
Manifestasi Wheal-like
Insect bites
Erythema multiforme
Erythema nodosum
Drug eruptions
Adult-onset Still disease
Shiitake dermatitis (resembling dermographic urticaria)
Maculopapular cutaneous mastocytosis (urticaria pigmentosa)
Urticarial vasculitis
Cryopyrin-associated periodic syndromes
Schnitzler syndrome
Polymorphic eruption of pregnancy
Manifestasi Angioedema
Insect bites
Cellulitis
Erysipelas
Episodic angioedema with eosinophilia
Bradykinin-mediated angioedema (eg, HAE)
Well’s syndrome
Cheilitis granulomatos
Gambar 2. Diagnosis Urtikaria9
2.6 Tatalaksana
2.7 Prognosis
Tidak terdapat pencegahan khusus pada urtikaria akut. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah pada individu dengan riwayat hereditary angioedema (HAE) tipe 1 dan
2 yang lebih dari 1 tahun dianjurkan untuk melakukan screening untuk diagnosis HAE.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1
Kaplan AP. Urticaria dan angioedema. Dalam Fitzpatrick‟s dermatology in general
medicine. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
penyunting. Mc Graw Hill. Edisi ke 9. 2012;414-27
2
The diagnosis and management of acute and chronic urticaria: 2014 update.
J Allergy Clin Immunol. 2014 May;133(5):1270-7. doi: 10.1016/j.jaci.2014.02.036.
3
Wiranti N, Rosita C. 2014. Urtikaria dan Angioedema: Studi Retrospektif. Berkala
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
4
Acute urticaria
5
Djuanda A, Effendi EH. Kortikosteroid Sistemik. In: Djuanda A, ed. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin edisi 7. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2017
6
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktis Klinis.
2017. PERDOSKI: Jakarta
7
Kulthanan, et al. 2016. Clinical practical guidelines for diagnosis and management of
urticaria. Faculty pf Medicine Siriraj Hospital. Asian Pasific Journal of Allergy and
Immunology: Thailand.
8
Schaeffer P. 2017. Acute and chronic urticaria, evaluation, and treatment. American
Family Physician. 2017;95(11):717-724
9
Fine LM, Bernstein JA (2016) Guideline of chronic urticaria beyond. Allergy
Asthma Immunol Res 8:396–403. doi:10.4168/aair. 2016.8.5.396
10
Australian Society of Clinical Immunology and Allergy. Guideline: acute
management anaphylaxis. 2019. Dalam: https://www.allergy.org.au/hp/papers/acute-
management-of-anaphylaxis-guidelines
11
Zelic, et al. 2016. Satisfaction with life and coping skills in acute and chronic
urticaria. Psychiatria Danubina, 2016; Vol. 28, No. 1, pp 34-38. Medicinska naklada -
Zagreb, Croatia