Nama
: Ny. I
Umur
: 38 tahun
Alamat
: pasir wangi
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: IRT
Medrek
: 789xx
MRS
: 5 agustus 2015
KRS
: 8 agustus 2015
Nama Suami : Tn Y
Umur
: 45 tahun
Alamat
: pasir wangi
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: wiraswasta
ANAMNESIS
Dikirim oleh
: dokter SP.OG
Sifat
: Rujukan
Keterangan
ANAMNESA KHUSUS
Keluhan utama
G2P1A0 merasa hamil 9 bulan datang untuk kontrol kehamilan ke poliklinik kandungan.
Keuhan mules-mules yang semakin sering dan bertambah kuat di sangkal oleh ibu. Keluhan
keluar lendir bercampur sedikit darah dari jalan lahir serta keluar cairan banyak dan bening
dari jalan lahir di sangkal oleh ibu. Gerakan janin mulai dirasakan aktif oleh ibu sejak 5 bulan
SMRS. Gerakan janin saat ini dirasakan masih aktif. Ibu mengetahui kehamilannya letak
lintang saat kontrol kehamilan. Riwayat pemutaran bayi di sangkal. Riwayat SC karena letak
lintang pada kehamilan ke-dua
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamila
n ke
Tempa
t
Penolon
Cara
Cara
BB
Jenis
Kehamila
Persalina
Lahir
Kelami
Usia
Keadaan
Rumah
II
RS
Paraji
Aterm
spontan
Dokter
Aterm
III
n
3500g
Laki-
SC (letak
r
3600g
laki
Laki-
lintang)
laki
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah pertama
HPHT
: 1 november 2014
Siklus: teratur
Darah: sedikit
Lama: 7 hari
Nyeri: Ya
Menarche : 15 tahun
Kontrasepsi terakhir : Suntik 3 bulan sejak tahun 2002-2013
: Alasan berhenti KB: ingin punya anak
PNC
:-
STATUS PRAESENS
Keadaan Umum
: CM
R: 20 x/mnt
S: 36,50C
Kepala
Leher
Thorak
: Jantung
Paru
Abdomen
: Cembung lembut
Hepar: sulit dinilai
Lien : sulit dinilai
Ekstremitas
: Edema: -
Varises: -
STATUS OBSTETRIK
2
18
11
PEMERIKSAAN LUAR
TFU/LP
: 32 cm/ 100 cm
LA
HIS
DJJ
: 147 x/menit
PEMERIKSAAN DALAM
Vulva : tak
Vagina : tak
Portio : tebal, lunak
Pembukaan : 1-2 cm
Ketuban : +
Bag Terendah : tidak jelas
LABORATORIUM
Tanggal 6-08-2015
1. Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
: 10,0 g/dL
Hematokrit
: 29%
: 18,750/mm3
Lekosit
Trombosit
: 201.000/mm3
Eritrosit
: 3,12 juta/mm3
DIAGNOSIS
G3P2A0 Gravida Aterm dengan Letak Lintang dan riwayat SC
RENCANA PENGELOLAAN
-
R/ SC elektif
LAPORAN PERSALINAN
Jam mulai
Jam selesai
Lama Operasi:
3
Terencana :
operasi:
operasi:
10:00
11.20
Operator:
Asisten 1:
80 Menit
5 Agustus 2015
Ahli Anestesi:
Jenis anestesi:
Perawat
Instrumen:
Asisten Anestesi:
Fitri
Diagnosa Pra-Bedah:
Indikasi Operasi:
Diagnosa Pasca-Bedah:
Jenis Operasi:
SCTP + MOW
SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan di
perlebar ke kiri dan kanan
Jam
Perdarahan dirawat
SBR dijahit lapis demi lapis, Lapisan pertama dijahit secara jelujur interlocking
Lapisan ke dua dijahit secara jelujur. Setelah yakin tidak ada perdarahan,
dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kemih.
Di lakukan sterilisasi
Perdarahan di rawat
FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Jam
06/8/15
POD I
CATATAN
INSTRUKSI
S/ O/ KU : CM
Infus RL 500ml :
: 120/80 mmHg
R: 20 x/mnt
D5% = 2:1 20
: 70 x/mnt
S: 36,20C
gtt/menit
Cefotaxim 2x1 gr
iv
Perdarahan : +
Metronidazole
3x500 mg/iv
ASI : -/-
TFU : sepusat
Ketorolac 2x100
mg
LO : Tertutup verban
Aff DC
Cefotaxim 2x1 gr
Lochia : rubra
BAB (-), BAK (DC)
A/ P2A0 Post Maturus dengan SC a/i letak lintang
+ riwayat SC POD 1
7/8/15
S/ -
POD II
O/ KU : CM
iv
5
Tanggal/
Jam
CATATAN
INSTRUKSI
: 120/70 mmHg
R: 20 x/mnt
: 72 x/mnt
S: 36,60C
Metronidazol
3x500 mg iv
Ketorolac 2x100
mg
GV
Cefadroxil 2x1
Metronidazole
ASI : +/+
TFU : sepusat
LO : Tertutup verban
Lochia : rubra
BAB (-), BAK +
A/ P2A0 Post Maturus dengan SC a/i letak lintang
+ riwayat SC POD 2
S/ 8/8/15
O/ KU : CM
POD III
: 120/70 mmHg
R: 18 x/mnt
: 7o x/mnt
S: 36,60C
3x1
Ketorolac 2x1
Mobilisasi
ASI : +/+
BLPL
PERMASALAHAN
1.
PEMBAHASAN
1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?
Anamnesis :
-
Pemeriksaan abdomen cembung lembut pada inspeksi tampak luka bekas operasi SC
Dari keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa diagnosis pada kasus tersebut
adalah G3P2AO gravida 38-39 minggu ; bekas SC ; letak lintang diagnosis
pada kasus ini sudah tepat
Letak lintang (gravida 38-39 minggu, TBBA > 2500gr) + bekas SC harus di
lakukan SC kembali
P3AO partus matures dengan SC atas indikasi bekas SC ; letak lintang
7
Quo ad vitam pada pasien ini ad bonam karena setelah dilakukan terapi berupa
tindakan operasi SC keadaan pasien serta bayi hidup dalam kondisi baik. Hasil
pemeriksaan pada post operatif KU dan TTV dalam keadaan normal, juga
tidak di temukan kelainan pada pemeriksaan fisik lain
Quo ad functionam pasien ini untuk fungsi reproduksi dubia ad malam karena
telah di lakukan SC dua kali dan karena sterlisasi tidak di lakukan maka
pilihan persalinan selanjutnya apabila hamil lagi harus SC. Fungsi seksual dan
menstruasi ad bonam.
Prognosis
-
Umur kehamilan <30 minggu, berat anak <1400 gr di coba persalinan pervaginam
Penyebab kematian bayi : prolapse funicului, asfiksia, tekukan leher yang kuat
BAB II
PEMBAHASAN UMUM
2. Janin prematur, pada janin prematur letak janin belum menetap, perputaran janin
sehingga menyebabkan letak memanjang
3. Placenta previa atau tumor pada jalan lahir. Dengan adanya placenta atau tumor
dijalan lahir maka sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.4
4. Abnormalitas uterus, bentuk dari uterus yang tidak normal menyebabkan janin tidak
dapat engagement sehingga sumbu panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.4
5. Panggul sempit, bentuk panggul yang sempit mengakibakan bagian presentasi tidak
dapat masuk kedalam panggul (engagement) sehingga dapat mengakibatkan sumbu
panjang janin menjauhi sumbu jalan lahir.4
6. Bayi kembar
7. Letak lintang pada bayi sebelumnya
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi letak lintang pada janin
terbagi 2 kelompok :
a. Faktor ibu : paritas tinggi, plasenta previa, tumor pelvis, malformasi
uterus, distensi kandung kemih ibu
b. Faktor anak: polihidromnion, oligohidromnion, kehamilan kembar, bayi
makrosomia, abnormalitas pada janin.4
Pada pasien ini terdapat faktor predisposisi letak lintang pada
kehamilan sebelumnya dan multipara
11
b. Leopold II teraba balotemen kepala pada salah satu fosa iliaka dan
bokongpada fosa iliaka yang lain
c. Leopold III dan IV tidak ditemukan bagian janin, kecuali pada saat persalinan
berlangsung dengan baik dapat teraba bahu didalam rongga panggul. Bila pada
bagian depan perut ibu teraba suatu dataran kerasyang melintang maka berarti
punggung anterior. Bila pada bagian perut ibu teraba bagian bagian yang
tidak beraturan atau bagian kecil janin berarti punggung posterior
3. Pada pemeriksaan dalam saat awal persalinan dapat di rasakan baian thoraks janin.
Bila pungung dorsoanterior bagian keras teraba sepanjang bagian depan
abdomen.
Bila punggung dorsoposterior teraba tonjolan ireguer bagian kecil janin
Pada auskultasi BJA janin dapat di denar di bawah umbilicus pada posisi
dorsoanterior.5
Pemeriksaan penunjang
USG di lakukan pada usia kehamilan 32-34 minggu untuk mengetahui:
12
Pada tahap awal persalinan, bila bagian dada dapat di raba teraba bagian dari kosta.
Bila pembukaan makin lebar scapula dan clavicular dapat di bedakan
Posisi axilla posisi ibu terhadap arah bahu, atau menunjukkan arah kepala janin.5
Proses persalinan
Pada letak lintang presistenul (letak lintang yang menetap) dengan umur kehamilan
aterm, persalinan tidak mungkin dapat terjadi secara normal pervaginam, kecuali badan dan
kepala janin dapat masuk kedalam rongga panggul secara bersamaan. Apabila tidak dilakukan
tindakan yang tepat, janin dan ibu dapat meninggal.
Pada awal persalinan versio spontanea (bila ketuban masih utuh).
Pada saat ketuban sudah pecah, bila ibu tidak ditolong dengan tepat, maka bahu janin
akan masuk kedalam panggul dan tangan yang sesuai akan menumbung. Kemudian terjadi
penurunan panggul sebatas PAP. Sedangkan bokong dan kepala tedapat pada fosailiaka.
Kontraksi uterus semakin kuat dalam upayanya mengatasi halangan pada PAP. Namun
usaha uterus dalam meningkatkan kontraksi tidak membuahkan hasil. Semakin meningkat
kontraksi uterus maka lama kelamaan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin
tinggi, akhirnya terjadi lingkaran bandl sebagai tanda akan terjadi ruptura uteri. Keadaan ini
disebut letak lintang kasep. Apabila penanganan ini tidak mendapatkan penanganan gawat
darurat semestinya maka akan terjadi ruptura uteri, ibu dan janin dapat meninggal.7
Apabila panggul ibu cukup besar dan janin sangat kecil, meskipun kelainan letak
lintang menetap, persalinan spontan dapat terjadi. Pada keadaan ini kepala terdorong keperut
ibu dengan adanya tekanan pada janin. Tampak di vulva bagian dinding dada dibawah bahu
menjadi bagian yang bergantung. Kepala dan dada secara bersamaan melewati rongga
panggul. Dalam keadaan terlipat (conduplication corpore) janin dilahirkan.8
Evaluation spontanea :
13
Janin mati :
a. TBBJ < 1700 gr; persalinan spontan dengan cara konduplikasio korpore dan evolusi
spontan dan bisa di bantu dengan traksi beban
b. TBBJ > 1700 gr; di lakukan dengan embriotomi bila syarat terpenuhi dan harus di
lakukan eksplorasi jalan lahir
c. TBBJ > 2500 gr dan bag. Terendah janin mati masih tinggi; di lakukan SC
d. Letak lintang kasip; di lakukan embriotomi dengan dekapitasi atau eviserasi.9
14
Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada abdomen dan uterus.5
Bekas Sectio caesarea
Penanganan wanita dengan riwayat bekas section cesarean merupakan masalah di bidang
obstetric. Selama berpuluh-puluh tahun wanita yang mempunyai uterus dengan jaringan parut
dianggap kontraindikasi untuk melahirkan pervaginam karena kekhawatiran akan teradinya
rupture uteri.5
Riwayat Sectio caesarea
Sectio caesarea ulangan adalah persalinan dengan sectio caesarea yang
dilakukan pada seorang pasien yang pernah mengalami sectio caesarea pada
persalinan sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini perlu dilakukan jika
ditemui hal hal seperti :
Indikasi yang menetap pada persalinan sebelumnya seperti kasus
panggul sempit.
Adanya kekhawatiran ruptur uteri pada bekas operasi sebelumnya.7
Jenis-jenis sectio caesarea
a. Section caesarea klasik
b. Section caesarea transperitonealis profunda
c. Section caesarea extra peritonealis
d. Caesarean section hysterectomy.7
Indikasi Sectio caesarea
Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio caesarea
apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi
untuk sectsio caesarea antara lain meliputi:
1. Indikasi Medis
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
a) Power
15
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya mengejan lemah, ibu
berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.
b) Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan letak lintang, primi gravida
diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul,
dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).
c) Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada
anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes
kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih),
condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit
luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C. 4
2. Indikasi Ibu
a) Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko
melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini,
biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit
jantung, kencing manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat
menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan sectio caesarea.
b) Tulang Panggul
Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami.
Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea
Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya
harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang
mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu
sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim
16
Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak
elastisnya leher rahim sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan
kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
f) Ketuban Pecah Dini
Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat menyebabkan bayi harus segera
dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau
habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. 4
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress)
Detak jantung janin melambat, normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun
dengan CTG (cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio caesarea
segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang
Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin tidak sesuai dengan arah jalan lahir.
Pada keadaan ini, letak kepala pada posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
i. Plasenta previa
Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
ii. Plasenta lepas (Solution placenta)
Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum
waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia
mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.
iii. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang
mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil (di atas 35 tahun),
dan ibu yang pernah operasi (operasinya meninggalkan bekas yang menyebabkan
menempelnya plasenta.
e) Kelainan Tali Pusat
i prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)
keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di
depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.
ii Terlilit tali pusat
17
Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau
terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman.5
Komplikasi letak sungsang
-
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Cunningham, F. C., Gant N. F., Leveno K. J., Gilstrap L. C., Hauth J. C., Wenstrom K.
D. Hypertensive disorders in pregnancy. In: Williams Obstetrics. 22nd ed. McGrawHill. New York; 2005.
2. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. Pengantar
Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.
3. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri
Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta
4. Moody J. Prenancy and childbirth after cesarean section. In: cesarean section.
London: RCOG press, 2004: 90-5
5. Oxorn, H., Forte, WR, 1990. Ilmu kebidanan : Patoloi dan fisiologi persalinan,
Yoyakarta : Andi offset
6. Prawirohardjo,S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
7. Saifuddin AB, Adriannsz , Winkosastro GH. Kehamilan dan persalinan dengan perut
uterus. Dalam : buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
edisi pertama, JNPKKR-POGI YBPSP. 2002
8. Sastrawinata, RS. 1984. Obstetri Patologi, Bandung : Ellstar offset
9. Wiayanegara H, Suardi A, Wirakusumah FF, Pedoman Diagnosis dan terapi obstetric
dan ginekoloi RSUP DR. Hasan Sadikin, ed.2 Bandung : Bag. SMF obstetric dan
ginekologi FKUP RSUD DR.Hasan Sadikin,1998
19