Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
No. CM
MRS
KRS
Waktu Pengkajian
: Ny. T
: 37 tahun
: Bojongsoang
: SMP
: Karyawan
: 4786xx
: 03-06-2015
: 06-06-2015
: 10.00 wib
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
: Tn.S
: 38 tahun
: Bojongsoang
: SMA
: Karyawan
KELUHAN UTAMA
Mulas-mulas
ANAMNESIS
G3P2A0 merasa hamil 9 bulan lebih. Datang dengan keluhan mulas-mulas sejak 5
jam SMRS. Mulas dirasakan semakin sering dan semakin kuat. Adanya keluar lendir,
darah, dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Menyangkal adanya keluar cairan dari jalan lahir.
Gerakan janin dirasakan sejak 4 bulan yang lalu sampai saat ini. Pasien menyangkal
mempunyai riwayat Hipertensi sebelum kehamilan.
RIWAYAT OBSTETRI
KETERANGAN TAMBAHAN
1. Menikah
Pertama kali
20 tahun, SMP, Wiraswasta
21 tahun, SMA, Wiraswasta
2. Riwayat Haid
HPHT: 08-08-2014
Siklus teratur (4-7 hari), tidak nyeri saat haid
Menarche usia 15 tahun
TP
: 15-05-2015
3. Kontrasepsi
Suntik 3 bulan
4. Keluhan selama hamil
Tidak ada
5. Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada
6. PNC
Posyandu, jumlah kunjungan 9x
Terakhir 1 hari yang lalu
STATUS PRAESENS
Keadaan Umum: CM
Tensi
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala
Leher
KGB
Thorak :
Cor
Pulmo
Abdomen
: 160/110 mmHg
: 96 x/mnt
: 20 x/mnt
: 36,60C
: Conjuctiva anemis -/Sklera ikterik -/: Tiroid: tidak ada kelainan.
: tidak ada kelainan
: BJ I & BJ II murni reguler, G(-), M(-)
: VBS kanan=kiri, Rh(-), Wh(-)
: Cembung lembut
Hepar
: sulit dinilai
Lien
: sulit dinilai
Ekstremitas
:
Akral hangat, Edema tungkai -/- , Varises: -/-
STATUS OBSTETRIK
Pemeriksaan Luar
TFU
Lingkar Perut
Letak Anak
HIS
detik
DJJ
TBBA
: 38 cm
: 105cm
: Kepala, Puki, 4/5
: 3-4x/10mnt selama 40
: 132x/mnt
: 4030 gr
Pemeriksaan Dalam
Vulva
Vagina
Portio
Pembukaan
Ketuban
Bag Terendah
: TAK
: TAK
: Tebal, lunak
: 5-6 cm
:+
: Kepala st -2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 3-6-2015
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Lekosit
Trombosit
Eritrosit
Protein Urin
: 11.6 g/dL
: 22%
: 11,200/mm3
: 239.000/mm3
: 3,83 juta/mm3
: +++
DIAGNOSIS
G3P2A0 Part Serotinus kala I Fase aktif dengan PEB + Susp. Bayi Besar
RENCANA PENGELOLAAN
ALUR PENGELOLAAN
Dilakukan SC
LAPORAN OPERASI
DIAGNOSIS AKHIR
P3A0 Partus maturus dgn SC a.i Gawat janin + Hipotoni uteri + PEB
FOLLOW UP
POST OP
S
: O
:
KU
: Compos mentis
TD
: 110/70 mmhg
N
: 106x/menit
R
: 20x/menit
S
: 36oC
Mata
: Conjunctiva anemis -/-. Sklera ikterik
-/ Abdomen
: datar lembut, defense
muscular - , nyeri tekan - , pekak pindah pekak
samping TFU
: sepusat
Perdarahan
: + (sedikit)
Lochia : rubra
BAB/BAK
: - / DC
A: P3A0 Partus maturus dgn SC a.i Gawat janin +
Hipotoni uteri + PEB
P: ketese 2x1, dopamet 3x500mg, cek lab post op,
mobilisasi, obs
POD II
S
: O
:
KU
: Compos mentis
TD
: 130/80 mmhg
N
: 96x/menit
R
: 20x/menit
S
: 37oC
Mata
: Conjunctiva anemis -/-. Sklera ikterik
-/ Abdomen
: datar lembut, defense
muscular - , nyeri tekan - , pekak pindah pekak
samping TFU
: 2 jari di bawah pusat
Perdarahan
: + (sedikit)
Lochia : rubra
BAB/BAK
:-/+
A: P3A0 Partus maturus dgn SC a.i Gawat janin +
Hipotoni uteri + PEB
P: cefradoxil 2x1, as mef 3x 500 mg, mobilisasi, obs
POD I
S
O
: :
: Compos mentis
: 140/90 mmhg
: 80x/menit
: 20x/menit
: 36oC
: Conjunctiva anemis -/-. Sklera ikterik
KU
TD
N
R
S
Mata
-/ Abdomen
: datar lembut, defense
muscular - , nyeri tekan - , pekak pindah pekak
samping TFU
: sepusat
Perdarahan
: + (sedikit)
Lochia : rubra
BAB/BAK
: - / DC
A: P3A0 Partus maturus dgn SC a.i Gawat janin +
Hipotoni uteri + PEB
P: cefotaxim 2x1, as mef 3x 500 mg, mobilisasi, obs
POD III
S
: O
:
KU
: Compos mentis
TD
: 130/80 mmhg
N
: 88x/menit
R
: 20x/menit
S
: 37oC
Mata
: Conjunctiva anemis -/-. Sklera ikterik
-/ Abdomen
: datar lembut, defense
muscular - , nyeri tekan - , pekak pindah pekak
samping TFU
: 2 jari di bawah pusat
Perdarahan
: + (sedikit)
BAB/BAK
:+/+
A: P3A0 Partus maturus dgn SC a.i Gawat janin +
Hipotoni uteri + PEB
P: cefradoxil 2x1, as mef 3x 500 mg, mobilisasi, obs
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosa pasien pada kasus ini sudah benar?
2. Apakah penanganan yang dilakukan pada pasien di RSU sudah benar?
3. Bagaimana prognosis dan fungsi reproduksi ibu selanjutnya?
DIAGNOSIS AWAL
G3P2A0
Berdasarkan riwayat obstetri
Parturien
Terdapat tanda-tanda inpartu berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
Serotinus
Perkiraan Ibu hamil 9 bulan lebih
TP 15-05-2015
TD: 160/110
Proteinuria : +++
Susp. Bayi Besar
Hasil pemeriksaan TFU: 38cm
DIAGNOSIS AKHIR
P3A0
Jam 16.55 WIB bayi lahir Jenis kelamin perempuan, BB: 3800, PB: 52 cm.
Partus maturus dengan SC
Jam 16.55 WIB bayi lahir dengan SC a.i Gawat janin + Hipotoni Uteri + PEB
Gawat Janin
Dari hasil pemeriksaa DJJ terakhir 120x/m irreg
PEB
Hasil anamnesis: tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan.
TD: 160/110
Proteinuria : +++
Hipotoni Uteri
Hasil pemeriksaan didapatkan kontraksi lemah dan masih dapat ditekan ke bawah
PEMBAHASAN
A. SEROTINUS
Definisi
American Collage of Obstetricions and Gynecologist (1997) post matur
(prolong pregnancy) didefinisikan adalah kehamilan 42 minggu (294 hari) atau
lebih, dari hari pertama haid terakhir periode menstruasi.
Insiden
Kehamilan posterm bervariasi besarnya, tergantung atas kriteria yang
digunakan untuk mendiagnosa dan dilaporkan frekuensinya 4-14 %, dengan ratarata sekitar 10 % (Bakketeig dan Bergsjo, 1991). Dilaporkan kira-kira 8% dari 8
juta kelahiran di USA tahun 1997 yang persalinannya lebih dari 42 minggu. Dan ini
dibandingkan dengan 11 % kelahiran hidup yang lahir preterm.
Sindroma Postmatur
Digambarkan pada post matur kulit keriput, badan panjang dan kurus, kuku
memanjang dan mata terbuka terlihat awas, penampilan bayi terlihat tua.
Disfungsi Plasenta
Cliffords (1954) melaporkan perubahan dari kulit bayi postmatur yang
disebabkan hilangnya efek protektif dari vernix casiosa. Hipotesa yang
lain
B. PREEKLAMSI
Definisi
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria pada umur kehamilan >
20 minggu.
Klasifikasi
Preeklampsia ringan (PER): Sistolik 140-160 mmHg / diastolik 90-110 mmHg
Faktor Risiko
Primigravida
Hiperplasentosis: mola, gemeli, diabetes, hidrops fetalis, dan bayi besar.
Riwayat preeklampsia-eklampsia
Penyakit ginjal dan hipertensi sebelum hamil
Obesitas
Etiopatogenesis
Beberapa karakteristik wanita yang dapat berkembang menjadi hipertensi dalam
kehamilan:
Pertama kali terekspos vili korion
Terekspos banyak vili korion seperti pada mola, gemeli.
Memiliki penyakit yang menyebabkan aktivasi sel endotel seperti diabetes, penyakit
ginjal dan kardiovaskular.
Memiliki faktor predisposisi genetik
Etiologi dari preeklampsia masih belum jelas, beberapa teori dikemukaan untuk
Pada hipertensi kehamilan terjadi vasospasme dari pembuluh darah. Beberapa teori
yang menyebutkan mekanisme preeklampsia :
1. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
Normal :
Remodeling Arteri Spiralis
Arteri Uterina
Arteri Aortika
Arteri Arkuata -----------> miometrium
Arteri Radialis
Arteri Basalis -------------> Endometrium
Arteri Spiralis
Invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spriralis
Degenerasi lapisan otot
Jaringan matriks menjadi rusak dan memudahkan lumen
mengalami distensi dan dilatasi
TD, resistensi vaskular, aliran darah uteroplasenta
Perfusi meningkat dan aliran darah ke janin baik
Janin tumbuh dengan baik
Dalam keadaan hipertensi
Tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis
dan jaringan matriks sekitarnya
Lapisan otot arteri spiralis jadi kaku dan keras
Lumen tidak berdilatasi dan distensi
Arteri spiralis vasokonstriksi
Aliran darah uteroplasenta
Hipoksia dan iskemia plasenta
permeabilitas vaskular.
Viskositas darah: viskositas darah meningkat dan menimbulkan resistensi vaskular
dan anasarka.
Hematologi: Trombositopenia dan hemolisis angiopatik.
Hepar:terjadi vasospasme, iskemik,dan perdarahan > nekrosis> enzim hepar
peningkatan
oligohidramnion.
Pencegahan
Beberapa strategi digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan
Pemberian medisinal :
-
Infus RL 500 cc
MgSO4, cara pemberian :
o Melalui IV
Dosis awal : 4 gr (20 cc MgSO 4 20%) dilarutkan ke dalam
mg/hari
Dopamet 3x250 mg
Perawatan Konservatif :
- Indikasi : usia kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
-
preeklamsi ringan.
Pengelolaan obstetrik :
o Tindakan observas dan evaluasi sama seperti perawatan aktif ,
termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk
melihat kesejahteraan janin
o Bila 2x24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi.
Pengelolaan obstetrik
Pengelolaan terbaik preeklampsi yaitu dengan cara terminasi kehamilan
karena kehamilan itu sendiri, preeklampsi akan membaik setelah persalinan,
dan mencegah timbulnya kematian janin dan ibu. Cara terminasi kehamilan :
Terminasi kehamilan
Belum inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin
Inpartu
1. Kala I Fase laten :
Amniotomi +tetes oksitosin
6
2. Seksio Sesaria
Syarat : ada kontraindikasi
adekuat
pemberian oksitosin, 8 jam
belum masuk fase aktif
janin (-),
HELLP Syndrome, PJT
PJT (-)
Aktif
Konservatif
MgSO4, Antihipertensi,
Suportif
Terminasi
membaik
menjadi
PER
Pervaginam
PER
KOMPLIKASI
Eklampsia
Sindrom HELLP
Acute kidney injury
Edema serebral
Perdarahan otak
C. BAYI BESAR
Seksio sesaria
Kelola seperti
Bayi besar dapat didefinisikan sebagai anak yang lahir lebih dari 4000gr. Menurut
kepustakaan, anak yang besar baru dapat menimbulkan distosia jika beratnya
melebih 4500gr.
Penyebab anak besar:
1. Diabetes mellitus
2. Keturunan ( orang tua besar )
3. Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu.
Karena regangan dinding Rahim oleh anak sangan besar, dapat menimbulkan inersia
uteri dan kemungkinan pendarahan pasca partum akibat atonia uteri juga lebih
besar.
Terapi
Jika palpasi waktu PNC anak diduga besar, ibu harus diperiksa terhadap
kemungkinan adanya diabetes.
Jika panggul normal, biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan
besarnya anak dengan palpasi leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat
membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas
panggul. Kadang-kadang setelah kepala lahir terdapat kesulitan melahirkan bahu
karena besarnya bahu tersebut. Hal ini disebut distosia bahu.
Inersia uteri adalah pemanjangan fase aktif atau keduanya dari kala
pembukaan. Pemanjangan fase latent dapat disebabkan oleh seviks yang belum
matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu dini. Pemanjangan fase
deselerasi ditemukan pada disproporsi sefalopelvik atau kelainan anak. Perlu
disadari bahwa pemanjangan fase latent maupun fase akktif meningkatkan kematian
perinatal.
Penyebab:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam obstetric modern partus lama dan kelelahan ibu tidak boleh terjadi. Di
Indonesia inersia uteri karena kelelahan masih sering terjadi Karen 70-80%
persalinan berlangsung di luar rumah sakit dan tidak dipimpin tenaga kesehatan
terlatih.
Pembagian
1. Inersia uteri hipotonis
Kontraksi terkoordinasi tapi lemah, dengan CTG, terlihan tekanan yang kurang
dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan puncak kontraksi dinding Rahim
masih dapat ditekan ke dalam.
His disebut baik apabila tekanan intrauterine mencapai 50-60 mmHg. Biasanya
terjadi dalam fase aktif atau kala II. Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan
his sekunder.
2. Inersia uteri hipertonis
Kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat
disbanding kontraksi segmen atas. Iniersia ini sifatnya hipertonis, sering disebut
inersia spatis. Pasien biasanya sangat kesakitan.
Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase latent. Oleh karena itu boleh
dinamakan inersia primer. Tanda-tanda gawat janin dapat terjadi.
Komplikasi
a. Dapat menyebabkan kematian atau kesakitan.
b. Kemungkinan infeksi bertambah dan meningkatkan kematian perinatal.
c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi: denyut nadi naik, suhu naik, nafas
cepat, turgor berkurang.
E. MOW ( Tubektomi )
Definisi
Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
cara mengikat atau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma
(pada lelaki). Kontrasepsi mantap ( Kontap ) dikenal ada dua macam, yaitu Kontap
Pria dan Kontap Wanita. Kontap Wanita atau merupakan metode sterilisasi pada
wanita dikenal dengan MOW atau tubektomi.
Kontrasepsi ini bisa di sebut juga kontrasepsi mantap pada wanita disebut
tubektomi,yaitu tindakan memotong tuba fallopii/tuba uterina. Tubektomi
merupakan tindakan medis berupa penutupan tuba uterine dengan penutupan tuba
uterine dengan maksud tertentu untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka
panjang sampai seumur hidup.
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppi wanita
yang mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan
kehamilan lagi. Sterilisasi adalah metode kontrasepsi permanen yang hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak
(karena alasan kesehatan).
MOW ( Metode operasi wanita) / tubektomi adalah tindakan penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan sel telur tidak dapat
melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma
laki-laki sehingga tidak terjadi kahamilan.
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang
serius.
5. Pembedahan sederhana,dapat dilakukan anastesi local.
6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada afek pada produksi
hormon ovarium ).
Adapun kelebihan dari Kontap dibandingkan kontrasepsi yang lain adalah:
1.
2.
3.
secara matang. Meskipun saluran telur yang tadinya di potong atau diikat dapat disambung
kembal,namun tingkat keberhasilan untuk hamil lagi sangat kecil.
Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari tubektomi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hamil.
Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan.
Infeksi sistemik atau pelvik yang akut.
Belum memberikan persetujuan tertulis.
Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak.
2.
Setelah abortus
3.
Setelah bersalin
Tubektomi post partum dilakukan satu hari setelah partus.
4.
F. JAHITAN B-LYNCH
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah uterus tidak berkontraksi dalam
15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri
adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan
mengecil
sesudah janin keluar dari rahim. Perdarahan postpartum secara fisiologis di kontrol
oleh kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh
darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Atonia uteri terjadi
ketika myometrium tidak dapat berkontraksi.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lunak pada
palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan.
Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum. Disamping
menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar kemungkinan infeksi
puerperalis karena daya tahan penderita berkurang.
Perdarahan yang banyak bisa menyebabkan Sindroma Sheehan sebagai Akibat
nekrosis pada hipofisis pars anterior sehingga terjadi insufiensi bagian tersebut
dengan gejala : astenia, hipotensi dengan anemia, turunnya berat badan sampai
menimbulkan kaheksia, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital,
kehilangan rambut pubis dan axilla, penurunan metabolisme dengan hipotensi,
amenorea dan kehilangan fungsi laktasi.
Portus lama
Malnutrisi, Anemia
Grande multipara
Anestesi yang dalam
Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia ),
Manifestasi klinis
Department of
sambil
Keadaan hemostasis yang baik akan tercapai apabila kompresi uterus dengan
B-Lynch Suture dilakukan dengan tension yang cukup. Tension yang baik tercapai
jika penjahitan pada uterus diikat dengan simpul threw a knot (double throw) dan
dilanjutkan dengan 2-3 kali simpul untuk menjamin tension yang baik dan aman
(12)