Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

Hipertensi sebagai komplikasi dalam kehamilan yang sering ditemukan


dan merupakan salah satu dari tiga besar penyebab utama kematian Ibu di
Amerika Serikat, selain perdarahan dan infeksi. Kaunitz dkk (1985) melaporkan
bahwa 20% dari 2067 kematian ibu pada tahun 1974-1978 disebabkan oleh
penyakit hipertensi.(1)
Solusio plasenta merupakan salah satu komplikasi dari preeklamsi berat
yang dapat menimbulkan kematian ibu dan janin, dengan angka kematian
maternal 15% dan angka kematian perinatal 50% 80%.
Angka kematian dan angka kesakitan ibu dan anak bergantung pada
luasnya plasenta yang terlepas, lamanya solusio plasenta berlangsung, usia janin
dan banyaknya perdarahan yang terjadi, sehingga ketepatan diagnosis dan
pengobatan segera merupakan hal yang penting dalam pengelolaannya.
Pada kasus ini akan dibahas tentang primigravida 31-32 minggu dengan
preklamsi berat, solusio plasenta, anemia gravis, IUFD, dan DIC kompensata.
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Y

Umur

: 34 tahun

Alamat

: Gempol Sari Bandung

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Medrek

: 0404 xxxx

MRS

: 29 Desember 2004 Jam 13.15

ANAMNESA
Dikirim oleh

: dr. R. Eddy H, SpOG

Dengan Keterangan : G1P0A0 gravida 30-32 minggu + PEB + Solusio plasenta +


IUFD + Susp. Hellp Syndrome
Keluhan utama

: Nyeri perut

Anamnesa Khusus:

G1P0A0 merasa hamil 7 bulan, mengeluh nyeri perut sejak + 3 hari SMRS,
keluhan dirasakan semakin lama semakin bertambah nyeri. Keluhan disertai
keluar darah dari jalan lahir sejak + 1 hari SMRS, perdarahan membasahi 2-3
pembalut. Tekanan darah tinggi diketahui ibu sejak usia kehamilan 6 bulan saat
kontrol ke bidan (170/). Riwayat nyeri ulu hati dan nyeri kepala hebat
disangkal. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan disangkal. Mulesmules yang semakin sering dan bertambah kuat belum dirasakan ibu. Keluar
cairan banyak dari jalan lahir belum dirasakan ibu. Gerakan anak tidak dirasakan
ibu sejak + 3 hari SMRS. Riwayat trauma disangkal, riwayat minum obat-obatan
disangkal. Oleh karena keluhannya tersebut ibu berobat ke RS Cibabat, kemudian
dirujuk ke RSHS karena harus dioperasi.
RIWAYAT OBSTETRI
1. Hamil ini
Keterangan Tambahan :
: ,33 th, SD, IRT

Menikah

,34 th, Tidak sekolah, tidak bekerja


Kontrasepsi

:-

Haid terakhir : 26 Mei 2004 siklus 28 hari


PNC

: Bidan 3x
Ibu memeriksakan kehamilan sejak usia kehamilan 3 bulan, kemudian

pada usia kehamilan 5 bulan dan 6 bulan. Ibu tidak mendapatkan suntikan TT 1 dan
TT2 di bidan. Ibu mendapatkan multivitamin.
KUNJUNGAN KE RUMAH PENDERITA
Ibu tinggal di sebuah rumah di daerah Gempol Sari Bandung bersama
suami, kedua orang tua, dan dua orang adiknya, menempati rumah semi permanen
ukuran 4,5 x 7 m2. Ibu tidak bekerja, suami bekerja sebagai tukang pijat, dengan
penghasilan perbulan tidak tentu.
Ditempat tinggalnya petugas kesehatan terdekat yaitu bidan 300 meter
dari rumah penderita. Tetapi selama hamil ibu jarang memeriksakan diri ke bidan
tersebut.

Selama kehamilannya, ibu memeriksakan kehamilannya di bidan sebanyak


3x, saat usia kehamilan 3 ,5, dan 6 bulan.
Pada umur kehamilan 6 bulan ibu mengeluhkan adanya kaki dan tangan
yang bengkak, dan tekanan darah saat itu tinggi. Ibu tidak mempunyai keluhan
seperti sakit kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati. Riwayat tekanan darah tinggi
sebelum hamil disangkal.
Dua hari SMRS ibu mengeluhkan adanya perdarahan dari jalan lahir
disertai dengan perut yang terasa tegang. Karena keluhan tersebut ibu pergi ke
rumah sakit.
STATUS PRAESENS
KU

: CM, tampak anemis

Tensi

: 140/90 mmHg

Nadi

: 120 x/mnt

Pernaf

: 24 x/mnt

Suhu

: 36,70C

Jantung

: BJ murni reguler

Paru

: Sonor, VBS ki = ka

Refleks

: Fisiologis +/+

BB

: tak diukur

TB

: tak diukur

Edema

: -/-

Varices

: -/-

Hati dan limpa : Sulit dinilai

LABORATORIUM
Hb
Lekosit
Ht

: 5,0 gr%
: 28.000/mm3
: 15 %

Fibrinogen
PT
APTT

:
:
:

453,3 mg/dl
12,6
19,4

Trombosit
D-Dimer
Ur/Kreat

: 92.000/mm3
: + 1000
: 70/4,60 mg/dL

SGOT
SGPT
Proteiuria

:
:
:

50
19
++

PEMERIKSAAN LUAR
Abdomen
Fundus Uteri
Lingkar Perut
Letak anak
Bunyi jantung anak
His
Taksiran Berat anak

:
:
:
:
:
:
:

DM (-), PS(-), NT (+)


28 cm as
93 cm
Sulit dinilai
(-)
(-)
Tidak dapat dinilai

PEMERIKSAAN DALAM
Inspekulo
v/v
P

D/

:
:
:
:

Fluksus (+) dari OUE


t.a.k
Tebal lunak
Tertutup

G1P0A0 Gravida 31-32 minggu + preeklamsi berat + solusio plasenta + intra


uterine fetal death + anemia gravis

T/ - Infus cross match, sedia darah, pasang kateter


- O2 lembab 5 lt/mnt
- MgSO4 20% 4 gr iv, MgSO4 40% 8 gr im (jam 09.30 di RS Cibabat),
dilanjutkan MgSO4 40% 4 gr im/4 jam.
- Laboratorium lengkap, thorax foto
- Konsul IPD dan neurologi
- Lapor Konsulen (dr. Ruswana, SpOG)
Advis : - Siapkan seksio sesarea
- Selama persiapan drip oksitosin 20 gtt/menit
- Nilai ulang setelah persiapan operasi selesai
- Lapor ulang konsulen jam 16.00 WIB
Observasi
Jam

HIS

13.15-14.15

BJA
T
N
R
(x/mnt) (mmHg) (x/mnt) (x/mnt)
140/90
120
24

Ket

14.15-15.15
15.15-16.15
16.15-17.00

Jam 17.00

130/80
130/80
130/80

120
104
120

28
24
24

- Drip ositosin 5 iu : 20-60


gtt/mnt
- Pemeriksaan lab lengkap
- Konsul IPD dan Neurologi
- Persiapan operasi

Dilakukan pemeriksaan dalam:


v/v

: t.a.k

: tebal lunak

: tertutup

Jawaban Konsul IPD


DK/

G1P0A0 gravida 31-32 minggu + IUFD + PEB + solusio plasenta

Insufisiensi renal ec renal ec sepsis


DD/ Prerenal ec perdarahan

DIC kompensata ec solusio plasenta

Anemia ec perdarahan

Perdarahan ec solusio plasenta

Saran :
-

Periksa SADT, urin rutin, AT III

Setuju untuk terminasi dengan SC

Untuk DIC saat ini tidak ada tindakan khusus

Tranfusi sesuai SADT s/d Hb + 8 gr/dL (PRC)

Periksa PT, APTT, fibrinogen tiap 6 jam

Oksigunasi adekuat

Monitor intake-output

Telah konsul ke konsulen jaga/hematologi

Jawaban Konsul Neurologi:


DK/ Hipertensi st II (JNC VII) pada gravida G1P0A0 31-32 minggu + IUFD +
solusio plasenta + PEB + Anemia
Saat ini tidak kami temukan defisit neurologi fokal/global pada pasien ini.

Saran:
-

Regulasi TD sesuai TS IPD

Konsul ulang bila ada perburukan

Jam 17.02

Ibu dibawa ke OK EMG

Jam 17.10

Ibu tiba di Ok EMG

Jam 17.25

Operasi dimulai

Jam 17.30

Lahir bayi tanpa tanda-tanda kehidupan


BB : 1100 gr, PB: 31 cm, tampak maserasi tk II
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramuskular. Kontraksi uterus baik

Jam 17.33

Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat


Tampak hematom retroplasenta + 800 cc (100%)
Berat : 250 gr, ukuran : 12 x 12 x 1,5 cm

Jam 18.25

D/ Prabedah

Operasi selesai
Perdarahan selama operasi

: + 400 cc

Diuresis selama operasi

: + 200 cc

: G1P0A0 gravida 31-32 minggu + preeklamsi berat + solusio


plasenta + intra uterine fetal death + anemia gravis + DIC
kompensata

D/ Pasca bedah : P1A0 partus prematurus dengan seksio sesarea ai solusio


plasenta + preeklamsi berat + still birth + anemia gravis + DIC
kompensata
JO : SCTP
LAPORAN OPERASI
-

Setelah dilakukan tindakan a dan antiseptik di daerah abdomen dan sekitarnya.

Dilakukan insisi mediana inferior + 10 cm.

Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus berwarna kebiruan.

Plika vesikouterina diidentifikasi, disayat konkaf di perlebar ke kanan dan kiri


ke arah ligamentum rotundum.

Kandung kencing disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.

SBR disayat melintang, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong lalu
diperlebar ke kanan dan ke kiri secara tumpul.

Jam 17.30 : Lahir bayi dengan menarik kaki, tanpa tanda-tanda kehidupan.
BB : 1100 gr, PB : 31 cm
Disuntikkan oksitosin 10 IU intramural, kontraksi baik.

Jam 17.33 : Lahir plasenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.
Tampak hematom retroplasenta + 800 cc (100%)
Berat : 250 gram Ukuran : 12x12x1 cm

Luka operasi di jahit secara jelujur interlocking, lapisan kedua secara jelujur
kontinyu.

Perdarahan

dirawat,

setelah

yakin

tidak

ada

perdarahan

dilakukan

reperitonealisasi dengan peritoneum kandung kencing.


-

Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.

Luka operasi dijahit lapis demi lapis.

Fascia dijahit dengan Safil No. 1.0

Kulit dijahit secara subkutikuler.

Perdarahan selama operasi + 400 cc

Diuresis selama operasi + 200 cc

FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal/
Jam
29/12/04
19.00

CATATAN

INSTRUKSI
-

Post Operasi
KU : CM
T

: 170/100 mmHg

N : 112 x/mnt

Observasi KU, T,N,R,S, diuresis,


Intake-output

R
S

: 28 x/mnt

Puasa s/d BU (+) N

: Afebris

Infus KaEn IB 20 gtt/mnt

Tranfusi FWB s/d Hb > 8 gr%

Abdomen : Datar, lembut

Tanggal/
Jam

Jam
20.00

CATATAN

INSTRUKSI

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

Terapi :

TFU 2 jbpst, kontraksi baik

Amoxycillin 3x1 gr IV, Skin test(-)

Luka operasi tertutup verban

Metronidazole 2x500 mg IV.

Perdarahan (-)

Drip okditosin 20 IU dalam 500 cc

KU : CM
T

: 150/100 mmHg

N : 112 x/mnt

: 28 x/mnt

: Afebris

KaEN IB 30 gtt/mnt
Terapi lanjutkan

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Perdarahan (-)

Jam
23.00

KU : CM
T

: 150/90 mmHg

N : 104 x/mnt

: 24 x/mnt

: Afebris

Terapi teruskan

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi tertutup verban

30/12/04
Jam
01.00
Jam
04.15

Perdarahan (-)
Follow Up IPD
T

: 170/100 mmHg

- Terapi lanjutkan
: 20 x/mnt

N : 108 x/mnt
Follow Up IPD

Perdarahan : (-)
T

: 190/90 mmHg

Diet rendah garam bila penderita


sudah boleh makan

: 20 x/mnt

N : 86 x/mnt

Norvask 5 mg 1x1

Periksa ulang PT, APTT

Ca Glukosa 1 amp post tranfusi


diencerkan dalan D5% 1 : 1, bolus
pelan-pelan

Jam
05.30

: 150/90 mmHg

Periksa K post tranfusi

Penderita akan kami konsulkan

KU : CM
T

: 24 x/mnt

pada konsulen kami di bagian TS


Hb
: 8,6 gr%
L

: 30.400 /mm3

Tanggal/
Jam

CATATAN
N : 88 x/mnt

INSTRUKSI
: Afebris

Abdomen : Datar, lembut

Tr

: 114.000/mm3

Ur/Kr

: 86/4,99 mg/dl

Amoxycillin 3x1 gr iv

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi tertutup verban
Perdarahan (-)

30/12/04
14.00

KU : CM
T

: 180/100 mmHg

N : 96 x/mnt

: 24 x/mnt

Metronidazole 2x500 mg iv

: Afebris

Puasa sampai BU (+)

Kontrol TD sesuai TS IPD

Observasi T,N,R,S, perdarahan

Inj Amoxicilin 3x1 gr iv


Inj Metronidazole 2x500 mg iv

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi tertutup verban
Perdarahan (-)

31/12/04
POD III

BAK (+) kateter / BAB (-)


KU : CM
T

: 150/90 mmHg

N : 92x/mnt

: 20 x/mnt

: Afebris

Test feeding

Mobilisasi bertahap

Lab jam 19.00: PT, APTT, Na, K

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS (-)
TFU 2 jbpst, kontraksi baik

post t feeding(belum ada hasil)

Luka operasi tertutup verban

Mohon Follow Up IPD

BU (+)

Tab Metildopa 3x200 mg

Tab Amlodipin 1 x 1 tab

Amoxicilin 3x1 gr iv

: 20 x/mnt

Metronidazole 2x500 mg iv

: Afebris

Kaltropen supp 2x1

Mobilisasi

DM (-), PS/PP -/-

Test feeding

TFU 2 jbpst, kontraksi baik

Follow up IPD

Luka operasi tertutup verban

Metildopa 3x500mg

ASI +/+
Lochia : rubra
BAB (-)/ BAK (+)
Diuresis 300 cc/3 jam

31/12/04

Telah ditranfusi 4 labu WB


KU : CM
T

: 150/90 mmHg

N : 88 x/mnt

R
S

Abdomen : Datar, lembut

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

Perdarahan (-)
ASI +/+
Lab (30/12/04 jam 23.50)
Hb

: 8,5 gr%

: 19.900/mm3

Tr
: 127.000/mm3
KU : CM
T

Amoxicilin 3x1 gr po

: 20 x/mnt

Metronidazole 2x500 mg po

: 380C

Kaltropen supp 2x1

Dopamet 3x500 mg

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

Amlodipine 1x1 tab

TFU 2 jbpst, kontraksi baik

Paracetamol 3x500 mg

Terapi teruskan

Amoxicilin 3x1 gr

Metronidazole 2x500 mg

Dopamet 3x500 mg

Paracetamol 3x500 mg

: 180/80 mmHg

N : 104 x/mnt

Abdomen : Datar, lembut

Luka operasi tertutup verban


Lochia (+)

Jam
18.15

BAB (-)/ BAK (+)


Follow Up IPD
Kel : Demam
KU : Sakit sedang, CM
T

: 170/90 mmHg

R : 20 x/mnt, equal isi cukup


N : 104x/mnt, reguler S : 37,40C
Kepala : conjungtiva, sklera tak ikterik
Leher : JVP 5+0 cm H2O
Pulmo : VF sonor,VS,VBS, ronchi -/-, whe -/Cor : Ictus cordis tampak di ICS V 2 jari
LMCS, BJ murni reguler, S1,S2 (+), S3
(-), S4 (-) murmur (-)
Abdomen : Datar, lembut
Hepar/ lien tak teraba

1/1/05

Extr : edema -/KU : CM


T

: 150/80 mmHg

N : 100 x/mnt

R
S

: 20 x/mnt
0

: 37 C

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)

10

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

TFU 2 jbpst, kontraksi baik


Luka operasi tertutup verban
Lochia (+)

2/1/05

BAB (-)/ BAK (+)


KU : CM
T

: 180/80 mmHg

N : 80 x/mnt

R
S

Amoxicilin 3x1 gr po

: 20 x/mnt

Metronidazole 2x500 mg po

: Afebris

Dopamet 3x500 mg

Bed rest

Infus NaCl 0,9% sesuai panduan BJ

Abdomen : Datar, lembut


DM (-), PS/PP -/-, NT (-)
TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi tertutup verban
Lochia serosa
Kel : haus
T

: 140/80 mmHg

R : 20 x/mnt

N=HR: 104 x/mnt

3/1/05

S : Afebris

plasma

Ureum : 121

Monitor ketat TNRS dan I-O

Kreatinin : 3,88
KU : CM

Periksa BJ plasma
Amoxicilin 3x1 gr

: 20 x/mnt

Dopamet 3x500 mg

: 36,50C

Rob 1x1 (metronidazole habis)

ASI +/+

Follow Up IPD

Abdomen : Datar, lembut

Cek protein urine

Bed rest

Infus NaCl 0,9 % balance 0 ml/24

: 140/90 mmHg

N : 80 x/mnt

TFU 2 jbpst, kontraksi baik


Luka operasi kering

Jam
12.00

Lochia serosa
Follow UP IPD
Kel : pusing (-), BAK sering (+)
T

: 140/80 mmHg

R : 20 x/mnt

jam
-

Catat I-O

Lidah basah

Besok periksa ureum, kreatinin

Turgor baik

Dopamet 3x500 mg po

Status hidrasi baik


Kel : (-)

Amlodipine 1x2,5 ng po
Amoxicilin 3x1 gr

KU : CM

Dopamet 3x500 mg

Roboransia 3x500 mg

N=HR: 104 x/mnt

: 150/80 mmHg

S : Afebris

: 20 x/mnt

11

Tanggal/
Jam

CATATAN
N : 80 x/mnt

INSTRUKSI
: Afebris

Abdomen : Datar, lembut

Periksa ureum dan kreatinin

Lain-lain sesuai dengan TS IPD

Amoxicilin 3x1 gr

DM (-), PS/PP -/-, NT (-)


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering
Lochia serosa

4/1/05

Lab : protein urine (-)


KU : CM
T

: 140/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

Dopamet 3x500 mg

: afebris

Rob 1x1

Cek ureum, kreatinin

Balance cairan I-O 0 ml/24 jam

Dopamet 3x500 mg po

ASI +/+
Abdomen : Datar, lembut
TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering
Lochia serosa
Follow Up IPD
KU : baik, CM
T

: 130/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

Amlodipine 1x2,5 mg po

: afebris

Hasil ureum, kreatinin

Monitor I-O, TD

Follow up IPD
Observasi intake-output

Lidah basah
Turgor baik
I

Jam
12.00

O : 1000 cc
Status Hidrasi baik
Hasil Lab (4/1/05 jam 09.51)
Ur

5/1/05

: 1 botol aqua

: 70,9 mg/dl

Kr
: 2,6 mg/dl
KU : CM, baik
T

: 140/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Dopamet 3x500 mg po

Amlodipine 1x2,5 mg po

Terapi lanjutkan

Abdomen : Datar, lembut


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering, pus (-)

5/1/05

Lochia serosa
Kel : (-), hari ini tidak minum obat

12

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

KU : sakit, ringan, CM
T

: 140/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Methyldopa 3x500 mg

Tensivask 0-0-2,5 mg

Untuk menilai hidrasi setidaknya

Lidah basah

harus ada monitoring I-O untuk

Ronchi -/-

melihat balance cairan yang masuk

Turgor baik

dan keluar

Ureum/kreatinin :
KU : CM

Lain-lain sesuai TS IPD


Dopamet 3x500 mg

Amlodipine 0-0-2,5 mg

Dopamet 3x250 mg

Amlodipine 0-0-2,5 mg

Dopamet 3x500 mg

KU : CM, baik

Amlodipine 0-0-2,5 mg

Balance cairan (+) 500 ml/24 jam

Dopamet 3x250 mg

: 140/80 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Abdomen : Datar, lembut


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi kering, pus (-)

6/1/05

Lochia serosa
KU : CM, baik
T

: 130/90 mmHg

N : 100 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Abdomen : Datar, lembut


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Lochia serosa
Minum : + 1500 cc

Jam
14.30

BAK (+) sering + 1500 cc


Follow Up IPD
: 130/90 mmHg

N : 92 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Abdomen : Datar, lembut


TFU 2 jbpst, kontraksi baik
Lochia serosa
Minum : + 1500 cc

Jam
15.00

BAK (+) sering + 1500 cc


KU : CM
T

: 130/90 mmHg

N : 84 x/mnt

: 20 x/mnt

Amlodipine 0-0-2,5 mg

: afebris

Amoxicilin 3x500 mg

Intake : + 1000 cc

13

Tanggal/
Jam

CATATAN

INSTRUKSI

Output : + 500 cc
Abdomen : Datar, lembut
TFU 3 jbpst, kontraksi baik
Luka terawat
BAB /BAK +/+

7/1/05

KU : CM

Dopamet 3x250 mg

Amlodipine 0-0-2,5 mg

: 130/90 mmHg

N : 80 x/mnt

: 20 x/mnt

: afebris

Amoxicilin 3x500 mg

Dopamet 3x500 mg3x500 mg

Abdomen : Datar, lembut


TFU 3 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK +/+

Jam
14.00

KU : CM
T

: 130/90 mmHg

N : 82 x/mnt

: 18 x/mnt

Amlodipine 0-0-2,5 mg

: afebris

Amoxicilin 3x500 mg

Abdomen : Datar, lembut


TFU 3 jbpst, kontraksi baik
Luka pasien terawat
BAB/BAK +/+
Follow Up IPD
T

: 130/90 mmHg

N : 82 x/mnt

Jika TS setuju

: 16 x/mnt

: afebris

masih > 130/90 mmHg amlodipine

Intake-output : ?

8/1/04

1x2,5 mg
-

I-O ?

Besok ur/Kr
Metildopa 3x500 mg

KU : CM
T

: 130/90 mmHg

N : 80 x/mnt

Metildopa 3x500 mg. Jika TD

: 16 x/mnt

Amlodipine 0-0-2,5 mg

: afebris

Amoxicilin 3x500 mg

Cek Ur/Kr

Abdomen : Datar, lembut


TFU 3 jbpst, kontraksi baik
Luka operasi terawat
BAB/BAK +/+

PERMASALAHAN
1. Mengapa PEB dengan segala komplikasinya dapat timbul pada pasien ini?

14

2. Bagaimana terjadinya komplikasi dari preeklamsi berat pada pasien ini ?


3. Bagaimana tindakan atau penanganan pada kasus ini ?

PEMBAHASAN
1. Mengapa PEB dengan segala komplikasinya dapat timbul pada pasien
ini?
Komplikasi

hipertensi

dalam

kehamilan

(Hipertenswe

disorders

complicating pregnancy) dibagi menjadi 5 tipe diantaranya: (1)


1. Hipertensi gestasional (pregnancy induced hypertension atau transient
hypertension)
2. Preeklamsi
3. Eklamsi
4. Hipertensi kronis yang diperberat preeklamsi (superimposed preeclamsia on
chronic hypertension)
5. Hipertensi kronis
Faktor risiko untuk terjadinya preeklamsi dalam kehamilan adalah: (1)
a. Kehamilan yang pertama/nullipara
b. Penyakit kronik: insidensi meningkat pada pasien dengan diabetes mellitus,
hipertensi kronik dan penyakit ginjal
c. Masalah obstetrik dimana insidensi yang tinggi didapatkan pada pasien
dengan kehamilan ganda, mola hidatidosa dan hidrops fetalis
d. Usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
e. Berat badan lebih (over-weight)
f. Ras Amerika-Afrika
g. Riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan
h. Sindroma antifosfolipid
i. Status sosial ekonomi rendah
j. Tidak pernah atau kurang PNC
Kriteria preeklamsi ditegakkan berdasarkan : (1,2)

15

1. Hipertensi
Didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg, tekanan diastolik >
90 mmHg atau peningkatan tekanan darah sistolik >30 mmHg, peningkatan
tekanan diastolik > 15 mmHg diatas tekanan rata-rata pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 6 jam.
2. Proteinuria
Didefinisikan sebagai keadaan terdapatnya > 300 mg protein urin dalam 24
jam atau 30 mg/dl (1+ dipstik) dalam urin sewaktu
Preeklamsi dibagi dua, yaitu: (2)
1. Preeklamsi ringan
Diagnosis preeklamsi ringan didasarkan atas timbulnya hipertensi (sistolik
antara 140-160 mmHg dan diastolik antara 90-110 mmHg) disertai proteinuria
dengan atau tanpa edem setelah kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsi Berat
Jika didapatkan satu atau lebih gejala dibawah ini preeklamsi digolongkan
berat.
a. Tekanan darah sistolik lebih/sama dengan 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih /sama dengan 110 mmHg
b. Proteinuria lebih dari 5gr/24 jam atau +3 - +4 (Dipstick)

pada

pemeriksaan kualitatif
c. Oliguri, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam yang disertai
kenaikan kadar kreatinin plasma
d. Gangguan visus dan serebral
e. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
f. Edem paru-paru dan sianosis
g. Pertumbuhan janin terhambat
h. Adanya HELLP Syndrome (H : Hemolysis, EL : elevated liver
enzymes; LP : low platelet count)
Pasien ini didiagnosa preeklamsi berat karena ditemukan pada pemeriksaan
awal tekanan darah 170/110 mmHg dan proteinuria +2. Pada pasien ini dapat

16

terjadi preeklamsi berat karena terdapat beberapa faktor risiko diantaranya :


- Primigravida
- Sosial ekonomi yang rendah
- Pendidikan yang rendah
Preeklamsi berat yang tidak ditangani secara adekuat dapat menimbulkan
komplikasi pada ibu dan anak.
Komplikasi yang terjadi pada pasien ini adalah : - Solusio Plasenta
- Anemia gravis
- DIC Kompensata
Komplikasi yang terjadi pada anak adalah : Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )

2. Bagaimana terjadinya komplikasi preeklamsi berat pada pasien ini ?


Komplikasi yang terjadi pada pasien ini adalah : - Solusio Plasenta
- Anemia gravis
- DIC Kompensata
Komplikasi yang terjadi pada anak adalah : Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )
Solusio Plasenta (1)
Solusio plasenta yaitu terlepasnya sebagian atau seluruhnya plasenta dari
tempat insersinya yang normal sebelum persalinan. Perdarahan yang terjadi
diantara membran dan uterus kemudian keluar melalui serviks sehingga
menyebabkan perdarahan eksternal. Sering kali terjadi perdarahan tidak mengalir
keluar tetapi tertahan diantara plasenta yang masih menempel dengan uterus
sehingga menyebabkan perdarahan terselubung atau concealed hemorrhage.
Menurut bagian plasenta yang terlepas, solusio plasenta dapat berupa
solusio plasenta total atau partial. Solusio plasenta dengan tanpa perdarahan
eksternal sering kali menimbulkan bahaya yang lebih besar pada ibu karena
adanya proses koagulopati dan besarnya serta banyaknya perdarahan tidak dapat
diketahui dengan pasti.
Frekuensi kehamilan dengan solusio plasenta yang terdiagnosa sangat
bervariasi sebab kriteria yang digunakan untuk menilai sangat bervariasi.

17

Beratnya solusio plasenta sangat bervariasi tergantung dari cepatnya ibu hamil
tersebut mencari dan mendapat pengobatan dari sejak timbulnya gejala.
Di Parkland Hospital sejak tahun 1988 sampai dengan tahun 1999
insidensi plasenta previa 1 dalam 290 persalinan dari 169.000 persalinan yang
ada. Insidensi solusio plasenta yang diikuti oleh kematian bayi yaitu 1 dalam 420
kejadian sejak tahun 1956 sampai tahun 1967. Dengan adanya kemajuan dalam
bidang kesehatan, pemeriksaan antenatal dapat terjangkau dengan mudah dan
transportasi emergensi yang lancar serta menurunnya jumlah multiparitas
menyebabkan insidensi solusio plasenta menurun mencapai 1 dalam 830
persalinan sejak tahun 1974 sampai tahun 1989 di Amerika Serikat.
Kematian perinatal pada kasus solusio plasenta mencapai 25%. Kare-gard
dan Gensser (1996) di Swedia melaporkan bahwa kematian perinatal akibat
solusio plasenta sebanyak 20%. Di Amerika kematian perinatal pada kehamilan
dengan solusio plasenta sebanyak 20% dari 884 kehamilan dengan komplikasi
solusio plasenta. (1)
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan solusio plasenta yaitu :
Faktor Risiko
Meningkatnya usia dan paritas
Preeklamsia
Hipertensi kronik
Ketuban Pecah Sebelum waktunya
Perokok
Thrombophilia
Pecandu narkotika
Riwayat solusio pada kehamilan sebelumnya
Myoma uteri

Risiko relatif (%)


Tidak tercatat
2,1 -4,0
1,8 -3,0
2,4 -3,0
1,4 -1,9
Tidak tercatat
Tidak tercatat
10 -25
Tidak tercatat.

Etiologi solusio plasenta tidak diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
keadaan yang berhubungan dengan keadaan tersebut. Menurut Prichard dan
kawankawan (1991) menunjukkan risiko yang lebih tinggi pada paritas yang
tinggi. Ras dan etnis merupakan hal penting dalam risiko solusio plasenta. Di
Parkland Hospital, dari 169.000 lebih persalinan, solusio plasenta terjadi pada
etnik Afrika-Amerika dan pada wanita kaukasia (1 dalam 200 persalinan ) dari
pada etnik Asia (1 dalam 300 persalinan ) atau wanita Latin Amerika (1 dalam

18

450 persalinan ). Tetapi keadaan yang umumnya terkait dengan solusio plasenta
adalah hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi, hipertensi gestational
atau hipertensi kronis .(1,2)
Penelitian di Parkland Hospital menyebutkan bahwa setengah dari kasus
solusio plasenta adalah pada wanita dengan hipertensi termasuk preeklamsi,
hipertensi gestational maupun hipertensi kronik.
Etiologi solusio plasenta lainnya yaitu keadaan pecah ketuban sebelum
waktunya. Gonen (1989) menjelaskan bahwa insidensi solusio plasenta pada
kehamilan dengan ketuban pecah sebelum waktunya yaitu 5,6% dari 143
kehamilan. Pada sebuah meta-analisis dari 54 penelitian meyebutkan bahwa risiko
terjadinya solusio plasenta pada kehamilan dengan pecah ketuban sebelum
waktunya adalah sebanyak 3 kali lipat. (1,3)
Pada kasus ini faktor risiko untuk terjadinya solusio plasenta yaitu
preeklamsi berat dan usia ibu 34 tahun. Menurut Dr. Don McIntire risiko
terjadinya solusio plasenta pada kelompok umur 25-34 tahun meningkat 0.6%.
Adanya riwayat preeklamsi sejak usia kehamilan 6 bulan, besar kemungkinan
menjadi penyebab utama terjadinya solusio plasenta, hal ini diperberat oleh
ketidakpatuhan ibu yang jarang melakukan kontrol kehamilannya, sehingga
preeklamsi berat pada pasien ini tidak teratasi secara adekuat. Karena hal tersebut
maka timbul komplikasi pada ibu yaitu solusio plasenta.
Anemia Gravis
Anemia gravis adalah kadar Hb dibawah 6 gr%. Pada pasien ini terjadi
anemia gravis oleh karena perdarahan yang sangat banyak. Perdarahan tersebut
adalah akibat terlepasnya hampir seluruh plasenta dari insersinya yang normal.
DIC
Sindrome DIC ditandai dengan terdapatnya gumpalan fibrin di dalam
arteri arteri dan vena seluruh organ tubuh. Organ yang paling sering dipengaruhi
oleh proses ini adalah ginjal, paru, hati, limpa, otak dan hipofise. Organ yang
terlibat tergantung tipe dari penyakit yang mendasari proses DIC tersebut. (6)

19

Pada pasien ini, diagnosa DIC kompensata ditegakkan karena pada pemeriksaan
ditemukan adanya trombositopenia dan hasil D-dimer yang positif.
Mekanisme kompensasi dari proses DIC ini adalah :
a. Aksi inhibisi koagulasi
b. Peningkatan fungsi dari sistem reticuloendothelial dalam menghancurkan
thromboplastin dan monomer fibrin dan hasil dari pemecahan fibrin polimer.
c. Meningkatnya proses fibrinolisis di seluruh pembuluh darah.
Dari keterangan diatas, proses DIC merupakan proses yang terjadi dari
komplikasi proses syok dan proses kompensasi terjadi pada seluruh sistem
vaskularisasi.
IUFD ( Intra Uterine Fetal Death )(1,2,5)
IUFD adalah kematian janin dalam rahim yang beratnya lebih dari 500
gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Terjadinya IUFD pada kasus ini, kemungkinan disebabkan oleh
terlepasnya hampir seluruh plasenta dari tempat insersinya yang normal sehingga
aliran darah ke janin berkurang. Kejadian IUFD sebenarnya dapat dihindari jika
pasien segera pergi ke rumah sakit setelah ada keluhan perdarahan. Kejadian ini
berlangsung lama, mengakibatkan janin tidak mendapatkan suplai darah yang
cukup.
3. Bagaimanakah tindakan atau penanganan kasus ini?
Penatalaksanaan PEB pada pasien ini sudah memenuhi standar terapi.
Penatalaksanaan kehamilan dengan solusio plasenta adalah bermacammacam tergantung dari usia kehamilan, status dari ibu dan janin. Pada keadaan
dimana dijumpai janin aterm dan masih hidup dan persalinan pervaginam tidak
mungkin dilakukan maka dipilih seksio sesarea. Resusitasi yang intensif meliputi
pemberian carian kristaloid dan darah pada kasus dengan syok hipovolemik. (1,6,7)
Persalinan pervaginam pada kasus solusio plasenta dipilih pada kasus
solusio plasenta yang berat dan janin telah meninggal. Jika terdapat keadaan
keadaan yang menyebabkan pasien berisiko untuk persalinan dengan operatif
misalnya pada gangguan koagulasi, luka operasi akan memacu perdarahan lebih
banyak.

20

Pada kasus ini dipilih persalinan dengan seksio sesarea karena persalinan
pervaginam tidak mungkin dilakukan karena syarat untuk lahir pervaginam tidak
terpenuhi. Pemilihan tindakan operatif segera pada kasus ini adalah sesuai dengan
standar terapi.
Kekurangan pada penatalaksanaan pasien ini adalah tidak dilakukannnya
KB. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengetahuan pasien dan suami kurang
tentang manfaat dari program KB pada pasien tersebut walaupun telah diberikan
informasi kepada pasien dan keluarga.

KESIMPULAN
1. Faktor risiko terjadinya preeklamsi berat pada pasien ini adalah primigravida.
2. Solusio plasenta pada kasus ini disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan
yaitu preeklamsi berat.
3. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah cukup adekuat.
SARAN
1. Kecepatan pengambilan keputusan serta keterampilan teknik operatif sangat
dibutuhkan dalam penanggulangan kegawatdaruratan obstetri.
2. Peningkatan mutu pelayanan obstetri dan ginekologi dengan melayani pasien
sebaik baiknya dan mengenali penyulit penyulit yang ada pada pasien
tersebut.
3. Informasi tindakan medik harus diberikan secara jelas dan informatif.

21

INFORMASI TINDAKAN MEDIK.


Nama pasien : Ny.Y
Umur

: 34 th

No Medrek

: 0404 xxxx

MRS

: 29 Desember 2004

Diagnosis : G1P0A0 gravida 31-32 minggu + preeklamsi berat + solusio plasenta


+ intrauterine fetal death + anemia
Informasi yang disampaikan :
1. Alasan dilakukan tindakan operatif :
Penjelasan : setalah dilakukan pemeriksaan dipilih tindakan persalinan
buatan dengan operasi seksio sesarea karena ari-ari/plasenta
sudah terlepas, dan terjadi perdarahan sedangkan persalinan
pervaginam tidak dimungkinkan dalam 1 jam
2. Jenis tindakan / operasi :
Penjelasan : Jenis tindakan yaitu Seksio sesarea. Seksio sesarea adalah
melahirkan bayi dengan jalan melakukan pembedahan pada
dinding perut dan rahim sehingga bayi dapat dilahirkan.
3. Keuntungan dan kerugian bagi ibu dan anak atas tindakan tersebut :

22

Penjelasan : Keuntungan ibu : persalinan dan sumber perdarahan cepat


diatasi, sehingga ibu dapat diselamatkan
Kerugian ibu : luka operasi yang membutuhkan perawatan lebih
lama (+ 5 hari)
4. Alternatif pilihan dari tindakan tersebut :
Penjelasan : alternatif pilihan/ tindakan lain : persalinan pervaginam dengan
melakukan drip atau pacuan persalinan, tetapi berisiko
memperberat keadaan ibu.
5. Kemungkinan perluasan tindakan operasi :
Penjelasan : Perluasan operasi dilakukan apabila terjadi perdarahan selama
operasi akibat kontraksi rahim yang tidak bagus. Tindakan yang
dilakukan

apabila

terjadi

keadaan

seperti

diatas

yaitu

pengangkatan rahim atau histerektomi.


6. Waktu yang diperlukan untuk tindakan tersebut :
Penjelasan : Waktu yang diperlukan untuk tindakan seksio sesarea + 1 jam
7. Organ apa yang diangkat :
Penjelasan : Tidak ada organ yang diangkat
8. Penyulit yang mungkin terjadi selama tindakan operasi maupun pasca
tindakan operasi :
Penjelasan : penyulit yang mungkin terjadi selama tindakan atau pasca
tindakanyaitu perdarahan.
9. Bagaimanakah kemungkinan kesehatan reproduksi pasca tindakan atau operasi
tersebut :
Penjelasan : Kesehatan reproduksi pasca tindakan baik/ kembali normal.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham F.G., Leveno K.J, Gant N.F, Gilstrap L.C, Houth J.C, Wenstrom
K.D: Obstetrical Hemorrhage.Williams Obstetric. New York: McGraw Hill,
2001 : 619-30
2. Cunningham, Roberts, Lindheimer: Hypertensive disorders in Pregnancy.
Stamford. Connecticut, 1999: 170-71
3. David KJ, Philip J, Carl P, Benard G, editors. Bleeding in late pregnancy.
High Risk pregnancy . London : WB saunders Company, 2000 : 91-111
4. H. Graeff, W. Khun. Coagulation Disorders in Obstetrics. London : WB
saunders Company, 1980 : 124-32
5. C.S. Claydon, Martin L. Pernoll. Third Semester Vaginal Bleeding. . Current
Obstetric & Gynecologic Diagnosis and Treatment. USA : McGraw-Hill, 2003
: 354-67.
6. Robert M.B., Barry M.B. Disorders of the Kidney and Urinary Tract.
Principles of Internal Medicine. USA : McGraw-Hill , 2001: 1535-50
7. Michael de Swiet, Chamberlain G., Phillip Bennett. Basic Science . Obstetrics
and Gynecology. London : Churchill-Livingstone, 2002 : 173-231.
8. Steven Angelo, M.D. Assistant Professor of Medicine, Yale School of
Medicine, New Haven, Acute Kidney Failure. Review. 2003. Available from
www. AllRefer.com

24

9. Sudha Rajavel, Rosana Yuk-Kuen Kao. Nephrology and Urology : Renal


Failure.

University

of

Iowa

Family

Practice

Handbook,

4th

ed

http://www.vh.org/adult/provider/familymedicine/FPHandbook/Chapter08/138.html

Presentasi Kasus
Senin, 17 Januari 2005

G1P0A0 gravida 31-32 minggu + Preeklamsi Berat + Solusio Plasenta +


Intra Uterine Fetal Death + Anemia Gravis + DIC Kompensata

Oleh :
Daniel R.H

Moderator :
dr. Hartanto Bayuaji

Narasumber :
Prof. Dr. dr. Djamhoer M.A.S, SpOG (K)
Dr. dr. Johanes C. Mose, SpOG (K)

25

dr. Gatot N.A.W, SpOG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG

26

Anda mungkin juga menyukai