Pertusis
Lanjutt lagii coyyyyy. X_x
Bismillahirrohmanirrohiimm ^^
Pertusis adalah
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk
intensif. Nama lain pertussis antara lain tussisquinta, wooping cough, batuk rejan. Pertusis
merupakan penyakit yang toxin mediated, toksin yang dihasilkan kuman (yang melekat pada bulu
getar saluran napas atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran secret
saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumonia.
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis. Bordetella pertusis adalah
suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3 um, ovoid kokobasil, tidak
bergerak, gram negative, tidak berspora, berkapsul dapat dimatikan pada pemanasan 50C tetapi
bertahan pada suhu rendah 0-10C dan bias didapatkan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring penderita pertusis yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou.
Patogenesis
Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian melekat pada
silia epitel saluran pernapasan. Basil biasanya bersarang pada silia epitel thorak mukosa,
menimbulkan eksudasi yang mukopurulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak,
disertai infiltrate netrofil dan makrofag.
Mekanisme pathogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu:
Perlengketan
Perlawanan
Pengerusakan local dan
Diakhiridenganpenyakitsistemik.
Perlengketan dipengaruhi oleh FHA (Filamentous Hemoglutinin), LPF (Lymphositosis Promoting
Factor), proten 69 kd yang berperan dalam perlengketan Bordetella pertusis pada silia yang
menyebabkan Bordetella pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan
whooping cough. Dimana LFD menghambat migrasi limfosit dan makrofag di daerah infeksi.
Perlawanan karena sel target dan limfosit menjadi lemah dan mati oleh karena ADP (toxin
mediated adenosine disphosphate) sehingga meningkatkan pengeluaran histamine dan serotonin,
blokir beta adrenergic, dan meningkatkan aktivitas isulin.
Sedang pengerusaka lokal terjadi karena toksin menyebabkan peradangan ringan disertai
hyperplasia jaringan limfoid peribronkial sehingga meningkatkan jumlah mucus pada permukaan silia
Pertusis
13
yang berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan terganggu akibatnya akan mudah terjadi infeksi
sekunder oleh sterptococos pneumonia, H influenzae, staphylococosaureus.
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug yang kemudian menjadi obstruksi dan kolaps
pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan pertukaran oksigen
saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus
kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus
dan menimbulkan infeksi sekunder, kelainan paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis. Akhirnya
terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.
Cara penularan:
Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan
yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita
pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.
Gejala Klinis
STADIUM KATARALIS
- Lamanyakira-kira1-2 minggu
- Stadium ini menyerupai common cold (influenza)
- Pada mulanya hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batukbatuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi siang dan malam.
- Gejala lainnya ialah pilek, serak, injeksi konjungtiva, lakrimasi, anore batuk ringan,
demam ringan
- Sangat infeksius
STADIUM PAROKSIMAL
- Lamanyakira-kira2-4 minggu
- Frekuensi, derajat batuk
- Batuk khas (whoop), pada bayi muda: apneu
- Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah dengan muka merah,
sianosis, mata menonjol, lidah terjulur, lakrimasi, hipersalivasi. Serangan batuk
panjang, tidak ada inspirium diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas
panjang dan dalam bunyi melengking).
- Seringkali disertai muntah dan banyak sputum yang kental sehingga berat badan
turun.
- Kadang-kadang pada keadaan yang lebih berat tampak pula perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan
pada waktu
menangis dan menimbulkan serangan batuk.
- Pencetus: stres (menangis, sedih, gembira), aktifitas fisik.
- Dalam bentuk ringan tidak terdapat whoop, muntah atau batuk spasmodik
STADIUM KONVALESENS
Pertusis
14
Diagnosis
Perjalanan klinis
Riwayat imunisasi
Lab: lekositosis dgn limfositosis absolut
Biakan
Serologi
Pertusis
15
Pengobatan: Antibiotika
Terapi lainnya :
Pemberian Imunoglobulin
Belum ada penyesuaian faham mengenai pemberian immunoglobulin pada stadium kataralis.
Ekspektoransia dan mukolitik
Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali.
Luminal sebagai sedative.
Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik.
Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi
Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal,
mengurangi lama whoop.
Pencegahan
Imunisasi DPT
Jauhi kotntak langsung dengan penderita / orang batuk
Prognosis
Prognosis tergantung usia. Anak dengan usia yang lebih tua memiliki prognosis yang lebih
baik. Pada bayi resiko kematin (0,5-1 %) disebabkan enselopati. Pada observasi jangka panjang,
apneu atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari.
Alhamdulillaaahhhh. Akhirnyaaa kelarr juga tentang Pertusis nihhh *O*
Ehh.. tapi masih ada tentang EKSANTEMA SUBITUM coyyy jangan seneng duluuu x_X ekekekekke ^^
Yukk marii kita kebuttt lagi ke judul selanjutnyaaa.. ><
HALA MADRID!!! :p
Pertusis
16