Anda di halaman 1dari 4

19th BlockTropical Medicine | 2nd Chapter

Editor : Mira Tamtam

Pertusis
Lanjutt lagii coyyyyy. X_x
Bismillahirrohmanirrohiimm ^^

Pertusis adalah

Batuk rejan, batuk seratus hari


Infeksi saluran nafas, Bakteri Bordetela pertusis (gram negatif)
Penularan: air borne droplet
Endemik , WHO: 600.000 kematian/ tahun pd anak yang belum imunisasi < 1 tahun, ok
IgG ibu tidak protektif.

Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk
intensif. Nama lain pertussis antara lain tussisquinta, wooping cough, batuk rejan. Pertusis
merupakan penyakit yang toxin mediated, toksin yang dihasilkan kuman (yang melekat pada bulu
getar saluran napas atas) akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga gangguan aliran secret
saluran pernapasan, dan berpotensi menyebabkan pneumonia.
Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis. Bordetella pertusis adalah
suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3 um, ovoid kokobasil, tidak
bergerak, gram negative, tidak berspora, berkapsul dapat dimatikan pada pemanasan 50C tetapi
bertahan pada suhu rendah 0-10C dan bias didapatkan dengan melakukan swab pada daerah
nasofaring penderita pertusis yang kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou.

Patogenesis

Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian melekat pada
silia epitel saluran pernapasan. Basil biasanya bersarang pada silia epitel thorak mukosa,
menimbulkan eksudasi yang mukopurulen, lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel torak,
disertai infiltrate netrofil dan makrofag.
Mekanisme pathogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu:
Perlengketan
Perlawanan
Pengerusakan local dan
Diakhiridenganpenyakitsistemik.
Perlengketan dipengaruhi oleh FHA (Filamentous Hemoglutinin), LPF (Lymphositosis Promoting
Factor), proten 69 kd yang berperan dalam perlengketan Bordetella pertusis pada silia yang
menyebabkan Bordetella pertusis dapat bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan
whooping cough. Dimana LFD menghambat migrasi limfosit dan makrofag di daerah infeksi.
Perlawanan karena sel target dan limfosit menjadi lemah dan mati oleh karena ADP (toxin
mediated adenosine disphosphate) sehingga meningkatkan pengeluaran histamine dan serotonin,
blokir beta adrenergic, dan meningkatkan aktivitas isulin.
Sedang pengerusaka lokal terjadi karena toksin menyebabkan peradangan ringan disertai
hyperplasia jaringan limfoid peribronkial sehingga meningkatkan jumlah mucus pada permukaan silia

Pertusis

13

19th BlockTropical Medicine | 2nd Chapter

Editor : Mira Tamtam

yang berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan terganggu akibatnya akan mudah terjadi infeksi
sekunder oleh sterptococos pneumonia, H influenzae, staphylococosaureus.
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug yang kemudian menjadi obstruksi dan kolaps
pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan pertukaran oksigen
saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk dapat menyumbat bronkus
kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus
dan menimbulkan infeksi sekunder, kelainan paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis. Akhirnya
terjadi bronkiektasis yang bersifat menetap.

Cara penularan:

Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk dan alat-alat makan
yang dicemari kuman-kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita
pertusis dapat menularkannya kepada orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai.

Gejala Klinis

Inkubasi: 6-20 hari, rata-rata 7 hari


Perjalananpenyakit: 6-8 minggu, 3 stadium:
- Katarlis (prodomal, preparoksimal)
- Paroksimal, spasmodic
- Konvalesens (penyembuhan)
Tergantung:
- Umur: mudaberat, lama
- status imunisasinya

Stadium pada Pertusis

STADIUM KATARALIS
- Lamanyakira-kira1-2 minggu
- Stadium ini menyerupai common cold (influenza)
- Pada mulanya hanya berupa batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari. Batukbatuk ini makin lama makin bertambah berat dan terjadi siang dan malam.
- Gejala lainnya ialah pilek, serak, injeksi konjungtiva, lakrimasi, anore batuk ringan,
demam ringan
- Sangat infeksius
STADIUM PAROKSIMAL
- Lamanyakira-kira2-4 minggu
- Frekuensi, derajat batuk
- Batuk khas (whoop), pada bayi muda: apneu
- Batuk sedemikian beratnya hingga penderita tampak gelisah dengan muka merah,
sianosis, mata menonjol, lidah terjulur, lakrimasi, hipersalivasi. Serangan batuk
panjang, tidak ada inspirium diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan nafas
panjang dan dalam bunyi melengking).
- Seringkali disertai muntah dan banyak sputum yang kental sehingga berat badan
turun.
- Kadang-kadang pada keadaan yang lebih berat tampak pula perdarahan
subkonjungtiva dan epistaksis oleh karena meningkatnya tekanan
pada waktu
menangis dan menimbulkan serangan batuk.
- Pencetus: stres (menangis, sedih, gembira), aktifitas fisik.
- Dalam bentuk ringan tidak terdapat whoop, muntah atau batuk spasmodik
STADIUM KONVALESENS

Pertusis

14

19th BlockTropical Medicine | 2nd Chapter

Editor : Mira Tamtam

Lamanya kira-kira1-2 minggu sampai sembuh.


Jumlah dan berat serangan batuk berkurang, muntah juga berkurang, nafsu makan
pun timbul kembali. Ronki difus pada stadium spasmodik (paroksimal) mulai
menghilang
Pada beberapa pasien, akan timbul serangan batuk paroksimal berulanginfeksi
saluran nafas atas

Diagnosis

Perjalanan klinis
Riwayat imunisasi
Lab: lekositosis dgn limfositosis absolut
Biakan
Serologi

Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


laboraturium. Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu batuk mulamula timbul pada malam hari tidak mereda malahan meningkat menjadi siang dan malam dan
terdapat kontak dengan penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan bunyi whoop yang
jelas, bagaimanakah riwayat imunisasinya.
Pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan leukositosis (20.000-50000/ul) pada akhir stadium kataralis dan
permulaan stadium spasmodic. Pada pemeriksaan secret nasofaring didapatkan Bordetella pertusis.
Dan pemeriksaan lain adalah foto thorak apakah terdapat infiltrate perihiler, atelektasis atau
emfisema.
Diagnosis dapat dibuat dengan memperhatikan batuk yang khas bila penderita dating pada
stadium spasmodic, sedang pada stadium kataralis sukar dibuat diagnosis karena menyerupai
common cold.
Penyulit
Pneumonia 90 % kematian, Ok B pertusis, infeksi sekunder
Aktifasi TB laten
Atelektasis, ruptur alveoli, emfisema
Perdarahansubkonjungtiva
Kejang, koma, ensefalitis
Dehidrasi, hiponatremia
Penurunan BB
Komplikasi
Alat pernapasan
Dapa tterjadi otitis media sering pada bayi, bronchitis, bronkopneumonia, atelektasis yang
disebabkan sumbatan mucus, emfisema dapat juga terjadi emfisema mediastinum, leher, kulit
pada kasus yang berat, bronkiektasis, sedangkan tuberculosis yang sebelumnya telah ada
dapat menjadi bertambah berat, batuk yang keras dapat menyebabkan rupture alveoli,
emfisema intestisial, pnemutorak.
Alat pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolapsus rectum atau hernia yang
mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulcus pada ujung lidah karena
lidah tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, stomatitis.
Susunan saraf pusat

Pertusis

15

19th BlockTropical Medicine | 2nd Chapter

Editor : Mira Tamtam

Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah-muntah.


Kadang-kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin pula terjadi perdarahan otak,
koma, ensefalitis, hiponatremi.
Lain-lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis dan perdarahan
subkonjungtiva.

Pengobatan: Antibiotika

1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis. (PILIHAN UTAMA!!)


Obat ini dapat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari (ratarata 34 hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisin juga
menyembuhkan pertusis bila diberikan dalam stadium kataralis, mencegah dan menyembuhkan
pneumonia, oleh karena itu sangat penting untuk pengobatan pertusis untuk bayi muda.
2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis.
3. Lain-lain : rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.

Terapi lainnya :
Pemberian Imunoglobulin
Belum ada penyesuaian faham mengenai pemberian immunoglobulin pada stadium kataralis.
Ekspektoransia dan mukolitik
Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali.
Luminal sebagai sedative.
Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik.
Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi
Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah obstruksi bronkus, mengurangi batuk paroksimal,
mengurangi lama whoop.

Pencegahan

Imunisasi DPT
Jauhi kotntak langsung dengan penderita / orang batuk

Prognosis

Prognosis tergantung usia. Anak dengan usia yang lebih tua memiliki prognosis yang lebih
baik. Pada bayi resiko kematin (0,5-1 %) disebabkan enselopati. Pada observasi jangka panjang,
apneu atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari.
Alhamdulillaaahhhh. Akhirnyaaa kelarr juga tentang Pertusis nihhh *O*
Ehh.. tapi masih ada tentang EKSANTEMA SUBITUM coyyy jangan seneng duluuu x_X ekekekekke ^^
Yukk marii kita kebuttt lagi ke judul selanjutnyaaa.. ><
HALA MADRID!!! :p

Pertusis

16

Anda mungkin juga menyukai