Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

Pre-eklampsia Berat

PENYUSUN
Tarathya Bunga Dharmasaputra
030.11.284
PEMBIMBING
dr. Arie Widyasa, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO
PERIODE 28 DESEMBER 2015 05 MARET 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA

STATUS OBSTETRI

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: Ny. R
Nama Suami : Tn. H
Umur
: 25 tahun
Umur
: 30 tahun
Pendidikan
: SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pekerjaan
:Karyawan swasta
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Betawi
Suku Bangsa : Betawi
Status
: Menikah
Status
: Menikah
Alamat
: Jl. Karet Pasar Baru Barat I RT 07/RW 06 No.15 C
Masuk RS
: 13/01/2016
No. RM
: 148163

II.

ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis kepada pasien, Ny. R, umur 25 tahun, di Kamar
Bersalin. Pada hari Rabu,13 Desember 2016, pukul 21.50 WIB
A. KELUHAN UTAMA
Hamil 40 minggu, perut terasa kencang sejak pukul 16.00
B. KELUHAN TAMBAHAN
Nyeri perut bagian bawah dan tekanan darah tinggi saat diperiksa di
puskesmas sebelum ke RSAL dr. Mintohardjo
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang dengan keluhan perut terasa kencang dan nyeri pada
perut bagian bawah sejak pukul 16.00. Sebelum ke RSAL, pasien
berobat ke puskesmas dan tekanan darah dinyatakan tinggi (180/100).
Sebelum hamil, tekanan darah pasien dalam batas normal, namun
tekanan darah mulai meningkat saat pasien hamil 8 bulan hingga
140/90. Tekanan darah pasien tidak pernah lebih tinggi dan tidak
pernah konsumsi obat anti hipertensi. Saat tiba di Kamar Bersalin
RSAL, pasien merasa ada lendir darah keluar dari vaginanya. Namun
pasien menyangkal adanya darah maupun air yang keluar dari vagina,
pusing, nyeri ulu hati, dan pandangan kunang-kunang.
D. RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT: 5 Mei 2015 (namun pasien tidak begitu yakin)
E. RIWAYAT OBSTETRIK
GIIP0A1
Gerakan janin teraba (+)
Obat yang dikonsumsi selama kehamilan: vitamin & obat anti
hipertensi yang baru saja diminum di puskesmas hari ini.
Hamil pertama pada bulan Desember tahun 2014 selama 2 bulan, lalu
keguguran bulan Februari 2015.

F. RIWAYAT PERNIKAHAN
Ny. R menikah dengan Tn. H pada tahun 2014. Sudah menikah selama
1 tahun.
G. RIWAYAT KONTRASEPSI
Pasien tidak menggunakan alat kontrasepsi, karena ingin punya anak.
H. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien menyangkal adanya hipertensi, penyakit jantung, paru, asma,
dan diabetes mellitus.
I. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ayah dan ibu pasien menderita hipertensi.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
KEADAAN UMUM
: tampak sakit sedang, kooperatif
KESADARAN
: compos mentis
STATUS GIZI
: kesan gizi cukup
ANTROPOMETRI
o BB Sebelum Hamil : 50 kg
o BB Saat Hamil
: 70 kg
o TB
: 156 cm
TANDA VITAL
o Tekanan Darah
: 160/100
o Nadi
: 86x/menit
o Pernapasan
: 20x/menit
o Suhu
: 36,7C
KEPALA
o Mata
: ca +/+, si -/ LEHER
o KGB dan tiroid
: tidak teraba membesar
THORAX
o Jantung
: S1 S2 reguler, m (-), g (-)
o Paru
: suara napas vesikuler
ABDOMEN
: Status Obstetrik
EKSTREMITAS
: Oedem tungkai +/+,akral hangat
B. STATUS OBSTETRIK
WAJAH
: cloasma gravidarum (+)
MAMMAE : tampak simetris & putting susu menonjol
PEMERIKSAAN LUAR
o INSPEKSI
Tampak membuncit
Striae Gravidarum (+)

IV.

Linea nigra (+)

o PALPASI: TFU = 31 cm
Leopold I
: bagian fundus teraba bokong
Leopold II
: teraba punggung kanan
Leopold III : bagian terendah teraba kepala
Leopold IV : divergen
o AUSKULTASI
Denyut Jantung Janin : 180x/menit
o TAKSIRAN BERAT JANIN: 3100 gram
o HIS : PEMERIKSAAN DALAM
o INSPEKULO
: tidak dilakukan
o VAGINAL TOUCHER: pembukaan 3 cm
PEMERIKSAAN PANGGUL: tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Hematologi: Darah rutin
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

9.400 /uL
3,67 juta/uL
9,7 g/dl
31 %
227.000 ribu/uL

Urin Lengkap
-Kimia Urin
Warna
Eritrosit
Glukosa
Leukosit
Bilirubin
Keton
Berat Jenis
pH
Protein
Urobilinogen
Nitrit

- Hemostasis

Bleeding Time
Clotting Time

230 menit
1130 menit

-Mikroskopis Urin
Kuning muda
++/50
Negatif
Negatif
Negatif
+/10
1.010
5,5
++/100
+-/ normal
Negatif

Eritrosit
Leukosit
Epitel
Bakteri
Silinder
Kristal
Lain-lain

USG

5-8/LPB
3-5/LPB
+1/LPK
Negatif
Negatif
Negatif
negatif

V.

CTG
Rata- rata DJJ 180x/menit , HIS (-)
USG
JTH
BPD
Tafsiran Berat Janin

Intrauterine, letak kepala


97 cm ~ 40 minggu
DIAGNOSIS
3100 gram
A.
Power: IBU : GIIP0A1, hamil 40 minggu + Preeklampsia Berat tanpa impending eclampsia +
Anemia

B. Passanger : Janin tunggal hidup, letak kepala, puka DJJ 150x/menit,


TBJ 3100 gram
C. Passage
: Cephalopelvic normal proportion
VI.

PENATALAKSANAAN
A. PLANNING DIAGNOSIS
a. Observasi Tanda Vital, USG & CTG
B. PLANNING TERAPI
a. Tirah baring: miring ke satu sisi
b. Iv line : Infus Dextrose 5% yang setiap liter diselingi Infus
Ringer laktat (60-125 cc/jam) 500 cc.
c. Kateter
d. Terminasi kehamilan Pro-Sectio Caesaria
e. Obat anti hipertensiNifedipine 10-20 mg per oral, diulang
setelah 30 menit; maks. 120 mg / hari.
f. Profilaksis kejang Loading dose: 4 gram Magnesium sulfat
(40% dalam 10 cc) selama 15 menit, lanjut dengan
Maintanance dose: infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam
g. Antacid liquid 3x 1 sendok makan bila kejang tidak
aspirasi asam lambung yang korosif
h. Supplement Alinamin F 3x1 amp.
i. Bila mules sebelum sc duvadilan 2 amp + D5% 30 tpm
j. Post- Sectio Caesaria: puasa 24 jam, restriksi cairan, infus RL:
D5% (1:2), setiap RL + neurobion, setiap D5%+ Oxitocin, Inj.
Ampicilin 2x 1 gram, MgSO4 40% 10 gram/10 jam dalam
D5% 500cc, Inj. Alinamin F, Profenid supp 3x1, Inj. Vit.C
,Nifedipin 2x10 mg, Cek Hb post-sc- rencana transfusi 500cc
PRC.
k. Setelah aff infus & catheter:, Asam mefenamat 3 x 500 mg,
Amoxicillin 3x500 mg, Moloco 3x1,Etabion 2x1, Nifedipine
2x1
C. PLANNING MONITORING
a. Tanda vital ibu dan DJJ
Waktu
13/1/2016: 22.00
14/1/2016: 02.30
07.30

Tekanan Darah
160/100
140/90
150/100

DJJ
180x/menit
155x/menit
142x/menit

11.00
16.30
22.30
15/1/2016: 00.00
01.30
03.00
04.00
05.00
06.00
11.00 (post sc)

140/110
160/70
160/90
160/90
170/100
170/110
170/100
160/80
160/110
140/100

151x/menit
167x/menit
150x/menit
155x/menit
148x/menit
146x/menit
148x/menit
153x/menit
152x/menit
-

b. Urine output
Waktu
13/1/2016: 22.00
14/1/2016: 19.30
15/1/2016: 05.00
Pre-sc: 06.00

Urine Output
Terpasang kateter
1000cc
600 cc
100 cc belum dibuang

c. Pembukaan serviks & kontraksi rahim ibu


d. Post sc:
tanda vital ibu, perdarahan, urine output, flatus (+), BAB,
bising usus.
15/01/2016
Hb (g/dL)
7,3
Leukosit (/uL) 18.400
Eritrosit
2,84
Hematokrit
24
Trombosit
258.000
D. PLANNING EDUKASI
VII.

16/01/2016 (08.46 dan 20.25)


7 8,4
18.900 20,300
2,66 3,05
22 25
276.000 244.000
Kontrol tekanan darah setelah kehamilan
Perawatan luka bekas operasi & jadwal
kontrol
Penanganan nyeri
Pengetahuan mengenai penyakit ibu
Cara pemberian ASI & diet ibu selama
masa nifas

PROGNOSIS
A. KEHAMILAN
IBU
i. Ad vitam
ii. Ad fungsionam
JANIN
i. Ad vitam
ii. Ad fungsionam
B. PERSALINAN

: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

VIII.

IX.

IBU
i. Ad vitam
ii. Ad fungsionam

: dubia ad malam
: dubia ad malam

i. Ad vitam
ii. Ad fungsionam

: dubia ad malam
: dubia ad malam

JANIN

RESUME
Pasien seorang wanita, umur 25 tahun datang dengan keluhan hamil 40
minggu, perut terasa kencang dan nyeri pada perut bagian bawah sejak
pukul 16.00. Sebelum ke RSAL, pasien berobat ke puskesmas dan tekanan
darah dinyatakan tinggi (180/100). Sebelum hamil, tekanan darah pasien
dalam batas normal, namun tekanan darah mulai meningkat saat pasien
hamil 8 bulan hingga 140/90. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah saat
datang 160/100, di ruangan observasi mencapai 170/110, cloasma
gravidarum +, conjunctiva anemis (+/+), perut membuncit, striae
gravidarum +, linea nigra +, lendir dari vagina (+), oedem tungkai +/+,
TFU = 31 cm, bagian fundus teraba bokong, punggung di bagian perut
kanan,bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk PAP (divergen),
Denyut Jantung Janin : 180x/menit, rata-rata setelah dirawat 152x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang terdapat lab darah, eritrosit 3,67 juta/uL,
hemoglobin 9,7 g/dl, hematokrit 31%. Kimia urin: eritrosit ++, protein ++.
Mikroskopis urin: eritrosit 5-8 /LPB. USG: BPD 97 cm, letak kepala.

ANALISA KASUS
Ny. R, 25 tahun, hamil 40 minggu, Pasien hamil pertama kali pada bulan
Desember tahun 2014 selama 2 bulan, namun keguguran bulan Februari 2015.
Menurut Safitas, et al, 2013, wanita yang pernah mengalami abortus
mempunyai risiko 0,5 kali lebih besar mengalami pre-eklampsia. Pada
penelitian FKM UI oleh Indriani N, 2012, 62,5% dari total sampel penelitian
pre-eklampsia terjadi pada wanita hamil usia 20-35 tahun. Menurut Dekker,
1999, ibu hamil dengan usia gestasi > 37 minggu memiliki risiko 3x lebih
besar untuk mengalami pre-eklampsia.
Saat datang ke kamar bersalin, perut terasa kencang dan nyeri pada perut
bagian bawah sejak pukul 16.00.Saat tiba di Kamar Bersalin RSAL, pasien
merasa ada lendir darah keluar dari vaginanya. Proses tersebut terjadi karena
serviks mulai mengalami dilatasi, dimana pembuluh darah disekitarnya akan
teregang. Cloasma gravidarum +, perut membuncit, striae gravidarum +, linea
nigra + TFU = 31 cm,bagian fundus teraba bokong,teraba punggung di bagian
perut kanan,bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk PAP
(divergen),Denyut Jantung Janin : 180x/menit saat datang ke VK, sebelum
operasi 152x/menit. USG: BPD 97 cm, letak kepala. Berdasarkan pemeriksaan
tersebut mendukung bahwa usia kehamilan 40 minggu, janin aterm.
Sebelum ke RSAL, pasien berobat ke puskesmas dan tekanan darah
dinyatakan tinggi (180/100). Sebelum hamil, tekanan darah pasien dalam batas
normal, namun tekanan darah mulai meningkat saat pasien hamil 8 bulan
hingga 140/90. Tekanan darah pasien tidak pernah lebih tinggi dan tidak
pernah konsumsi obat anti hipertensi. Saat datang ke kamar bersalin, tekanan
darah ibu sudah menurun 160/100 karena sudah minum nifedipine 10 mg di
puskesmas, di ruangan observasi tekanan darah naik turun dan kadang

mencapai 170/110. Berdasarkan Report of the National High Blood Pressure


Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy, hal
tersebut termasuk dalam klasifikasi pre- eklampsia; hipertensi yang timbul
setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Dari pemeriksaan
fisik lebih lanjut didapatkan oedem tungkai +/+ dan dari pemeriksaan
penunjang terdapat proteinuria ++. Berdasarkan kriteria diagnosis preeklampsia menurut Sarwono,2010, hal tersebut memenuhi kriteria preeklampsia berat. Pada ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia terjadi
beberapa proses yang berbeda dengan kehamilan normal. Meskipun tekanan
darah baru mulai tinggi saat usia kehamilan kira-kira 8 bulan, namun proses
vascular sudah mulai terganggu saat usia kehamilan 20 minggu, sehingga
sirkulasi utero-plasenta terganggu secara bertahap. Hal tersebut dikarenakan
adanya gangguan invasi trofoblast pada arteri spiralis pada dinding
endometrium sehingga tidak terjadi vasodilatasi arteri spiralis atau gangguan
remodeling arteri spiralis. Terdapat beberapa etiologi pre-eklampsia, yaitu
disfungsi endotel, reaksi antigen-antibodi, perfusi plasenta yang tidak adekuat,
perubahan reaktivitas vaskuler, ketidakseimbangan antara prtasiklin dan
tromboksan, penurunan laju filtrat glomerulus dengan retensi air dan garam,
penurunan volume intravascular, peningkatan sensitivitas sistem saraf pusat,
iskemia sirkulasi uterus, faktor diet dan genetik (Wahyudin,2006).
Pada pemeriksaan juga terdapat konjungtiva anemis (+/+), dan hasil lab
darah terjadi penurunan kadar hemoglobin 9,7 g/dl, dan pada kimia urin:
eritrosit ++, mikroskopis urin: eritrosit 5-8 /LPB. Maka dapat dinyatakan
bahwa pasien mengalami anemia. Pada ibu hamil, eritropoetin ginjal akan
meningkatkan jumlah sel darah merah sebanyak 20-30% tetapi tidak
sebanding dengan peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15 g/dl menjadi 12,5
g/dl dan pada 6% wanita bisa mencapai di bawah 11 g/dl, hal ini termasuk
abnormal biasa diakibatkan oleh defisiensi zat besi.
Terapi yang diberikan mencakup pencegahan kejang, pengobatan
hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ
yang terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan, yaitu diindikasikan untuk
dilakukan section caesaria, Perencanaan tatalaksana pengawasan pada kasus
pre-eklampsia dilakukan untuk mengetahui progresivitas penyakit, pada pasien
ini keadaan membaik saat dirawat di rumah sakit, meskipun tekanan darah
naik turun, namun urine output tetap baik, yaitu > 500 cc/24 jam, maka dapat
dinyatakan tidak ada oliguria, yang merupakan indikasi adanya gangguan
fungsi ginjal dan kemungkinan adanya edema paru yang dapat membahayakan
ibu dan janin. Ibu hamil yang menderita pre-eklampsia berat akan berdampak
buruk pada ibu dan janin yang dikandungnya bila terlambat menanganininya.
Pada ibu dapat terjadi perdarahan otak, oedem otak, dekompensasio kordis,
edema paru, gagal ginjal akut, eclampsia, aspirasi asam lambung saat kejang,
sindroma HELLP. Pada janin dapat terjadi kematian karena hipoksia
intrauterine (Wiknjosastro, 2010).

Anda mungkin juga menyukai