Penguji :
dr. Reino Rambey, SpOG
Penyaji :
Bobby Rianto Adi Putra
(07120080099)
RESUME
Ny. AS, 29 tahun, G2P1A0, hamil 39-40 minggu, datang dengan keluhan keluar cairan
lender darah dari kemaluan sejak 10 jam SMRS. Cairan keluar tiba-tiba dan tidak dapat
ditahan. Pasien merasakan bahwa pergerakan janin masih aktif. Pasien juga merasa perutnya
lebih kencang dan mulas menjalar sampai pinggang. Riwayat ANC 8 kali di bidan dan dokter
spesialis kandungan.
Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital dalam batas normal, status generalisata
dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri didapatkan TFU 35 cm, taksiran berat janin 3565
gr, Leopold 1 : Tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah processus xipoideus, teraba masa
besar dan lunak (bokong), Leopold 2 : Punggung kiri, bagian-bagian kecil di kanan, Leopold
3 : Teraba masa besar bulat dan keras (kepala), Leopold 4 : 4/5 (kepala belum masuk PAP),
DJJ : 142 x/menit, His 3x dalam 10 menit, sedang 25-30 detik. Pemeriksaan dalam vulva dan
vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5-6 cm, ketuban (+), kepala hodge I.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pemeriksaan darah rutin dalam batas normal,
tes lakmus positif, dan CTG :NST Reaktif. Diagnosis pada pasien ini adalah pemanjangan
kala I fase aktif pada G2P1A0, 29 tahun, gravid 39-40 minggu, inpartu,
Pada pasien ini dilakukan observasi selama kurang lebih 10 jam pada kala I fase aktif,
pada awalnya terjadi kemajuan persalinan namun setelah itu tidak terjadi kemajuan
persalinan dalm 9jam. akhirnya diputuskan untuk amniotomi, namun penurunan kepala bayi
hanya sampai hodge II. Rencana berubah untuk SC. Bayi lahir pukul 21.45 21/02/2014, jenis
kelamin laki - laki, BBL = 3.600 gram, PBL = 50 cm, dan Apgar score 9/10. Tali pusat dan
plasenta dilahirkan secara utuh, perdarahan kurang lebih 300 cc. Pasien dirawat selama tiga
hari post Sectio Caesaria dan diberikan terapi oral (Clindamycin 2x300 mg, asam mefenamat
3x500 mg, dan hemobion tablet 1x1).
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Istri
Suami
Nama
: Ny. A.S
Nama
: Tn. O. P.
Umur
: 29 tahun
Umur
: 32 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan : SMA
Pendidikan
: D3
Pekerjaan
Pekerjaan
: Polri (Bripda)
Alamat
: Swasembada Barat
II. ANAMNESA
Anamnesa didapatkan secara autoanamnesa pada tanggal 21 Februari 2014, pukul
08.30 WIB.
Keluhan utama
Keluhan tambahan
Pasien mengaku pada bulan juni 2013 pasien mendapatkan dirinya terlambat haid.
Hari pertama haid terakhir pasien adalah 21 Mei 2013, dan setelah lewat tanggal tersebut
pasien tidak pernah menstruasi kembali. Memasuki bulan September 2013, pasien
mengatakan bahwa haidnya tidak kunjung datang dan pasien mengeluhkan adanya
peningkatan nafsu makan disertai mual dan muntah. Mual dan muntah yang dirasakan pasien
lebih dominan pada pagi hari dan menurut pasien mual seperti ini dirasakan pasien sama
persis dengan yang pasien rasakan sewaktu kehamilan pertama, akhirnya pasien memeriksa
air kencingnya dengan test pack dan didapatkan hasil positif. Pasien mengaku bahwa ini
kehamilannya yang kedua. segera pasien memeriksakan dirinya ke dokter dan dikatakan
bahwa saat itu pasien hamil dengan usia kehamilan 8 minggu. Gerakan janin pertama kali
dirasakan saat usia kandungan pasien 20 minggu. Pasien rutin memeriksakan
kandungannya di bidan dan dokter sebanyak delapan kali selama kehamilannya.
Riwayat demam tinggi selama kehamilan disangkal, rasa haus dan nafsu makan
berlebih dengan buang air kecil yang sering terutama pada malam hari disangkal, tekanan
darah tinggi sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat sesak nafas disangkal, nyeri
pada perut bawah disertai nyeri saat buang air kecil disangkal, gatal-gatal atau kemerahan
setelah minum obat atau makan makanan tertentu disangkal, riwayat gigi berlubang
disangkal. Pasien mengaku tidak pernah terjatuh atau terbentur pada perut selama kehamilan
ini. Pasien rutin mengkonsumsi vitamin satu hari sekali, pasien tidak mengkonsumsi jamujamuan selama kehamilan. Riwayat berhubungan seksual 1 hari sebelum masuk RS. Pasien
mengaku beberapa bulan terakhir ini pasien sering bepergian mengendari sepeda motor
sendiri. Pasien juga sering kelelahan dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Kebiasaan :
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan suami sekarang, sudah menikah selama 5 tahun.
Riwayat Menstruasi
Menarche
Siklus
Lamanya haid
Dismenorrhea
HPHT
: 13 tahun
: Teratur,28 hari
: 5 hari
:: 21 Mei 2013
Riwayat Obstetri
Gravida
HPHT
Taksiran partus
Usia kehamilan
Riwayat menikah
Riwayat kontrasepsi
Riwayat ANC
: Kedua
: 21 Mei 2013
: 28 Februari 2014
: 39-40 minggu
: 1 kali, dengan suami sekarang sudah 5 tahun
: -.
: Kontrol 8x di klinik bersalin dengan bidan dan dokter
spesialis
Riwayat Persalinan :
No
1.
2
Tanggal
2009
Hamil ini
Umur
Riwayat
Kehamilan
Persalinan
Kelamin
SC a/I KPD
lahir
Perempuan 2800
38 minggu
Hasil
Berat ASI/
PASI
ASI
Keterangan
Sehat
4
Keadaan umum
: Tampak tenang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Laju nafas
: 22 x / menit
Suhu
: 36,2 C
Berat badan
Tinggi badan
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
: 69 kg
: 155 cm
: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Meatus akustikus eksterna +/+, Sekret -/: Mukosa bibir merah muda, mukosa oral basah.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Stm fremitus thoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor
Mammae :
Bentuk
: Simetris
Perabaan
: Kencang
Massa / Benjolan
: Tidak ada
Puting susu
: Retraksi -/-
Pengeluaran cairan/susu
: Tidak ada
Hiperpigmentasi Areola
: +/+
5
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: TFU 35 cm
Auskultasi
Punggung
Inspeksi
Palpasi
Ekstremitas
Genitalia
21/02/2014 8:30
IV.STATUS OBSTETRI
21/02/2014
08:30
Pemeriksaan luar
Inspeksi
gravidarum (+).
Palpasi :
- TFU
- Taksiran berat janin
- His
: 35 cm
: 3565 gr
: 3x dalam 10 menit, sedang 25-30 detik
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5-6cm, ketuban (+), kepala
(+) hodge I.
Inspekulo :
Tidak dilakukan.
11:30
Pemeriksaan luar
Inspeksi
gravidarum (+).
Palpasi :
- TFU
- Taksiran berat janin
- His
: 35 cm
: 3565 gr
: 3x dalam 10 menit, kuat 35-40 detik
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 8 cm, ketuban (+), kepala (+)
hodge I.
Inspekulo :
Tidak dilakukan.
12:15
Pemeriksaan luar
Inspeksi
gravidarum (+).
Palpasi :
- TFU
- Taksiran berat janin
- His
: 35 cm
: 3565 gr
: 3x dalam 10 menit, kuat 25-30 detik
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-), kepala
(+) hodge I.
Inspekulo : Tidak dilakukan.
15.40
Pemeriksaan luar
Inspeksi
gravidarum (+).
Palpasi :
- TFU
- Taksiran berat janin
- His
: 35 cm
: 3565 gr
: 2x dalam 10 menit, sedang 35-40 detik
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-), kepala
(+) hodge II.
Inspekulo :
Tidak dilakukan.
17.30
Pemeriksaan luar
Inspeksi
gravidarum (+).
Palpasi :
- TFU
- Taksiran berat janin
- His
: 35 cm
: 3565 gr
: 2x dalam 10 menit, sedang 35-40 detik
Pemeriksaan dalam :
Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 7-8 cm, ketuban (-), kepala
(+) hodge II. Dilakukan perabaan promontorium os sacrum ke ischium pubis dengan gerakan
melingkar sekitar +/- > teraba
Inspekulo :
Tidak dilakukan.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (21/02/2014)
Hb
: 13,3 g/dL
Ht
: 41 %
Leukosit
: 15.700/L
Trombosit
: 243.000/ L
Ureum
: 15 mg/dL
Creatinin
: 0.8 mg/dL
: 103 mg/dL
Laboratorium (22/02/2014)
Hb
: 13 g/dL
Ht
: 38 %
Leukosit
: 15.600/L
Trombosit
: 235.000/ L
Cardiotocography
21/02/2014 09.30
Interpretasi
Frekuensi dasar : 140 x/menit, variabilitas normal, terdapat akselerasi (2x),
tidak terdapat deselerasi. Terdapat kontraksi uterus dengan jenis kontraksi dengan
frekuensi 2x/10 menit, tonus dasar 0-10 mmHg, amplitudo 20-30 mmHg, durasi 30-60
detik dan terdapat relaksasi. Jumlah gerakan janin 2x dalam 20 menit.
Kesimpulan : NST reaktif
11
VI. DIAGNOSIS
WD ibu
12
X. PROGNOSIS
Ibu
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
Janin
XI. PENATALAKSANAAN
Rencana Diagnostik
Rencana USG
Pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan dalam
Pemeriksaan laboratorium darah rutin
Pemeriksaan kardiotokografi
Observasi tanda-tanda vital ibu dan denyut jantung janin setiap jam
Menentukan skoring pelvik (Bishop score)
Menilai majunya persalinan
Observasi tanda-tanda infeksi
Observasi tanda gawat janin
Pro SC
RencanaTerapi
1. Non medikamentosa
Rawat inap
Bed rest
13
Rencana edukasi
Ibu dianjurkan untuk bedrest selama masa persalinan kala I
Informed consent untuk persalinan SC
7. dengan bantuan forcep, lahir bayi laki-laki berat 3600 gr, panjang 50 cm,
apgar score 9/10
8. placenta dilahirkan lengkap dan air ketuban jernih
9. SBU dijahit dengan safil 1.0
10. Eksplorasi kedua tuba dan ovarium dalam batas normal
11. Diyakini tidak ada pendarahan rongga abdomen dicuci dengan NaCl
500cc
12. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
13. Tutup dengan kassa steril
LEMBAR OBSERVASI PERSALINAN
Tgl/
Jam
Jam
21/02
08.30
TD
Nadi
Suhu
(mmhg)
(x/mnt) (oC)
(dpm)
120/80
80
130
36,2
BJJ
/2014
HIS/10
Tindakan Observasi
3x, 30-
35
,sedang
09.30
a/i:
-
10.30
11.30
110/80
110/70
83
88
36,2
36
135
148
Observasi 2jam
2x, 35
-40,
sedang
3x, 35
-40, kuat
12.15
120/90
88
36,7
132
3x, 30-
35seda
ng
13.00
15.40
120/80
110/80
86
88
36
36
134
141
2X, 30-
35,Sed
ang
dan laporkan
2x, 35,
sedang
16.00
110/80
92
36,3
17.30
110/70
100
36.5
18.00
18.15
120/70
78
36,5
127
19.30
120/80
72
36,6
138
Inj bricrasma
3x, 3040,
sedang
16
Waktu
Tekanan
Darah
Nadi
Suhu
TFU
Kontraksi
Uterus
UO
Perdarahan
22.10
120/80
65
36,6
1 jari bwh
pusat
Kuat
100cc
5cc
22.25
125/85
65
36,6
1 jari bwh
pusat
Kuat
50cc
22.
125/80
66
36,6
1 jari bwh
pusat
Kuat
50cc
01.2
130/80
68
36,7
2 jari bwh
pusat
Kuat
150cc
5 cc
01.50
130/70
70
36,7
2 jari bwh
pusat
Sedang
50cc
10 cc
02.20
120/80
72
36,6
2 jari bwh
pusat
Sedang
50cc
Instruksi Post Op :
- Observasi TTV, perdarahan, kontraksi uterus
- Cek H2TL 6 jam post OP
- Imobilisasi 24 jam
- Diet biasa
- Aff kateter setelah 24 jam
- Aff infus setelah obat injeksi habis
- Ceftriaxon 2 x 1 gr inj (24 jam)
- Profenid sup 3x1 (48 jam)
- Clindamycin 2 x 300 mg PO
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg tab PO
- Hemobion 1 x 1 tab PO
17
Keadaan umum
: Tampak tenang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Laju nafas
: 22 x / menit
Suhu
: 36,2 C
Berat badan
Tinggi badan
Kepala
Wajah
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
: 65 kg
: 155 cm
: Deformitas (-)
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/: Septum nasi di tengah, sekret -/: Meatus akustikus eksterna +/+, Sekret -/: Mukosa bibir merah muda, mukosa oral basah.
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
18
Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor
Mammae :
Bentuk
: Simetris
Perabaan
: Kencang
Massa / Benjolan
: Tidak ada
Puting susu
: Retraksi -/-
Pengeluaran cairan/susu
: Tidak ada
Hiperpigmentasi Areola
: +/+
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Punggung
Inspeksi
Palpasi
19
Pemeriksaan nifas
Mobilisasi: miring kanan kiri
Mammae: hiperpigmentasi areola +/+, retraksi putting -/-, ASI +/+
TFU: 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi kuat
Lochia: rubra, minimal
Bekas jahitan: tidak ada rembesan
23/02/2014
06:00
Keadaan umum
: Tampak tenang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi
: 96 x / menit
Laju nafas
: 24 x / menit
Suhu
: 36,2 C
Berat badan
Tinggi badan
: 65 kg
: 155 cm
Kepala
: Deformitas (-)
Wajah
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
Mata
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung
: Septum nasi di tengah, sekret -/Telinga: Meatus akustikus eksterna +/+, Sekret -/Mulut
: Mukosa bibir merah muda, mukosa oral basah.
Leher
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
20
Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor
Mammae :
Bentuk
: Simetris
Perabaan
: Kencang
Massa / Benjolan
: Tidak ada
Puting susu
: Retraksi -/-
Pengeluaran cairan/susu
: tidak ada
Hiperpigmentasi Areola
: +/+
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Punggung
Inspeksi
Palpasi
21
Pemeriksaan nifas
Mobilisasi: pasif
Mammae: hiperpigmentasi areola +/+, retraksi putting -/-, ASI +/+
TFU: 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi sedang
Lochia: rubra, minimal 5cc
Bekas jahitan: tidak ada rembesan
24/02/2014
06:00
Keadaan umum
: Tampak tenang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi
: 80 x / menit
Laju nafas
: 22 x / menit
Suhu
: 36,2 C
Berat badan
Tinggi badan
: 69 kg
: 155 cm
Kepala
: Deformitas (-)
Wajah
: Tampak simetris, tidak ada deformitas
Mata
: konjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Hidung
: Septum nasi di tengah, sekret -/Telinga: Meatus akustikus eksterna +/+, Sekret -/Mulut
: Mukosa bibir merah muda, mukosa oral basah.
Leher
: Trakea simetris di tengah, tidak ada pembesaran KGB, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
22
Toraks
Pulmo : I : Gerak nafas simetris saat statis dan dinamis
P : Fremitus hemitoraks kanan = kiri
P : Sonor simetris pada kedua lapangan paru
A : Bunyi nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Cor
Mammae :
Bentuk
: Simetris
Perabaan
: Kencang
Massa / Benjolan
: Tidak ada
Puting susu
: Retraksi -/-
Pengeluaran cairan/susu
: Tidak ada
Hiperpigmentasi Areola
: +/+
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Punggung
Inspeksi
Palpasi
23
Pemeriksaan nifas
Mobilisasi: aktif
Mammae: hiperpigmentasi areola +/+, retraksi putting -/-, ASI +/+
TFU: 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi kuat
Lochia: rubra, minimal 5cc
Bekas jahitan: tidak ada rembesan
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KALA I & II MEMANJANG
A. Definisi
Persalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum memaksudkan
persalinan yang abnormal atau sulit. 4 Sementara itu, WHO secara lebih spesifik
mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah
penambahan antara kala I dan kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat
varias sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama
adalah 18 jam.
B. Insidensi
Berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Park Land, Amerika Serikat, pada tahun 2007,
didapatkan bahwa hanya sekitar 50 persen ibu dengan janin presentasi kepala yang
mengalami partus spontan fisiologi. Lima puluh persen lainnya, perlu mendapatkan intervensi
untuk pelahiran. Baik intervensi medismaupun intervensi bedah. Tingginya tingkat partus
abnormal ini juga menunjukkan tingginya tingkat persalinan lama. Persalinan lama yang
kadang juga disebut distosia, di Amerika Serikat distosia merupakan indikasi dilakukannya
Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani operasi seksio sesar primer.
C. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab distosia, secara ringkas dapat dinyatakan sebagai kelainan yang disebabkan oleh 3
faktor yang disebut 3 P, yaitu powers, passenger dan pelvis. Powers mewakili kondisi
gangguan kontraktilitas uterus, bisa saja kontraksi yang kurang kuat atau kontraksi yang tak
terkoordinasi dengan baik sehingga tidak mampu menyebabkan pelebaran bukaan serviks.
Dalam kelompok ini, juga termasuk lemahnya dorongan volunter ibu saat kala II. Passengger
mewakili kondisi adanya kelainan dalam presentasi, posisi atau perkembangan janin.
Passage memaksudkan kelainan pada panggul ibu atau penyempitan pelvis.
D. Klasifikasi
Adapun distosia/persalinan lama sendiri dapat dibagi berdasarkan pola persalinannya.
Kelainan dalam pola persalinan secara umum dibagi menjadi tiga kelompok. Yaitu kelainan
pada kala I fase laten yang disebut fase laten memanjang, kelainan pada kala I fase aktif dan
kelainan pada kala II yang disebut kala II memanjang. Secara lebih rinci, kelainan pada kala I
fase aktif terbagi lagi menjadi 2, menurut pola persalinannya. Jenis kelainan pertama pada
kala I fase aktif disebut protraction disorder. Kelainan kedua, disebut arrest disorder.
Selain klasifikasi berdasarkan fase persalinan yang mengalami pemanjangan, beberapa
literatur juga mengelompokkan persalinan yang lebih lama menjadi dua kelompok utama,
yaitu disproporsi sefalopelfik (cephalopelvic disproportion/CPD) dan kelompok lainnya
adalah failure to progress. Kelompok pertama memaksudkan lamanya persalinan yang
memanjang disebabkan oleh faktor pelvis ataupun faktor janin. Sementara pada kelompok
kedua disebabkan secara murini oleh gangguan kekuatan persalinan.
E. Patofisiologi
25
Patofisiologi terjadinya partus lama, dapat diterangkan dengan memahami proses yang terjadi
pada jalan lahir saat akhir kehamilan dan saat akhir persalinan. Dengan memahaminya, kita
dapat mengetahui dan memperkirakan faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya
persalinan. Pada akhir kehamilan, kepala janin akan melewati jalan lahir, segmen bawah
rahim yang cukup tebal dan serviks yang belum membuka. Jaringan otot di fundus masih
belum berkontraksi dengan kuat. Setelah pembukaan lengkap, hubungan mekanis antara
ukuran kepala janin, posisi dan kapasitas pelvis yang disebut proporsi fetopelvik (fetopelvic
proportion), menjadi semakin nyata seraya janin turun. Abnormalitas dalam proporsi
fetopelvik, biasanya akan semakin nyata seraya kela II persalinan dimulai.
Penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu disfungsi uterus murni
dan diproporsi fetoplevis. Namun pembagian ini terkadang tidak dapat digunakan karena
kedua kelainan tersebut terkadang terjadi bersamaan.
F. Gambaran Klinik
Gambaran Klinik dari persalinan lama dapat dijelaskan berdasarkan fase persalinan yang
mengalami pemanjangan.
Fase Laten Memanjang
Friedman mengembangkan konsep tiga tahap fungsional pada persalinan untuk menjelaskan
tujuan-tujuan fisiologis persalinan. Walaupun pada tahap persiapan (preaptory division)
hanya terjadi sedikit pembukaan serviks,cukup banyak perubahan yang terjadi pada
komponen jaringan ikat serviks. Tahap pembukaan/dilatasi (dilatational division) adalah saat
pembukaan paling cepat berlangsung. Tahap panggul (pelvic division) berawal dari fase
deselerasi pembukaan serviks. Mekanisme klasik persalinan yang melibatkan gerakangerakan dasr janin pada presentasi kepala seperti masuknya janin ke panggul, fleksi, putaran
paksi dalam, ekstensi dan putaran paksi luar terutama berlangsung dalam fase panggul.
Namun dalam praktik, awitan tahap panggul jarang diketahui dengan jelas.
26
Pola pembukaan serviks selama tahap persiapan dan pembukaan persalinan normal adlah
kurva sigmoid. Dua fase pembukaan serviksa adalah fase laten yang sesuai dengan tahap
persiapan dan fase aktif yang sesuai dengan tahap pembukaan. Friedman membagi lagi fase
aktif menjadi fase akselerasi, fase lereng (kecuraman) maksimum, dan fase deselerasi.
kurva-kurva ini memungkinkan para dokter mengajukan pertanyaan, karena awal persalinan
dapat secara meyakinkan didiagnosis secara pasti, berapa lama fase aktif harus berlangsung.
Kecepatan pembukaan yang dianggap normal untuk persalinan pada nulipara adalah
1,2cm/jam, maka kecepatan normal minimum adalh 1,5 cm/jam. Secara spesifik, ibu nulipara
yang masuk ke fase aktif dengan pembukaan 3 4 cm dapat diharapkan mencapai
pembukaan 8 sampai 10 cm dalam 3 sampai 4 jam. Pengamatan ini mungkin bermanfaat.
Sokol dan rekan melaporkan bahwa 25% persalinan nulipara dipersulit kelainan fase aktif,
sedangkan pada multigravida angkanya adalah 15%.
Memahami analasisi Friedman mengenai fase aktif bahwa kecepatan penurunan janin
diperhitungkan selain kecepatan pembukaan serviks, dan keduanya berlangsung bersamaan.
Penurunan dimulai pada saat tahap akhir dilatasi aktif, dimulai pada pembukaan sekitar 7-8
cm. Friedman membagi lagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arest (macet, tak maju).
Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatran pembukaan atau penurunan yang lambat,
yang untuk nulipara, adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam atau penurunan
kurang dari 1 cm per jam. Untuk multipara, protraksi didefinisikan sebagai kecepatan
pembukaan kurang dari 1,5 cm per jam atau penurunan kurang dari 2 cm per jam. Sementar
itu, ia mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan.
Kemacetan pembukaan didefinisikan sebagai tidak adanya perbahan serviks dalam 2 jam, dan
kemacetan penurunan sebagai tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Prognosis kelainan berkepanjangan dan macet ini cukup berbeda, dimana disproporsi
sepalopelvik terdiagnosa pada 30% dari ibu dengan kelainan protraksi. Sedangkn disproporsi
sefalopelfik terdiagnosa pada 45% ibu dengan persalinan macet. Ketertkaitan atau faktor lain
yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan,
anestesi regional dan malposisi janin. Pada persalinan yang berkepanjang dan macet,
Friedman menganjurkan pemeriksaan fetopelvik untuk mendiagnosis disproporsi
sefalopelvik. Terapi yang dianjurkan untuk persalinan yang berke3panjangan adalah
penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitosin dianjurkan untuk persalinan yang macet
tanpa disproporsi sefalopelvik.
Untuk membantu mempermudah diagnosa kedua kelainan ini, WHO mengajukan
penggunaan partograf dalam tatalksana persalinan. Dimana berdasarkan partograf ini, partus
lama dapat didagnosa bila pembukaan serviks kurang dari 1cm/ jam selama minimal 4 jam.
Sementara itu, American College of Obstetrician and Gynecologists memiliki kriteria
diagnosa yang berbeda,. Kriteria diagnosa tersebut ditampilkan pada tabel 2.1 dibawah ini.
28
29
penurunan kepala janin dalam jangka waktu 1 jam. yang telah dit Adapun contoh gambaran
partograf untuk mendiagnosa persalinan lama (protraction disorder) ditampilkan pada
gambar 2.3, sementara persalinan macet atau partus tak maju (arrest disorder) diperlihatkan
pada gambar 2.4.
Gambar 2.3 Kelainan protraksi pada fase aktif persalinan (partus lama)
Gambar 4 Arrest disorder pada fase aktif persalinan (partus tak maju/ macet)
H. Tatalaksana
Prinsip utama dalam penatalaksanaan pada pasien dengan persalinan lama adalah mengetahui
penyebab kondisi persalinan lama itu sendiri. Persalinan lama adalah sebuah akibat dari suatu
kondisi patologis. Pada akhirnya, setelah kondisi patologis penyebab persalinan lama telah
ditemukan, dapat ditentukan metode yang tepat dalam mengakhiri persalinan. Apakah
persalinan tetap dilakukan pervaginam, atau akandilakukan per abdominam melalui seksio
sesarea.
Secara umum penyebab persalinan lama dibagi menjadi dua kelainan yaitu disproporsi
sefalopelvik dan disfungsi uterus (gangguan kontraksi). Adanya disproporsi sefalopelvik pada
31
dan janin. Pneumonia pada janin, akibat as[irasi cairan amnion yang terinfeksi adalah
konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan
bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama
apabila terjadi persalinan lama.
Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama,
terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat seksio sesarea.
Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul semakin besar sehingga kepala tidak
engaged dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus dapat menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin retraksi
patologis yang dapat diraba sebagai sebuah krista transversal atau oblik yang berjalan
melintang di uterus antara simfisi dan umbilikus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan
persalinan perabdominam segera.
Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin
retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat
disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam
ini, cincin dapat terlihat jelas sebagai suatu identasi abdomen dan menandakan akan
rupturnya seegmen bawah uterus. Pada keadaan ini, kadang-kadang dapat dilemaskan dengan
anestesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang seksio
sesarea yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat pintu atas panggul, tetapi tidak maju untuk
jangka waktu yang cukup lama, jalan lahir yang terletak diantaranya dan dninding panggul
dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis
yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan timbulnya fistula
vesikovaginal, vesikorektal atau rektovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada
persalinan kala dua yang berkepanjangan. Dahulu pada saat tindakan operasi ditunda selama
mungkin, penyulit ini sering dijumpai, tetapi saat ini jarang , kecuali di negara-negara yang
belum berkembang.
Cedera Otot-otot Dasar Panggul
Suatu anggapan yang telah lama dipegang adalah bahwa cedera otot-otot dasar panggul atau
persarafan atau fasi penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada
persalinan pervaginam, terutama apabila persalinannya sulit.saat kelahiran bayi, dasar
panggul mendapatkan tekanan langsung dari kepala janin dan tekanan ke bawah akibat upaya
mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dar panggul, sehingga terjadi
perubahan anatomik dan fungsional otot, saraf dan jaringan ikat. Terdapat semakin besar
kekhawatiran bahwa efek-efek pada otot dasar panggul selama melahirkan ini akan
menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di
bagian terbawah kepala janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan
kesalahan diagnosis yang serius. Kaput dapat hempir mencapai dasar panggul sementara
kepala belum engaged. Dokter yang kurang berpengalaman dapat melakukan upaya secara
prematur dan tidak bijak untuk melakukan ekstraksi forceps.
Molase Kepala Janin
33
Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih
satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase (molding, moulage).
Perubahan ini biasanya tidak menimbulkan kerugian yang nyata. Namun, apabila distorsi
yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan ribekan tentorium, laserasi pembuluh
darah janin dan perdarahan intrakranial pada janin.
J. Prognosis
Friedman melaporkan bahwa memanjangnya fase laten tidak memperburuk mortalitas dan
morbiditas janin ataui ibu, namun Chelmow dkk membantah anggapan bahwa pemanjangan
fase laten tidak berbahaya.
34
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Defenisi
Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat
didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat
berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat
upaya mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi,
bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara
pervaginam tetapi meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss).
Dan janin yang lahir dan hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini
hanya hidup kira-kira 11 jam (Rustam, 1998).
Klasifikasi
1.
2.
3.
4.
Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain :
kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan
antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih
diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
1. Kehamilan postern
2. Wanita-wanita yang habitus indolen
3. Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
4. Orang tua yang besar
35
5. Eritroblastosis
6. Diabeter Melitus
Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini
dapat diperkirakan dengan cara :
1. Keterunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkan dan
adanya diabetes melitus
2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (eodem
dan sebagainya)
3. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi Sefalo atau Feto-pelvik dalam hal ini
dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonograf
4. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
5. Tarikan kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang
simfsi pubis.
Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram
pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat
terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post
maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang
lebar sulit melalui rongga panggul.
Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada
anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain
macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfksia. Menarik
kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit
dapat
berakibat
perlukaan
pada
nervus
brokhialis
&
muskulus
sternokleidomastoidelis.
Komplikasi
1. Pada Ibu :
a. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan
kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat
menimbulkan regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran
retraksi patologis (Bandl).
c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan
lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan
tulang panggul.
36
2. Pada Bayi :
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah
dengan infeksi intrapartum.
b. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar
bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada
panggul dengan mengadakan moulge.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh simfsis
pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala
janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis (Hanifah,
2002).
Penanganan
1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang
cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan
kleidotomi unilateral atau bilateral.
2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua
tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya.
Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya ibu ke
arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat tinggi.
Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada kepala janin
untuk
menggerakkan
bahu
depan
dibawah
simfsi
pubis.
Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat
trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melakukan
tekanan secara srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk
membantu persalinan bahu. Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini
dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tingkat tinggi, masukkan
tangan kedalam vagina.
Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum
bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
Jika diperlukan, dilakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan
arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas
-
Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi
pada siku, gerakkan lengan ke arah dada.
37
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain
adalah :
-
Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Sualman K. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Kehamilan Preterm. 2009. Dapat
diunduh dari : http://www.Belibis17.tk
2. Prawirohardjo S. Ketuban Pecah Dini. Ed ke - 4. 2010. Jakarta: PT Bina Pustaka
Warwono Prawirohardjo.
3. Medina TM, Hill DA. Preterm Premature Rupture of Membranes: Diagnosis and
Management. 15 februari 2006. Dapat diunduh dari : www.aafp.org/afp
4. Marowitz A, Hunter H. Management of Ruptured Membranes at Term.Dapat diunduh
dari : http://emedicine.medscape.com/article/261137-overview
5. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, et al. Williams Obstetri. 2008. Texas:
McGraw Hill.
6. Miracle, Xavier, et al. Guideline for the use of antenatal corticosteroid for fetal
maturation. J. Perinat. Med. 36 (2008) 191-196.
7. Beckmann, Charles R.B. Obstetrics and Gynecology 6th ed. 2010. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
39