Anda di halaman 1dari 37

Oleh:

Rima Lifa Siar


Erik Susanto

Pembimbing:
Prof. Dr. Hermie M.M. Tendean, SpOG (K)-Obginsos

BAGIAN / DEPARTEMEN ILMU OBSTETRIK DAN


GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT PROF DR. R.D. KANDOU MANADO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM
RATULANGI
2021
Kardiotokografi (KTG) adalah seperangkat alat
elektronik yang dapat dipergunakan dalam
memantau kesejahteraan janin melaluai penilaian
denyut jantung janin (DJJ), kontraksi uterus, dan
gerak janin dalam waktu bersamaan.

Kesejahteraan janin menggambarkan kecukupan


oksigenasi dan pertumbuhan janin yang baik,
kesehatan ibu, dan volume cairan amnion yang
cukup.
Keadaan janin dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.

Faktor internal adalah keadaan janin, plasenta,


cairan ketuban, umbilikus, dan uterus.
Faktor eksternal adalah kesehatan ibu dan
lingkungan di luar tubuh ibu, misalnya udara berpolusi
berat atau lingkungan yang infeksious.
Indikasi
1. IBU
a. Pre-eklampsia-eklampsia
b. Ketuban pecah
c. Diabetes melitus
d. Kehamilan ≥ 42 minggu
e. Suspect solusio plasenta
2. JANIN
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
Persiapan yang harus dilakukan
dalam pemeriksaan
kardiotokografi (KTG)
persiapan pasien
persiapan peralatan
persiapan pemeriksa
Persiapan Pasien
 Identitas
 nomor rekam medis
 indikasi pemeriksaan
 diagnosis ibu dan janin
 penjelasan prosedur
 harus mengosongkan vesika urinaria
 tidak dalam keadaan lapar atau haus.
Persiapan Peralatan
 Peralatan KTG terdiri dari mesin KTG, peralatan tokometer,
peralatan kardiometer, kertas KTG, jeli, kertas tissue,
formulir laporan, dan troley tempat peralatan KTG.
 Peralatan KTG perlu dikalibrasi, minimal setahun sekali
karena akurasi interpretasi hasil KTG sangat dipengaruhi
oleh kualitas tampilan rekaman KTG tersebut.
 Koneksitas data antara pasien, alat KTG dan kertas KTG
harus terjaga dengan baik.
 Kerusakan pada salah satu komponen akan membuat
sebagian atau bahkan seluruh data KTG hilang.
 Uji ulang apakah bel yang ada berfungsi dengan baik. Bel
tersebut dipergunakan oleh pasien untuk menghitung berapa
gerakan yang dirasakan selama proses pemeriksaan KTG
tersebut.
Persiapan Pemeriksa
 Pemeriksa perlu melakukan pemeriksaan ulang
identitas pasien, indikasi pemeriksaan, kesiapan
peralatan, dan formulir laporan KTG.
 Pemeriksa menjelaskan prosedur pemeriksaan,
mengukur tekanan darah pasien sebelum pemeriksaan
dan 15 menit kemudian, menilai kontraksi atau his
secara berkala, menanyakan kepada pasien apakah ada
hal yang membuatnya tidak nyaman, menanyakan
gerak janin kepada pasien serta mencocokannya dengan
gerakan yang dicatat oleh peralatan KTG.
 Pasien menghitung gerakan janin dengan memakai bel
yang disediakan (setiap janin bergerak, maka bel harus
ditekan).
Syarat Pemeriksaan
Kardiotokografi
1. Janin hidup dengan usia kehamilan ≥ 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara
lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) dan
tinggi fundus uteri diketahui.
4. Peralatan dalam keadaan baik dan siap pakai.
5. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada
komputer (pada KTG
terkomputerisasi) sesuai buku petunjuk dari pabrik
Dalam KTG terdapat 3 hal yang dicatat:
1. Kontraksi Uterus
2. DJJ
3. Gerakan Janin
1. Kontraksi Uterus
 Kontraksi uterus adalah jumlah kontraksi dalam 10
menit, rata-rata dipantau dalam 30 menit.

 Kontraksi Uterus Normal : terdapat lima kontraksi


atau kurang dalam 10 menit, rata-rata dipantau
selama 30 menit pemeriksaan.

 Pada saat yang sama juga dilakukan penilaian


terhadap lama kontraksi, intensitas (amplitudo),
bentuk, dan relaksasi diantara dua kontraksi.
2. DJJ
Frekuensi Dasar
Variabilitas
Frekuensi Dasar
 Freeman dkk (2012) memberi batasan frekuensi
dasar normal DJJ adalah 110 – 160 dpm teratur.
 Definisi frekuensi dasar DJJ menurut NICHD adalah
nilai rata-rata DJJ yang dipantau selama 10 menit,
dengan peningkatan 5 dpm.
 Bila perubahan tersebut < 5 menit, keadaan ini
disebut perubahan periodik atau berkala (periodic
changes).
Bradikardia
 Freeman dkk (2012) memberi batasan bradikardia
adalah frekuensi dasar DJJ < 110 dpm.
 Secara umum, bradikardia dengan frekuensi antara
80 – 110 dpm yang disertai variabilitas moderat (5 –
25 dpm) menunjukkan oksigenasi yang baik tanpa
asidemia.
 Penurunan DJJ tersering sebagai respons akibat
peningkatan tonus vagal.
Takhikardia
 Freeman dkk (2012) memberi batasan takhikardia
adalah frekuensi dasar DJJ > 160 dpm.
 Takhikardi menggambarkan peningkatan rangsang
simpatis dan atau penurunan rangsang parasimpatis,
dan secara umum berkaitan dengan hilangnya
variabilitas.
 Kebanyakan takhikardia janin tidak berhubungan
dengan adanya hipoksia janin. Terutama pada
kehamilan aterm.
 Lakukan pengamatan dengan ketat bila takhikardi
terjadi pada janin preterm atau pada janin aterm tanpa
diketahu apa faktor penyebabnya.
Variabilitas DJ
Variabilitas DJJ adalah gambaran osilasi ireguler yang
terlihat pada rekaman DJJ.

 Variabilitas DJJ dapat dikategorikan sebagai


berikut:
1. Variabilitas normal: amplitudo berkisar antara 5 – 25 dpm
2. Variabilitas berkurang: amplitudo 2 – 5 dpm
3. Variabilitas menghilang: amplitudo kurang dari 2 dpm
4. Variabilitas berlebih(saltatory): amplitudo lebih dari 25
dpm
Perubahan Periodik
 Perubahan periodik adalah akselerasi atau deselrasi
DJJ yang bersifat transien yang kembali ke frekuensi
dasar semula atau frekuensi dasarnya menjadi
berubah.
 Pada umumnya, perubahan periodik ini terjadi
sebagai respon terhadap kontraksi uterus atau
gerakan janin.
Beberapa perubahan periodik/episodik DJJ yang dapat
dikenali pada pemeriksaan KTG adalah
1. Akselerasi.
2. Deselerasi dini.
3. Deselerasi lambat.
4. Deselerasi variabel.
Akselerasi
 Akselerasi adalah peningkatan DJJ ≥ 15 dpm dari
frekuensi dasar DJJ.
 Adanya akselerasi DJJ dapat dipakai sebagai
petanda bahwa janin tidak sedang dalam kondisi
depresi atau asidosis (Freeman dkk, 2012).
Deselerasi
 Deselerasi adalah penurunan DJJ ≥ 15 dpm dari
frekuensi dasar DJJ.
 Deselerasi dapat disebabkan oleh kompresi kepala,
kompresi umbilikus, atau insufisiensi
uteroplasenta. Dikena lada empat jenis deselerasi
yaitu deselerasi dini, lambat, variabel dan lama
(prolonged decelerations).
Deselerasi dini
 Penekanan pada kepala janin dapat menyebabkan
penurunan frekuensi DJJ, hal ini disebabkan oleh
perubahan lokal aliran darah serebral akibat
stimulasi pusat vagal.
 Deselerasi dini tidak berkaitan dengan hipoksia
atau asidosis.
Deselerasi Variabel
 Deselerasi variabel seringkali menunjukkan adanya
obstrusi sirkulasi umbilikus.
 Pada kala dua dapat terlihat gambaran deselerasi
variabel sebagai akibat kompresi kepala.
 Deselerasi variabel juga dapat disebabkan oleh
regangan umbilikus, suhu dingin, dan peningkatan
tekanan pO2 pada saat bayi mulai bernafas.
Deselerasi Lambat
 Deselerasi lambat adalah penurunan frekuensi DJJ
≥ 15 dpm, deselarasi terjadi setelah tercapainya
puncak kontraksi uterus.
 Deselerasi lambat terjadi akibat terganggunya
sirkulasi uteroplasenta di daerah rongga intervilus.
Deselerasi lama (prolonged
decelerations)
 Deselerasi lama adalah deselerasi DJJ lebih dari dua
menit, seringkali disertai penurunan variabilitas
dan berkaitan dengan insufisiensi uteroplasenta.
NICHD (2008) dan Freeman dkk
(2012)
merekomendasikan penerapan
Tiga Katagori dalam interpretasi
DJJ sebagai
berikut :
Katagori I
 Katagori satu adalah kondisi normal dari
pemantauan DJJ dan menggambarkan status asam
basa janin saat pemantauan dalam keadaan normal.
 Katagori I dapat dipantau pada pemeriksaan rutin
asuhan antenatal dan tidak memerlukan
tatalaksana khusus.
KATAGORI I : Pola DJJ Normal
1. Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm
2. Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm)
3. Tidak ada deselerasi lambat dan variabel
4. Tidak ada atau ada deselerasi dini
5. Ada atau tidak ada akselerasi
Katagori II
Katagori II tidak memprediksi adanya abnormalitas
status asam basa janin, saat ini belum ditemukan
bukti yang adekuat untuk mengkasifikasikan katagori
ini menjadi Katagori I atau Katagori III.
Katagori II memerlukan evaluasi dan pemantauan
lanjut serta reevaluasi dan mencari factor-faktor yang
berkaitan dengan keadaan klinis.
Pada beberapa keadaan diperlukan uji diagnostic
untuk memastikan status kesejahteraan janin atau
melakukan resusitasi intrauterine pada hasil Katagori
II ini.
KATAGORI II : Pola DJJ
Ekuivokal
Frekuensi Dasar dan Variabilitas
1. Frekuensi dasar DJJ : Bradikardia (<110 dpm) yang
tidak disertai hilangnya variabilitas (absent variability)
2. Takhikardia ( DJJ >160 dpm)
3. Variabilitas minimal (1 – 5 dpm)
4. Tidak ada variabilitas, tanpa disertai deselerasi
berulang
5. Variabilitas > 25 dpm (marked variability)
Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi
2. Deselerasi variabel berulang yang disertai
variabilitas DJJ minimal atau moderat
3. Deselerasi lama (prolonged deceleration) > 2 menit
tetapi < 10 menit
4. Deselerasi lambat berulang disertai variabilitas DJJ
moderat (moderate baseline variability)
5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal
kembalinya DJJ ke frekuensi dasar lambat atau ada
gambaran overshoot
Katagori III
Katagori III berkaitan dengan abnormalitas status asam
basa pada saat pemantauan janin tersebut dilakukan.
Katagori III memerlukan evaluasi yang baik (akurat).
Pada kondisi ini, tindakan yang dilakukan tidak terbatas
hanya untuk memberikan oksigenasi bagi ibu, merubah
posisi ibu, menghentikanstimulasi persalinan, atasi
hipotensi maternal, dan penatalaksanaan takhisistol,
tetapi juga dilihat situasi klinis yang terjadi pada waktu
itu.
Bila Katagori III tidak dapat diatasi, pertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan (persalinan).
KATAGORI III : Pola DJJ abnormal
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability)
disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang
2. Deselerasi variabel berulang
3. Bradikardia
4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)
Langkah – Langkah Pemeriksaan CTG
1. Persetujuan tindak medik (Informed Consent)

2. Kosongkan kandung kencing.

3. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.

4. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi


utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri
dan diberi oksigen 4 liter/menit.

5. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak,


presentasi dan punktum maksimum DJJ.
6. Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung
sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir.

7. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri


dan DJJ di daerah punktum maksimum.

8. Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin


terasa bergerak,pencet bel yang telah disediakan dan
hitung berapa gerakan bayi yangdirasakan oleh ibu selama
perekaman KTG.
9.Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.

10.Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil


yang ingin dicapai).

11.Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.

12.Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.

13.Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau para
medik membantu membacakan hasil interpretasi komputer secaralengkap
kepada dokter.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai