MANAJEMEN DAN TATALAKSANA RECURRENT

BAROTRAUMA PADA PASIEN DENGANPROFESI

PENYELAM
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING:
Yaasin Rachman Noor dr. Novi Primadewi,
G99181067 Sp.T.H.T.-K.L.,
Christa Adeline
G991903010
M.Kes
Chumaidah Nur Aini
G991903011
KEPANITERAAN KLINIK PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER BAGIAN ILMU KESEHATAN
Ayub Quisa G991905010
TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK, BEDAH KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.
MOEWARDI
2019

BY MIKOKIT
R E F-E[ R EF N S
I IL A R
]-
TIKEL SLIDE 1
 PENDAHULUAN
Barotrauma  kerusakan jaringan
 efek langsung tekanan.
Ketidakseimbangan tekanan 
tekanan udara di dalam ruang
telinga tengah ≠ tekanan air,
bertambah ataupun berkurang.
Ketidakseimbangan antara tekanan
 kerusakan fisik lapisan jaringan
pada rongga.
Rongga tubuh yang paling berisiko
: telinga tengah, sinus paranasal,
dan
B Y M paru-paru
IKOKIT -[
Barotrauma lebih banyak
menimbulkan gangguan
pendengaran
Barotrauma terhadap telinga
merupakan cedera yang
paling sering mengenai
penyelam.
64% dari 142 penyelam
melaporkan gejala
barotrauma telinga, dengan
gejala berupa nyeri (47.9%),
tuli sementara dengan
F I L tinnitus
]- (27,5%), dan vertigo
SLIDE 2
 ANATOMI & FISIOLOGI
TELINGA

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 3
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 4
 PATOFISIOLOGI
BAROTRAUMA

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 5
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 6
 -[ SLIDE TITLE HERE ]-

Creative Message
Review

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 7
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 8
 PATO F I S I O L O G I
BAROTRAUMA

PENYEL
AM

PENERBANGAN
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 9
 APA HUBUNGANNYA MENYELAM
DENGAN BAROTRAUMA?

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 10
Barotrauma sering dijumpai pada orang-orang yang melakukan
aktivitas menyelam, baik sebagai profesi maupun rekreasi

Aktivitas menyelam yang dimaksud adalah SCUBA diving, yaitu

Self-Contained Underwater Breathing Apparatus

Menyelam  aktivitas yang aman?

Lebih dari 80% komplikasi menyelam terjadi pada kepala dan

leher, dan sekitar 65% dari komplikasi tersebut adalah
gangguan pada telinga.
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 11
Klasifikasi Teed Derajat 2
Sama dengan derajat
1, tetapi kemerahan
di seluruh membran
timpani
Derajat 0
Membran Timpani Derajat 3
Normal Sama dengan derajat 2,
ditambah cairan pada
timpanum atau
Derajat 1 hemotimpanum,
Retraksi membran
timpani disertai Derajat 4
kemerahan pada Perforasi membran
manubrium malleus timpani

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 12
Klasifikasi Teed Derajat 3
(Modified) Derajat 1 + perdarahan
yang banyak membrane
timpani

Derajat 0
Tanpa disertai Derajat 4
gejala otologi Membran timpani gelap,
trauma 1 sedikit bengkak karena
Derajat darah beredar bebas di
Retraksi & telinga tengah
kemerahan difus
Derajat 5
membrane timpani
Derajat 2
Perdarahan pada
Derajat 1 + sedikit telinga tengah,
perdarahan membrane perforasi membran
timpani timpani dengan darah
BY MIKOKIT -[ F I L yang
]- terlihat padaS L I D E 13

liang telinga luar

 Derajat 0
Gejala tanpa tanda-
tanda otologis
trauma
Derajat 1
Kemerahan membran
Klasifikasi timpani + cairan
O’Neill serous atau
serosanguinis,
dan/atau udara yang
berada di belakang
Derajat
membran 2
timpani
Perdarahan yang
jelas di lokasi mana
pun di telinga
dan/atau perforasi
membran timpani
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 14
 TATALAKSANA BAROTRAUMA
TELINGA
PRINSIP UTAMA
PENANGANAN

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 15
 BAROTRAUMA TELINGA TENGAH

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 16
 BAROTRAUMA TELINGA TENGAH

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 17
 Menyelam di kedalaman yang
dangkal tidak akan mencegah
terjadinya barotrauma telinga
tengah

Hal tersebut dikarenakan perubahan

tekanan terbesar terjadi pada saat
dekat permukaan

Terjadinya implosion membrane

timpani pada kedalaman 1.2 meter
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 18
 BAROTRAUMA TELINGA DALAM

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 19
 BAROTRAUMA TELINGA DALAM

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 20
 BAROTRAUMA TELINGA DALAM

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 21
 BAROTRAUMA TELINGA LUAR

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 22
 PENUTUP
Barotrauma pada Prinsip
Barotauma
telinga yang penanganan
adalah barotrauma
terjadi kepada
kerusakan penyelam dibagi adalah dengan
menjadi mengurangi
jaringan
barotrauma tekanan,
yang mengurangi
telinga luar,
dihasilkan barotrauma gejala, dan
dari efek telinga tengah, menegah
dan barotrauma komplikasi
langsung sekunder.
BY MIKOKIT telinga
-[ F I dalam.
L ]- SLIDE 23
tekanan.
Domino, Baldor, Grimes, Golding. The 5 minute clinical consult 2015 [Internet]. United Kingdom: Medical E-book; 2015 [cited 2016 Januari 10].
Available from: http://www.lww.co.uk/the-5- minute-clinical-consult-standard2015.
Kartono SA. Prevalensi dan faktor risiko kejadian penyakit dekompresi dan barotrauma pada nelayan penyelam di KecamatanKarimun Jawa
Jepara [Internet]. 2007 [cited 2016 Februari 1]. Available from:http://etd.repository.ugm.ac.id
Mawle SE, Jackson CA. An investigation of ear trauma in divers including ear barotrauma and ear infection. Journal of Underwater and Hyperbaric
Medicine. 2002; ISSN: 1605-9204: 3(2).
Edmonds C, Thomas R, McKenzie B, Pennefather J. Diving medicine for Siti Fatimatun Navisah: Faktor Risiko... 110 SCUBA divers 6th edition
[Internet]. Australia: National Library of Australia; 2015 [cited 2016 Februari 1]. Available from: http://www.divingmedicine.info.
Giriwijoyo S, Sidik DZ. Ilmu kesehatan olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2013.
Ekawati T. Analisis faktor risiko barotrauma membrana timpani pada nelayan penyelam tradisional di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang
[Internet]. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro; 2005 [cited 2016 Februari 1]. Available from: eprints.undip
.ac.id/14995/1/2005E4B003038.pd f.
Paskarini I, Tualeka AR, Ardianto DY, Dwiyanti E. Kecelakaan dan gangguan kesehatan penyelam tradisional dan faktor-faktor yang
mempengaruhi di Kabupaten Seram Maluku. 2010 [cited 2016 Februari 1].Available from: http://portalgaruda.org/article.178 35&1095.Pdf.
Meily L, Kurniawidjaja. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 2010
Wibowo, D dan Paryana, W. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2009
Emanuel, D., Letowski, S., and Letowski, T. The decibel, Hearing Science. Baltimore, MD: Lippincott, Williams, and Wilkins. 2010
Sherwood, LZ., Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC. 2014
Lauralee S. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC; 2001. p. 177-183.
Agamemnon D, Stefan S. Color Atlas of Physiology. 5th ed. New York:Thieme; 2003. p. 364-7.
Arthur C, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC; 2008. p. 681-7.
Eric P, Hershel R, Kevin T. Vander’s Human Physiology: The Mecanism of Body 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2001. p. 253-4.
Stuart I, Pierce C. Human Physiology 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2004. p. 255-60.
Indro S, Hendarto H, Jenny B, Gangguan pendengaran (Tuli), in: Efiaty A, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher . 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p. 10-12.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 24
Aly, Rusly, dr. Barotrauma. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. 2010;35-8.
Edmonds, Carl MD, et al. Physics Diving Chapter 2 dalam Diving Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013; 11-28.
Ajeng, Darmafindi dan Indriawati Ratna. Pengaruh Frekuensi Penggunaan Pesawat Terbang dengan Kejadian Barotrauma. Yogyakarta: Bagian Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2011.;1-6.
Direction of Commander, Naval Sea Systems of Command. Mixed Gas Surface Supplied Diving Operations in US Navy Diving Manual Revision 6. 2011; 180-
199.
Kaplan J. Barotrauma. http://www.emedicine.medscape.com/article/ 768618. htm (diakses tanggal 10 oktober 2019).
Ballenger, JJ. Etc. Ballenger’s Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery. USA: PMPH-USA. 2009. P. 215-6
Soepardi E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2007. Hal. 10-13, 65
Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC. 1997. Hal. 90-2.
Safer, D. Barotrauma. Spain: EBSCO Publishing. 2011.
Indro S, Hendarto H, Jenny B, Gangguan pendengaran (Tuli), in: Efiaty A, Nurbaiti I, Jenny B, Ratna D, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher . 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p. 10-12.
Livingstone, D. M., Smith, K. A., & Lange, B. Scuba diving and otology: a systematic review with recommendations on diagnosis, treatment and post-
operative care. Diving and hyperbaric medicine. 2017 47(2), 97–109.
Bralow, L. M., & Piehl, M. Barotrauma and Arterial Gas Embolism: A Diving Emergencies Simulation Case for Emergency Medicine Residents.
MedEdPORTAL : the journal of teaching and learning resources. 2018 14: 10788.
Glazer, T. A., & Telian, S. A. Otologic Hazards Related to Scuba Diving. Sports health. 2016. 8(2), 140–144.
Rozycki, S. W., Brown, M. J., & Camacho, M. Inner ear barotrauma in divers: an evidence-based tool for evaluation and treatment. Diving and hyperbaric
medicine. 2018. 48(3), 186–193.
O’Neill, O.J., Frank, A.J. Ear Barotrauma. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2017.
Claes, J., Germonpre, P., Van Rompaey, V., Bourmanne, E. Ear, nose and throat and non-acoustic barotrauma. B-ENT. 2016. 12(26): 203-218.
Tiffany A G, Steven A T. Otologic Hazard Related to Scuba Diving. Michigan: Sprots Health, 2016; volume 8:140-144.
Claes J, Germonpre P, Van Rompaey V, Bourmanne E. Ear, nose and throat and non-acoustic barotrauma. Belgium: B-ENT, 2016; 201-216.
Livingstone D M, Smith K A, Lange B. Scuba diving and otology: a systematic review with recommendations on diagnosis, treatment and post-operative care.
Alberta: Diving and Hyperbaric Medicine, 2017; volume 47: 97-103.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 25
 TERIMA KASIH

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 26